You are on page 1of 11

TUGAS MAKALAH PERIODONSI

PENGGUNAAN KONTRASEPSI SEBAGAI PENYEBAB


PENYAKIT PERIODONTAL

OLEH
MUHAMMAD SEPTIADY (04081004024)

DOSEN PEMBIMBING : drg. ASTI ROSMALA DEWI, M.M

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN GIGI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2010
BAB I
PENDAHULUAN

Program Keluarga Berencana merupakan salah satu upaya pemerintah dalam


menekan laju pertumbuhan penduduk untuk mewujudkan masyarakat yang lebih maju
dan sejahtera. Kontrasepsi hormonal merupakan salah satu alat kontrasepsi yang
digunakan sebagian besar para akseptor KB. Termasuk jenis kontrasepsi hormonal ini
adalah pil (oral pils), suntik (injections), dan susuk (implant).1
Fokus pembahasan makalah ini adalah wanita. Sepanjang hidupnya, wanita
mengalami beberapa kali perubahan hormonal mulai saat memasuki usia remaja hingga
menjelang lanjut usia. Pada waktu-waktu tertentu itu, wanita perlu memberi perhatian
ekstra terhadap dirinya sebab perubahan hormonal tersebut berpengaruh besar dalam
hampir semua aspek kehidupannya, termasuk kesehatan gigi dan mulut. Setidaknya ada
empat situasi di dalam hidup seorang wanita dimana fluktuasi hormon membuatnya
lebih rentan terhadap masalah gigi dan mulut, terutama penyakit periodontal. Situasi
tersebut adalah selama pubertas, saat memasuki siklus menstruasi bulanan, selama
kehamilan, dan menopause. Termasuk juga saat wanita menggunakan obat-obatan
kontrasepsi. Wanita yang mengkonsumsi pil KB tertentu yang mengandung
progesteron, yang meningkatkan tingkat hormon dalam tubuh, akan memicu terjadinya
radang gusi karena jaringan tubuh bereaksi berlebihan terhadap racun yang dihasilkan
dari plak.2
Efek samping kontrasepsi hormonal dapat berupa gejala subyektif maupun
obyektif yang bersifat lokal maupun sistemik. Sedangkan efek samping terhadap rongga
mulut khususnya pada jaringan lunak (gingival dan periodontal) masih jarang diketahui
karena penelitian tentang ini masih relatif sedikit. Namun, penulisan makalah ini
setidaknya dapat dijadikan suatu pertimbangan dalam mengetahui pengaruh penggunaan
kontrasepsi terhadap penyebab penyakit periodontal.
BAB II
ISI

Kontrasepsi ialah usaha-usaha untuk mencegah terjadinya kehamilan yang dapat


bersifat sementara ataupun permanen. Daya guna kontrasepsi terdiri atas daya guna
teoritis dan daya guna pemakaian. Daya guna teoritis merupakan kemampuan suatu cara
kontrasepsi untuk mengurangi terjadinya suatu kehamilan yang tidak diinginkan apabila
cara tersebut digunakan terus menerus dan sesuai dengan petunjuk yang diberikan.
Sedang daya guna pemakaian merupakan kemampuan suatu cara kontrasepsi dalam
keadaan sehari-hari dimana pemakaiannya dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti tidak
hati-hati, kurang taat pada peraturan dan sebagainya.3
Sampai saat ini belum ada kontrasepsi yang ideal ditentukan oleh beberapa
faktor antara lain tidak menimbulkan efek yang mengganggu kesehatan, daya kerjanya
dapat diatur menurut kebutuhan, tidak menimbulkan gangguan sewaktu koitus, tiak
memerlukan motivasi terus menerus, mudah pelaksanaannya, murah dan mudah
diterima oleh pasangan yang bersangkutan.
Metode kontrasepsi yang dibahas dalam makalah ini adalah preparat kontrasepsi
oral. Kontrasepsi oral mengandung hormon steroid, bila digunakan dalam jangka waktu
yang lama pada wanita sehat harus diperhatikan akibat samping yang mungkin timbul
selama pemakaian atau setelah pemakaian dihentikan, hal ini mengingat bahwa setiap
obat selalu mempunyai kerja ikutan. Pada pemilihan berbagai jenis kontrasepsi
khususnya kontrasepsi oral, yang terpenting adalah memilih jenis yang memiliki khasiat
kontrasepsi yang paling sedikit kegagalannya dan yang memiliki efek samping yang
paling minimal.

Berdasarkan kandungannya, kontrasepsi oral dibagi atas:3

1. Pil kombinasi
Merupakan sediaan yang paling banyak digunakan, dimana setiap tablet
mengandung 20-100 µg etinilestradiol dan gestagen dalam dosis tertentu.
Kontrasepsi oral steroid kombinasi adalah metode yang paling efektif, terdiri
atas kombinasi estrogen dan gestagen dalam dosis tertentu.

2. Pil sekuensial
Terdiri dari 14-16 pil yang mengandung derivate estrogen dan 5-7 pil
selanjutnya mengandung kombinasi estrogen an gestagen. Cara kerjanya mirip
engan suatu siklus haid normal, khasiat kontrasepsi hanya berdasarkan pada
hambatan ovulasi oleh estrogen alam fase pertama dan fase kedua gestagen hany
berguna untuk menimbulkan perdarahan yang teratur. Pil sekuensial tidak
seefektif pil kombinasi oleh karenanya angka kegagalan relative tinggi. Di
Indonesia sediaan ini tiak beredar.

3. Pil Mini
Dikatakan pil mini karena dosis gestagen yagn digunakan sangat rendah.
Gestagen yang digunakan adalah turunan nortestosteron seperti noretisteron 0,35
mg, linesterol 0,50 mg, levonorgestrel 0,003 mg. ada juga yang
mengandungetinodral diasetat 0,35 mg atau kuingestanol 0,3 mg. pil diminum
tiap hari tanpa perlu memperhatikan saat terjadinya haid. Cara kerjanya belum
diketahui secara pasti tapi ada beberapa diantaranya adalah menekan sekresi
gonadotropin, mempengaruhi fungsi korpus luteum, menghambat nidasi,
memperlambat gerakan tuba sehingga transportasi ovum terganggu dan menekan
produksi steroid di ovarium.

4. Pil Pascasanggama
Sediaan yang mengandung dietilstilbestrol (DES) atau estrogen dosis tinggi,
dapat mencegah kehamilan jika diberikan segera setelah koitus yang tidak
dilindungi. Akhir-akhir ini banyak digunakan pil kombinasi estrogen dan
gestagen dengan dosis tinggi misalnya 100 µgetinilestradiol dan 0,5 mg
levonorgestrel. Cara kerjanya adalah mencegah terjadinya nidasi, meningkatkan
motilitas tuba sehingga mengganggu transportasi ovum dan membuat
endometrium menjadi tidak fisiologis untuk proses nidasi.
Mekanisme Kerja
Khasiat kontrasepsi suatu pil kombinasi berdasarkan hambatan ovulasi, dimana
secara sinergis estrogen dan gestagen bekerja dengan mekanisme umpan balik terhadap
poros hipotalamus-hipofise sehingga terjadi hambatan sekresi gonadotropin-releasing
hormone (GnRH) dengan akibat tidak terjadi pelepasan FSH dan LH. Dengan tidak
adanya FSH maka tidak terjadi maturasi folikel yang berakibat juga tidak adanya
estrogen oleh folikel dalam ovarium sehingga tidak terjadinya pengeluaran LH. Akibat
kurangnya FSH dan tidak adanya peningkatan kadar LH pada tengah-tengah siklus haid
menyebabkan gangguan ari ovulasi. Selain itu estrogen dalam dosis tinggi dapat
mempercepat perjalanan ovum dan gangguan proliferasi endometrium sehingga
mengganggu implantasi ovum yang sudah dibuahi.3
Beberapa peneliti menyatakan ada suatu manifestasi oral berupa meningkatnya
inflamasi gingiva yang dihubungkan dengan meningkatnya level hormon ovarium
estrogen dan progesteron seperti pada kehamilan atau penggunaan kontrasepsi oral.
Banyak penelitian telah dilakukan mengenai efek pemakaian kontrasepsi oral kombinasi
estrogen-progesteron terhadap kesehatan jaringan periodontal khususnya terhadap
gingiva. Penelitian pada masa tersebut menggunakan kontrasepsi yang mengandung
estrogen-progesteron dosis tinggi. Sebagian besar berpendapat bahwa kontrasepsi oral
mempunyai efek yang merugikan terhadap jaringan periodontal. 4

Gingivitis
Gingivitis atau lebih dikenal dengan radang gusi lebih sering terjadi karena
kurangnya merawat kebesihan gigi dan gusi sehingga terjadi penumpukan plak yang
kemudian dapat mengiritasi gusi. Peradangan pada gusi juga dapat terjadi karena
defisiensi/ kekurangan vitamin, terutama vitamin C. Selain itu, juga berhubungan
dengan diabetes, reaksi allergi, gangguan darah serta penggunaan kontrasepsi dalam
mulut (oral). Gusi yang sering berdarah juga harus diwaspadai sebagai gejala dari
leukemia. Penyakit radang gusi cenderung akan semakin berat apabila penderita sedang
hamil, telah menopause atau ketika menggunakan pil KB.5,6
Penyebab paling utama dari radang gusi adalah akumulasi plak. Akumulasi plak
berkaitan dengan bakteri yang jumlahnya meningkat. Hal ini terjadi karena sisa-sisa
makanan yang tertinggal diantara sela-sela gigi atau di gusi. Jika dalam waktu 24 jam
sisa makanan itu belum tersikat maka akan terbentuk plak. Hanya dalam beberapa hari
plak yang tidak tersikat atau tidak terganggu sudah menimbulkan radang gusi tahap
inisial. Ada tiga tahap radang gusi yaitu tahap inisial (2-4 hari), tahap lesi dini (4-7 hari)
dan tahap lesi mantap (2-3 minggu). Pada tahap lesi mantap ini sudah terjadi kerusakan
jaringan penyangga gigi.
Selain plak sebagai faktor penyebab utama radang gusi, ada beberapa faktor
penunjang yang memudahkan akumulasi plak seperti tersangkutnya makanan disela-sela
gigi dan menimbulkan rasa sakit, gigi tiruan yang tidak baik, sikat gigi yang tidak
bersih, atau tambalan yang tidak sempurna. Sedangkan faktor fungsional yang
berpengaruh terhadap gigi pada saat berfungsi dan menyebabkan radang gusi dapat
berupa gigi yang tidak beraturan, gigi hilang tidak diganti, atau kebiasaan buruk
mengunyah disaat tidur. Selain itu faktor resiko yang menyebabkan radang gusi seperti
umur, gender, ras, merokok, genetik, hormonal (masa pubertas atau hamil), kondisi
penyakit sistemik (diabetes), pendidikan, obat-obatan, stress psikologis juga dapat
berpengaruh.
Gingivitis atau radang gusi bila kurang mendapat perawatan akan menjadi parah
dan menyebar ke gigi sehingga mengakibatkan gigi lepas/tanggal. Keadaan tersebut
disebut dengan periodontitis, yang merupakan tahap lebih lanjut dari gingivitis, dengan
peradangan gusi yang lebih parah. Periodontitis merupakan penyakit gusi yang hebat
yang disebabkan oleh infeksi bakteri. Higiene/kesehatan mulut yang buruk memberi
tempat bagi bakteri untuk berkembang biak. Bakteri tersebut memasuki kantong-
kantong yang ditimbulkan gingivitis, selanjutnya akan merusak gusi, tulang dan
jaringan pengikat, lama kelamaan gigi bisa menjadi lepas. Pada pengobatan
periodontitis diperlukan operasi untuk mencegah kambuh kembali, disertai juga dengan
peningkatan kebersihan mulut dan memeriksakan giig secara teratur.
Sebagai seorang dokter gigi, kita harusnya memberikan masukan atau
melakukan perencanaan perawatan dan pencegahan antara lain ;5,6
1. Merawat dan menjaga kebersihan gigi dan gusi
Menyikat gigi dengan sikat gigi lembut secara teratur setiap sehabis makan dan
sebelum tidur untuk membersihkan sisa-sisa makanan agar tidak terjadi
penumpukan plak dan mencegah infeksi kuman. Bersihkan juga sela-sela gigi
dengan menggunakan benang gigi minimal 3 kali seminggu, karena di sela-sela
gigi sisa makanan masih sering tertinggal.
2. Membersihkan dental plak secara teratur ke dokter
Kunjungi dokter gigi setiap 6 bulan sekali untuk membersihkan plak dan karang
gigi (kalkulus). walaupun telah menyikat gigi secara teratur, namun plak masih
dapat terbentuk terutama di bawah garis batas gusi. Beberapa alat yang
dipergunakan untuk pencegahan atau pembersihan plak gigi secara mekanik
adalah sikat gigi, fossing, sikat gigi interdental, atau irigasi poket. Secara
kimiawi obat kumur atau pasta gigi yang mengandung antiseptic seperti
klorheksidin 0,2 %, povidone iodine, listerin, H2O2 3%, dan enzyme dapat
digunakan.7,8
3. Mengkonsumsi vitamin C
Vitamin C berkhasiat sebagai antioksidan dan meningkatkan kekebalan tubuh,
mencegah infeksi termasuk infeksi kuman penyebab radang gusi, mempercepat
penyembuhan luka. Sumber vitamin C alami banyak terdapat pada buah-buahan
segar seperti kiwi, jambu bjin jeruk, tomat, sirsak, dan mangga. Sayuran yang
banyak mengandung vitamin C antara lain brokoli.
4. Menghindari merokok
Merokok dapat meningkatkan risiko terkena radang gusi. Rokok dapat menekan
sistem kekebalan sehingga tubuh sulit melawan infeksi.Herbal atau tumbuhan
obat yang digunakan untuk membantu mengatasi radang gusi antara lain daun
sirih (Piper betle L.), sambiloto (Andrographis paniculata Nees.), kunyit
(Curcuma longa L.), temu lawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.), krokot
(Portulaca oleracea ).
BAB III
PEMBAHASAN

Kontrasepsi hormonal yang dalam hal ini kita membahas tentang pil kombinasi
(oral contraception) dengan fungsi utama untuk mencegah kehamilan (karena
menghambat ovulasi), Pada pembahasan sebelumnya telah dikatakan bahwa
penggunaan obat kontrasepsi akan menimbulkan efek subyektif maupun obyektif baik
bersifat lokal maupun sistemik. Kontrasepsi yang dapat menimbulkan efek samping
adalah memiliki kadar estrogen-progesteron dengan dosis tinggi dalam pil KB yang
dikonsumsi. Akibatnya terjadi ketidakseimbangan hormon dalam tubuh mengakibatkan
efek sistemik maupun lokal. Akibat daripada estrogen yang meningkat, maka akan
menimbulkan efek pada rongga mulut berupa infalamasi pada gingival akibat
ketidakseimbangan hormon dalam tubuh.
Fungsi hormon estrogen yaitu meningkatkan proliferasi seluler, diferensiasi dan
menurunkan keratinisasi, sedangkan progesterone berfungsi mempengaruhi
permeabilitas darah kecil (meningkatkan permeabilitas kapiler), meningkatkan
proliferasi pembentukan kapiler kapiler baru di jarringan gingival, menyebabkan
kenaikan cairan krevikular, pola produksi kolagen dan meningkatkan kerusakan folat
(dibutuhkan dalam pemeliharaan jaringan). Timbulnya peradangan juga dipengaruhi
oleh tingkat menjaga kebersihan mulut pasien. Ketika terjadi peradangan gusi.
Perubahan hormonal ini mempunyai pengaruh yang kuat pada rongga mulut. respon
imun lebih rendah, konsentrasi progesteron dan estrogen sangat meningkat, akibatnya
akumulasi plak bakteri meski sedikit dapat menyebabkan respon inflamasi jaringan
periodontal yang berlebihan terhadap iritasi lokal. Iritasi lokal tersebut adalah kalkulus/
plak yang telah mengalami pengapuran, sisa-sisa makanan, tambahan kurang baik, gigi
tiruan yang kurang baik.
Baik estrogen maupun progesteron menstimulasi produksi prostaglandin
khususnya PGE1 dan PGE2 yang merupakan mediator poten pada respon inflamasi.
Kedua hormone ini mempunyai reseptor spesifik pada jaringan gingival, sehingga
secara otomatis peningkatan kedua hormon ini akan mempengaruhi jaringan gingival.
Jaringan gingival menjadi lebih sensitif terhadap bakteri pathogen, pendarahan dan rasa
sakit sehingga hal ini dianggap sebagai faktor eksternal yang dapat mempengaruhi
wanita menjadi takut menggosok gigi. Kondisi ini menyebabkan bertambah dalamnya
poket periodontal serta didukung oleh perubahan pH saliva sehingga mendukung
terjadinya peningkatan hormon seksual terhadap jaringan gingival, saliva, serum dan
cairan krevikular, maka akan tersedia tempat pertumbuhan mikroorganisme pathogen
periodontal, hal ini akan diawali dengan mudah terbentuknya plak dalam rongga mulut.
Mikroflora normal rongga mulut juga akan berubah menjadi agresif anaerobic pada
masa kehamilan, hal inilah yang meyebabkan metabolisme jaringan berubah dan respon
imun berkurang.
Akan tetapi, seiring dengan para peneliti melakukan penelitian maka efek
samping yang ditimbulkan daripada kontrasepsi oral pun dapat diminimalisir. Dekade
tahun 1970 atau sebelumnya kontrasepsi oral kombinasi estrogen-progesteron
mengandung komponen estrogen 50 µg sampai 150 µg Dan saat ini kandungan tersebut
telah diturunkan menjadi dosis rendah yaitu komponen estrogen berkisar 20 µg sampai
35 µg sedangkan kandungan progesteron semula antara 0,5-25 mg. Saat ini kandungan
bervariasi mulai 0,15 mg hingga 2,5 mg, di mana dianjurkan kandungan hormonnya
paling rendah. Sediaan kontrasepsi oral kombinasi yang banyak digunakan dan mudah
ditemukan dipasaran adalah preparat estrogen berupa etinilestradiol dan progesteron
berupa levonorgestrel. Kedua preparat tersebut bila digunakan secara oral mempunyai
khasiat kontrasepsi yang baik4
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
 Hormon estrogen berperan dalam meningkatkan proliferasi seluler,
diferensiasi dan menurunkan kerantinisasi.
 Hormon progesterone mempengaruhi permeabilitas darah kecil
(meningkatkan permeabilitas kapiler), meningkatkan proliferasi pembentukan
kapiler-kapiler baru di jaringan gingival, menyebabkan kenaikan cairan
krevikular, pola produksi kolagen dan meningkatkan kerusakan folat
(dibutuhkan dalam pemeliharaan jaringan).
Peningkatan hormone estrogen dan progesterone menyebabkan:
1. Permeabilitas pembuluh darah kapiler meningkat
2. Meningkatnya sensitivitas jaringan gingival
3. Meningkatnya plak sehingga timbulnya karies pada gigi
4. Mikroflora normal rongga mulut berubah menjadi agresif anaerob
 Kontrasepsi hormonal seperti pil KB yang mengandung estrogen dan
progesteron dengan dosis tinggi akan menimbulkan efek samping yang
bersifat lokal maupun sistemik yang pada jaringan gingival akan mengalami
inflamasi sebagai bentuk ketidakseimbangan hormon.
 Kontrasepsi oral saat ini telah menimalisir efek yang ditimbulkan sehingga
pengaruh penggunaan kontrasepsi ini terhadap penyakit periodontal tidak
signifikan, namun perlu penelitian lebih lanjut karena tentang kejadian ini
2. Saran
 Sebaiknya dalam mengkonsumsi kontrasepsi, pilihlah pil kontrasepsi sesuai
anjuran dokter umum/spesialis sehingga dapat meminimalisir keadaan
patologis atau efek samping yang ditimbulkan.
 Jangan lupa untuk selalu memeriksakan diri ke dokter gigi minimal 6 bulan
sekali untuk melakukan skaling dan pengontrolan plak, sehingga dapat
dilakukan tindakan pencegahan.
DAFTAR PUSTAKA

1. Pengaruh Penggunaan Kontrasepsi Hormonal terhadap Gingivitis,


www.docstoc.com , jurnal kedokteran gigi, Vol. 5 No. 2 tahun 2005, diakses
tanggal 28 oktober 2010
2. Periodontal pada wanita, www.klikdokter.com, diakses tanggal 28 Oktober
2010
3. Pil Kombinasi, www.scribd.com, diakses tanggal 28 oktober 2010
4. Harmono H.,Gunawan A., Laksminingsih R. 2000. Pengaruh pemberian
kontrasepsi oral kombinasi (etinilestradiol-levonorgestrel) terhadap gambaran
mikroskopis gingiva tikus Wista. Jurnal kedokteran gigi Periodonsia. Jember:
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember, Indonesia
5. Nurasiah, Mencegah dan mengatasi gangguan pada gusi,
www.nur1207.blogspot.com, diakses tanggal 28 Oktober 2010
6. Hembing, Mencegah & Mengatasi Gangguan Pada Gusi,
www.cybermed.cbn.net.id,
diakses tanggal 28 oktober 2010
7. Eley BM, Manson JD. 1993. Buku Ajar Periodonti. Ed 2. Jakarta: Hipocrates. h.
121
8. Wuryan S.P., 2003. Periodontologi Klinik Fondasi Kedokteran Gigi Masa
Depan. Jakarta: Balai Penerbit FK UI. h. 46

You might also like