Professional Documents
Culture Documents
Tanaman Jagung
Tanaman jagung merupakan salah satu komoditas pertanian subsektor tanaman pangan. Pada saat
proses produksi atau dalam fase budidaya, tanaman jagung juga tidak luput dari serangan hama
penyakit, seperti halnya tanaman pertanian lain. Kerugian akibat serangan hama penyakit jagung
bisa dibilang tidak kecil, bahkan beberapa diantaranya berpotensi menimbulkan kegagalan panen.
Oleh karena itu, penanganan tepat terhadap serangan hama dan penyakit tanaman jagung akan
meningkatkan hasil produksi petani. Pada artikel ini akan kami uraikan satu per satu hama dan
penyakit yang biasa menyerang tanaman jagung di areal budidaya.
Hama Tanaman Jagung
Hama tanaman jagung meliputi hama ulat tanah, ulat grayak, belalang, kumbang bubuk, lalat bibit,
penggerek tongkol, penggerek batang, serta kutu daun. Hama ini berpotensi menggagalkan panen
jika tidak dapat dikendalikan. Sebagai petani, pengamatan maupun pemahaman mengenai masing-
masing hama perlu dipelajari agar selama proses budidaya jagung dapat mengendalikan serangan
hama sehingga hasil produksi jagung meningkat.
Ulat Tanah (Agrotis sp.)
Hama jenis ini menyerang tanaman jagung muda di malam hari, sedangkan siang harinya
bersembunyi di dalam tanah. Ulat tanah menyerang batang tanaman jagung muda dengan cara
memotongnya, sehingga sering dinamakan juga sebagai ulat pemotong. Pengendalian hama ulat
pada budidaya jagung dapat dilakukan menggunakan insektisida biologi dari golongan bakteri
seperti Bacilius thuringiensis atau insektisida biologi dari golongan jamur seperti Beauvaria
bassiana.
Belalang (Locusta sp., dan Oxya chinensis)
Belalang yang menyerang tanaman jagung ada dua jenis, yaitu Locusta sp., dan Oxya chinensis.
Seperti halnya ulat tanah, hama jenis ini menyerang tanaman jagung saat masih muda, dengan cara
memakan tunas jagung muda (baru tumbuh). Hama belalang pada tanaman jagung merupakan
hama migran, dimana tingkat kerusakannya tergantung dari jumlah populasi serta tipe tanaman
yang diserang.
Pengendalian hama belalang pada budidaya jagung secara kimiawi bisa dilakukan penyemprotan
insektisida berbahan aktif profenofos, klorpirifos, sipermetrin, betasiflutrin atau lamdasihalortrin.
Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk di kemasan.
Kumbang Bubuk (Sitophilus zeamais Motsch)
Kerusakan biji oleh kumbang bubuk dapat mencapai 85% dengan penyusutan bobot biji 17%.
Sitophilus zeamais Motsch dikenal dengan maize weevil atau kumbang bubuk, merupakan serangga
polifag (memiliki banyak tanaman inang).
Selain menyerang jagung, hama kumbang bubuk juga menyerang beras, gandum, kacang tanah,
kacang kapri, kacang kedelai, kelapa maupun jambu mente. S. Zeamais lebih dominan menyerang
jagung dan beras. S. Zeamais merusak biji jagung saat penyimpanan dan juga dapat menyerang
tongkol jagung di lahan.
Lalat Bibit (Atherigona sp.)
Lalat bibit yang menyerang tanaman jagung hanya ditemukan di daerah Jawa dan Sumatera. Lalat
bibit dapat merusak pertanaman jagung hingga 80% bahkan lebih (puso). Lama hidup serangga
dewasa bervariasi antara lima sampai 23 hari, serangga betina hidup dua kali lebih lama daripada
serangga jantan. Serangga dewasa sangat aktif terbang serta sangat tertarik dengan kecambah
atau tanaman yang baru muncul di atas permukaan tanah. Imago kecil berukuran panjang 2,5-4,5
mm.
Telur Imago betina mulai meletakkan telur tiga sampai lima hari setelah kawin dengan jumlah telur
tujuh sampai 22 butir atau bahkan hingga 70 butir.
Imago betina meletakkan telurnya selama tiga sampai tujuh hari. Telur ini diletakkan secara tunggal,
berwarna putih, memanjang, serta diletakkan di bawah permukaan daun.
Awalnya, larva terdiri dari tiga instar berwarna putih krem, selanjutnya menjadi kuning hingga kuning
gelap. Larva yang baru menetas melubangi batang, kemudian membuat terowongan sampai dasar
batang, sehingga tanaman menjadi kuning, akhirnya mati.
Pupa terdapat di pangkal batang dekat atau di bawah permukaan tanah, umur pupa 12 hari.
Puparium berwarna coklat kemerah-merahan sampai coklat, memiliki ukuran panjang 4,1 mm.
Ulat Grayak (Spodoptera sp.)
Larva kecil merusak daun serta menyerang secara serentak bergerombol dengan meninggalkan
sisa-sisa epidermis bagian atas, transparan bahkan tinggal tulang daunnya saja. Biasanya larva
berada di permukaan bawah daun, umumnya terjadi saat musim kemarau.
Pengendalian secara fisik menggunakan alat perangkap ngengat sex feromonoid sebanyak 40
buah/Ha semenjak tanaman jagung berumur 2 minggu.
Penggerek Tongkol (Heliotis armigera, Helicoverpa armigera.)
Imago betina akan meletakkan telur pada silk (rambut) jagung. Rata-rata produksi telur imago betina
adalah 730 butir, telur menetas dalam tiga hari setelah diletakkan dan sesaat setelah menetas larva
akan menginvasi masuk ke dalam tongkol jagung lalu memakan biji yang sedang mengalami
perkembangan. Infestasi serangga ini akan menurunkan kualitas maupun kuantitas tongkol jagung.
Pada lubang–lubang bekas gorokan hama ini terdapat kotoran–kotoran yang berasal dari hama
tersebut, biasanya hama ini lebih dahulu menyerang bagian tangkai bunga.
Penggerek Batang (Ostrinia fumacalis)
Hama ini menyerang semua bagian tanaman jagung di seluruh fase pertumbuhan. Kehilangan hasil
akibat serangan pnggerek batang dapat mencapai 80%. Ngengat aktif di malam hari, serta
menghasilkan beberapa generasi pertahun, umur imago/ngengat dewasa 7-11 hari. Telur berwarna
putih, diletakkan berkelompok, satu kelompok telur beragam antara 30-50 butir, seekor ngengat
betina mampu meletakkan telur 602-817 butir, umur telur 3-4 hari. Ngengat betina lebih menyukai
meletakkan telur pada tanaman jagung yang tinggi, telur diletakkan di permukaan bagian bawah
daun, utamanya pada daun ke 5-9, umur telur 3-4 hari.
Larva (baru menetas) berwarna putih kekuning-kuningan, makan berpindah-pindah, larva muda
memakan bagian alur bunga jantan, setelah instar lanjut menggerek batang, umur larva 17-30 hari.
Pupa biasanya terbentuk di dalam batang, berwarna coklat kemerah-merahan, umur pupa 6-9 hari.
Kutu Daun (Mysus persicae)
Hama kutu daun pada tanaman jagung adalah Mysus persicae. Hama ini mengisap cairan tanaman
jagung terutama pada daun muda, kotorannya berasa manis sehingga mengundang semut serta
berpotensi menimbulkan serangan sekunder yaitu cendawan jelaga. Serangan parah menyebabkan
daun tanaman mengalami klorosis(menguning), serta menggulung. Kutu daun Mysus juga menjadi
serangga vektor penular virus mosaik.
Pengendalian hama kutu daun Mysus persicae dapat menggunakan insektisida berbahan aktif
abamektin, imidakloprid, asetamiprid, klorfenapir, sipermetrin, atau lamdasihalotrin.
Dosis/konsentrasi sesuai petunjuk di kemasan
Penanaman
Perawatan
Pemanenan
Tanaman
Berita
Alat Pertanian
Hubungi Kami
Akan tetapi, kemudahan budidaya jangung tidak membuatnya terlepas dari berbagai ancaman
hama dan penyakit tanaman jagung. Nah agar Pak Bos terhindar dari ancaman tersebut, Mas
Quick akan sampaikan informasi mengenai jenis penyakit jagung dan cara mengatasinya
Itu tadi penjelasan Mas Quick mengenai berbagai Jenis penyakit pada jagung dan cara
mengatasinya. Perlu diingat juga Pak Bos, selain penyakit, ancaman lain tanaman jagung juga
datang dari hama. Untuk lebih lengkapnya, Pak Bos dapat membaca artikel JENIS-JENIS DAN
CARA PENGENDALIAN HAMA TANAMAN JAGUNG (PART 1)
Hama dan Penyakit Tanaman Jagung Serta
Cara Pengendaliannya
Pada pelaksanaan budidaya tanaman jagung pastilah akan ada kendala seperti tanaman jagung
terserang hama dan penyakit. Untuk itu kali ini kita akan membahas tentang Hama dan penyakit
yang sering menyerang tanaman jagng beserta cara pengendaliannya. Berikut adalah penjelasan
lengkapnya:
Hama
a. Ulat Daun (prodenia litura)
Hama ulat daun ini akan menyerang bagian pucuk daun dan biasanya tanaman jagung yang
berumur sekitar 1 bulan diserang ulat daun. Daun tanaman jagung yang bila sudah besar menjadi
rusak.
Pencegahan dapat dilakukan dengan cara penyemprotan insektisida yang tepat seperti folidol
atau yang lainnya dengan dosis sesuai dengan anjuran.
b. Lalat bibit(Atherigona exigua)
Tanaman jagung yang terserang hama ini akan memiliki bekas gigitan pada bagian daun, pucuk
daun layu, dan akhirnya tanaman jagung akan mati.
Pengendalian hama ini dapat dilakukan dengan cara melakukan penyemprotan insektisida sesuai
dengan dosis yang dianjurkan.
Agrotis segetum : memiliki warna hitam dan ulat ini sering ditemukan di daerah dataran tinggi.
Agrotis ipsilon : memiliki warna hitam kecoklatan dan ulat ini sering di temukan di daerah
dataran tinggi dan rendah.
Agrotis interjection : memiliki warna hitam dan banyak di temukan di pulau jawa.
Pengendalian hama ini dapat dilakukan dengan cara melakukan penyemprotan menggunakan
Furadan 3G atau insektisida yang sesuai dan dengan dosis sesuai anjuran.
f. Belalang
Jenis belalang yang sering menyerang tanaman jagung yaitu Oxyca chinensis dan juga Locusta
sp. Hama ini biasa menyerang tanaman jagung pada bagian daun muda. Pengendalian hama ini
dapat dilakukan dengan cara melepaskan predator alaminya yaitu berupa burung atau laba-laba,
bisa juga dengan menggunakan biopestisida.
Penyakit
a. Penyakit Hawar Daun atau Karat Daun
Penyakit Hawar daun dibedakan menjadi 3 macam, yaitu:
1. Hawar daun turcicum
Gejala yang ditimbulkan oleh penyakit ini yaitu berupa adanya bercak kecil berbentuk jorong
dan berwarna hijau kelabu. Lama kelamaan bercak tersebut kemudian menjadi besar dan
berwarna coklat serta berbentuk seperti kumparan, bila parah maka daun seperti terbakar.
Penyebab penyakit ini adalah Helminthos porrirum turcicum.
b. Bulai
Penyakit bulai pada daun jagung disebabkan oleh cendawan atau jamur sclerospora maydis.
Tanaman jagung yang terserang penyakit ini akan memiliki gejala berupa daun akan berwarna
kuning keputih-putihan bergaris, sejajar dengan urat daun dan tampak kaku. Pengendalian hama
ini dapat dilakukan dengan cara memberikan Ridomil 35 SD pada saat masih benih agar tidak
tumbuh jamur pada biji jagung.
Selain akibat hama dan penyakit, tanaman jagung yang kekurangan zat makanan juga akan
mengalami berbagai gangguan. Berikut adalah penjelasan selengkapnya:
Demikian artikel pembahasan tentang”Hama dan Penyakit Tanaman Jagung Serta Cara
Pengendaliannya“, semoga bermanfaat dan jangan lupa ikuti postingan kami berikutnya. Sampai
jumpa
Sumber: faunadanflora.com
Gejala penyakit ini terjadi pada permukaan daun jagung berwarna putih sampai kekuningan
diikuti dengan garis-garis klorotik dan ciri lainnya adalah pada pagi hari di sisi bawah daun
jagung terdapat lapisan beledu putih. Penyakit bulai pada tanaman jagung menyebabkan gejala
sistemik yang meluas keseluruh bagian tanaman dan menimbulkan gejala lokal. Tanaman yang
terinfeksi penyakit bulai pada umur masih muda biasanya tidak membentuk buah, tetapi bila
infeksinya pada tanaman yang lebih tua masih terbentuk buah dan umumnya pertumbuhannya
kerdil.
Pengendalian bisa dengan menggunakan varietas tahan, seperti Srikandi, Lamuru, dan
Gumarang. Selain itu, bisa dilakukan penanaman serempak dan melakukan periode waktu bebas
tanaman jagung minimal dua minggu sampai satu bulan di setiap tahunnya. Jika sudah ada yang
terinfeksi bisa dilakukan eradikasi atau pemusnahan total. Untuk pencegahan juga bisa
digunakan fungisida metalaksil pada benih tanaman dengan dosis 0,7 gram bahan aktif pada tiap
kg benih.
Bercak Daun (Bipolaris maydis Syn)
Gejala penyakit ini terjadi ketika muncul bercak daun berwarna hijau kekuningan atau cokelat
kemerahan. Ketika bibit jagung yang terkena bisa layu atau mati dalam waktu 3-4 minggu. Jika
tongkol yang terinfeksi akan menyebabkan biji rusak dan busuk, bahkan tongkol dapat gugur.
Infeksi penyakit ini bisa terbawa angin atau percikan air hujan dan dapat menimbulkan infeksi
pertama pada tanaman jagung.
Pengendalian bisa dengan menggunakan varietas tahan, seperti Bima 1, Sukmaraga, dan Palakka.
Jika terlihat tanaman yang sudah terinfeksi maka harus segera dieradikasi. Dapat juga dilakukan
pemberian fungisida dengan bahan aktif mancozeb dan carbendazim.
Gejala penyakit ini terjadi ketika muncul bercak kerdil berbentuk oval kemudian bercak semakin
memanjang berbentuk elips dan berkembang menjadi nekrotik dan disebut hawar. Bercak
berwarna hijau keabu-abuan atau coklat dan muncul awal pada daun yang terbawah kemudian
berkembang menuju daun atas. Infeksi berat dapat mengakibatkan tanaman cepat mati atau
mengering dan cendawan ini tidak menginfeksi tongkol atau klobot.
Pengendalian bisa dengan menggunakan varietas tahan, seperti Bisma, Pioner 2 dan 14, serta
Semar 2 dan 5. Jika terlihat tanaman yang sudah terinfeksi maka harus segera dieradikasi. Dapat
juga dilakukan dengan menggunakan cendawan antagonis Trichoderma viride dan pemberian
fungisida dengan bahan aktif mankozeb dan dithiocarbamate.
Gejala penyakit ini terjadi ketika timbul bercak-bercak kecil berbentuk bulat sampai oval
terdapat pada permukaan daun jagung di bagian atas dan bawah. Bercak ini menghasilkan
uredospora yang berbentuk bulat atau oval dan berperan penting sebagai sumber inokulum dalam
menginfeksi tanaman jagung yang lain dan sebarannya melalui angin. Penyakit karat dapat
terjadi di dataran rendah sampai tinggi dan infeksinya berkembang baik pada musim penghujan
atau musim kemarau.
Pengendalian bisa dengan menggunakan varietas tahan, seperti Lamuru, Sukmaraga, dan Semar
10. Jika terlihat tanaman yang sudah terinfeksi maka harus segera dieradikasi. Dapat juga
dilakukan pemberian fungisida dengan bahan aktif benomil.
Gejala penyakit ini umumnya terjadi setelah fase pembungaan. Pangkal batang yang terinfeksi
berubah warna dari hijau menjadi kecokelatan, bagian dalam busuk, sehingga mudah rebah, pada
bagian kulit luarnya tipis. Pada pangkal batang terinfeksi tersebut ada yang memperlihatkan
warna merah jambu, merah kecokelatan atau coklat. Penyakit ini dapat disebarkan oleh angin, air
hujan, dan serangga.
Pengendalian bisa dengan menggunakan varietas tahan, seperti BISI-1, Surya, CPI-2, dan
Pioneer-8. Selain itu bisa dilakukan pergiliran tanaman, pemupukan berimbang, menghindari
pemberian N tinggi dan K rendah, dan drainase yang baik untuk mencegah serangan. Dapat juga
dilakukan pengendalian hayati dengan cendawan antagonis Trichoderma sp.