Professional Documents
Culture Documents
Disusun oleh:
Kelompok/Shift : 1/C
BM : 151,16
Titik Leleh : 169°C – 172°C
Pka : 9,5 pada 26°C
pH Larutan : antara 3,8 – 6,3
Bobot Jenis : 271,4 g/cm3
C8H9NO2
Pemerian Serbuk hablur, putih, tidak berbau, rasa
sedikit pahit.
Kelarutan Larut dalam air mendidih dan dalam
NaOH 1 N, mudah larut dalam etanol.
Stabilitas Dapat terhidrolisis pada katalis asam
dan basa. Harus terlindung dari cahaya,
stabil pada suhu hingga 45°C. Relatuf
stabil untuk teroksidasi, bersifat sedikit
higroskopis pada suhu 25°C dengan
kelembaban hingga 90%. (Lund,
1994:987)
Inkompatibilitas Membentuk ikatan hidrogen dengan
nilon dan rayon. (Rowe, 2009)
Interaksi obat Pada dosis tinggi dapat memperkuat
efek antikoagulan dan pada dosis biasa
tidak interaktif. (Rowe, 2009)
Indikasi Meringankan rasa sakit pada keadaan
sakit kepala, sakit gigi, sakit waktu
haid, sakit pada otot serta menurunkan
demam. (...)
Dosis - Untuk nyeri dan oral : 2-3dd 0,5g
maksimal 4 g/ hari
- Pada penggunaan kronis maksimal 4
g/hari
- Anak –anak : 4-6 dd 10mg/kg, 3-12
bulan 60mg, 1-4 tahun 120-180 mg,
4-6 tahun 180 mg, 7-12tahun 240-
360 mg 4-6 kali sehari (....)
Mekanisme kerja obat Menghambat sintesi prostaglandin
dalam sistem saraf pusat dan perifer
nyeri generasi impuls, menghasilkan
antiresus dari penghambatan
hipotalamus pusat pengatur panas.
Aturan pakai - Anak-anak <12 tahun 10-15
mg/kg/dosis setiap 4-6 jam (sesuai
kebutuhan tidak melebihi 6 dosis
(2,6,9) dalam 24 jam)
- Orang dewasa 325-650 mg setiap 4-
6 jam atau 1000 mg 3-4 kali sehari
tidak melebihi 4 g/hari (....)
Kontraindikasi Penderita yang hipersensitif terhadap
parasetamol, terhadap defisiensi
glukosa dehidrogenase dan pada
penderita dengan gangguan fungsi hati.
(........)
Efek samping Dosis besar dapat menyebabkan
kerusakan fungsi hati.(........)
Aturan simpan Disimpan pada wadah tertutup rapat,
terlindung dari cahaya, disimpan pada
suhu <40°C lebih baik pada suhu 15°C-
30°C. (........)
Kategori Obat bebas. (........)
V. Preformulasi Eksipien
1. Amprotab/Amilum Protablet
2. PVP/Polivinil Pirolidon)
3. Etanol 95%
4. Laktosa/Saccharum Lactis
5. Talk (Talkum)
6. Magnesium Stearat
Kemasan yang digunakan berupa dus yang terbuat dari kertas tebal dan
glossy untuk melindungi wadah primer dari pengaruh cahaya dan lembab
seta akan menambah penampilan lebih baik(.....).
VIII. Formula
Kandungan paracetamol/tablet : 250 mg
Bobot tablet : 500 mg
Jumlah tablet yang dibuat : 300 tablet
Formula A
(Pengikat : PVP Cara Kering)
Fasa Dalam 92%
Paracetamol Zat aktif 250mg
Amprotab Penghancur dalam 10%
PVP Pengikat 5%
Etanol 95% Pelarut q.s
Laktosa Pengisi q,s
Fasa Luar 8%
Amprotab Penghancur luar 5%
Talk Glidan 2%
Mg stearat Lubrikan 1%
Formula B
(Pengikat : PVP Cara Basah)
Fasa Dalam 92%
Paracetamol Zat aktif 250mg
Amprotab Penghancur dalam 10%
PVP Pengikat 5%
Etanol 95% Pelarut q.s
Laktosa Pengisi q,s
Fasa Luar 8%
Amprotab Penghancur luar 5%
Talk Glidan 2%
Mg stearat Lubrikan 1%
Pembuatan Tabletasi
Metoda Corong
Penafsiran Hasil :
a = 25°C - 30°C (granul sangat mudah mengalir)
a = 30°C - 38°C (granul mudah mengalir)
a = >38°C (granul sangat kurang mengalir)
10.2.2 Kelembaban
BJ Nyata
Ditimbang 100 gram granul dan dimasukkan ke dalam gelas ukur. Dicatat
volumenya
𝑤 (𝑔)
Rumus : 𝑃 = 𝑣 (𝑚𝐿)
Ket : P = BJ Nyata
W = Bobot granul
V = Volume granul tanpa pemampatan
BJ Mampat
Ditimbang 100 gram granul dan dimasukkan dalam delas ukur lalu dicatat
volumenya (Vo). Gelas ukur dikeruk sebanyak 10 dan 500 kali. Dicatat
volumenya (V10 dan V50)
𝑤 (𝑔)
Rumus : 𝑃𝑛 = 𝑉𝑛 (𝑚𝐿)
BJ Sejati
Kadar Pemampatan
Ditimbang 100 gram granul dan dimasukkan dalam delas ukur lalu dicatat
volumenya (Vo). Gelas ukur dikeruk sebanyak 10 dan 500 kali. Dicatat
volumenya (V10 dan V50)
𝑉𝑜−𝑉500
Rumus : 𝐾𝑝 = 𝑥100%
𝑉𝑜
Ket :
Kp = kadar pemampatan
Perbandingan Haussner
Ditimbang 100 gram granul dan dimasukkan dalam delas ukur lalu dicatat
volumenya (Vo). Gelas ukur dikeruk sebanyak 10 dan 500 kali. Dicatat
volumenya (V10 dan V50)
𝐵𝑗 𝑠𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑚𝑎𝑚𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛
Rumus : Angka Hausner= 𝐵𝑗 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝑝𝑒𝑚𝑎𝑚𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛
Persen Kompresibilitas (% K)
Ditimbang 100 gram granul dan dimasukkan dalam delas ukur lalu dicatat
volumenya (Vo). Gelas ukur dikeruk sebanyak 10 dan 500 kali. Dicatat
volumenya (V10 dan V50)
𝐵𝑗 𝑚𝑎𝑚𝑝𝑎𝑡−𝐵𝑗 𝑛𝑦𝑎𝑡𝑎
Rumus : %𝐾 = 𝑥100%
𝐵𝑗 𝑚𝑎𝑚𝑝𝑎𝑡
Penafsiran Hasil :
10.2.4 Granulometri
Penafsiran Hasil : Aliran granul yang baik jika waktu yang diperlukan
untuk mengalirkan 10 g ≤ 10s
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑔𝑟𝑎𝑛𝑢𝑙 (𝑔)
Rumus : 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢𝑘𝑎𝑛 (𝑠)
50 𝑔
Hasil : Formula A = = 12,5 𝑔
4𝑠
50 𝑔
Formula B = = 9, 26 𝑔
5,4 𝑠
Penafsiran Hasil :
a = 25°C - 30°C (granul sangat mudah mengalir)
a = 30°C - 38°C (granul mudah mengalir)
a = >38°C (granul sangat kurang mengalir)
𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 (ℎ)
Rumus : tan 𝑎 = 𝑗𝑎𝑟𝑖−𝑗𝑎𝑟𝑖 (𝑟)
2,7
Hasil : Formula A = tan a = 3,1 = 0,5
a = 26,6°C
3,1
Formula B = tan 𝑎 = 5,375 = 0,576
a = 29,94°C
Kesimpulan : Formula A memiliki sudut baring 26,6°C, maka granul
sangat mudah mengalir. Dan pada Formula B memiliki sudut baring
29,94°C, maka sangat mudah mengalir.
11.3. Uji Distribusi Ukuran Partikel
Tabel 11.3 Data Pengamatan evaluasi uji distribusi ukuran partikel
Hasil : Formula A
51,895 𝑔
Mesh 20 = (%) = 𝑥 100% = 51,895%
100 𝑔
4,9274 𝑔
Mesh 40 = (%) = 𝑥 100% = 4,9274%
100 𝑔
1,6118 𝑔
Mesh 60 = (%) = 𝑥 100% = 1,6118%
100 𝑔
11,838 𝑔
Mesh 80 = (%) = 100 𝑔
𝑥 100% = 11,838%
0𝑔
Mesh 100 = (%) = 100 𝑔 𝑥 100% = 0%
1,7032 𝑔
Mesh 120 = (%) = 𝑥 100% = 1,7032%
100 𝑔
1,1192 𝑔
Mesh 140 = (%) = 𝑥 100% = 1,1192%
100 𝑔
7,7094 𝑔
Mesh 200 = (%) = 𝑥 100% = 7,7094%
100 𝑔
Formula B
48,25 𝑔
Mesh 20 = (%) = 𝑥 100% = 48,25%
100 𝑔
10,7 𝑔
Mesh 40 = (%) = 𝑥 100% = 10,7%
100 𝑔
4,15 𝑔
Mesh 60 = (%) = 𝑥 100% = 4,15%
100 𝑔
4,93 𝑔
Mesh 80 = (%) = 𝑥 100% = 4,93%
100 𝑔
0𝑔
Mesh 100 = (%) = 100 𝑔 𝑥 100% = 0%
4,58 𝑔
Mesh 120 = (%) = 𝑥 100% = 4,58%
100 𝑔
1,54 𝑔
Mesh 140 = (%) = 𝑥 100% = 1,54%
100 𝑔
3,3 𝑔
Mesh 200 = (%) = 100 𝑔 𝑥 100% = 3,3%
𝑤 (𝑔)
Rumus : 𝑃𝑛 = 𝑉𝑛 (𝑚𝐿)
54,074
Hasil : Formula A = 𝑃𝑜 = = 0,552 𝑔/𝑚𝐿
98
54,074
𝑃500 = = 0,581 𝑔/𝑚𝐿
93
54,074
𝑃750 = = 0,594 𝑔/𝑚𝐿
91
38
Formula B = 𝑃𝑜 = = 0,3958 𝑔/𝑚𝐿
96
38
𝑃500 = = 0,4368 𝑔/𝑚𝐿
87
38
𝑃750 = = 0,4471 𝑔/𝑚𝐿
85
4) Kadar Pemampatan
Tabel 11.4 Data pengamatan evaluasi uji bobot jenis kadar pemampatan
tablet dengan cara metode granulasi basah dengan tujuan yaitu dapat memahami
granul dengan menggunakan alat yang sesuai dan menafsirkan hasli evaluasi
tersebut memenuhi syarat atau tidak dan yang terakhir adalah dapat
Selain itu, pada praktikum granulasi basah ini dilakukan dengan prinsip
dengan 2 metode yang berbeda yaitu cara basah dengan memasukan larutan
pengikat ke dalam massa campuran serbuk hinga diperoleh massa yang basah dan
massa yang basah. Setelah itu di ayak dan diperoleh granul basah. Lalu,
ditambahkan komponen fase luar dan di kempa dengan punch hingga diperoleh
Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan pbat dengan atau tanpa
dilakukan dengan cara granulasi atau non granulasi. Granulasi adalah proses
peningkatan ukuran partikel dengan mekanisme penggabungan partikel partikel
kecil membentuk suatu partikel yang berukuran besar atau dikenal dengan istilah
agregat (gumpalan) permanen yang lebih besar dan secara fisik akan lebih kuat,
agar mudah mengalir serta partikel asal masih dapat diidentifikasi. Pada cara
granulasi terbagi menjadi 2 metode yaitu metode granulasi basah dan granulasi
kering. Sedangkan pada cara non granulasi hanya ada 1 metode yaitu dengan cara
metode kempa langsung. Perbedaan dari ketiga metode ini dilihat dari mekanisme
dilakukan dengan metode granulasi basah adalah karena penentuan metode cara
pembuatan tablet dilihat dari segi urutan prioritas yang pertama adalah dilihat dari
segi stabilitas zat aktif yang digunakan dalam tablet tersebut, lalu dilihat dari sifat
alir serbukdan dosis zat aktif tersebut. Zat aktif yang digunakan dalam tablet ini
parasetamol yaitu stabil pada suhu panas seperti 45°C dan bersifat sedikit
higroskopis pada suhu 25°C dengan kelembapan hingga 90%. Sehingga bisa
dikatakan bahwa zat aktif parasetamol adalah zat aktif yang tahan panas dan tahan
basah. Selain itu dilihat dari data pemeriannya yaitu menurut (…), parasetamol
memiliki bentuk amorf dan juga memiliki polimorfisme yang tidak beraturan
sehingga cenderung memiliki sifat alir yang buruk. Kemudian, dosis parasetamol
yang digunakan pada pembuatan tablet kali ini adalah sejumlah 250 mg. Hal ini
bisa dikatakan bahwa dosis tersebut relatif kecil sehingga cocok digunakan
pembuatan tablet dengan metode granulasi basah. Pada umumnya dosis yang
beredar biasanya pada parasetamol ini adalah 500 mg. (IAI, 2017:1). Namun pada
formula ini yang dibuat dosisnya adalah 250 mg. Dosis ini biasanya diberikan
pada pasien anak anak. Menurut beberapa penelitian pada jurnal, bisa dikatakan
bahwa zat aktif parasetamol ini memiliki sifat daya kompresibilitas yang buruk
aliran dan kohesi yang lebih baik (Kusumo et al, 2012). Alasan zat aktif
parasetamol ini dijadikan sediaan tablet adalah karena memiliki ketepatan dosis
dalam setiap penggunaannya, lebih stabil dan tidak ditumbuhi mikroba karena
yang akan ditabletasi memiliki sifat alir yang buruk, memiliki bobot jenis yang
rendah, daya kompresibilitas yang rendah. Serta memiliki zat aktif yang tahan
terhadap panas, tahan terhadap lembab dan memiliki dosis yang relatif kecil.
granulasi basah.
lalu pengeringan dan pengayakan, hingga diperoleh kadar air dan ukuran partikel
yang memenuhi syarat (…).Dengan hal demikan, maka yang menjadi cirikhas dari
dikatakan pembasah untuk terjadinya interaksi antar partikel satu dengan partikel
lainnya yang ditujukan untuk proses pembentukan granul nantinya. Hal ini
dikenal dengan istilah interaksi antar partikel yang difasilitasi oleh liquid bridges.
Hal ini berbeda dengan cara granulasi kering. Pengikatan antar parikel satu
dengan partikel lainnya terjadi karena adanya pengikatan secara alami tanpa
pembasah yaitu bisa dengan cara adanya gaya tarik menarik antar partikel yang
memiliki muatan listrik statik dikenal dengan gaya elektrostatik dan gaya van der
waals yaitu dikenal dengan gaya dipol dipol yang artinya gaya tarik menarik antar
2 kutub yang berbeda muatan antara satu sama lain. Selain itu juga interaksi antar
pembuatan tablet lainnya (granulasi kering dan kempa langsung) adalah sifat
obat dengan dosis besar memiliki sifat alir serta komprestabilitas yang kurang
baik dapat digranulasi agar aliran dan kohesi lebih baik, obat dengan dosis kecil
dapat digunakan penambahan zat warna pada larutan pengikat agar terlihat
distribusi yang merata atau homogen, serbuk dengan bobot jenis nyata yang
rendah dan berdebu dapat ditangani tanpa menghasilkan banyak debu sehingga
pembuatan tablet dengan sistem pelepasan zat aktif terkendali, dan kecepatan
disolusi obat yang kurang larut dapat ditingkatkan melalui pemilihan pelarut dan
pengikat yang sesuai atau penambahan zat peningkat kelarutan obat. Selain
kelebihan, granulasi basah memiliki kekurangan yaitu tahapan proses banyak
banyak perlatan, proses ini memerlukan waktu yang lama terutama tahap
pembasahan dan pengeringan, rendemen akan lebih kecil karena hilangnya massa
campur pada setiap tahap, kemungkinan terjadinya kontaminasi silang akan lebih
disolusi yang rendah jika formulasi dan proses yang dipilih tidak tepat(...).
granulasi basah dengan 2 cara yang berbeda dilihat dari berdasarkan pemberian
bahan pengikatnya yaitu dengan cara basah (formula 1) dan cara kering (formula
2). Namun sebenarnya, pada praktikum ini tidak dilakukan hingga pencetakan
metode yang berbeda yaitu cara basah dan cara kering dengan berdasarkan
sediaan tablet atau granul yang dihasilkan dari kedua formula tersebut yang lebih
bahan bahan yang akan digunakan. Bahan yang praktikan bisa timbang terlebih
dahulu ada komponen komponen fase dalam terdiri dari parasetamol, amprotab,
PVP dan laktosa. Dalam perhitungan penimbangan untuk fase dalam, sebetulnya
dapat dilakukan dengan 2 metode. Pertama ada dengan cara mengalikan secara
keseluruhan pada tablet utuhnya dan yang kedua adalah dengan metode
mengalikan dengan fase dalam itu sendiri. Dari kedua metode, metode yang
langsung dengan fase dalam dan tujuannya memang untuk membuat fase dalam
itu sendiri.
Pada cara basah, bahan pengikat tidak dicampurkan dengan massa serbuk
lainnya. Tetapi, dibuat larutan pengikat terpisah terlebih dahulu dengan cara
mencampurkan bahan pengikat yang ada dengan pelarut pengikat yang sesuai
dengan data kelarutannya atau berdasarkan hasil orientasi. Hal hal yang dilakukan
dalam metode granulasi basah dengan cara basah adalah pertama dilakukan
adalah karena menurut (Rowe et al, 2009:582), PVP dengan konsentrasi 0,5%-5%
dapat dijadikan bahan pengikat untuk sediaan tablet. Selain itu, PVP adalah bahan
pengikat yang umum biasa digunakan pada suatu sediaan tablet yang disertai
etanol adalah karena berperan sebagai pelarut pengikat yang mampu melarutkan
bahan pengikat (PVP) tersebut karena bahan pengikat akan bekerja lebih efektif
jika dalam bentuk larutannya. Selain itu, etanol adalah bahan yang mudah
dibandingkan dengan bahan pengikat lainnya adalah karena memiliki sifat alir
yang baik, sudut diam minimum, serta menghasilkan fines yang lebih sedikit dan
ditimbang dan dicampurkan masing masing bahan serbuk yang termasuk ke dalam
fase dalam yaitu parasetamol, amprotab, dan laktosa hingga homogen yang
Peran parasetamol dalam formula ini adalah sebagai zat aktif yang
memiliki aktivitas tertentu seperti sebagai analgetik dan antipiretik (Ditjen POM,
1995:647). Peran amprotab pada formula ini adalah sebagai bahan penghancur
dalam yang berfungsi untuk memudahkan hancurnya tablet dan granul ketika
nantinya berada pada saluran cerna. Konsentrasi yang digunakan amprotab dalam
formula ini adalah sebesar 10%. Alasan digunakannya pada konsentrasi demikian
adalah karena menurut ( Rowe et al, 2009: 685) amprotab dengan konsentrasi
rentang 3%-25% dapat dijadikan sebagai bahan penghancur dalam sediaan tablet,
dan konsentrasi 10% termasuk ke dalam rentang tersebut, Selain sebagai bahan
penghancur luar (fase luar) dalam formula ini dengan tujuan yang sama yaitu
untuk memudahkan hancurnya tablet ketika berada pada saluran cerna atau
penghancur luar pertama yang menginisiasi hancurnya tablet. Sehingga pada saat
proses penghancuran tablet, selain bagian dalam tablet yang hancur, bagian
permukaan tabletpun akan ikut hancur secara bersamaan. Namun konsentrasi yang
digunakan sebagai bahan penghancur luar adalah 5% dan ini lebih sedikit
karena dilihat dari persentase kadar fase dalam yang lebih banyak yaitu 92%
sedangkan fase luar adalah sebanyak 8%. Alasan jumlah fase dalam lebih banyak
dibandingkan dengan jumlah fase luar, karena komponen komponen fase dalam
berperan untuk membentuk inti tablet yang mengandung zat aktif. Sedangkan fase
tidak inkompatibilitas dengan bahan lainnya yang terdapat pada formula ini serta
memiliki sifat hidrofilik. Artinya saat amprotab kontak dengan air, maka
amprotab ini akan memfasilitasi jalan masuknya air ke dalam tablet melalui pori
pori tablet atau bisa dikatakan dapat meningkatkan penetrasi air ke dalam tablet.
Sehingga akan mempercepat waktu hancur tablet karena sebagai aksi kapiler yang
melawan aksi dari bahan pengikat. Selanjutnya adalah peran dari laktosa dalam
formula ini adalah sebagai bahan pengisi. Bahan pengisi berfungsi untuk
menggenapkan bobot tablet sesuai dengan yang diharapkan (…). Bahan pengisi
diperlukan dalam formula ini karena dosis obat yang digunakan bisa dikatakan
kecil sehingga tidak cukup untuk membuat bulk. Alasan digunakannya laktosa
sebagai bahan pengisi dalam formula ini adalah karena tidak inkompatibiltas
dengan bahan bahan lain pada formula ini serta memiliki sifat alir dan
kompresibilitas yang baik serta bersifat inert sehingga tidak akan mempengaruhi
pengikat sedikit demi sedikit sambil diaduk. Tujuannya adalah agar pemberian
larutan pengikat tersebut menyebar dan merata tidak hanya pada satu titik daerah
tertentu saja pada bagian massa serbuk. Selain itu juga untuk mencegah terjadinya
pembentukan granul yang sangat keras pada granul tertentu saat setelah
bahwa pada bagian keras tersebut paling banyak mengandung larutan pengikat.
diinginkan. Namun dengan hal ini bisa berakibat buruk yaitu massa campuran
yang akan diperoleh akan menjadi massa yang terlalu lembek. Untuk itu cara
massa serbuk yang diaduk adalah akan terjadi interaksi antar partikel satu dengan
partikel lainnya yang difasilitasi oleh pembasah (larutan pengikat) atau liquid
bridges. Tahapan-tahapan yang terjadi adalah yang pertama terjadi pendular yaitu
pendular). Kedua adalah terjadi funikular yaitu keadaan transisi antara pendular
dan kapiler yang terjadi pada rongga rongga adalah tidak sepenuhnya jenuh
dengan adanya cairan. Ketiga adalah terjadi kondisi kapiler yaitu keadaan saat
granul jenuh. Artinya semua rongga rongga sudah tersisi oleh cairan dan
permukaan cairan ditarik ke dalam pori pori dengan adanya aksi kapiler. Pada
tahap kapiler ini adalah tahap yang tepat dan baik karena saat di kompres sudah
tidak ada lagi sudut. Saat partikel satu terikat dengan partikel lainnya melalui
cairan (larutan pengikat) maka akan terjadi gaya adesi antara partikel dengan
cairan tersebut (gaya tarik menarik antar zat yang berbeda jenis) (…)
massa serbuk dan diperolehnya massa basah yang sesuai untuk dijadikan granul
terhadap kadar zat yang terkandungnya. Apabila tidak tercampur merata maka
kadar suatu zat tidak merata pula yang berarti dosis tidak akan merata sehingga
ayakan mesh 10. Tujuan pengayakan ini adalah untuk diperolehnya suatu granul
dengan ukuran partikel yang seragam sehingga proses pencampuran bahan akan
tahap selanjutnya.
Tujuan pembentukan granul adalah agar dapat meningkatkan sifat alir, agar
dikeringkan dalam oven dengan suhu 60°C hingga kandungan lembabnya kurang
dari 3%. Tujuan pengeringan ini adalah untuk menguapkan etanol 95% yang
terdapat dari massa granul tersebut sehingga diperoleh massa granul yang kering.
Alasan digunakannya pada suhu demikian, karena jika suhunya terlalu tinggi,
dikhawatirnya, granul yang diperoleh akan terlalu kering dan kadar air yang
didapat akan kurang dari 1 menyebabkan granul akan mudah rapuh. Selain itu,
apabila suhunya terlalu rendah maka proses pengeringan akan berlangsung lama
serta kadar air yang mungkin diperoleh akan lebih besar dari 3% dan diperoleh
dengan rentang 1-3%. Hal ini sesuai sebagaimana syarat dalam evaluasi uji
kelembaban (…).
Hal yang terjadi saat proses pengeringan adalah pada awalnya partikel satu
yang terikat dengan partikel lainnya yang difasilitasi liquid bridges atau cairan
pengikat (pembasah), maka cairan pengikat tersebut akan menguap dan interaksi
antar partikel satu dengan partikel lainnya akan dihubungkan dengan kisi kisi
kristal atau dalam artian lain terbentuknya jembatan jembatan kristalin yang
diperoleh, selanjutnya, granul tersebut di ayak kembali dengan ayakan mesh 16.
Tujuannya sama yaitu untuk memperoleh granul dengan ukuran partikel yang
seragam. Namun ukuran mesh yang digunakan disinilah memiliki nomor mesh
yang lebih besar dari sebelumnya. Menurut (….), semakin besar nomor mesh
maka ukuran lubang pengayakan akan semakin kecil sehingga partikel yang
dihasilkan dari ayakan tersebut menghasilkan material yang lebih halus atau lebih
menjadi tablet jauh lebih mudahuntuk dikempa. Selain itu dikarenakan sebelum
granul yang lebih kecil atau lebih halus ini diperlukan sehingga rongga cetakan
untuk memproduksi tablet-tablet kecil dapatdiisi penuh secara tepat oleh granul-
granul tadi. Kekosongan atau rongga udarayang disisakan oleh granul besar akan
Hal hal yang dilakukan selanjutnya adalah granul kering yang dihasilkan
Evaluasi evaluasi yang dilakukan terdiri dari uji kelembaban, uji kecepatan alir,
kandungan lembab granul sehingga tidak akan menimbulkan masalah pada proses
pencetakan dan produk akhir tablet. Kadar lembab yang tinggi dapat mengganggu
proses aliran menyebabkan penempelan pada mesin dan meningkatkan resiko
granul rapuh. Evaluasi ini memiliki prinsip yaitu kandungan air dapat diukur
(gravimetri).
kadar air yang diperoleh pada formula 1 ini adalah 1,54%. Hasil tersebut
memenuhi sebagaimana persyaratan yang ada. Menurut (….), hasil penafsiran dari
1%-3%. Artinya, granul tersebut tidak akan mudah rapuh (jika persentasenya
dibawah 1%) dan tidak tidak mengganggu aliran dan menyebabkan penempelan
golongan sifat alir dari suatu granul yang dinyatakan dalam kecepatan alirnya
(gram/detik). Uji kecepatan alir ini dilakukan dengan 2 metode yaitu metode
corong dengan prinsip menetapkan jumlah granul yang mengalir melalui alat
selama waktu tertentu dan metode sudut baring (istirahat) dengan prinsip
pengukuran sudut yang terbentuk dari lereng timbunan granul yang mengalir
bebas dari corong terhadap suatu bidang datar. Alat yang digunakan dalam
ini adalah pada metode corong menghasilkan kecepatan alir yaitu 12 gram/detik
melewati lubang corong adalah sebanyak 4 detik. Hal ini sesuai dengan
persyaratan yang ada. Menurut (….), hasil penafsiran dari uji kecepatan alir
granul baik jika waktu yang diperlukan untuk mengalir 100 gram granul adalah
kurang atau sama dengan 10 detik. Dalam percobaan ini hanya digunakan 50
gram granul. Sehingga, seharusnya waktu yang diperlukan untuk 50 gram granul
untuk mengalir adalah kurang atau sama dengan 5 detik. Hasil uji evaluasi yang
metode sudut baring, hasil data pengamatannya adalah sudut istirahat yang diukur
antara lereng granul dengan bidang dating yaitu sebesar 26,6°. Artinya, maka
dinyatakan bahwa granul tersebut memiliki sifat alir dengan golongan yang sangat
mudah mengalir. Karena, Menurut (…), hasil penafsirannya adalah pada sudut
dengan rentang 25°-30° termasuk ke dalam granul yang sangat mudah mengalir,
sudut dengan rentang 30°-38° termasuk ke dalam granul yang mudah mengalir
dan sudut dengan lebih dari 38° termasuk ke dalam granul yang kurang mengalir.
Sehingga bisa dinyatakan bahwa granul yang praktikan peroleh memenuhi syarat
melihat keseragaman dari ukuran granul. Ukuran granul sebaiknya seragam. Hal
ini sehingga dapat menjamin aliran granul dan juga keseragaman kandungan
granul. Distribusi ukuran granul sebaiknya mengikuti kurva distribusi normal.
Dari distribusi granul maka bisa melihat jumlah fines dalam granul yang
dihasilkan. Evaluasi ini memiliki prinsip yaitu menganalisa ukuran dan distribusi
ukuran mesh terbesar diletakan paling atas dan ukuran mesh terkecil diletakan
paling bawah kemudian mesin digetarkan maka granul tersebut akan terpisah di
evaluasi ini adalah persentase bobot hasil pengayakan dari mesh 20, 40, 60, 80,
100, 120,140 dan 200 berturut turut adalah 51,895%, 4,927%, 1,612%, 11,838%,
0%, 1,703%, 1,119% dan 7,709%. Apabila hasil tersebut dibandingkan dengan
persyaratan yang ada. Karena menurut (…),ukuran partikel granul yang baik
terdapat pada ayakan ke 3 dan ayakan ke 4 yaitu pada mesh 60 dan mesh 80.
Sehingga, persentase sebaran yang paling banyak hendaknya pada rentang ini dan
lebih dari 40%. Dan jika perolehan sampel lebih besar 40% pada ayakan ke 6
yaitu mesh 120. Maka metode granulasi tidak baik karena banyak fines yang
proses granulasi ini, dapat disebabkan oleh proses pengayakan dan penggerusan
massa slug menjadi granul yang tidak homogen, sehingga hasil yang didapatkan
tidak sesuai dengan seharusnya dan tidak lagi menjadi 100%. Hal ini dapat terjadi
karena adanya partikel granul atau serbuk yang masih menempel pada mesh, dan
Evaluasi yang terakhir adalah evaluasi uji bobot jenis yang dilakukan
dengan tujuan melihat keseragaman dari ukuran granul. Ukuran granul sebaiknya
seragam. Hal ini sehingga dapat menjamin aliran granul dan juga keseragaman
normal. Dari distribusi granul maka bisa melihat jumlah fines dalam granul yang
dihasilkan (…)
Hasil BJ nyata yang diperoleh adalah sebesar 0,5407 g/mL. Alat yang digunakan
dalam penentuan BJ nyata adalah tapped density tester. Kedua adalah melalukan
pada ketukan n. Pada pengukuran BJ mampat ini, gelas ukur diketuk dengan
ketukan sekian kali. Tujuan pengetukan ini adalah untuk menghilangkan rongga
rongga udara yang terdapat pada partikel yang dimasukan ke dalam gelas ukur
diperoleh adalah dari ketukan 10 kali, 500 kali dan 750 kali berturut turut adalah
0,552 g/mL;0,581 g/mL dan 0,594 g/mL. Alat yang digunakan dalam penentuan
BJ mampat adalah sama halnya seperti pada BJ nyata. Berdasarkan hasil BJ nyata
dan BJ mampat yang diperoleh. Menurut (…) BJ mampat hasilnya harus lebih
besar dari BJ nyata. Dan hasil yang praktikan peroleh sesuai dengan sebagaimana
pengukuran BJ sejati dengan prinsip yaitu massa granul dibagi dengan volume
granul yang tidak termasuk pori pori granul. Alat yang digunakan dalam
hasil yang data pengamtan yang diperoleh oleh praktikan adalah kadar
pemampatannya sebesar 7%. Hal ini sesuai dengan persyaratan yang ada. Menurut
(…), penafsiran hasil granul yang memenuhi syarat jika kadar pemampatannya
data pengamatan yang diperoleh oleh praktikan adalah angka haussnernya sebesar
1,098. Hasil ini sesuai dengan hasil penafsiran yang ada yaitu, menurut (…),hasil
penafsiran yang baik dari angka haussner adalah 1 atau mendekati 1. Sehingga
hasil yang praktikan peroleh sesuai dengan ketentuan yang ada. Selain itu, karena
kompresibilitas. Hasil yang diperoleh dari data pengamatan evaluasi ini adalah
golongan aliran yang sangat baik. Menurut (…), penafsiran hasil persen
baik, pada rentang 16%-25% termasuk ke dalam aliran baikdan pada rentang lebih
atau sama dengan 26% termasuk ke dalam aliran buruk. Sehingga bisa dikatakan
bahwa hasil evaluasi yang praktikan peroleh sesuai dengan ketentuan yang ada.
sebenarnya pada praktikum ini hanyak dilakukan sampai evaluasi granul saja dan
granul yang memenuhi syarat dicampurkan dengan fase luar.terdiri dari talk,
amprotab dan magnesium staearat yang masing masing zat terebut memiliki
karakteristik aliran granul atau meningkatkan aliran granul dari hopper ke dalam
die.(…). Persentase talk yang digunakan dalam formula ini adalah sebesar 2%.
2009:728) talk digunakan sebagai glidan dan lubrikan dengan rentang persentase
Selain itu, alasan talk digunakan dalam formula ini sebagai glidan adalah karena
tidak inkompatibilitas dengan bahan lainnya pada formula ini dan merupakan
glidan umum yang biasa digunakan dalam pembuatan sediaan tablet. Peran
sebagai lubrikan pada formula ini. Fungsi lubrikan adalah untuk mengurangi
gesekan atau friksi yang terjadi antara permukaan tablet dengan dinding die
digunakan dalam formula ini adalah sebesar 1%. Alasan digunakannya pada
alasan Mg staearat digunakan dalam formula ini sebagai glidan adalah karena
tidak inkompatibilitas dengan bahan lainnya pada formula ini dan merupakan
fase dalam dan fase luar tidak dicampurkan secara bersamaan karena hal ini
berdasarkan pada teknik kerja metode granulasi basah. Fase luar dalam formula
ini akan dicapurkan dengan bahan lainnya pada saat granul akan masuk ke dalam
mesin pencetak tablet. Tujuannya adalah untuk melapisi bagian luar massa granul
untuk meningkatkan sifat alirnya agar mudah mengalir pada alat mesin cetak
tablet.
maka massa granul diap untuk di cetak pada mesin tablet. Dan hendaknya, hasil
tablet yang diperoleh harus dievaluasi terlebih dahulu. Tujuannya adalah untuk
menguji bahwa sediaan yamh telah dibuat sudah memenuhi persyaratan serta
untuk mengetahui karakteristik dan sifat dari sediaan tablet. Hingga nantinya
digunakan parasetamol sebagai zat aktif memiliki aktivitas tertentu seperti sebagai
analgetik dan antipiretik (Ditjen POM, 1995:647). Parasetamol memiliki sifat alir
yang buruk (rat holing) dan kompaktibilitas yang buruk, memiliki sifat alir yang
granulasi basah. Selain itu, parasetamol stabil terhadap panas (pengeringan) serta
bahan dengan menimbang bahan-bahan yang digunakan sebagai fase dalam, bobot
yaitu untuk membuat komponen tablet sesuai sehingga dapat terbentuk tablet
dengan jumlah yang telah ditentukan. Dilanjutkan dengan proses Mixing yang
terkandungnya. Apabila tidak tercampur merata maka kadar suatu zat tidak merata
pula yang berarti dosis tidak akan merata sehingga dapat menurunkan kualitas
dari tablet yang akan dicetak. Pada tahap ini parasetamol sebagai zat aktif,
membentuk ukuran yang lebih besar. Pada tahap ini dilakukan pencampuran
larutan pengikat dengan serbuk yang sudah di mixing pada proses mixing untuk
sedikit ke dalam campuran bahan sambil diaduk. Proses granulasi bertujuan untuk
tertentu dari bahan untuk diolah dengan peningkatan sifat aliran untuk penakaran
(ke dalam mesin kempa) dan pengempaan menjadi tablet, meningkatkan tampilan
jenis ruahan untuk penyimpanan dan bahan untuk dikempa, membentuk dan
mekanisme kerja membentuk ikatan hidrogen saat pengempaan dan pecah atau
mengembang saat cairan masuk ke dalam pori-pori tablet (kapiler). Amprotab
pada formula ini adalah sebagai bahan penghancur dalam yang berfungsi untuk
memudahkan hancurnya tablet dan granul ketika nantinya berada pada saluran
cerna. Konsentrasi yang digunakan amprotab dalam formula ini adalah sebesar
rentang konsentrasi yang tertera pada literatur yaitu 3%-25% (Rowe et al, 2009:
685) yang dapat dijadikan sebagai bahan penghancur dalam sediaan tablet, dan
tablet, ditunjukan untuk membuat bobot tablet sesuai dengan yang tercantum
dalam formula atau untuk menggenapkan bobot tablet sesuai dengan yang telah
diperhitungkan. Selain itu, diperlukan bahan pengisi dimana dosis obat yang
digunakan bisa dikatakan kecil sehingga tidak cukup untuk membuat bulk dan
memiliki pemerian atau dihasilkan rasa yang sedikit manis sehingga akan lebih
diterima oleh pasien karena zat aktif yang digunakan, yaitu paracetamol memiliki
rasa pahit.
ditambahan dengan cara diteteskan sedikit demi sedikit sampai menjadi massa
basah, yang kepal ketika di genggam dan mudah pudar jika ditekan. Pelarut
pengikat yang digunakan adalah menggunakan etanol 95%. Volume etanol yang
ditambahkan sebanyak 67,5 mL, penambahan pelarut pengikat tidak boleh terlalu
banyak. Jika terlalu banyak atau melebihi volume etanol yang sudah dihitung
massa kepal yang terbentuk akan lebih lengket, sehingga saat telah menjadi granul
dan melewati proses tabletasi, granul tersebut dapat menempel pada mesin cetak
tablet atau menempel pada punch sehingga akan menyulitkan proses tabletasi.
Selama penambahan pelarut pengikat pada campuran massa serbuk yang diaduk
adalah akan terjadi interaksi antar partikel satu dengan partikel lainnya yang
konsentrasi 5%, alasan digunakannya PVP pada konsentrasi tersebut dimana pada
literature PVP dengan konsentrasi 0,5%-5% dapat dijadikan bahan pengikat untuk
sediaan tablet (Rowe et al, 2009:582). Selain itu, digunakan pelarut pengikatnya
yaitu etanol 95%, alasan digunakannya etanol adalah karena berperan sebagai
pelarut pengikat yang mampu melarutkan bahan pengikat (PVP) tersebut karena
bahan pengikat akan bekerja lebih efektif jika dalam bentuk larutannya. Selain itu,
etanol adalah bahan yang mudah menguap. Sehingga dapat menjaga kelembapan
Massa basah yang telah terbentuk, kemudian diayak dengan menggunakan ayakan
untuk mencegah rasa kasar dari sediaan yang disebabkan oleh bahan obat yang
padat dan kasar, selain itu untuk membentuk suatu campuran serbuk yang rata
sehingga memiliki distribusi normal dan diharapkan kandungan zat aktif dalam
terjadinya binding dan sticking yang disebabkan masih adanya kandungan air di
3%. Tujuan pengeringan ini adalah untuk menguapkan etanol 95% yang terdapat
dari massa granul tersebut sehingga diperoleh massa granul yang kering.
massa basah di mana cairan (etanol 95%) harus dihilangkan karena keberadaan air
akan menimbulkan masalah pada sifat aliran dan ketidakstabilan secara kimiawi
(Agoes, 2012: 310). Alasan digunakannya pada suhu demikian, karena jika
suhunya terlalu tinggi, dikhawatirnya, granul yang diperoleh akan terlalu kering
dan kadar air yang didapat akan kurang dari 1 menyebabkan granul akan mudah
rapuh. Selain itu, apabila suhunya terlalu rendah maka proses pengeringan akan
berlangsung lama serta kadar air yang mungkin diperoleh akan lebih besar dari
3% dan diperoleh massa granul yang masih lembek, mengganggu proses aliran
pertumbuhan mikroba.
lebih kecil, biasanya digunakan ayakan no. 16 agar ukuran granul menjadi lebih
homogen dan memperoleh granul dengan ukuran partikel yang seragam. Pada
sebagaimana persyaratan atau tidak. Evaluasi evaluasi yang dilakukan terdiri dari
uji kelembaban, uji kecepatan alir, uji distribusi ukuran partikel dan uji bobot
jenis.
kandungan air dalam granul. Prinsipnya kandungan air dapat diukur menggunakan
Semakin banyak air yang terkandung maka akan semakin buruk sediaan yang
akan dibuat. Granul dapat dikategorikan baik apabila kadar air yang terkandung
hanya sekitar 1 – 3% dan dapat dikategorikan kurang baik apabila kadar airnya
<1%(…). Air yang terkandung pun dapat berfungsi sebagai pengikat sehingga jika
terlalu rendahnya kadar air akan menyebabkan tablet yang akan dicetak lebih
mudah hancur sedangkan jika kadar air tinggi dapat mengganggu proses aliran
mikroba. Kadar air yang dihasilkan yaitu 3%, yang berarti menunjukan bahwa
pengisian kedalam cetakan. Selain itu, untuk mengetahui golongan sifat alir dari
suatu granul yang dinyatakan dalam kecepatan alirnya (gram/detik). Uji kecepatan
alir ini dilakukan dengan 2 metode yaitu metode corong dengan prinsip
menetapkan jumlah granul yang mengalir melalui alat selama waktu tertentu dan
metode sudut baring (istirahat) dengan prinsip pengukuran sudut yang terbentuk
dari lereng timbunan granul yang mengalir bebas dari corong terhadap suatu
bidang datar. Alat yang digunakan dalam evaluasi ini adalah flow tester (…).
dengan metode corong. Waktu alir dapat digunakan untuk menentukan sifat alir
serbuk atau granul. Waktu alir adalah waktu yang dibutuhkan untuk mengalir dari
sejumlah granul melalui lubang corong yang diukur adalah sejumlah zat yang
mengalir dalam suatu tertentu. Semakin baik sifat alirnya maka akan semakin
cepat waktu yang diperlukan untuk mengalirkan sejumlah berat tertentu serbuk
atau granul. Diketahui bahwa daya alir yang baik adalah minimal 100 g granul ≤
10 detik atau 10 g/ detik. Berdasarkan hasil yang diperoleh, waktu alir 5,40 detik
dari 50 g granul atau 9,26 g/detik, yang menunjukan granul mudah mengalir
karena hasil yang diperoleh tidak memenuhi persyaratan minimalnya jika untuk
50 g granul maka perlu waktu ≤ 5 detik. Hal itu dikarenakan factor human error
dimana praktikan tidak tepat menekan tombol stop dan start stopwatch dengan
baring/istirahat. Sudut istirahat adalah sudut maksimum yang bisa didapat antara
permukaan tegak bebas dari tumpukan serbuk dan dasar horizontal. Pengukuranitu
memberikan ketetapan kualitatif dari kohesi internal dan efek hambatan di bawah
tingkat bawah muatan eksternal, yang mungkin dipakai pada pencampuran serbuk
atau pada pencetak tablet (die). Menurut literatur, jika α= 25 – 30°, menunjukan
granul sangat mudah mengalir. Berdasarkan hasil diperoleh, pada metode corong
menghasilkan 29,94°, maka dinyatakan bahwa granul tersebut memiliki sifat alir
dengan golongan yang sangat mudah mengalir. Menurut (…), hasil penafsirannya
adalah pada sudut dengan rentang 25°-30° termasuk ke dalam granul yang sangat
mudah mengalir, sudut dengan rentang 30°-38° termasuk ke dalam granul yang
mudah mengalir dan sudut dengan lebih dari 38° termasuk ke dalam granul yang
kurang mengalir.
keseragaman dari ukuran granul. Prinsip yaitu menganalisa ukuran dan distribusi
ukuran mesh terbesar diletakan paling atas dan ukuran mesh terkecil diletakan
paling bawah kemudian mesin digetarkan maka granul tersebut akan terpisah di
hasil pengamatan yang diperoleh yaitu persentase bobot hasil pengayakan dari
mesh 20, 40, 60, 80, 100, 120,140 dan 200 berturut turut adalah 48,25%, 10,7%,
4,15%, 4,93%, 0%, 14,58%, 1,54% dan 3,30%. Dari hasil evaluasi tersebut maka
ukuran partikel granul yang baik terdapat pada ayakan ke 3 dan ayakan ke 4 yaitu
pada mesh 60 dan mesh 80. Sehingga, persentase sebaran yang paling banyak
hendaknya pada rentang ini dan lebih dari 40%. Jika perolehan sampel lebih besar
40% pada ayakan ke 6 yaitu mesh 120, maka metode granulasi tidak baik karena
banyak fines yang dihasilkan. Dari hasil praktikan diperoleh bahwa persentase
sampel terdapat banyak pada ayakan mesh ke 1 yaitu pada mesh 20 sebesar
48,25%. Ketidak merataan atau rendahnya distribusi ukuran partikel pada proses
massaslug menjadi granul yang tidak homogen, sehingga hasil yang didapatkan
tidak sesuai dengan seharusnya dan tidak lagi menjadi 100%. Hal ini dapat terjadi
karena adanya partikel granul atau serbuk yang masih menempel pada mesh, dan
Evaluasi keempat, uji bobot jenis terdiri dari beberapa langkah yaitu
hal ini sifat aliran granul juga dapat diketahui. Hasil BJ nyata yang diperoleh
adalah sebesar 0,380 g/mL. Alat yang digunakan dalam penentuan BJ nyata
adalah tapped density tester. Pengukuran bobot jenis mampat dengan prinsip
gelas ukur diketuk dengan ketukan sekian kali. Tujuan pengetukan ini adalah
untuk menghilangkan rongga rongga udara yang terdapat pada partikel yang
dimasukan ke dalam gelas ukur tersebut sehingga diperoleh volume yang mampat.
Hasil BJ mampat yang diperoleh adalah dari ketukan 10 kali, 500 kali dan 750
kali berturut turut adalah 0,3958 g/mL;0,4368 g/mL dan 0,4471 g/mL. Alat yang
digunakan dalam penentuan BJ mampat adalah sama halnya seperti pada BJ
nyata. Berdasarkan hasil BJ nyata dan BJ mampat yang diperoleh. Menurut (…)
BJ mampat hasilnya harus lebih besar dari BJ nyata. Dan hasil yang praktikan
peroleh sesuai dengan sebagaimana mestinya yaitu BJ mampatnya lebih besar dari
granul dibagi dengan volume granul yang tidak termasuk pori pori granul. Alat
yang dihasilkan < 20%, berdasarkan hasil pengamatan yang diperoleh untuk kadar
pemampatan yaitu Kp 3%, maka nilai tersebut sesuai literatur granul memenuhi
syarat jika Kp < 20%(…).Granul yang baik dapat terbentuk karena bahan
pengikat didalam granul bekerja efektif sehingga granul lebih stabil saat diketuk.
Berdasarkan hasil yang diperoleh angka haussner yaitu 1,176. Semakin besar
bilangan Hausner yang diperoleh, makin besar daya mengalirnya sehingga makin
sedikit tekanan yang diperlukan untuk mengempa. Hasil ini sesuai dengan hasil
penafsiran yang ada yaitu menurut (…) hasil penafsiran yang baik dari angka
haussner adalah 1 atau mendekati 1. Sehingga hasil yang praktikan peroleh sesuai
15%, hal ini sesuai dengan persyaratan yang ada bahwa hasil persentase ini
termasuk golongan aliran yang sangat baik. Menurut (…), penafsiran hasil persen
kompresiblitas adalah pada rentang 5%-15% termasuk ke dalam aliran sangat
baik, pada rentang 16%-25% termasuk ke dalam aliran baik dan pada rentang
lebih atau sama dengan 26% termasuk ke dalam aliran buruk. Sehingga bisa
dikatakan bahwa hasil evaluasi yang praktikan peroleh sesuai dengan ketentuan
granul sebenarnya ditimbang dan diperoleh sebanyak 115 gram. Praktikum kali
ini hanya dilakukan sampai evaluasi granul dan tidak dilanjutkan proses tabletasi..
Apabila dilanjutnya, langkah selanjutnya adalah sama halnya seperti yang telah
dijelaskan pada metode granulasi basah cara basah. Langkah selanjutnya, setelah
dicampurkan dengan komponen fase luar, maka massa granul siap untuk di cetak
pada mesin tablet. Dan hendaknya, hasil tablet yang diperoleh harus dievaluasi
terlebih dahulu. Tujuannya adalah sama halnya seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya yaitu untuk menguji bahwa sediaan yang telah dibuat sudah
memenuhi persyaratan serta untuk mengetahui karakteristik dan sifat dari sediaan
Setelah tablet atau granul terbentu dihasilkan, baik pada formula 1 maupun
formula 2. tablet atau granul tersebut dikemas yang terdiri dari 2 kemasan yaitu
kemasan primer dan kemasan sekunder. Untuk kemasan primer digunakan botol
disimpan dalam wadah yang terlindung dari cahaya dan tertutup rapay. Kemasan
primer perlu dikondisikan kering makan dalam wadah ditambahkan silika gel.
menurut (….), jenis polimer ini bersifat kuat tahan pelarut, kedap gas dan air.
Adanya mikrokristalin dalam botol ini melindungi tablet dari gas. Sedangkan
kemasan sekunder wadah yang digunakan terbuat dari kardus yang didalamnya
berisi informasi obat. Tujuan adanya kemasan primer untuk melindungi wadah
Informasi obat dibutuhkan untuk pasien mengenai keterangan obat yang terdapat
didalam wadah. Setelah tablet atau granul dikemas dalam botol, pada botol
tersebut dimasukkan adsorben berupa silika gel yang tujuannya adanya mencegah
terjadinya lembab yang bisa merusak stabilitas sediaan parasetamol ini selama
massa penyimpanannya. Silika gel yang digunakan adalah silika yang berwarna
biru karena silika tersebut masih dalam keadaan kondisi murni yang memiliki
kemampuan dapat mengikat air atau kelembabapan yang ada di udara. Setelah itu,
silika tersebut akan berubah warna menjadi warna merah muda yang
menunjukkan bahwa silika gel tersebut sudah mengikat kelembaban yang ada di
udara sekitar zat aktif paracetamol tersebut. Selain itu, alasan lain dalam
penggunaan botol kemasan primer tersebut tidak boleh dilakukan untuk berulang
apiran pilmer pada botol meleleh dan bisa mengeluarkan zat zat yang bersifatnya
menggunakan metode granulasi basah yaitu dengan 2 cara yang berbeda dalam
pemberian bahan pengikatnya yaitu cara basah dan cara kering. Berdasarkan
apabila dilihat dari hasil data pengamatan yang diperoleh praktikan, hasil cara
basahlah yang lebih baik daripada cara kering. Karena, dari beberapa hasil
pengamatancara kering ada yang tidak sesuai dengan penafsiran yang ada salah
satunya seperti dilihat dari kecepatan alirnya dengen metode corong yaitu buruk
waktu yang lebih dari 5 detik (tidak sesuai penafsiran persyaratan), sebagaimana
Selain itu, cara basah bisa dikatakan lebih baik dari cara kering karena PVP yang
digunakan terbasahi semua oleh pelarut pengikat. Karena pengikat akan lebih
efektif jika dalam bentuk larutannya. Berbeda halnya dengan cara kering. Pada
cara kering, PVP dicampurkan dengan massa serbuk. Lalu pada massa serbuk
ditambahkan pelarut pengikat. Maka dengan hal ini akan ada kemungkinan tidak
semua PVP terbasahhi oleh pelarut pengikat (etanol 95%) sehingga pelarut yang
digunakan akan lebih banyak. Tapi tidak bisa sebanyak mungkin yang kita
pembuatan tabletasi dengan granulasi basah cara basah dan cara kering, masing
(….), kelebihan dari cara basah adalah daya ikat yang di hasilkan akan lebih kuat
maka jumlah bahan pengikat yang diperlukan lebih sedikit. Kerugiannya adalah
semua larutan harus dimasukan ke dalam massa granul. Agar persentase yang
digunakan sesuai. Jika jumlahnya terlalu banyak, dikhawatirkan akan
menghasilkan massa granul yang terlalu lembek. Untuk itu, perlu dilakukannya
orientasi terlebih dahulu. Kelebihan dari cara kering adalah prosesnya cepat dan
tidak ada resiko massa granul yang lembek dan terlalu basah karena pelarut
pengikat dalam jumlah banyak karena pengikat akan lebih efektif jika digunakan
XIII. Kesimpulan
massa campuran serbuk hingga diperoleh massa yang basah. Setelah itu di
komponen fase luar dan di kempa dengan punch hingga diperoleh massa
tablet
2. Hasil evaluasi dari uji kelembaban pada granul memenuhi syarat dimana
pada formula A memiliki kadar air 1,54% dan formula B 3% dari kedua
formula tersebut berada pada kadar air yang baik karena masuk dalam
rentang 1-3%. Hasil evaluasi uji kecepatan alir pada formula A granul
faktor human error. Hasil evaluasi dari metoda sudut baring pada formula
25-30o. Hasil evaluasi uji distribusi ukuran partikel formula A dan B tidak
mesh 20. Hasil evaluasi uji bobot jenis dilihat pada kadar pemampatan
adalah memenuhi syarat yaitu pada formula A sebesar 1,098 dan formula
aliran sangat baik karena masuk pada rentang 5-15% sehingga bisa
mutu granul yang dihasilkan dari cara basah dan cara kering hasil
tablet. Akan tetapi apabila dilihat secara rinci keseluruhan dari evaluasi
yang ada, cara basahlah yang lebih baik daripada cara kering. Karena, dari
beberapa hasil pengamatan cara kering ada yang tidak sesuai dengan
penafsiran yang ada salah satunya seperti dilihat dari kecepatan alirnya
dengen metode corong yaitu buruk karena waktu yang dibutuhkan oleh 50
gram melewati corong membutuhkan waktu yang lebih dari 5 detik (tidak
basah bisa dikatakan lebih baik dari cara kering karena PVP yang
lebih efektif jika dalam bentuk larutannya. Berbeda halnya dengan cara
kering. Pada cara kering, PVP dicampurkan dengan massa serbuk. Lalu
pada massa serbuk ditambahkan pelarut pengikat. Maka dengan hal ini
akan ada kemungkinan tidak semua PVP terbasahhi oleh pelarut pengikat
(etanol 95%) sehingga pelarut yang digunakan akan lebih banyak. Tapi
15.3 Brosur
DAFTAR PUSTAKA