Professional Documents
Culture Documents
PERCOBAAN IV
ANALISIS KUALITATIF DAN KUANTITATIF SEDIAAN FARMASI
DENGAN METODE KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI
Disusun oleh:
Kelompok/Shift : 1/D
I. Tujuan
perbedaan kepolaran. Apabila analit yang digunakan bersifat polar dan fase
diamnya pun juga memiliki sifat lebih polar dibandingkan dengan fase geraknya
yang kurang polar. Maka yang terjadi adalah analit tersebut akan sangat lambat
terbawa oleh fase gerak karena interaksinya dengan fase diam lebih kuat
gerak melalui kolom dan setelah keluar dari kolom maka akan diterima oleh
detektor untuk dideteksi Pompa tersebut terdapat di dalam kolom dan fenomena
yang terjadi adalah analit yang kuat akan tertahan di fase diam dan yang lemah
akan terelusi. Setelah di deteksi maka hasilnya adalah akan terekam berupa data
kromatogram.
III. Teori Dasar
Kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) adalah metode pemisahan
komponen dalam larutan berdasarkan ukuran dan polaritas molekulnya. Bila
ditinjau dari sistem peralatannya maka KCKT termasuk kromatografi kolom
karena fase diam yang dipakai diisikan ke dalam kolom, sedangkan bila ditinjau
dari proses pemisahannya KCKT dapat digolongkan sebagai kromatografi
adsorpsi atau kromatografi partisi.
2.3 Instrumen
A. Pompa (Pump)
Fase gerak dalam KCKT adalah suatu cairan yang bergerak melalui kolom.
Ada dua tipe pompa yang digunakan, yaitu kinerja konstan (constant pressure)
dan pemindahan konstan (constant displacement). Pemindahan konstan dapat
dibagi menjadi dua, yaitu: pompa reciprocating dan pompa syringe. Pompa
reciprocating menghasilkan suatu aliran yang berdenyut teratur (pulsating), oleh
karena itu membutuhkan peredam pulsa atau peredam elektronik untuk,
menghasilkan garis dasar (base line) detektor yang stabil, bila detektor sensitif
terhadapan aliran. Keuntungan utamanya ialah ukuran reservoir tidak terbatas.
Pompa syringe memberikan aliran yang tidak berdenyut, tetapi reservoirnya
terbatas (Putra, 2004).
B. Injektor (Injector)
Ada tiga tipe dasar injektor yang dapat digunakan:
1) Stop-Flow: Aliran dihentikan, injeksi dilakukan pada kinerja atmosfir, sistem
tertutup, dan aliran dilanjutkan lagi. Teknik ini bisa digunakan karena difusi di
dalam cairan kecil dan resolusi tidak dipengaruhi.
2) Septum: Septum yang digunakan pada KCKT sama dengan yang digunakan
pada Kromatografi Gas. Injektor ini dapat digunakan pada kinerja sampai 60 -
70 atmosfir. Tetapi septum ini tidak tahan dengan semua pelarut-pelarut
kromatografi cair. Partikel kecil dari septum yang terkoyak (akibat jarum
injektor) dapat menyebabkan penyumbatan.
3) Loop Valve: Tipe injektor ini umumnya digunakan untuk menginjeksi volume
lebih besar dari 10 μL dan dilakukan dengan cara otomatis (dengan
menggunakan adaptor yang sesuai, volume yang lebih kecil dapat diinjeksikan
secara manual). Pada posisi load, sampel diisi kedalam loop pada kinerja
atmosfer, bila valve difungsikan, maka sampel akan masuk ke dalam kolom
(Putra, 2004).
C. Kolom (Column)
Kolom dapat diklasifikasikan menjadi dua kelompok, yaitu :
1) Kolom analitik: Diameter dalam 2 - 6 mm. Panjang kolom tergantung pada
jenis material pengisi kolom. Untuk kemasan pellicular, panjang yang
digunakan adalah 50 - 100 cm. Untuk kemasan poros mikropartikulat, 10 - 30
cm. Dewasa ini ada yang 5 cm.
2) Kolom preparatif: umumnya memiliki diameter 6 mm atau lebih besar dan
panjang kolom 25 -100 cm (Putra, 2004).
D. Detektor
Detektor dapat dibagi menjadi beberapa macam, yaitu sebagai berikut:
3) Detektor Elektrokimia
Banyak molekul organik, termasuk obat, dapat dioksidasi atau direduksi
secara elektrokimia pada elektrode yang cocok. Arus yang dihasilkan pada
proses ini dapat diperkuat untuk menghasilkan tenaga yang sesuai. Meskipun
detektor elektrokimia cukup peka, namun ada pula kelemahannya. Adanya
timbrungan listrik dan goncangan arus juga harus diperhatikan.
Stuktur Parasetamol
Struktur Metanol
TABEL
TABEL
TABEL
Tabel 8.4 Analisis kualntatif larutan uji
TABEL
8.3 Perhitungan
kualitatif dan kuantitatif sediaan farmasi dengan metode kromatografi cair kinerja
tinggi dengan tujuan melakukan analisis kualitatif dan kuantitatif bahan baku
dengan metode kromatografi cair kinerja tinggi serta menyimpulkan mutu bahan
metode kromatografi yaitu pemisahan dari suatu sampel yang dibawa oleh suatu
fase gerak melalui fase diam. Pemisahan solut-solut ini diatur oleh distribusi solut
dalam fase gerak dan fase diam. KCKT ini adalah suatu kromatografi cair kolom
yang sudah berkembang (modern) dari kromatografi cair kolom klasik. Dari
perkembangan ini sehingga diperoleh suatu KCKT yang dapat digunakan untuk
pemisahan yang lebih cepat dan efisien. KCKT ini memiliki prinsip dasar dalam
digunakan bersifat polar dan fase diamnya pun juga memiliki sifat lebih polar
dibandingkan dengan fase geraknya yang kurang polar. Maka yang terjadi adalah
analit tersebut akan sangat lambat terbawa oleh fase gerak karena interaksinya
dengan fase diam lebih kuat dibandingkan dengan fase gerak. Begitupun
sebaliknya. Pada kromatografi ini fase gerak dengan analit akan didorong oleh
fase gerak yang terdapat di alat KCKT dengan adanya bantuan dari pompa
bertekanan tinggi menuju kolom. Dari kolom akan terjadi pemisahan berdasarkan
kepolaran tersebut yaitu analit yang kuat akan tertahan dan analit yang lemah akan
terelusi yang nantinya akan terdeteksi oleh detektor. Komputer akan merekam
semua proses dari awal hingga akhir sehingga diperolehnya data berupa data
kromatogram.
Hal hal yang dilakukan dalam percobaan ini adalah pertama terkait
kromatografi yang akan digunakan diatur terlebih dahulu melalui komputer yang
digunakan. Sistem kromatografi yang dimaksud adalah terdiri dari fase diam yang
detektornya adalah jenis UV 243 nm. Alasan digunakannya fase diam berupa
karena fase diam tersebut bersifat non polar dan berupa padatan sedangkan fase
gerak yang digunakannya bersifat sebaliknya yaitu bersifat polar dan berupa
cairan. Hal ini karena menyesuaikan sifat analit yang digunakan yaitu parasetamol
Menurut (..), parasetamol adalah suatu senyawa obat kimia menurut sifat
kepolarannya bersifat polar sehingga fase gerak dan fase diam yang akan
digunakannya disesuaikan.
Sehingga yang terjadi adalah analit parasetamol tersebut akan mudah terbawa oleh
fase geraknya karena memiliki kesamaan sifar polar sehingga terjadi interaksi
yang kuat antara keduanya. Akibatnya analit tersebut akan terelusi yang nantinya
akan terdeteksi oleh detektor dan melalui komputer hasilkan akan direkam berupa
itu, akibat dari penggunaan Fase diam berupa padatan dan fase gerak berupa
cairan maka bisa dikatakan bahwa sistem kromatografi yang digunakan dalam
percobaan ini adalah jenis kromatografi adsorpsi dengan fase yang digunakan
menggunakan fase diam berupa padatan (adsorban padat) seperti silika, alumina
dan lain lain. Serta menggunakan fase gerak berupa cairan dengan mekanisme
cairan yang tidak saling menyatu sama lain (antara fase diam dan fase gerak).
Dalam hal ini fase diam dan fase gerak yang digunakan adalah berupa cairan.
Sedangkan fase terbalik adalah yaitu suatu kromatografi yang menggunakan fase
gerak yang bersifat polar dan fase diamnya bersifat non polar. Sehingga sampel
yang bersifat sangat polar akan lebih mudah terelusi lebih awal. Berbeda halnya
dengan fase normal yaitu kebalikannnya dari fase balik yang menggunakan fase
gerak yang bersifat non polar dan fase diamnya bersifat polar. Sehingga sampel
yang bersifat non polar akan lebih mudah terelusi lebih awal.
Selain itu, alasan digunakannya suatu detektor jenis UV pada panjang gelombang
243 nm adalah karena pada penggunaan detektor ini tidak bisa menggunakan
sembarang jenis detektor tetapi harus menyesuaikan sifat senyawa yang akan
parasetamol dan menurut literatur yang ada, senyawa ini adalah senyawa yang
Sehingga, detektor jenis UV lah yang tepat dan dapat digunakan pada percobaan
ini.
Detektor adalah suatu komponen dari alat KCKT yang memiliki fungsi
yaitu untuk memantau aliran pelarut yang keluar dari kolom dalam waktu yang
sebenarnya. Selain detektor, komponen alat lain yang terdapat pada KCKT yaitu
adanya pompa yang bertekanan tinggi, kolom dan sistem injektor sampel. Fungsi
pompa ini adalah untuk mengalirkan fase gerak yang terdapat di alat yang
nantinya untuk mendorong larutan yang diinjeksikan berupa campuran fase gerak
dengan analit yang nantinya akan bergabung dan menuju kolom dan pada kolom
digunakan sudah memenuhi syarat atau tidak. Dalam hal ini, prosesnya dikenal
dengan istilah validasi. Dalam pengujian ini dilakukan dengan cara menyuntikan 7
kali larutan standar dengan konsentrasi yang sama dan nilai simpangan baku
relatif yang dicapai adalah harus kurang dari 2% untuk menyatakan bahwa hasil
percobaan yang dilakukan praktikan, diperoleh data bahwa nilai simpangan baku
relatif (SBR) yang dicapai adalah kurang dari 2% yaitu dengan waktu retensi
analisis sediaan farmasi (tablet parasetamol) tersebut. Pada praktikum kali ini,
dilakukan 2 percobaan yaitu yang pertama adalah analisis kualitatif dan yang
kedua adalah analisis kuantitatif. Perbedaan dari kedua analisis ini adalah pada
dalam bahan baku tersebut dengan parameter yang digunakan adalah berupa
waktu retensi. Waktu retensi yang dihasilkan oleh larutan uji dan larutan standar
adalah harus sama. Waktu retensi merupakan suatu waktu yang dibutuhkan oleh
analit yang dimulai dari awal kolom hingga mencapai suatu detektor. Sedangkan
kadar parasetamol dalam sediaan tablet parasetamol yang dijual dipasaran dengan
beberapa metode yang digunakan yaitu cara kurva kalibrasi dan cara one point.
Pada analisis kualitatif, dilakukan membuat larutan standar dengan cara
serta diencerkan menggunakan fase gerak hingga tanda batas. Kemudian, larutan
tersebut dikocok yang tujuannya adalah untuk memperoleh suatu larutan yang
homogen. Setelah itu, dipipet 1 mL dari larutan yang telah homogen tersebut dan
diencerkan kembali menggunakan fase gerak hingga tanda batas pada labu takar
dengan ukuran 0,45µm. Tujuan penyaringan ini adalah untuk memperoleh partikel
dengan berukuran kecil. Apabila partikel tersebut berukuran besar (tidak disaring)
dan jika partikel tersebut masuk ke dalam kolom maka akan mengganggu proses
proses pemisahan atau mengalirnya fase gerak yang terjadi selama di kolom.
Setelah itu, larutan terrsebut siap untuk diinjeksikan pada alat KCKT.
uji dengan cara yaitu pertama menggerus tablet parasetamol yang akan diuji
Semakin kecil ukuran partikel maka akan semakin besar luas permukaan serbuk
tersebut kontak dengan pelarut pengencer yang akan digunakan. Sehingga serbuk
tersebut memiliki kelarutan yang lebih besar dibandingkan apabila dalam bentuk
tabletnya. Setelah dalam bentuk serbuk, maka zat tersebut ditimbang dan
dimasukan ke dalam labu takar 100 mL dan ditambahkan sejumlah fase gerak
akan tetapi tidak mencapai tanda batas pada labu takar. Tujuan pemberian awal
fase gerak ini adalah hanya untuk melarutkan serbuk tablet parasetamol tersebut.
Setelah itu, labu takar 100 mL yang berisi larutan dari tablet parasetamol tersebut
dikocok menggunakan suatu alat shaker 3D. Shaker digunakan untuk mengaduk
larutan zat tersebut sehingga terbentuk larutan yang homogen. Setelah homogen,
kemudian ditambahkan fase gerak hingga tanda batas. Lalu dari larutan tersebut
akan dipipet sejumlah larutan ke dalam labu takar 25 mL dan diencerkan kembali
oleh fase gerak hingga tanda batas. Selanjutnya, larutan tersebut disaring
ini adalah sama seperti halnya yang telah dijelaskan sebelumnya. Namun pada
prosedur pembuatan larutan uji ini, hasil sebanyak 2 mL filtrat awal dibuang dari
Setelah itu, larutan terrsebut siap untuk diinjeksikan pada alat KCKT. Tujuan dari
pembuangan filtrat pertama adalah untuk digunakan membilas filter, agar filtrat
Setelah larutan uji dan larutan standar di injeksikan pada alat KCKT, maka
yang diamati pada analisis kualitatif disini adalah berupa waktu retensi pada
diperoleh data pengamatan bahwa waktu retensi larutan uji adalah 3,483 dan
waktu retensi larutan standar adalah 3,432. Hal ini bisa dikatakan bahwa nilai
waktu retensi keduanya adalah sama dan sesuai sebagaimana dengan literatur
yang ada menjelaskan bahwa menurut (…), hasil analisis kualitatif berupa
terbentuknya suatu kromatogram antara larutan uji dengan larutan standar harus
serta diencerkan menggunakan fase gerak hingga tanda batas. Kemudian, larutan
tersebut dikocok yang tujuannya adalah untuk memperoleh suatu larutan yang
homogen berupa larutan stok baku pembanding parasetamol. Setelah itu, dibuat
pengenceran dari larutan stok baku pembanding tersebut hingga diperoleh suatu
kurva kalibrasi yaitu 10 ppm, 20 ppm, 30 ppm, 40 ppm, 50 ppm dan 60 ppm.
Alasan dibuatnya suatu larutan standar dengan konsentrasi beragam adalah untuk
luas area yang menjadi parameter dari analisis kuantitatif tersebut.. Selain itu,
tujuan dari pembuatan larutan seri pengenceran ini adalah terkait untuk
pembuatan kurva kalibrasi yang akan dilakukan melalui data kromatogram yang
telah diperoleh dikaitkan terhadap konsentrasi masing masing larutan seri stok
baku pembanding yang digunakan. Tujuan dari pembuatan kurva kalibrasi ini
standar baku pembanding dengan luas area kromatogram serta untuk menghitung
membran filter PTFE dengan ukuran 0,45µm dengan tujuan yang sama
dalam pembuatan larutan uji pada analisis kualitatif. Setelah larutan uji dan
larutan standar siap untuk diinjeksikan pada alat KCKT, maka hal yang dilakukan
menggunakan metode kurva kalibrasi dan metode one point. Pada cara kurva
kalibrasi, setelah larutan standar siap untuk diinjeksikan pada alat KCKT, maka
yang diamati pada analisis kuantitatif disini adalah berupa kosentrasi terhadap
luas area kromatogram. Berdasarkan hasil percobaan tersebut maka diperoleh data
pengamatan bahwa semakin tinggi nilai konsentrasi larutan maka semakin besar
pula luas area kromatogram yang terbentuk. Dalam artian konsentrasi akan
persamaan garis maka diperoleh nilai % kadar larutan sampel dengan cara kurva
kalibrasi yaitu sebesar 349,401% Namun, dengan hal ini dari nilai %kadar yang
dihasilkan tersebut tidak memenuhi syarat karena tidak sesuai dengan literatur
tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket. Sedangkan hasil yang
ada menunjukan bahwa % kadar tersebut diluar dari rentang yang terdapat dalam
menggunakan cara metode one point hasilnya adalah 330,900%. Hal ini tidak
sesuai sebagaimana dengan literatur yang ada yang telah dijelaskan sebelumnya.
metode yang berbeda, apabila dibandingkan, lebih akurat cara kurva kalibrasi
Sedangkan pada metode one point hanya dilakukan pengambilan salah satu luas
area kromatogram larutan baku pembanding parasetamol yang dipilih dengan cara
melihat nilai luas area kromatogram dari larutan seri standar tersebut yang
mendekati luas area kromatogram larutan uji dan hal tersebut bisa dikatakan
hasilnya kurang tepat dan kurang akurat. Namun apabila dilihat dari % kadarnya
adalah campuran fase gerak dan analit yang telah di injeksikan pada alat KCKT,
maka akan didorong oleh fase gerak yang ada pada alat KCKT tersebut dengan
bentuan pompa bertekanan tinggi menuju kolom. Pada kolom akan terjadi
pemisahan yaitu analit yang kuat akan tertahan dan analit yang lemah akan
terelusi dan diterima oleh detektor dan akan terdeksi melalui hasil rekaman pada
maka diperoleh kromatogram yang memiliki tailing faktor lebih dari 2. Hal ini
tidak sesuai dengan syarat yang ada yaitu tidak boleh lebih dari 2. Hal ini terjadi
karena adanya beberapa faktor kesahalan yang dilakukan oleh praktikan salah
satunya adalah dalam proses penimbangan sampel terdapat zat lain yang tidak
terlihat oleh praktikan yang ikut tertimbang pula sehingga pada saat pengujian
menggunakan KCKT maka semua yang terdapat pada sampel tersebut akan
terbaca melalui hasil data kromatogram. Adanya tailing faktor yang lebih dari 2
menunjukan bahwa adanya zat pengotor atau zat lain yang terukur selain
percobaan ini terjadi karena adanya beberapa faktor kesalahan yang dilakukan
praktikan lainya yaitu kesalahan analisis pada percobaan ini kemungkinan besar
berasal dari cara kerja praktikan yang tidak sesuai prosedur. Kesalahan dalam
parasetamol yang ditimbang yaitu 60,0925 mg. Hal ini terjadi karena kesalahan
akan ditimbang. Selain itu pula bisa saja terjadi pada saat penimbangan, praktikan
Sehingga, hal itu akan berpengaruh pada prosedur percobaan selanjutnya dan hasil
data kromatogram larutan uji yang diperoleh waktu retensi dan luas daerah pun
melebihi batas kadar yang telah ditetapkan dalam literatur atau tidak sesuai
dengan literatur.
larutan uji adalah 3,483 dan waktu retensi larutan standar adalah 3,432.
Hal ini bisa dikatakan bahwa nilai waktu retensi keduanya adalah sama
larutan uji dengan larutan standar harus menghasilkan nilai waktu retensi
yang sama.
konsentrasi larutan maka semakin besar pula luas area kromatogram yang
2395958,533 dengan y adalah nilai luas area dari laruran uji sehingga
diperoleh nilai % kadar larutan sampel dengan cara kurva kalibrasi yaitu
349,01% dan cara metode one point yaitu sebesar 330,900%. Dari nilai %
kadar larutan sampel yang diperoleh, hasil % kadarnya tidak sesuai dengan
tidak lebih dari 110%. Apabila dibanding antara cara kurva kalibrasi, lebih
tersebut kurang bagus karena pada hasil penetapan kadarnya tidak sesuai
dengan literatur yang ada namun hal ini terjadi karena adanya faktor
diperoleh suatu tailing faktor yang lebih dari 2. Hal ini menunjukkan
bahwa terdapatnya zat pengotor atau zat lainnya (zat ekspien dalam tablet
parasetamol) dimana zat pengotor tersebut yang ikut tertimbang dan pada
akhirnya terbaca datanya pada data kromatogram pada alat KCKT. Hal ini