Professional Documents
Culture Documents
Uraian Pendahuluan
1
3. Sasaran Sasaran yang dicapai dari pekerjaan ini adalah :
a. Tersedianya perencanaan teknik jalan dan jembatan di jalur
lintas utama dan non lintas pada ruas jalan nasional di
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
b. Tercapainya penyelesaian penanganan masalah sehingga
tingkat pelayanan jalan yang diinginkan selama umur
rencana dapat tercapai.
c. Ketersediaan dokumen perencanaan teknik jalan dan
jembatan serta dokumen pelelangan.
4. Lokasi Lokasi jasa pelayanan ini pada Ruas Jalan Nasional Daerah
Pekerjaan Istimewa Yogyakarta dengan daftar ruas jalan sebagai berikut :
No. Panjang
No. Nama Ruas
Ruas (km)
1 001 KR. NONGKO (BTS.JATENG) - 9.91
TOYAN
2 002 TOYAN - BTS KOTA WATES 4.95
3 002.11 JLN. CHUDORI (WATES) 0.60
K
4 003 BTS.KOTA WATES - MILIR 3.30
5 003.11 JLN. KOL. SUGIYONO (WATES) 0.66
K
6 004 MILIR - SENTOLO 7.90
7 005 SENTOLO - BTS.KAB SLEMAN 1.00
8 006 BTS.KAB.KULON PROGO - 11.21
YOGYAKARTA
9 006.11 BATAS KOTA - PELEM GURIH 2.09
K (GAMPING)
10 007.11 JALAN ARTERI SELATAN 18.34
K YOGYAKARTA
11 008 YOGYAKARTA – PIYUNGAN 8.80
12 009 PIYUNGAN – BTS KAB GUNUNG 4.00
KIDUL
13 010 BTS KAB GUNUNG KIDUL – 13.72
GADING
14 011 GADING – GLEDAK 4.90
15 012 GLEDAK – WONOSARI (LINGKAR 8.69
UTARA)
16 013 LINGKAR SELATAN (WONOSARI) 5.77
17 014 BTS KOTA WONOSARI – 26.56
NGEPOSARI – DUWET
18 014.11 JLN SUGIYOPRANOTO 1.44
K (WONOSARI)
19 015 TEMPEL/SALAM - BTS KOTA 7.39
SLEMAN
20 016 BTS KOTA SLEMAN – BTS KOTA 5.64
YOGYAKARTA
2
21 016.13 BTS KOTA – SP JOMBOR 2.21
K (YOGYAKARTA)
22 017.11 JALAN ARTERI UTARA BARAT 8.58
K (YOGYAKARTA)
23 018.11 JLN ARTERI UTARA (YOGYAKARTA) 10.00
K
24 019 JANTI – PRAMBANAN 10.10
25 019.11 BTS KOTA YOGYAKARTA – JANTI 2.12
K
26 020 YOGYAKARTA - BTS. KAB. BANTUL 6.40
27 020.11 JLN. PEMUDA (BANTUL) 1.80
K
28 020.12 JLN. KOL. SUGIYONO (BANTUL) 1.40
K
29 020.13 JLN. BRIGJEN KATAMSO (BANTUL) 1.80
K
30 020.14 JLN. PANGERAN SENOPATI 1.20
K (BANTUL)
31 021 BANTUL - SP. WEDEN 4.44
32 022 SP. WEDEN - BAKULAN 1.49
33 023 BAKULAN - KRETEK 9.09
34 024 KRETEK - PARANGTRITIS 6.30
35 025 TEMPEL - PAKEM 13.74
36 026 PAKEM - PRAMBANAN 20.37
TOTAL PANJANG 247.91
Beserta jembatan di dalamnya.
Data Penunjang
7. Data Dasar Data dan fasilitas yang disediakan oleh Pengguna Jasa yang
dapat digunakan harus dapat dipelihara oleh Penyedia Jasa
Konsultansi.
3
8. Standar Standar teknis yang dapat digunakan sebagai standar
Teknis perencanaan jalan dan jembatan diantaranya sebagai berikut :
a. Standar Perencanaan Geometrik Untuk Jalan Perkotaan,
Maret 1992, Direktorat Jenderal Bina Marga, Direktorat
Pembinaan Jalan Kota.
b. Standar Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota,
Direktorat Jenderal Bina Marga, No.038/TBM/1997
September 1997.
c. ASTM D 4546-90 Petunjuk Desain Drainase Permukaan
Jalan (No.008/T/BNKT/1990);
d. Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) 036/T/BM/1997
e. Buku Manual Desain Perkerasan Jalan Nomor
02/M/BM/2017;
f. Pedoman Perencanaan Sistem Drainase Jalan (Pd. T-02-
2006-B);
g. Rekayasa Penanganan Keruntuhan Lereng pada Tanah
Residual dan Batuan (Pd T-09-2005-B)
h. Spesifikasi Umum Bina Marga Tahun 2018;
i. ASTM G57-78
j. AASHTO T252-84
k. KH. Head, Vol.1, 1984
l. KH Head Vol. 2 1984
m. SKBI-1.3.10.1987
n. SNI – 1742 – 1989
o. SNI 03 – 1742 – 1989
p. SNI 03 – 1743 –1989
q. SNI 03-2813-1992
r. SNI-03-3423-1994
s. SNI-03-3424-1994
t. SNI. 03-2416-1991
u. SK. SNI T-03-2005
v. SK. SNI T-12-2004
w. SK. SNI T-02-2005
x. SK-SNI M-07-1989-F
y. ASTM D 3080-90
z. ASTM D 2216-92
aa. ASTM D 854-92
bb. ASTM D 427-93
cc. ASTM D 4318-93
dd. ASTM D1586-94
ee. Pedoman No. 002/P/BM/2011 tentang Road Design
Sistem (RDS Update)
4
9. Studi-studi a. Untuk melaksanakan tugasnya Konsultan Perencana harus
Terdahulu mencari sendiri informasi yang dibutuhkan.
b. Konsultan Perencana harus memeriksa kebenaran informasi
yang digunakan dalam pelaksanaan tugasnya, baik yang
berasal dari proyek maupun yang dicari sendiri (termasuk
menginstruksikan penyelidikan tanah lebih lanjut) kepada
Penyedia Jasa Konstruksi (Pemborong) jika dirasa perlu demi
keamanan konstruksi.
c. Kesalahan / kelalaian pekerjaan sebagai akibat dari
kesalahan informasi menjadi tanggung jawab dari Konsultan
Perencana dan Penyedia Jasa Konstruksi (Pemborong) ikut
bertanggung jawab jika kesalahan/kelalaian pekerjaan
tersebut timbul akibat Penyedia Jasa Konstruksi
(Pemborong) yang tidak mengikuti saran yang diberikan
Konsultan Perencana sebelumnya serta tidak memeriksa
kebenaran informasi yang digunakan dalam pelaksanaan
tugasnya.
5
l. Keputusan Presiden No. 55 tahun 1993 tentang Pengadaan
Tanah bagi Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan
Umum;
m. Peraturan Menteri PU Nomor 9 Tahun 2008 tentang
Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan Kerja Konstruksi
Bidang Pekerjaan Umum;
n. Permen PU Nomor 4 Tahun 2009 tentang Sistem Manajemen
Mutu Departemen PU;
o. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 377/KPTS/1996
tentang Petunjuk Tata Laksana UKL/UPL Departemen
Pekerjaan Umum;
p. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor:
10/PRT/M/2008 tentang Penetapan Jenis Rencana Usaha
dan/atau Kegiatan Bidang Pekerjaan Umum Yang Wajib
Dilengkapi dengan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup
dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup.
q. Undang-undang No. 23 tahun 1997, tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup;
r. Peraturan Pemerintah No. 27 tahun 1999 tentang Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan;
s. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. KEP-
12/MENLH/3/1994, tentang Pedoman Umum Upaya
Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan
Lingkungan;
t. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No. 296/KPTS/1996
tentang Petunjuk Teknis Penyusunan Upaya Pengelolaan
Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan Proyek
Bidang Pekerjaan Umum;
Ruang Lingkup
7
b. Survey Dan Investigasi
Survey lapangan dan investigasi harus dilaksanakan untuk
mendapatkan data di lapangan sampai dengan tingkat
ketelitian tertentu dengan memperhatikan beberapa faktor,
seperti kondisi lapangan aktual yang ada dan sasaran
penanganan yang hendak dicapai. Penyedia Jasa
(Konsultan Perencana) dengan persetujuan Pengguna Jasa
harus menghindarkan suatu kondisi bahwa informasi
terlalu berlebihan atau terlalu minimal.
Jenis-jenis survey atau investigasi yang harus dilaksanakan
tersebut bergantung kepada jenis pekerjaan penanganan
yang akan dikerjakan oleh Kontraktor Pelaksana Konstruksi
kelak. Sebagai acuan dasar, apabila tidak ditentukan lain
oleh Pengguna Jasa pada saat review hasil Survey
Pendahuluan, jenis-jenis survey dan investigasi yang harus
dilaksanakan oleh Penyedia Jasa (Konsultan Perencana)
adalah sebagaimana tabel di bawah ini.
Tabel Ruang Lingkup Survey dan Investigasi
Pelebaran
perkerasan
Rekonstruksi
Pelapisan perkerasan
No Jenis survey atau ulang Realinyemen
jembatan
1 Survey Pendahuluan ya ya
2 Inventarisasi Jalan ya ya
dan Jembatan
3 Investigasi ya ya
Perkerasan Lama
4 Survey Topografi lokasi tertentu ya
5 Investigasi Geoteknik jika perlu ya
& Geologi
6 Survey Hidrologi & jika perlu ya
Hidrolika
8
7 Survey Lalu Lintas jika perlu ya
dan Angkutan Berat
8 Investigasi Jembatan jika perlu ya
1) Survey Pendahuluan
a) Tujuan
Sasaran Survey Pendahuluan atau Reconnaissance
Survey atau Preliminary Survey adalah :
(1) Pengumpulan informasi menyangkut ruas jalan
dan bangunan struktur yang ada, termasuk data
sekunder dari berbagai sumber yang relevan,
untuk maksud menetapkan survey detail
berikutnya yang diperlukan
(2) Pencatatan kondisi perkerasan secara umum dan
prakiraan penyebab kerusakan yang telah dan
mungkin akan terjadi
(3) Perkiraan secara umum tentang penanganan yang
diperlukan, baik pada perkerasan maupun pada
pekerjaan-pekerjaan lainnya di luar perkerasan,
seperti bahu jalan, lajur pedestrian, drainase,
perbaikan lereng timbunan dan galian, perbaikan
geometri jalan, jembatan dan bangunan-
bangunan struktur lainnya, dan peningkatan
keselamatan jalan
(4) Identifikasi lebar ruang milik jalan, dan perkiraan
kebutuhan pembebasan lahan atau studi
lingkungan (Amdal, UKL/UPL), jika masing-
masing diperlukan
(5) Penyiapan koordinasi dengan institusi-institusi
yang berkaitan.
b) Ruang Lingkup
Sebelum Survey Pendahuluan dilaksanakan, terlebih
dahulu Tim Survey harus menyiapkan dan
mempelajari data pendukung, yang meliputi tetapi
tidak terbatas pada antara lain :
(1) dokumen studi-studi terdahulu (jika ada), seperti
studi kelayakan atau studi lingkungan;
9
(2) as built drawings di lokasi yang bersangkutan dari
pekerjaan penanganan sebelumnya (jika ada);
(3) peta-peta dasar yang relevan;
(4) dan sebagainya.
Survey Pendahuluan dilaksanakan dengan
menggunakan kendaraan survey dan berjalan kaki,
sesuai dengan kebutuhan, untuk memperoleh data
atau informasi yang ditargetkan sebagaimana
ditentukan di dalam sasaran tersebut di atas.
Pengambilan data lapangan untuk maksud Survey
Pendahuluan harus dilaksanakan sepanjang ruas
jalan (dari titik stasion awal ruas sampai dengan titik
station akhir ruas), dengan interval paling jauh setiap
100 meter atau setiap kali ada perubahan kondisi
lapangan
c) Keluaran
Laporan mengenai jenis survey detail berikutnya yang
harus dilaksanakan, yang mengutarakan antara lain
lokasi survey dan cakupan yang diperlukan.
Diagram strip longitudinal, mulai dari titik awal ruas
sampai dengan titik akhir ruas, yang memuat
gambaran :
(1) Kondisi perkerasan, termasuk jenis-jenis
kerusakan yang terjadi
(2) Lokasi dan kondisi jembatan dan bangunan-
bangunan struktur lainnya
(3) Lokasi yang membutuhkan
perbaikan/peningkatan penampang melintang
Informasi dalam bentuk tabel atau daftar, yang lebih
memerinci hal-hal tersebut dalam diagram strip
longitudinal tersebut dalam butir di atas
Gambar-gambar atau peta-peta yang menunjukkan :
(1) Sketsa alinyemen horisontal dan alinyemen
vertikal
(2) Batas-batas ruang milik jalan
(3) Lokasi deposit material jalan yang diperkirakan
dapat dimanfaatkan, seperti quarry pasir, batu,
atau bahan timbunan
10
(4) Kondisi alam tertentu yang dapat atau akan
mempengaruhi konstruksi jalan, seperti misalnya
sungai, danau, laut, lembah, jurang, bukit,
gunung, dan sebagainya
(5) Lokasi bangunan-bangunan tertentu sepanjang
ruas jalan yang diperkirakan dapat atau akan
mempengaruhi pelaksanaan pekerjaan konstruksi
maupun pelayanan lalu lintas jalan.
(6) Foto-foto lapangan, sesuai dengan keperluan.
b) Ruang Lingkup
(1) Inventarisasi Jalan
Pelaksanaan inventarisasi jalan dilakukan untuk
:
pencatatan kondisi rata-rata perkerasan jalan
setiap 100 m dengan menggunakan kendaraan
atau berjalan kaki sesuai kebutuhan. Untuk
kondisi tertentu yang memerlukan data yang
lebih rapat, interval jarak dapat diperpendek.
pencatatan kondisi lainnya di dalam ruang
manfaat jalan (rumaja) dan ruang milik jalan
(rumija), mencakup :
- bangunan-bangunan pelengkap jalan
(drainase, saluran, gorong-gorong, guard-rail,
dsb.);
- bangunan atau instalasi utilitas (seperti
gardu/boks/tiang telepon, tiang listrik, kabel
telepon, kabel listrik, pipa air, pipa gas, dsb.);
- pagar, dinding/tembok penahan tebing, dsb.;
11
- papan iklan/reklame, gapura, dan sejenisnya
yang bersifat permanen atau non permanen;
- dan lain sebagainya yang memerlukan
perhatian pada saat perencanaan teknis atau
pada saat pelaksanaan konstruksi.
pengambilan foto-foto kondisi existing di dalam
rumaja atau rumija setiap jarak paling jauh 200
meter; jarak tersebut harus diperpendek
apabila ditemukan perubahan yang signifikan.
Di samping hal yang ditentukan tersebut dalam
butir i) di atas, inventarisasi jalan harus mengacu
juga kepada pedoman-pedoman IRMS untuk
kegiatan survey jalan
12
mengacu juga kepada pedoman-pedoman BMS
untuk kegiatan pemeriksaan jembatan.
c) Keluaran
(1) Informasi yang komprehensif mengenai data
inventarisasi jalan, untuk dipergunakan sebagai
input untuk tahapan perencanaan teknis
mendetail dan dapat dipergunakan untuk
estimasi awal kuantitas sebagian pekerjaan yang
diperlukan; dan diharapkan dituangkan dalam
format-format yang kompatibel dengan bahan
masukan untuk program IRMS
(2) Informasi yang komprehensif mengenai data
inventarisasi jembatan, untuk dipergunakan
sebagai input untuk tahapan perencanaan teknis
mendetail dan dapat dipergunakan untuk
estimasi awal kuantitas sebagian pekerjaan
pemeliharaan atau perbaikan jembatan yang
diperlukan; dan diharapkan dituangkan dalam
format-format yang kompatibel dengan bahan
masukan untuk program BMS.
3) Pengukuran Topografi
a) Tujuan
Tujuan pengukuran topografi dalam pekerjaan ini
adalah mengumpulkan data koordinat dan
ketinggian permukaan tanah sepanjang rencana
trase jalan dan jembatan di dalam koridor yang
ditetapkan untuk penyiapan peta topografi dengan
skala 1:1000 yang akan digunakan untuk
perencanaan geometrik jalan, serta 1:500 untuk
perencanaan jembatan dan penanggulangan
longsoran.
b) Lingkup Pekerjaan
(1) Pemasangan patok-patok
Patok-patok BM harus dibuat dari beton
dengan ukuran 10x10x75 cm atau pipa pralon
ukuran 4 inci yang diisi dengan adukan beton
13
dan di atasnya dipasang neut dari baut,
ditempatkan pada tempat yang aman, mudah
terlihat. Patok BM dipasang setiap 1 (satu) km
dan pada setiap lokasi rencana jembatan
dipasang minimal 3, masing-masing 1 (satu)
pasang di setiap sisi sungai / alur dan 1 (buah)
disekitar sungai yang posisinya aman dari
gerusan air sungai. Patok BM diikat dengan
patok titik dasar yang terdekat.
Patok BM dipasang / ditanam dengan kuat,
bagian yang tampak di atas tanah setinggi 20
cm, dicat warna kuning, diberi lambang PU,
notasi dan nomor BM dengan warna hitam.
Patok BM yang sudah terpasang, kemudian
difoto sebagai dokumentasi yang dilengkapi
dengan nilai koordinat serta elevasi.
Untuk setiap titik poligon dan sifat datar harus
digunakan patok kayu yang cukup keras, lurus,
dengan diameter sekitar 5 cm, panjang
sekurang-kurangnya 50 cm, bagian bawahnya
diruncingkan, bagian atas diratakan diberi
paku, ditanam dengan kuat, bagian yang masih
nampak diberi nomor dan dicat warna kuning.
Dalam keadaan khusus, perlu ditambahkan
patok bantu.
Untuk memudahkan pencarian patok,
sebaiknya pada daerah sekitar patok diberi
tanda-tanda khusus.
Pada lokasi-lokasi khusus dimana tidak
mungkin dipasang patok, misalnya di atas
permukaan jalan beraspal atau di atas
permukaan batu, maka titik-titik poligon dan
sifat datar ditandai dengan paku seng dilingkari
cat kuning dan diberi nomor.
c) Persyaratan
(1) Pemeriksaan dan koreksi alat ukur.
Sebelum melakukan pengukuran, setiap alat ukur
yang akan digunakan harus diperiksa dan
dikoreksi sebagai berikut:
Pemeriksaaan theodolit:
- Sumbu I vertikal, dengan koreksi nivo kotak
dan nivo tabung.
- Sumbu II tegak lurus sumbu I.
- Garis bidik tegak lurus sumbu II
- Kesalahan kolimasi horizontal = 0.
- Kesalahan indeks vertikal = 0.
Pemeriksaan alat sifat datar:
- Sumbu I vertikal, dengan koreksi nivo kotak
dan nivo tabung.
- Garis bidik harus sejajar dengan garis arah
nivo.
Hasil pemeriksaan dan koreksi alat ukur harus
dicatat dan dilampirkan dalam laporan.
(2) Ketelitian dalam pengukuran
Ketelitian untuk pengukuran poligon adalah
sebagai berikut :
Kesalahan sudut yang diperbolehkan adalah
10”√n, (n adalah jumlah titik poligon dari
pengamatan matahari pertama ke pengamatan
matahari selanjutnya atau dari pengukuran
GPS pertama ke pengukuran GPS berikutnya).
17
Kesalahan azimuth pengontrol tidak lebih dari
5”.
(3) Perhitungan
Pengamatan Matahari.
Dasar perhitungan pengamatan matahari harus
mengacu pada tabel almanak matahari yang
diterbitkan oleh Direktorat Topografi TNI-AD
untuk tahun yang sedang berjalan dan harus
dilakukan di lokasi pekerjaan.
Perhitungan Koordinat.
Perhitungan koordinat poligon dibuat setiap
seksi, antara pengamatan matahari yang satu
dengan pengamatan berikutnya. Koreksi sudut
tidak boleh diberikan atas dasar nilai rata-rata,
tapi harus diberikan berdasarkan panjang kaki
sudut (kaki sudut yang lebih pendek
mendapatkan koreksi yang lebih besar), dan
harus dilakukan di lokasi pekerjaan.
Perhitungan Sifat Datar.
Perhitungan sifat datar harus dilakukan hingga
4 desimal (ketelitian 0,5 mm), dan harus
dilakukan kontrol perhitungan pada setiap
lembar perhitungan dengan menjumlahkan
beda tingginya.
Perhitungan Ketinggian Detail.
Ketinggian detail dihitung berdasarkan
ketinggian patok ukur yang dipakai sebagai titik
pengukuran detail dan dihitung secara
tachimetris.
Seluruh perhitungan sebaiknya menggunakan
sistim komputerisasi.
d) Keluaran
(1) Penggambaran poligon harus dibuat dengan skala
1 : 1.000 untuk jalan dan 1:500 untuk jembatan.
(2) Garis-garis grid dibuat setiap 10 Cm.
(3) Koordinat grid terluar (dari gambar) harus
dicantumkan harga absis (x) dan ordinat (y)-nya.
18
(4) Pada setiap lembar gambar dan/ atau setiap 1
meter panjang gambar harus dicantumkan
petunjuk arah Utara.
(5) Penggambaran titik poligon harus berdasarkan
hasil perhitungan dan tidak boleh dilakukan
secara grafis.
(6) Setiap titik ikat (BM) agar dicantumkan nilai
X,Y,Z-nya dan diberi tanda khusus.
(7) Semua hasil perhitungan titik pengukuran detail,
situasi, dan penampang melintang harus
digambarkan pada gambar polygon, sehingga
membentuk gambar situasi dengan interval garis
ketinggian (contour) 1 meter.
b) Ruang Lingkup
Survey lalu lintas meliputi kegiatan:
(1) Pengumpulan data lalu lintas dilakukan setelah
mengetahui koridor trase lokasi perencanaan yang
akan dilakuan yang merupakan hasil keluaran dari
pengumpulan data awal berupa titik-titik survey.
(2) Data lalu lintas yang telah didapatkan harus
dianalisa sehingga mendapatkan data yang siap
pakai berupa kondisi LHR eksisting dalam satuan
kendaraan / hari dan smp /hari serta kecepatan
perjalanan pada kondisi tata guna lahan tertentu
dalam km / jam.
19
c) Persyaratan
Standar pengambilan dan perhitungan data harus
mengacu pada buku Manual Kapasitas Jalan
Indonesia (MKJI) 036/T/BM/1997, Pedoman Survey
Pencatatan Lalu – Lintas dengan cara manual
Pd/T.19-2004-B, atau Pedoman yang disyaratkan.
d) Keluaran
Keluaran yang dihasilkan dari survey lalu lintas
berupa laporan yang di dalamnya memuat :
(1) Data LHR untuk perhitungan kapasitas jalan dan
perhitungan perkerasan jalan
(2) Data spektrum beban perhitungan perkerasan
jalan
(3) Foto dokumentasi
(4) Data lapangan
Dalam penyusunan DED, data LHR diperoleh dari
hasil survey lalu lintas yang dilaksanakan oleh
BBPJN VII Semarang pada semester 2 TA 2018.
20
Pemeriksaan dilakukan dengan interval
pemeriksaan maksimal 200 m.
Pemeriksaan dilakukan pada sumbu jalan dan
pada permukaan lapisan tanah dasar.
Harus dicatat ketebalan dan jenis setiap bahan
perkerasan yang ada seperti lapisan sirtu,
lapisan telford, lapisan pasir dan sebagainya.
Pemeriksaan dilakukan hingga kedalaman 90
cm dari permukaan lapisan tanah dasar,
kecuali bila dijumpai lapisan tanah yang sangat
keras (lapis batuan).
Selama pemeriksaan harus dicatat keadaan-
keadaan kondisi drainase, cuaca, waktu dan
sebagainya.
Lokasi awal dan akhir dari pemeriksaan harus
dicatat dengan jelas.
(2) Test Pit
Survei Test Pit dapat dilakukan dengan tahapan
sebagai berikut :
Bersihkan lokasi yang digali.
Buat lubang dengan ukuran panjang 1 – 1,5 m,
lebar 1 – 1, 5 m dan kedalaman 1m.
Setelah selesai membuat lubang maka lapisan
tanah diamati kemudian digambar susunan
dan tebal lapisan tanahnyadan juga jenis tanah
tiap lapi
c) Keluaran
Data DCP dan test pit dilaksanakan dilapangan pada
lokasi-lokasi tertentu yang memerlukan penanganan.
Dalam penyusunan DED, data IRI diperoleh dari hasil
survey NASRAA yang dilaksanakan oleh BBPJN VII
Semarang pada semester 2 TA 2018.
21
6) Survey Geoteknik
a) Tujuan
Tujuan penyelidikan geologi dan geoteknik dalam
pekerjaan ini adalah untuk melakukan pemetaan
penyebaran tanah/batuan dasar termasuk kisaran
tebal tanah pelapukan, memberikan informasi
mengenai stabilitas tanah, menentukan jenis dan
karakteristik tanah untuk keperluan bahan jalan dan
struktur, serta mengidentifikasi lokasi sumber bahan
termasuk perkiraan kuantitasnya.
Sangat disarankan untuk menggunakan Geoguide
bilamana terdapat suatu kondisi tanah dasar yang
lunak (Soft Soil).
b) Ruang Lingkup
(1) Penyelidikan Geoteknik
Kegiatan penyelidikan geoteknik meliputi :
Pengambilan contoh tanah dari sumuran uji
Pengambilan contoh tanah dari sumuran uji 25
- 40 kg untuk setiap contoh tanah. Setiap
contoh tanah harus diberi identitas yang jelas
(nomor sumur uji, lokasi, kedalaman).
Penggalian sumuran uji dilakukan pada setiap
jenis satuan tanah yang berbeda atau
maksimum 5 km bila jenis tanah sama, dengan
kedalaman 1-2 m. Setiap sumuran uji yang
digali dan contoh tanah yang diambil harus
difoto. Dalam foto harus terlihat jelas identitas
nomor sumur uji, dan lokasi. Ukuran test pit
panjang 1,5 m (Utara- Selatan) lebar 1,0 m, Log
sumuran uji digambarkan dalam 4 bidang,
dengan diskripsi yang lengkap dan 1 kolom
untuk unit satuan batuan.
c) Keluaran
(1) Pengujian Lapangan
Metoda pekerjaan lapangan lainnya harus sesuai
dengan persyaratan seperti yang dijelaskan pada
23
Tabel Pengujian Lapangan pada halaman berikut
ini:
Tabel Pengujian Lapangan
No Pengujian Acuan Keterangan
1. Resistivity ASTM G57-78
Standard Pada daerah
Penetration rencana
2. Test termasuk jembatan,
Split Spoon ASTM D harus
Sampling 1586-94 mencapai
kedalaman
lapisan
keras.
3. Stand Pipe AASHTO
T252-84
(2) Pekerjaan Laboratorium
Pekerjaan Laboratorium dilaksanakan sesuai
ketentuan yang tercantum pada Tabel berikut :
24
- Fresh sample
ASTM D 3080-90 tanpa
Penjenuhan
- Fresh sample
dioven 70 oC
selama satu
hari
SIFAT PEMAMPATAN TANAH
- Fresh
Condition
- Dioven 40 oC
12 Swelling ASTM D 4546-90
dan 70 oC
selama satu
hari
KEPADATAN
c) Keluaran
Proses analisa perhitungan harus mengacu pada
Standar Nasional Indonesia (SNI) No: 03-3424-1994
26
tentang Tata Cara Perencanaan Drainase Permukaan
Jalan, Standar Nasional Indonesia (SNI) No: 03-1724-
1989 SKBI-1.3.10.1987 tentang Tata Cara
Perencanaan Hidrologi dan Hidrolika untuk
Bangunan di Sungai.
b) Ruang Lingkup
Lingkup pekerjaan yang tercakup dalam kegiatan ini
adalah:
(1) Data Sekunder
Mengumpulkan semua laporan yang berkaitan
dengan masalah lingkungan, antara lain dokumen
AMDAL (ANDAL, RKL dan RPL) dan/atau
UKL/UPL serta laporan Studi Kelayakan untuk
ruas jalan yang akan direncanakan.
27
(2) Kajian Data
Mengkaji ulang dokumen-dokumen tersebut di
atas untuk mengidentifikasi sampai sejauh mana
pengaruh akibat adanya kegiatan proyek
pembangunan/ peningkatan jalan terhadap
dampak lingkungan sekitarnya.
(3) Data Primer (Survey lapangan aspek lingkungan)
Dalam pelaksanakan survey lapangan aspek
lingkungan yang ditelaah meliputi:
Rencana Kegiatan
Rencana kegiatan pada proyek Jalan dan
Jembatan yang diperkirakan akan
menimbulkan dampak terhadap lingkungan
antar lain pada :
- Tahap Pra Konstruksi, yaitu kegiatan
pengukuran dalam hal penentuan trase
jalan/ jembatan serta pelaksanaan
pembebasan lahan.
- Tahap Konstruksi, yaitu kegiatan mobilisasi
alat dan tenaga kerja, pengoperasian base
camp, penyiapan tanah dasar, pekerjaan
konstruksi jalan/ jembatan, dan
pengangkutan bahan dan material,
pengaturan dan pengendalian lalu lintas.
- Tahap Pasca Konstruksi yaitu kegiatan
pemeliharaan dan pengoperasian jalan/
jembatan.
Komponen Lingkungan
Komponen lingkungan yang harus ditelaah
adalah :
a. Komponen Fisik-Kimia
o Iklim
tipe iklim
suhu (maksimum, minimum dan rata-
rata)
curah hujan dan jumlah hari hujan
darah dan kecepatan angin
o Fisiografi dan Geologi
28
topografi, geomorfologi dan struktur
geologi
jenis tanah dan batuan
o Ruang, Lahan dan Tanah
Inventarisasi tata guna lahan yang ada
pada saat ini dan rencana penggunaan
lahan pada masa yang akan datang.
Rencana pengembangan wilayah,
rencana tata ruang, rencana tata guna
lahan dan rencana penggunaan sumber
daya lainnya di sekitar lokasi proyek.
Status kepemilikan, dan penggunaan
lahan terhadap lokasi proyek.
Air Permukaan Tanah
Yang perlu ditelaah pada air permukaan
adalah tingkat sedimentasi badan air
sekitar proyek yang mungkin terjadi
akibat terbawanya tanah yang terkupas
oleh air hujan, dan genangan air/ banjir
yang pernah terjadi.
Udara
Penggalian tanah, pengangkutan
material dan pengoperasian alat-alat
berat akan merubah kualitas udara.
Disini dikaji sejauh mana adanya
perubahan penurunan kualitas udara
yang berpengaruh terhadap makhluk
hidup sekitarnya.
Kebisingan
Dilakukan penelaahan terhadap
perubahan tingkat kebisingan yang
mungkin terjadi yang ditimbulkan oleh
kendaraan umum maupun pribadi pada
lokasi proyek terhadap penduduk
setempat
29
b. Komponen Biologi
Komponen biologi yang ditelaah adalah Flora
dan Fauna termasuk yang langka dan
dilindungi serta biota binaan.
c. Komponen Sosial - Ekonomi
Aspek Sosial-ekonomi
o Jumlah penduduk,
o Tingkat pendidikan,
o Mata pencaharian dan kondisi kesehatan
masyarakat yang terpengaruh oleh
kegiatan proyek.
d. Aspek Sosial - Budaya
o Presepsi masyarakat terhadap adanya
rencana proyek
o Adat Istiadat
o Perubahan pola hidup masyarakat.
e. Utilitas
Adanya gangguan fasilitas umum (Saluran
Air, listrik, Telepon, Pipa Gas, PAM), terhadap
penduduk dengan adanya kegiatan proyek .
(4) Merumuskan upaya pengelolaan dan pemantauan
lingkungan dalam penanganan dampak sejak dari
tahap pra konstruksi, konstruksi sampai pasca
konstruksi antara lain :
Sumber Dampak
Komponen Lingkungan yang terkena dampak
Upaya Pengelolaan Lingkungan
Upaya Pemantauan Lingkungan
(5) Melakukan koordinasi dengan unit-unit terkait
Antara lain Tim Evaluasi Lingkungan, Bapedal,
Bapedalda Provinsi dan Bapedalda
Kabupaten/Kota.
c) Keluaran
Peraturan perundang-undangan yang mendukung
pelaksanaan studi Upaya Pengelolaan Lingkungan
(UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL)
antara lain :
(1) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
30
Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4437), sebagaimana telah beberapa kali diubah,
terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun
2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4844);
(2) Undang-undang No. 23 tahun 1997, tentang
Pengelolaan Lingkungan Hidup;
(3) Undang-undang Republik Indonesia No. 34 Tahun
2004, tentang Jalan;
(4) Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang
Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4725);
(5) Peraturan Pemerintah No. 27 tahun 1999 tentang
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan;
(6) Keputusan Presiden No. 55 tahun 1993 tentang
Pengadaan Tanah bagi Pelaksanaan
Pembangunan untuk Kepentingan Umum;
(7) Keputusan Menteri KLH No. 02/MENKLH/6/1988
tentang Pedoman Penetapan Baku Mutu
Lingkungan;
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. KEP-
12/MENLH/3/1994, tentang Pedoman Umum
Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya
Pemantauan Lingkungan;
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.
377/KPTS/1996 tentang Petunjuk Tata
Laksana UKL/UPL Departemen Pekerjaan
Umum;
- Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No.
296/KPTS/1996 tentang Petunjuk Teknis
Penyusunan Upaya Pengelolaan Lingkungan
dan Upaya Pemantauan Lingkungan Proyek
Bidang Pekerjaan Umum;
- Keputusan Menteri Pekerjaan Umum
No.481/KPTS/1996, tentang Penetapan
31
Jenis Kegiatan Bidang Pekerjaan Umum yang
wajib dilengkapi dengan UKL / UPL ;
- Peraturan Daerah (PERDA) terkait
c. Perencanaan Jalan
1) Perencanaan Geometrik Jalan
a) Standar
Standar geometrik jalan yang digunakan dalam
pekerjaan ini adalah Tata Cara Perencanaan
Geometrik Jalan Antar Kota No. 038/T/BM/1997
dan Standar Perencanaan Geometrik Untuk Jalan
Perkotaan (Bina Marga - Maret 1992).
b) Persyaratan
(1) Jalan Antar Kota
Kecepatan Rencana (VR)
Adalah kecepatan yang dipilih sebagai
dasar perencanaan geometrik jalan yang
memungkinkan kendaraan-kendaraan
bergerak dengan aman dan nyaman dalam
kondisi cuaca yang cerah, lalu lintas yang
lengang, dan pengaruh samping jalan yang
tidak berarti. Untuk kondisi medan yang
sulit, VR suatu segmen jalan dapat
diturunkan dengan syarat bahwa
penurunan tersebut tidak lebih dari 20
km/jam. Kecepatan rencana (VR) untuk
masing masing fungsi jalan dapat
ditetapkan dari tabel dibawah ini:
Jarak Pandang
- Jarak Pandang Henti (Jh) adalah jarak
minimum yang diperlukan oleh setiap
pengemudi untuk menghentikan
kendaraannya dengan aman begitu
32
melihat adanya halangan di depan.
Setiap titik di sepanjang jalan harus
memenuhi Jh. Jarak pandang henti
diukur berdasarkan asumsi bahwa tinggi
mata pengemudi adalah 105 cm dan
tinggi halangan 15 cm diukur dari
permukaan jalan.
Tabel Jarak Pandang Henti Minimum
33
Lajur Lalu Lintas
Tabel lebar lajur ideal berdaasarkan fungsi
dan kelas jalan
34
Median
Adalah bagian bangunan jalan yang secara
fisik memisahkan dua jalur lalu lintas yang
berlawanan arah
Lebar minimum median terdiri atas jalur
tepian selebar 0,25-0,50 meter dan bangunan
pemisah jalur, ditetapkan dapat dilihat dalam
tabel lebar minimum median
Alinyemen Horizontal
Alinyemen horisontal terdiri atas bagian lurus
dan bagian lengkung (disebut juga tikungan).
Perencanaan geometri pada bagian lengkung
dimaksudkan untuk mengimbangi gaya
sentrifugal yang diterima oleh kendaraan yang
berjalan pada kecepatan VR. Untuk
keselamatan pemakai jalan, jarak pandang
dan daerah bebas samping jalan harus
diperhitungkan
Panjang bagian lurus dapat ditetapkan dari
Tabel dibawah ini :
Alinyemen Vertikal
Alinyemen vertikal terdiri atas bagian landai
vertikal dan bagian lengkung vertikal. Ditinjau
dari titik awal perencanaan, bagian landai
vertikal dapat berupa landai positif (tanjakan),
atau landai negatif (turunan), atau landai nol
(datar) Bagian lengkung vertikal dapat berupa
lengkung cekung atau lengkung cembung
35
- Kelandaian Maksimum dimaksudkan
untuk memungkinkan kendaraan
bergerak terus tanpa kehilangan
kecepatan yang berarti. Tabel kelandaian
maksimum yang diijinkan sebagai
berikut:
36
3) Perencanaan Aksesoris Jalan, Bangunan Struktur
Dan Bangunan Pelengkap Lainnya
a) Standar
Standar yang dipakai untuk perencanaan bangunan
pelengkap dan pengaman jalan dalam pekerjaan ini
adalah :
(1) Pedoman Pemasangan Rambu dan Marka Jalan
Perkotaan Undang – Undang Lalu lintas No.14
Tahun 1992.
(2) Standar Gorong – Gorong Persegi Beton Bertulang
(Box Culvert) Direktorat Jenderal Bina Program,
Direktorat Jenderal Bina Marga, Departemen
Pekerjaan Umum.
(3) Pedoman Gambar Standar Pekerjaan Jalan dan
Jembatan No. 04/BM/2005
4) Perencanaan Jembatan
a) Standar
Rujukan yang dipakai untuk perencanaan struktur
jembatan baik bangunan atas dan bawah dalam
pekerjaan ini adalah:
(1) Bridge Management System (BMS) 1992 bagian
BDC (Bridge Design Code) dengan revisi :
a) Bagian 2 dengan Pembebanan untuk
Jembatan (SK. SNI T-02-2005), sesuai
Kepmen PU No. 498/KPTS/M/2005.
b) Bagian 6 dengan Perencanaan Struktur Beton
dan Jembatan (SK. SNI T-12-2004), sesuai
Kepmen PU No. 360/KPTS/M/2004.
c) Bagian 7 dengan Perencanaan Struktur Baja
dan Jembatan (SK. SNI T-03-2005), sesuai
Kepmen PU No. 498/KPTS/M/2005.
(2) Kondisi khusus yang tidak terdapat dalam BMS
1992 (dan revisinya) dapat menggunakan
AASHTO atau peraturan lain yang sejenis dengan
mendapat persetujuan dari Penguna Jasa.
5) Perencanaan Stabilitas Lereng
a) Standar
Standar Rujukan yang dipakai adalah Rekayasa
Penanganan Keruntuhan Lereng pada Tanah
Residual dan Batuan (Pd T-09-2005-B)
b) Analisa Stabilitas
37
Kondisi stabilitas lereng diidentifikasi dari gejala
struktur geologi yang ada, jenis dan karekteristik
batuan dan kondisi lereng.
c) Contoh Perhitungan
Perhitungan stabilitas lereng dilakukan guna
memberikan informasi tentang berapa tinggi
maksimum dan kemiringan lereng desain galian yang
aman dari keruntuhan.
Perhitungan stabilitas lereng diperoleh dari beberapa
parameter tentang sifat fisik tanah setempat yang
diperoleh dari contoh tabung (undisturbed sample)
beberapa dari test triaxial atau direct shear.
Parameter yang dihasilkan dari percobaan ini, yaitu
C = kohesi tanah, = sudut geser tanah dan w =
berat isi tanah.
Perhitungan angka keamanan lereng (sudut lereng
dan tinggi maksimum yang aman) dilakukan dengan
menggunakan rumus dan Grafik Taylor. Salah satu
contoh rumus yang dapat digunakan adalah :
C
Fk =
Na x w x H
6) Perencanaan Drainase
a) Standar
Dalam perencanaan drainase harus mengacu pada
Standar Perencanaan Drainase Permukaan Jalan
SNI No. 03–3424–1994 dan mengakomodasi faktor
keselamatan, pengendalian hanyutan/ polusi
peralatan dan lain-lain.
b) Persyaratan
Karena saluran drainase memegang peranan yang
sangat penting dalam hal mengumpulkan dan
menyalurkan air permukaan dari daerah millik
jalan, sehingga perencanaannya harus mempunyai
kapasitas yang cukup (dengan periode ulang banjir
10 tahunan untuk jalan arteri, 7 tahunan untuk
jalan kolektor serta 5 tahunan untuk jalan lokal).
Lokasi dan bentuk saluran drainase harus
direncanakan agar dapat mencegah bahaya lalu
lintas, tahan erosi, bersih terhadap hanyutan/
penumpukan material yang akan mengurangi
kapasitas drainase.
Perencanaan drainase meliputi :
(1) mempelajari pola aliran sesuai dengan kondisi
terrain dan rencana jalan
(2) mempelajari daerah tangkapan air yang ada
pada drainase
(3) menampung dan mengalirkan air permukaan
pada daerah manfaat jalan
(4) merencanakan alinyemen saluran
(5) merencanakan saluran pada daerah kaki lereng
timbunan untuk menyalurkan air permukaan
pada daerah kaki lereng timbunan untuk
39
menyalurkan air permukaan pada daerah
sekitar menuju daerah buangan
(6) merencanakan saluran di atas lereng bukit yang
berfugsi untuk mencegah rembesan air dari
atas.
(7) merencanakan saluran yang berfungsi untuk
terjunan atau pematah arus pada daerah curam.
7) Perencanaan Lain-lain
a) Keselamatan Lalu-lintas
Dalam perencanaan harus dipertimbangkan aspek
keselamatan pengguna jalan, baik selama
pelaksanaan pekerjaan maupun paska konstruksi.
Perencana harus menjamin bahwa semua elemen
yang direncanakan memenuhi persyaratan desain
yang ditetapkan dan sesuai dengan kondisi
lingkungan setempat.
d. Penggambaran
1) Rancangan (Draft Perencanaan Teknik)
Tim harus membuat rancangan (draft) perencanaan
teknis dari setiap detail perencanaan dan
mengajukannya kepada pengguna jasa untuk diperiksa
dan disetujui.
Detail perencanaan teknis yang perlu dibuatkan konsep
perencanaannya antara lain :
a) Alinyemen Horizontal (Plan) digambar diatas peta
situasi skala 1:1.000 untuk jalan dan 1: 500 untuk
jembatan dengan interval garis tinggi 1.0 meter dan
dilengkapi dengan data yang dibutuhkan.
b) Alinyemen Vertikal (Profile) digambar dengan skala
horizontal 1:1.000 untuk jalan dan 1:500 untuk
40
jembatan dan skala vertikal 1:100 yang mencakup
data yang dibutuhkan.
c) Potongan Melintang (Cross Section) digambar untuk
setiap titik STA (interval 50 meter), namun pada
segmen khusus harus dibuat dengan interval lebih
rapat. Gambar potongan melintang dibuat dengan
skala horizontal 1:100 dan skala vertikal 1:50. Dalam
gambar potogan melintang harus mencakup:
(1) Tinggi muka tanah asli dan tinggi rencana muka
jalan
(2) Profil tanah asli dan profil/dimensi DAMIJA (ROW)
rencana
(3) Penampang bangunan pelengkap yang diperlukan
(4) Data kemiringan lereng galian/timbunan (bila
ada).
d) Potongan Melintang Tipikal (Typical Cross Section)
harus digambar dengan skala yang pantas dan
memuat semua informasi yang diperlukan antara
lain:
(1) Gambar konstruksi existing yang ada.
(2) Penampang pada daerah galian dan daerah
timbunan pada ketinggian yang berbeda-beda.
(3) Penampang pada daerah perkotaan dan daerah
luar kota.
(4) Rincian konstruksi perkerasan
(5) Penampang bangunan pelengkap
(6) Bentuk dan konstruksi bahu jalan, median
(7) Bentuk dan posisi saluran melintang (bila ada)
e) Gambar standar yang mencakup antara lain: gambar
bangunan pelengkap, drainase, rambu jalan, marka
jalan, dan sebagainya.
f) Gambar detail bangunan bawah dan bangunan atas
Jembatan.
g) Keterangan mengenai mutu bahan dan kelas
pembebanan.
2) Gambar Rencana (Final Desain)
Pembuatan gambar rencana lengkap dilakukan setelah
rancangan perencanaan disetujui oleh pengguna jasa
41
dengan memperhatikan koreksi dan saran yang
diberikan.
Gambar rencana akhir terdiri dari gambar-gambar
rancangan yang telah diperbaiki dan dilengkapi dengan:
a) Sampul luar (cover) dan sampul dalam.
b) Daftar isi.
c) Peta lokasi proyek.
d) Peta lokasi Sumber Bahan Material (Quarry).
e) Daftar simbol dan singkatan.
f) Daftar bangunan pelengkap dan volume.
g) Daftar rangkuman volume pekerjaan.
42
12. Keluaran Laporan Teknik yang dihasilkan dari jasa konsultansi ini,
adalah sebagai berikut :
43
13. Rencana & Metoda Verifikasi, Validasi,
Monitoring, Evaluasi, Inspeksi dan Pengujian &
Kriteria Penerimaannya
14. Jadwal Kriteria Penerimaan
15. Daftar Induk Dokumen
16. Daftar Induk Rekaman / Bukti Kerja
17. Lampiran
b. Laporan Bulanan
Laporan bulanan ini merupakan ringkasan dari kemajuan
pekerjaan yang dilaksanakan setiap bulan, total kemajuan
sejak awal kegiatan dan melaporkan keterlambatan-
keterlambatan yang terjadi serta sebab-sebabnya.
Selanjutnya juga memberikan saran-saran untuk
mengatasinya keadaan tersebut diatas dan tindakan-
tindakan yang akan/telah dilakukan.
Juga termasuk semua review yang diperlukan (bila ada) dan
rencana kerja bulan berikutnya.
Susunan laporan adalah sebagai berikut:
1) Daftar isi
2) Uraian
3) Jadwal hasil pelaksanaan (diplot pada jadwal rencana
kerja)
Laporan bulanan dibuat 48 (empat puluh delapan) buku, 6
(enam) buku tiap bulan untuk. Laporan bulanan ini
diserahkan maksimal setiap tanggal 5 di bulan berikutnya,
kecuali untuk laporan bulanan terakhir diserahkan
maksimal pada tanggal akhir kontrak.
c. Laporan Pendahuluan
Laporan pendahuluan merupakan apresiasi terhadap
kerangka acuan kerja kegiatan yang antara lain meliputi
latar belakang masalah, maksud dan tujuan, ruang
lingkup yang diharapkan, metode / cara pendekatan,
teknik dan prosedur pengumpulan data serta analisis.
Pada pelaporan ini dicantumkan juga pentahapan
pekerjaan, jadwal rencana kerja dan organisasi
pelaksanaan studi yang akan dibahas dalam pertemuan
dengan Pengguna Jasa. Laporan ini diserahkan pada hari
kalender ke 30 (tiga puluh) setelah diterbitkan SPMK dan
diserahkan sebanyak 6 (enam) buku.
44
d. Laporan Antara
Laporan Antara yang berisikan: Hasil pengumpulan data
sekunder maupun data primer, Hasil kajian terhadap data
survei, Konsep perencanaan, Progres kegiatan dan
rencana selanjutnya. Laporan ini diserahkan pada hari
kalender ke 90 (sembilan puluh) setelah diterbitkan SPMK
dan dibuat sebanyak 6 (enam) buku.
Laporan ini berisi :
1) Data Proyek
Data Proyek dapat memuat sekurang-kurangnya
a) Daftar Isi
b) Peta Lokasi Proyek
c) Peta lokasi quarry
d) Daftar Bangunan Pelengkap
e) Uraian yang berisi data perencanaan beserta
perhitungan struktur bangunan bawah beserta
pondasinya, drainase, jalan dan lain-lain.
f) Gambar rencana yang dibuat di atas kertas ukuran
A3.
48
4) Melakukan review dan memberikan persetujuan gambar
kerja serta memberikan konfirmasi kepada
PA/KPA/PPK dalam persetujuannya.
5) Melakukan investigasi tanah dan lainnya sebagai syarat
untuk review design.
6) Melakukan koordinasi dan transfer pengetahuan
dengan ahlinya pada pekerjaan konstruksi khusus (bila
diperlukan).
49
Quantity & S1 Teknik 7 Tahun 4,00
Cost Sipil OB
Estimator
Tenaga Teknisi
Surveyor (1) SMK/D3/S - SMK : 5 8 OB
1 Tahun
D3 : 3
Tahun
S1 : 1
Tahun
Teknisi (1) SMK/D3/S - SMK : 5 8 OB
1 Tahun
D3 : 3
Tahun
S1 : 1
Tahun
Tenaga Penunjang
Operator - - - 8,00
Komputer OB
Operator - - - 8,00
Cad OB
Pesuruh - - - 8,00
OB
a. Tenaga Ahli
2) Highway Engineer
Highway Engineer adalah seorang Sarjana Teknik Sipil
pengalaman kerja dibidang Perencanaan Teknis jalan
dan bangunan struktur sipil berpengalaman selama 7
51
(tujuh) tahun setelah lulus. Mempunyai sertifikat
keahlian kualifikasi Ahli Madya Teknik Jalan yang
dikeluarkan oleh Asosiasi terkait dengan dilegalisasi
oleh Lembaga Pengembang Jasa Konstruksi (LPJK).
Highway Engineer akan berkedudukan di tempat yang
berdekatan dengan tempat-tempat pekerjaan yang
menjadi tanggung-jawabnya dan/atau di tempat lain
yang ditentukan oleh Kepala Satuan
3) Bridge Engineer
Bridge Engineer adalah seorang sarjana Teknik Sipil,
dengan pengalaman kerja dibidang Perencanaan Teknis
Jembatan dan Cost Estimate/ Quantity Engineer
bangunan struktur sipil, minimum 7 (tujuh) tahun
setelah lulus, bersertifikat keahlian kualifikasi Ahli
Jembatan Madya yang dikeluarkan oleh Asosiasi terkait
dengan dilegalisasi oleh Lembaga Pengembang Jasa
Konstruksi (LPJK).
Bridge Engineer bertanggung jawab kepada Chief
Supervision Engineer untuk menyiapkan desain
jembatan dan membuat laporan-laporan analisa harga
satuan pekerjaan dan perkiraan biaya pembangunan
jembatan secara lengkap.
52
a) Membuat gambar rencana dan analisa teknik
jembatan dan terowongan, rencana geometrik dan
tebal perkerasan jalan pendekat jembatan;
b) Membuat analisa perhitungan harga estimate
engineer pada perencanaan jembatan dan
terowongan apabila diminta;
c) Menganalisa perkiraan biaya dengan
memperhatikan faktor-faktor depresiasi,
tax,overhead cost, profit cost, dan lain -lain;
d) Memberikan kesimpulan atas alternatif-alternatif
perkiraan biaya yang dibuat/ diperoleh;
4) Hidrology Engineer
Ahli Hidrologi adalah seorang sarjana atau strata yang
lebih tinggi di bidang teknik sipil/ teknik hidrologi,
bersertifikat keahlian kualifikasi Ahli Teknik Sumber
Daya Air Madya yang dikeluarkan oleh Asosiasi terkait
dengan dilegalisasi oleh Lembaga Pengembang Jasa
Konstruksi (LPJK) dan berpengalaman di bidangnya
selama minimal 7 (tujuh) tahun.
Ahli Hidrologi akan berkedudukan di tempat yang
berdekatan dengan tempat-tempat pekerjaan yang
menjadi tanggung-jawabnya dan/atau di tempat lain
yang ditentukan oleh Kepala Satuan Kerja.
54
pondasi jembatan yang sesuia dengan keadaan
strata tanahnya.
d) Membuat laporan penyelidikan tanah secara rinci
dan sistimatis beserta analisa dan kesimpulannya
guna mendukung proses perencanaan teknis
selanjutnya.
b. Tenaga Pendamping
Surveyor/ Teknisi
Pengalaman yang dibutuhkan bagi surveyor/teknisi pada
pekerjaan ini sekurang – kurangnya, sebagai berikut :
Lama
Jenjang
pengalaman Keterangan
Pendidikan
(Tahun)
S1 (Teknik setelah lulus dalam
1
Sipil) pelaksanaan
pekerjaan yang
D3 (Teknik sesuai dengan
3
Sipil) bidang/tugasnya
terutama untuk
pekerjaan sipil (*)
khususnya
perencanaan dan
SMK 5
pengawasan
konstruksi jalan dan
jembatan
55
(*) Pengalaman pekerjaan sipil khususnya meliputi :
1. Pengukuran Topografi
2. Penyelidikan Tanah (DCP, Hand Penetrometer,
Benkleman Beam, dsb)
3. Penyelidikan Laboratorium (Khusus Laborant)
4. Dan pekerjaan lain yang relevan dengan posisi
tugasnya.
5. Khusus untuk Petugas K3 minimal harus sudah
mengikuti pelatihan SMK3.
c. Tenaga Penunjang
Tenaga Penunjang Administrasi (Sekretaris, Operator
Komputer, dan Pesuruh) harus mempunyai pengalaman
dalam bidang pekerjaan yang relevan dengan posisinya
masing-masing.
Tahapan
(Rp.) Jan Feb Maret April Mei Juni Juli Agust Sept Okt Nov Des
Pelaksanaan
A. TENAGA INTI 821,340,000 60.57 7.57 7.57 7.57 7.57 7.57 7.57 7.57 7.57
B. TENAGA TEKNISI 128,000,000 9.44 1.18 1.18 1.18 1.18 1.18 1.18 1.18 1.18
Kegiatan C. TENAGA PENUNJANG 60,000,000 4.42 0.55 0.55 0.55 0.55 0.55 0.55 0.55 0.55
B. BAHAN OPERASIONAL (Fixed Rate) 11,000,000 0.81 0.10 0.10 0.10 0.10 0.10 0.10 0.10 0.10
C. PERALATAN DAN SURVEY (Fixed Rate)173,660,000 12.81 1.60 1.60 1.60 1.60 1.60 1.60 1.60 1.60
D. AKOMODASI DAN TRANSPORTASI 96,800,000 7.14 0.89 0.89 0.89 0.89 0.89 0.89 0.89 0.89
E. BIAYA LAIN - LAIN 26,400,000 1.95 0.24 0.24 0.24 0.24 0.24 0.24 0.24 0.24
JUMLAH HARGA PEKERJAAN 1,356,000,000 100.00 - - - - 12.50 12.50 12.50 12.50 12.50 12.50 12.50 12.50
PPN 10% 135,600,000 - - - - 12.50 25.00 37.50 50.00 62.50 75.00 87.50 100.00
TOTAL 1,491,600,000
Hal-Hal Lain
19. Produksi Semua kegiatan jasa konsultansi berdasarkan KAK ini harus
Dalam Negeri dilakukan di dalam wilayah Negara Republik Indonesia kecuali
ditetapkan lain dalam angka 4 KAK dengan pertimbangan
keterbatasan kompetensi dalam negeri.
56
21. Alih Jika diperlukan, Penyedia jasa Perencanaan berkewajiban
Pengetahuan untuk menyelenggarakan pertemuan dan pembahasan dalam
rangka alih pengetahuan kepada personil Pejabat Pembuat
Komitmen Perencanaan Satker Perencanaan dan Perencanaan
Jalan Nasional D.I. Yogyakarta
PPK Perencanaan
Satker Perencanaan dan Pengawasan Jalan Nasional
D. I. Yogyakarta
57