You are on page 1of 29

PROSES MENJAGA MUTU ASUHAN KEPERAWATAN

DIRUANG RAWAT
MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH
MANAJEMEN KEPERAWATAN
Yang dibina oleh Bapak Bejo Danang Saputra, M. Kep

KELOMPOK 4 :
Disusun Oleh :
1. Khotijah Safinaturrohmah (108116040)
2. Riniyanti (108116044)
3. Nurul Abibah (108116048)
4. Sahrul Hardiyanto (108116053)
5. Anjas Upi Rachmawati (108116056)
6. Arfi Nur’afifah (108116061)
7. Fidha Fairuz Syafira (108116062)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN 3B


STIKES AL-IRSYAD AL-ISLAMIYYAH CILACAP
TAHUN AKADEMIK 2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan
makalah dengan judul “Proses Menjaga Mutu Asuhan Keperawatan Diruang Rawat ”
ini, meskipun masih jauh dari kesempurnaan.
Tujuan penyusun membuat makalah ini adalah untuk melengkapi salah satu
tugas pada mata kuliah Manajemen Keperawatan . Dalam kesempatan ini tak lupa
penyusun mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan makalah ini.
Atas bantuan dan dorongannya, semoga mendapat balasan dari Allah SWT,
dan penyusun berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi penyusun khususnya serta
bagi pembaca pada umumnya.
Karena sifat keterbatasan yang dimiliki, maka saran dan kritik yang
membangun sangat penyusun harapkan, dan semoga makalah ini dapat menjadi titik
sumbangan bagi pengembangan ilmu pengetahuan .

Cilacap, 19 April 2019

Penyusun

Manajemen keperawatan Page ii


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................................. ii


DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii
BAB I ........................................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN .................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................................... 3
1.3 Tujuan ....................................................................................................................... 3
BAB II....................................................................................................................................... 1
PEMBAHASAN ....................................................................................................................... 1
2.1 Pengertian Mutu ........................................................................................................ 1
2.2 Pengertian Mutu Pelayanan Keperawatan ................................................................ 2
2.3 Program Menjaga Mutu............................................................................................ 7
2.4 Dimensi Mutu Asuhan Keperawatan ...................................................................... 14
2.5 Ciri Mutu Asuhan Keperawatan ............................................................................. 15
2.6 Strategi Mutu Pelayanan Keperawatan ................................................................... 16
BAB III ................................................................................................................................... 21
PENUTUP .............................................................................................................................. 21
3.1 Kesimpulan ............................................................................................................. 21
3.2 Saran ....................................................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 23

Manajemen keperawatan Page iii


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pembangunan nasional yang dilaksanakan secara bertahap sejak Indonesia
merdeka sudah meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia. Peningkatan
kesejahteraan suatu wilayah diukur dari tingkat pendidikan, status kesehatan, dan
pendapatan masyarakat. Ketiganya jika digabungkan akan menjadi ukuran Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) di wilayah tersebut. Peningkatan IPM disuatu
wilayah akan meningkatkan jumlah masyarakat kelas ekonomi menengah ke atas.
Kelompok masyarakat inilah yang akan menyuarakan tuntutan mereka tentang
peningkatan mutu pelayanan publik (public services) termasuk di bidang
pelayanan kesehatan.
Suatu pelayanan kesehatan dikatakan bermutu apabila kinerja yang
menunjukan tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan tidak hanya dapat
menimbulkan kepuasan bagi pasien sesuai dengan kepuasan rata-rata penduduk
tetapi juga sesuai dengan standar dan kode etik profesi yang telah ditetapkan.
Proses pengembangan mutu pada sebuah institusi pelayanan kesehatan
(health care provider) dapat dipahami melalui berbagai jenis produk dan jasa
pelayanan yang ditawarkan kepada masyarakat, segmen pasar atau konsumen
produk tersebut dan harapan masyarakat pengguna jasa pelayanan terhadap
kinerja pelayanan kesehatan yang mereka terima.
Menurut Azrul Azwar (1988), dalam upaya mencapai pelayanan yang
paripurna Rumah Sakit perlu melakukan pembenahan secara internal, antara lain:
(1) mengembangkan struktur organisasi sesuai dengan tuntutan perubahan dan
kebutuhan yang spesifik, (2) menerapkan manajemen strategis secara konkrit, (3)
mendayagunakan dan mengembangkan pengetahuan dan kemampuan tenaganya,
termasuk tenaga keperawatan dan (4) memanfaatkan pendapatan sendiri untuk
memperoleh kemandirian dan kesinambungan (Azwar, 1988).

Manajemen keperawatan Page 1


Menurut UU No.38 Tahun 2014 tentang Keperawatan, pelayanan
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian
integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu dan kiat
Keperawatan ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok, atau masyarakat,
baik sehat maupun sakit. Menurut Gilles (1994), keberadaan perawat dalam
pelayanan kesehatan merupakan posisi kunci, yang dibuktikan oleh kenyataan
bahwa 40-60 % pelayanan rumah sakit merupakan pelayanan keperawatan dan
hampir semua pelayanan promosi kesehatan dan pencegahan penyakit baik di
rumah sakit maupun tatanan pelayanan kesehatan lain dilakukan oleh perawat.
Standar Asuhan Keperawatan (SAK) yang dijalankan dalam menjaga mutu
pelayanan kesehatan akan membuat intervensi yang diberikan akan mempunyai
kualitas yang sama walapun pasien yang dirawat berbeda kelas pelayanan. Sisi
profesionalisme pelayanan keperawatan harus tetap dijaga dalam setiap pemberian
pelayanan, tidak tergantung kelas pelayanan untuk itulah diperlukan adanya suatu
standar. Standar akan memastikan dan menjamin perlakuan tindakan keperawatan
tetap terjaga mutunya walaupun berbeda kelas pelayanan. Di Indonesia secara
legal telah ditetapkan Standar Asuhan Keperawatan (SAK) dan diberlakukan serta
diterapkan di seluruh rumah sakit di Indonesia melalui SK Direktorat Pelayanan
Medik No. YM 00.03.2.6.7637 tahun 1993 tentang Standar Asuhan Keperawatan
(SAK) di rumah sakit.
Program upaya peningkatan mutu pelayanan asuhan keperawatan merupakan
salah satu cara untuk mendapatkan informasi dari pasien maupun masyarakat yang
menggunakan jasa pelayanan yang diberikan rumah sakit. Audit terkait
dokumentasi asuhan keperawatan merupakan tolak ukur atau bukti otentik dalam
pemberian pelayanan keperawatan yang merupakan salah satu faktor penentu baik
buruknya mutu dan citra rumah sakit. Pelayanan keperawatan perlu ditingkatkan
dengan adanya standar sebagai pedoman kerja bagi perawat dan sekaligus adanya
pemantauan atau evaluasi pada penerapannya sehingga berkesinambungan
dijalankan.

Manajemen keperawatan Page 2


1.2 Rumusan Masalah
1.Apa yang dimaksud mutu ?
2.Apa yang dimaksud mutu pelayanan kesehatan ?
3.Apa yang dimaksud program menjaga mutu ?
4.Apa saja dimensi mutu pelayanan kesehatan ?
5.Bagaimana ciri-ciri mutu asuhan keperawatan ?
6.Apa saja strategi mutu pelayanan keperawatan ?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian mutu.
2. Mengetahui pengertian mutu pelayanan kesehatan.
3. Mengetahui program menjaga mutu.
4. Mengetahui dimensi mutu pelayanan kesehatan.
5. Mengetahui ciri-ciri mutu asuhan keperawatan.
6. Mengetahui strategi mutu pelayanan keperawatan .

Manajemen keperawatan Page 3


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Mutu


Mutu atau kualitas adalah tingkat baik buruknya sesuatu; kadar, derajat atau
taraf (kepandaian, kecakapan). Mutu ini digunakan sebagai pengukur yang
membedakan suatu benda dengan yang lainnya. Beberapa ahli telah
mendefinisikan mutu sebagaimana di bawah ini:
1. Joseph Juran (1989), memiliki pendapat bahwa quality is fitness for use. Secara
bebas mutu di sini diartikan sebagai kesesuaian atau enaknya barang itu
digunakan (mutu produk).
Contoh sederhana dari mutu seperti ini adalah ketika kita membeli suatu produk
dan produk itu sesuai dengan yang kita inginkan maka kita menilai produk itu
bagus atau baik. Misalnya baju yang kita beli memiliki mutu jika ketika kita
memakai baju tersebut merasa puas karena terlihat baik dan bagus sesuai
keinginan kita meskipun mahal. Berbeda dengan sebaliknya, apabila baju yang
kita beli tidak cocok maka kita akan menilai baju atau produk tersebut tidak
bermutu.
2. Philip B. Crosby (1990) mendefinisikan mutu sebagai kesesuaian dengan apa
yang disyaratkan atau distandarkan (Conformance to requirement). Secara
sederhana sebuah produk dikatakan berkualitas apabila produk tersebut sesuai
dengan standar kualitas yang telah ditentukan yang meliputi bahan baku, proses
produksi, dan produk jadi. Dari definisi ini, mutu itu diartikan sebagai
kesesuaian dengan standar yang ada. Sebagai contoh dalam sebuah organisasi
memproduksi sebuah produk atau barang akan dikatakan bermutu jika barang
atau produk tersebut sudah sesuai dengan standar yang ada. Dalam organisasi
nonprofit misalhnya, di dunia pendidikan memiliki beberapa standar.
Organisasi pendidikan itu dikatakan bermutu jika organisasi tersebut telah
memenuhi standar-standar yang ada.

Manajemen keperawatan Page 1


3. Armand V. Fiegenbaum (1991) mendefinisikan mutu sebagai kepuasan
pelanggan sepenuhnya (full customer satisfaction). Suatu produk atau jasa
dikatakan berkualitas apabila produk tersebut benar-benar membuat pelanggan
puas. Suatu contoh, pedagang Ayam Bakar Wong Solo, warung ini dikatakan
bermutu karena warung ini dapat memuaskan pelanggan setelah pelanggan
mencoba makan di warung tersebut, dengan berbagai menu yang disajikan
terutama menu ayam bakarnya yang khas.
Berdasarkan uraian di atas, maka mutu dapat dikatakan sebagai kondisi
dimana hasil dari produk sesuai dengan kebutuhan pelanggan, standar yang
berlaku dan tercapainya tujuan. Mutu tidak hanya terbatas pada produk yang
menghasilkan barang tetapi juga untuk produk yang menghasilkan jasa atau
pelayanan termasuk pelayanan keperawatan.

2.2 Pengertian Mutu Pelayanan Keperawatan


1. Pelayanan
Produk yang dihasilkan oleh suatu organisasi dapat menghasilkan barang atau
jasa. Jasa diartikan juga sebagai pelayanan karena jasa itu menghasilkan
pelayanan (Supranto, 2006). Menjelaskan mengenai definisi pelayanan adalah
suatu perbuatan di mana seseorang atau suatu kelompok menawarkan pada
kelompok/orang lain sesuatu yang pada dasarnya tidak berwujud dan
produksinya berkaitan atau tidak berkaitan dengan fisik produk. Kotler (1997,
dalam Supranto, 2006) juga menjelaskan mengenai karakteristik dari pelayanan
dengan membuat batasan-batasan untuk jenis-jenis pelayanan-pelayanan
sebagai berikut :
a. Pelayanan itu diberikan dengan berdasarkan basis peralatan (equipment
based) atau basis orang (people based) dimana pelayanan berbasis orang
berbeda dari segi penyediaannya, yaitu pekerja tidak terlatih, terlatih atau
professional (Disampaikan dalam Pelatihan Manajemen Keperawatan).
b. Beberapa jenis pelayanan memerlukan kehadiran dari klien (client’s
precense).

Manajemen keperawatan Page 2


c. Pelayanan juga dibedakan dalam memenuhi kebutuhan perorangan (personal
need) atau kebutuhan bisnis (business need).
d. Pelayanan yang dibedakan atas tujuannya, yaitu laba atau nirlaba (profit or
non profit) dan kepemilikannya swasta atau publik (private or public).
Berdasarkan dari pendapat-pendapat tersebut, maka dapat dikatakan bahwa
pelayanan merupakan salah satu bentuk hasil dari produk yang memberikan
pelayanan dan mempunyai sifat tidak berwujud sehingga pelayanan hanya
dapat dirasakan setelah orang tersebut menerima pelayanan tersebut.
2. Keperawatan
Keperawatan sudah banyak didefinisikan oleh para ahli, dan menurut
Herderson (1966, dalam Kozier et al, 1997) menjelaskan keperawatan sebagai
kegiatan membantu individu sehat atau sakit dalam melakukan upaya aktivitas
untuk membuat individu tersebut sehat atau sembuh dari sakit atau meninggal
dengan tenang (jika tidak dapat disembuhkan), atau membantu apa yang
seharusnya dilakukan apabila ia mempunyai cukup kekuatan, keinginan, atau
pengetahuan.
Mutu Pelayanan Keperawatan dapat merupakan suatu pelayanan keperawatan
yang komprehensif meliputi bio-psiko-sosio-spiritual yang diberikan oleh
perawat profesional kepada pasien (individu, keluarga maupun masyarakat)
baik sakit maupun sehat, dimana perawatan yang diberikan sesuai dengan
kebutuhan pasien dan standar pelayanan. Namun pada dasarnya, definisi mutu
pelayanan keperawatan itu dapat berbeda-beda tergantung dari sudut pandang
mana mutu tersebut dilihat. Berbagai sudut pandang mengenai definisi mutu
pelayanan keperawatan tersebut diantaranya yaitu :
a. Sudut Pandang Pasien (Individu, Keluarga, Masyarakat)
Meishenheimer (2001) menjelaskan bahwa pasien atau keluarga pasien
mendefinisikan mutu sebagai adanya perawat atau tenaga kesehatan yang
memberikan perawatan yang terampil dan kemampuan perawat dalam
memberikan perawatan. Sedangkan Wijono (2000) menjelaskan mutu
pelayanan berarti suatu empati, respeck dan tanggap akan kebutuhannya,

Manajemen keperawatan Page 3


pelayanan harus sesuai dengan kebutuhan mereka, diberikan dengan cara
yang ramah pada waktu mereka berkunjung. Mutu pelayanan keperawatan
didefinisikan oleh pasien (individu, keluarga, masyarakat) sebagai
pelaksanaan pelayanan keperawatan yang sesuai dengan kebutuhannya yang
berlandaskan rasa empati, penghargaan, ketanggapan, dan keramahan dari
perawat serta kemampuan perawat dalam memberikan pelayanan. Selain itu
melalui pelayanan keperawatan tersebut, juga dapat menghasilkan
peningkatan derajat kesehatan pasien.
b. Sudut Pandang Perawat
Wijono (2000), bahwa mutu pelayanan berarti bebas melakukan segala
sesuatu secara profesional untuk meningkatkan derajat kesehatan pasien dan
masyarakat sesuai dengan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang maju,
mutu pelayanan yang baik dan memenuhi standar yang baik. Mutu
pelayanan keperawatannya sebagai kemampuan melakukan asuhan
keperawatan yang profesional terhadap pasien (individu, keluarga,
masyarakat) dan sesuai standar keperawatan, perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
c. Sudut Pandang Manajer Keperawatan
Mutu pelayanan difokuskan pada pengaturan staf, pasien dan
masyarakat yang baik dengan menjalankan supervisi, manajemen keuangan
dan logistik dengan baik serta alokasi sumber daya yang tepat (Wijono,
2000). Pelayanan keperawatan memerlukan manajemen yang baik sehingga
manajer keperawatan mempunyai peranan penting dalam meningkatkan
mutu pelayanan keperawatan dengan melaksanakan fungsi-fungsi
manajemen dengan baik yang memfokuskan pada pengelolaan staf
keperawatan dan pasien sebagai individu, keluarga dan masyarakat. Selain
itu pengelolaan pun mencakup pada manajemen keuangan dan logistik.
d. Sudut Pandang Institusi Pelayanan
Meishenheimer (2001) mengemukakan bahwa mutu pelayanan
diasumsikan sebagai kemampuan untuk bertahan, pertimbangan penting

Manajemen keperawatan Page 4


mencakup tipe dan kualitas stafnya untuk memberikan pelayanan,
pertanggungjawaban intitusi terhadap perawatan pasien yang tidak sesuai,
dan menganalisis dampak keuangan terhadap operasional institusi. Definisi
mutu pelayanan keperawatan dari pandangan intitusi pelayanan yaitu
terlaksananya efektifitas dan efisiensi pelayanan termasuk dalam hal
ketenagaan, peralatan, biaya operasional, dan waktu pelayanan. Efektifitas
dan efisiensi pelayanan tersebut didukung dengan peningkatan mutu stafnya,
selain itu rumah sakit pun dituntut untuk mempunyai tanggung jawab
terhadap pelayanan keperawatan yang menimbulkan dampak negatif pada
pasien.
e. Sudut Pandang Organisasi Profesi
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) sebagai organisasi profesi
mempunyai tanggung jawab dalam meningkatkan profesi keperawatan.
Sehingga untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan, organisasi
profesi tersebut membuat dan memfasilitasi kebijakan regulasi keperawatan
yang mencakup sertifikasi, lisensi dan akreditasi. Dimana regulasi tersebut
diperlukan untuk meyakinkan masyarakat bahwa pelayanan keperawatan
yang diberikan telah berdasarkan kaidah suatu profesi dan pemberi
pelayanan keperawatan telah memenuhi standar kompetensi yang telah
ditetapkan.
Penilaian terhadap mutu dilakukan dengan menggunakan pendekatan-
pendekatan yang dikelompokkan dalam tiga komponen, yaitu :
1) Audit Struktur (Input)
Wijono (2000) mengatakan bahwa struktur merupakan masukan (input)
yang meliputi sarana fisik perlengkapan/peralatan, organisasi,
manajemen, keuangan, sumber daya manusia dan sumber daya lainnya
dalam fasilitas keperawatan. Baik tidaknya struktur sebagai input dapat
diukur dari jumlah besarnya mutu, mutu struktur, besarnya anggaran
atau biaya, dan kewajaran. Penilaian juga dilakukan terhadap
perlengkapan-perlengkapan dan instrumen yang tersedia dan

Manajemen keperawatan Page 5


dipergunakan untuk pelayanan. Selain itu pada aspek fisik, penilaian
juga mencakup pada karakteristik dari administrasi organisasi dan
kualifikasi dari profesi kesehatan. Pendapat yang hampir sama
dikemukakan oleh Tappen (1995), yaitu bahwa struktur berhubungan
dengan pengaturan pelayanan keperawatan yang diberikan dan sumber
daya yang memadai. Aspek dalam komponen struktur dapat dilihat
melalui :
a) Fasilitas, yaitu kenyamanan, kemudahan mencapai pelayanan dan
keamanan.
b) Peralatan, yaitu suplai yang adekuat, seni menempatkan peralatan.
c) Staf, meliputi pengalaman, tingkat absensi, rata-rata turnover, dan
rasio pasien-perawat.
d) Keuangan, yaitu meliputi gaji, kecukupan dan sumber keuangan.
Berdasarkan kedua pendapat di atas, maka pendekatan struktur lebih
difokuskan pada hal-hal yang menjadi masukan dalam pelaksanaan
pelayanan keperawatan, diantaranya yaitu :
a) Fasilitas fisik, yang meliputi ruang perawatan yang bersih, nyaman
dan aman, serta penataan ruang perawatan yang indah;
b) Peralatan, peralatan keperawatan yang lengkap, bersih, rapi dan ditata
dengan baik;
c) Staf keperawatan sebagai sumber daya manusia, baik dari segi
kualitas maupun kuantitas;
d) Keuangan, yang meliputi bagaimana mendapatkan sumber dan
alokasi dana. Faktor-faktor yang menjadi masukan ini memerlukan
manajemen yang baik, baik manajemen sumber daya manusia,
keuangan maupun logistik.
2) Proses (Process)
Wijono (2000) menjelaskan bahwa pendekatan ini merupakan proses
yang mentransformasi struktur (input) ke dalam hasil (outcome). Proses
adalah kegiatan yang dilaksanakan secara profesional oleh tenaga

Manajemen keperawatan Page 6


kesehatan (perawat) dan interaksinya dengan pasien. Dalam kegiatan ini
mencakup diagnosa, rencana perawatan, indikasi tindakan, prosedur dan
penanganan kasus. Dengan kata lain penilaian dilakukan terhadap
perawat dalam merawat pasien dan baik tidaknya proses dapat diukur dari
relevan tidaknya proses bagi pasien, fleksibilitas/efektifitas, mutu proses
itu sendiri sesuai dengan standar pelayanan yang semestinya, dan
kewajaran (tidak kurang dan tidak berlebihan).
3) Hasil (Outcome)
Pendekatan ini adalah hasil akhir kegiatan dan tindakan perawat terhadap
pasien. Dapat berarti adanya perubahan derajat kesehatan dan kepuasan
baik positif maupun negatif. Sehingga baik tidaknya hasil dapat diukur
dari derajat kesehatan pasien dan kepuasan pasien terhadap pelayanan
perawatan yang telah diberikan (Wijono, 2000).
3 Program Menjaga Mutu
1. Pengertian program menjaga mutu banyak macamnya, beberapa
diantaranya yang dipandang cukup penting adalah:
a. Program menjaga mutu adalah suatu upaya yang berkesinambungan,
sistematis dan objektif dalam memantau dan menilai pelayanan yang
diselenggarakan dibandingkan dengan standar yang telah ditetapkan,
serta menyelesaikan masalah yang ditemukan untuk memperbaiki
mutu pelayanan (Maltos & Keller, 1989).
b. Program menjaga mutu adalah suatu proses untuk memperkecil
kesenjangan antara penampilan yang ditemukan dengan keluaran yang
diinginkan dari suatu sistem, sesuai dengan batas-batas teknologi yang
dimiliki oleh sistem tersebut (Ruels & Frank, 1988).
c. Program menjaga mutu adalah suatu program berlanjut yang disusun
secara objektif dan sistematis dalam memantau dan menilai mutu dan
kewajaran pelayanan, menggunakan berbagai peluang yang tersedia
untuk meningkatkan pelayanan yang diselenggarakan serta

Manajemen keperawatan Page 7


menyelesaikan berbagai masalah yang ditemukan (Joint Commission
on Acreditation of Hospitals, 1988).
Ketiga pengertian program menjaga mutu ini meskipun rumusannya
tidak sama namun pengertian pokok yang terkandung didalamnya tidaklah
berbeda. Program menjaga mutu adalah suatu upaya yang dilaksanakan
secara berkesinambungan, sistematis, objektif dan terpadu dalam
menetapkan masalah dan penyebab masalah mutu pelayanan berdasarkan
standar yang telah ditetapkan, menetapkan dan melaksanakan cara
penyelesaian masalah sesuai dengan kemampuan yang tersedia, serta
menilai hasil yang dicapai dan menyusun saran tindak lanjut untuk lebih
meningkatkan mutu pelayanan.
2. Tujuan.
Tujuan program menjaga mutu mencakup dua hal yang bersifat pokok,
yang jika disederhanakan dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Tujuan antara.
Tujuan antara yang ingin dicapai oleh program menjaga mutu ialah
diketahuinya mutu pelayanan. Jika dikaitkan dengan kegiatan program
menjaga mutu, tujuan ini dapat dicapai apabila masalah serta prioritas
masalah mutu berhasil ditetapkan.
b. Tujuan akhir
Tujuan akhir yang ingin dicapai oleh program menjaga mutu ialah
makin meningkatnya mutu pelayanan. Jika dikaitkan dengan kegiatan
program menjaga mutu, tujuan ini dapat dicapai apabila masalah dan
penyebab masalah mutu berhasil diatasi.
3. Kegiatan Menjaga Mutu
a. Kegiatan persiapan
1) Menumbuhkan & meningkatkan Menumbuhkan & meningkatkan
komitmen pimpinan & penyelenggara komitmen pimpinan &
penyelenggara yan. kes u/ program yan. kes u/ program

Manajemen keperawatan Page 8


2) Membentuk tim yg bertanggung jwb Membentuk tim yg
bertanggung
3) Mengadakan pelatihan program Mengadakan pelatihan program
4) Mengadakan pelatihan program Mengadakan pelatihan program
menjaga mutu menjaga mutu Menetapkan batas, wewenang,
Menetapkan batas, wewenang, tanggung jwb, mekanisme kerja tim
tanggung jwb, mekanisme kerja tim
5) Menetapkan jenis & ruang lingkup yan Menetapkan jenis & ruang
lingkup yan yg diprioritaskan yg diprioritaskan
6) Menyosialisasikan standar & indikator yg Menyosialisasikan
standar & indikator yg digunakan digunakan
b. Kegiatan Pelaksanaan(Palmer, 1979, Vouri
1) Menetapkan masalah mutu yan kes
2) Menetapkan penyebab masalah mutu yan. Kes
3) Menetapkan cara penyelesaian masalah mutu yan kesehatan
4) Melaksanakan cara penyelesaian mslh
5) Menilai hasil yg dicapai
6) Menyusun saran tindak lanjut
4. Karakteristik Kegiatan Program Menjaga Mutu Karakteristik Kegiatan
Program Menjaga Mutu
a. Berkesinambungan/continous Quality Improvement program Sistematis
Sistematis
b. Terpadu:pelaksanaanya secara terpadu dengan pengelolam pelayanana
lain secara keseluruhan/total Quality Management
5. Sasaran progarm menjaga mutu:
Lingkungan:Kebijakan, organisasi, manajemen
6. Standar program penjaga mutu
a. Standar persyaratan minimal/minimum requirement standard: keadaan
minimal yg requirement standard: keadaan minimal yg hares dipenuhi

Manajemen keperawatan Page 9


u/ntuk menyelenggarakan yan. hares dipenuhi untuk menyelenggarakan
yan. Kes/kep
1) Standar masukan
2) Standar lingkungan
3) Standar proses
b. Standar penampilan minimal
Menunjukan penampilan pelayanan keperawatan yang masih diterima
7. Bentuk Program Menjaga Mutu
a. Program menjaga mutu prosfektif diselenggarakan sebelum pelayanan:
Standarisasi :menjamin terselenggaranya pelayanan yang bermutu
,ditetapkan standarisasi pelayanan kesehatan / keperawatan
b. Program menjaga mutu Konkuren ,program dilaksanakan bersamaan
dengan pelayanan kesehatan / keperawatan dan lebih mengutamakan
standar proses
c. Program restrospektif , program dilaksanakan setelah
selesainyapelayanan .contoh : review rekam medis
8. Pelaksanaan Program Menjaga Mutu
a. Menetapkan masalah mutu
b. Menetapkan penyebab masalah mutu pelayanan keperawatan
c. Menetapkan cara penyelesaian masalah mutu
d. Melaksanakan cara penyelesaian masalah mutu
e. Menilai hasil dan menyusun saran tindak lanjut

9. Manfaat.
Apabila program menjaga mutu dapat dilaksanakan, banyak manfaat
yang akan diperoleh. Secara umum beberapa manfaat yang dimaksudkan
adalah:
a. Dapat lebih meningkatkan efektifitas pelayanan kesehatan.

Manajemen keperawatan Page 10


Peningkatan efektifitas yang dimaksud di sini erat hubungannya
dengan dapat diselesaikannya masalah yang tepat dengan cara
penyelesaian masalah yang benar. Karena dengan diselenggarakannya
program menjaga mutu dapat diharapkan pemilihan masalah telah
dilakukan secara tepat serta pemilihan dan pelaksanaan cara penyelesaian
masalah telah dilakukan secara benar.
b. Dapat lebih meningkatkan efesiensi pelayanan kesehatan.
Peningkatan efesiensi yang dimaksudkan disini erat hubungannya
dengan dapat dicegahnya penyelenggaraan pelayanan yang berlebihan
atau yang dibawah standar. Biaya tambahan karena pelayanan yang
berlebihan atau karena harus mengatasi berbagai efek samping karena
pelayanan yang dibawah standar akan dapat dicegah.
c. Dapat lebih meningkatkan penerimaan masyarakat terhadap pelayanan
kesehatan.
Peningkatan penerimaan ini erat hubungannya dengan telah sesuainya
pelayanan kesehatan yang diselenggarakan dengan kebutuhan dan
tuntutan masyarakat sebagai pemakai jasa pelayanan. Apabila
peningkatan penerimaan ini dapat diwujudkan, pada gilirannya pasti akan
berperan besar dalam turut meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
secara keseluruhan.
d. Dapat melindungi pelaksana pelayanan kesehatan dari kemungkinan
munculnya gugatan hukum
Pada saat ini sebagai akibat makin baiknya tingkat pendidikan dan
keadaan sosial ekonomi masyarakat serta diberlakukannya berbagai
kebijakan perlindungan publik, tampak kesadaran hukum masyarakat
makin meningkat pula. Untuk melindungi kemungkinan munculnya
gugatan hukum dari masyarakat yang tidak puas terhadap pelayanan
kesehatan, tidak ada pilihan lain yang dapat dilakukan kecuali berupaya
menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang terjamin mutunya. Dalam
kaitan itu peranan program menjaga mutu jelas amat penting, karena

Manajemen keperawatan Page 11


apabila program menjaga mutu dapat dilaksanakan dapatlah diharapkan
terselenggaranya pelayanan kesehatan yang bermutu, yang akan
berdampak pada peningkatan kepuasan para pemakai jasa pelayanan
kesehatan .
10. Syarat
Syarat program menjaga mutu banyak macamnya, beberapa dari persyaratan
yang dimaksud dan dipandang penting ialah:
a. Bersifat khas.
Syarat pertama yang harus dipenuhi adalah harus bersifat khas, dalam arti
jelas sasaran, tujuan dan tata cara pelaksanaannya serta diarahkan hanya
untuk hal-hal yang bersifat pokok saja. Dengan adanya syarat seperti ini,
maka jelaslah untuk dapat melakukan program menjaga mutu yang baik
perlu disusun dahulu rencana kerja program menjaga mutu.
b. Mampu melaporkan setiap penyimpangan.
Syarat kedua yang harus dipenuhi ialah kemampuan untuk melaporkan
setiap penyimpangan secara tepat, cepat dan benar. Untuk ini disebut bahwa
suatu program menjaga mutu yang baik seyogianya mempunyai mekanisme
umpan balik yang baik.
c. Fleksibel dan berorientasi pada masa depan.
Syarat ketiga yang harus dipenuhi ialah sifatnya yang fleksibel dan
berorientasi pada masa depan. Program menjaga mutu yang terlau kaku
dalam arti tidak tanggap terhadap setiap perubahan, bukanlah program
menjaga mutu yang baik.

d. Mencerminkan dan sesuai dengan keadaan organisasi.


Syarat keempat yang harus dipenuhi ialah harus mencerminkan dan sesuai
dengan keadaan organisasi. Program menjaga mutu yang berlebihan, terlalu
dipaksakan sehingga tidak sesuai dengan kemampuan yang dimiliki, tidak
akan ekonomis dan karena itu bukanlah suatu program yang baik.

Manajemen keperawatan Page 12


e. Mudah dilaksanakan.
Syarat kelima adalah tentang kemudahan pelaksanaannya, inilah sebabnya
sering dikembangkan program menjaga mutu mandiri (Self assesment). Ada
baiknya program tersebut dilakukan secara langsung, dalam arti
dilaksanakan oleh pihak-pihak yang melaksanakan pelayanan kesehatan .
f. Mudah dimengerti.
Syarat keenam yang harus dipenuhi ialah tentang kemudahan pengertiannya.
Program menjaga mutu yang berbelit-belit atau yang hasilnya sulit
dimengerti, bukanlah suatu program yang baik.

2.3 Program mutu pelayanan di Rawat inap


Menurut Crosby ,1997 (dalam Nasution ,2005 ) rawa inap adalah kegiatan
penderita yang berkelanjutan ke Rumah sakit untuk memperoleh pelayanan
kesehatan yang berlangsung lebih ddari 24 jam .secara khusus pelayanan rawat
inap ditunjukan untuk penederita atau pasien yang memerlukan asuhan
keperawatan secara terus menerus (Continous Nursing Care ) hingga terjadi
penyeembuhan .Khusus pelayanan rawat ini adalah adanya tempat tidur .Tempat
tidur ini dikelompokan menjadi ruang perawatan yang merupakan inti dari sebuah
rumah sakit .Pengelolaan ruang perawatan ini secara umum diserahkan kepada
seorang perawat yang juga bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pelayanan
medic, serta instruksi dari dokter yang ditunjukan pada penderita misalnya
penggunaan alat bantu pernafasan , alat pacu jantung.
Dengan kualitas pelayanan rawat inap yang memuaskan ,akan mendorong
pasien untuktetap memilih rumah sakit tersebut apabila membutuhkan lagi fasilitas
pelayanan kesehatan .Pelayanan rawat inap merupakan pusat kegiatan yang paling
banyak terjadi interaksi antar perawat dengan pasien ,karena ini paling banyak
memberikan pelayanan dibandingkan dengan yang lainnya .

Manajemen keperawatan Page 13


2.4 Dimensi Mutu Asuhan Keperawatan
Windy (2009) menyatakan bahwa dimensi mutu dalam pelayanan keperawatan
terbagi kedalam 5 macam, diantaranya:
1. Tangible (bukti langsung)
Merupakan hal-hal yang dapat dilihat dan dirasakan langsung oleh pasien
yang meliputi ‘fasilitas fisik, peralatan, dan penampilan staf keperawatan’.
Sehingga dalam pelayanan keperawatan, bukti langsung dapat dijabarkan
melalui : kebersihan, kerapian, dan kenyamanan ruang perawatan; penataaan
ruang perawatan; kelengkapan, kesiapan dan kebersihan peralatan perawatan
yang digunakan; dan kerapian serta kebersihan penampilan perawat.
2. Reliability (keandalan)
Keandalan dalam pelayanan keperawatan merupakan kemampuan untuk
memberikan ‘pelayanan keperawatan yang tepat dan dapat dipercaya’, dimana
‘dapat dipercaya’ dalam hal ini didefinisikan sebagai pelayanan keperawatan
yang ‘konsisten’. Oleh karena itu, penjabaran keandalan dalam pelayanan
keperawatan adalah : prosedur penerimaan pasien yang cepat dan tepat;
pemberian perawatan yang cepat dan tepat; jadwal pelayanan perawatan
dijalankan dengan tepat dan konsisten (pemberian makan, obat, istirahat, dan
lain-lain); dan prosedur perawatan tidak berbelat belit.
3. Responsiveness (ketanggapan) :
Perawat yang tanggap adalah yang ‘bersedia atau mau membantu pelanggan’
dan memberikan ’pelayanan yang cepat/tanggap’.Oleh karena itu,
ketanggapan dalam pelayanan keperawatan dapat dijabarkan sebagai berikut :
perawat memberikan informasi yang jelas dan mudah dimengerti oleh pasien;
kesediaan perawat membantu pasien dalam hal beribadah; kemampuan
perawat untuk cepat tanggap menyelesaikan keluhan pasien; dan tindakan
perawat cepat pada saat pasien membutuhkan.
4. Assurance (jaminan kepastian)
Jaminan kepastian dimaksudkan bagaimana perawat dapat menjamin
pelayanan keperawatan yang diberikan kepada pasien berkualitas sehingga

Manajemen keperawatan Page 14


pasien menjadi yakin akan pelayanan keperawatan yang diterimanya. Untuk
mencapai jaminan kepastian dalam pelayanan keperawatan ditentukan oleh
komponen : ‘kompetensi’, yang berkaitan dengan pengetahuan dan
keterampilan perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan;
‘keramahan’, yang juga diartikan kesopanan perawat sebagai aspek dari sikap
perawat; dan ‘keamanan’, yaitu jaminan pelayanan yang menyeluruh sampai
tuntas sehingga tidak menimbulkan dampak yang negatif pada pasien dan
menjamin pelayanan yang diberikan kepada pasien aman.
5. Emphaty (empati)
Empati lebih merupakan ’perhatian dari perawat yang diberikan kepada pasien
secara individual’. Sehingga dalam pelayanan keperawatan, dimensi empati
dapat diaplikasikan melalui cara berikut, yaitu : memberikan perhatian khusus
kepada setiap pasien; perhatian terhadap keluhan pasien dan keluarganya;
perawatan diberikan kepada semua pasien tanpa memandang status sosial dan
lain-lain.
2.5 Ciri Mutu Asuhan Keperawatan
Ciri-ciri mutu asuhan keperawatan yang baik adalah
1. memenuhi standar profesi yang ditetapkan
2. sumber daya untuk pelayanan asuhan keperawatan dimanfaatkan secara wajar,
efisien dan efektif
3. aman bagi pasien dan tenaga keperawatan sebagai pemberi jasa pelayanan
4. memuaskan bagi pasien dan tenaga keperawatan
5. aspek sosial, ekonomi, budaya, agama, etika dan tata nilai masyarakat
diperhatikan dan dihormati (Standar Asuhan Keperawatan, 1998).

Menurut Muninjaya (2011), sebagai bagian dari sistem pelayanan publik,


pelayanan kesehatan disuatu wilayah harus memenuhi kriteria sebagai berikut :

Manajemen keperawatan Page 15


1. Availability. Pelayanan kesehatan harus tersedia untuk melayani seluruh
masyarakat disuatu wilayah dan dilaksanakan secara komprehensif mulai dari
upaya pelayanan yang bersifat preventif, promotif, kuratif dan rehabilitatif.
2. Appropriateness. Pelayanan kesehatan harus sesuai dengan kebutuhan
masyarakat di suatu wilayah. Kebutuhan masyarakat diukur dari pola penyakit
yang berkembang di wilayah tersebut.
3. Continuity-sustainability. Pelayanan kesehatan di suatu daerah harus
berlangsung untuk jangka lama dan dilaksanakan secara berkesinambungan.
4. Acceptability. Pelayanan kesehatan harus diterima oleh masyarakat dan
memperhatikan aspek sosial, budaya, dan ekonomi masyarakat.
5. Affordable. Biaya atau tarif pelayanan kesehatan harus terjangkau oleh
masyarakat umum.
6. Efficient. Pelayanan kesehatan harus dikelola (manajemen) secara efisien.
7. Quality. Pelayanan kesehatan yang diakses masyarakat harus terjaga mutunya.

2.6 Strategi Mutu Pelayanan Keperawatan


1. Quality Assurance (Jaminan Mutu)
Menurut Wijono (2000), Quality Assurance dalam pelayanan keperawatan
adalah kegiatan menjamin mutu yang berfokus pada proses agar mutu
pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan standar. Dimana metode
yang digunakan adalah :
a. Audit internal dan surveilan untuk memastikan apakah proses pengerjaannya
(pelayanan keperawatan yang diberikan kepada pasien) telah sesuai dengan
standar operating procedure (SOP).
b. Evaluasi proses.
c. Mengelola mutu.
d. Penyelesaian masalah. Sehingga sebagai suatu system (input, proses,
outcome), menjaga mutu pelayanan keperawatan difokuskan hanya pada satu
sisi yaitu pada proses pemberian pelayanan keperawatan untuk menjaga
mutu pelayanan keperawatan.

Manajemen keperawatan Page 16


2. Continuous Quality Improvement (Peningkatan Mutu Berkelanjutan)
Menurut Wijono (2000) Continuous Quality Improvement dalam keperawatan
adalah upaya untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan secara terus
menerus yang memfokuskan mutu pada perbaikan mutu secara keseluruhan dan
kepuasan pasien. Oleh karena itu perlu dipahami mengenai karakteristik-
karakteristik yang dapat mempengaruhi mutu dari outcome yang ditandai
dengan kepuasan pasien.
3. Total Quality Management (TQM)
Total Quality Management (manajemen kualitas menyeluruh) adalah suatu cara
meningkatkan performansi secara terus menerus pada setiap level operasi atau
proses, dalam setiap area fungsional dari suatu organisasi, dengan
menggunakan semua sumber daya manusia dan modal yang tersedia dan
berfokus pada kepuasan pasien dan perbaikan mutu menyeluruh.

2.7 Standar Mutu Pelayanan Keperawatan


Standar Mutu Pelayanan Keperawatan ,secara umum dapat dibedakan atas dua
macam yakni:
1. Standar Pelayanan Minimal
Standar persyaratan minimal adalah keadaan minimal yang harus dipenuhi
untuk dapat menjamin terselenggaranya pelayanan kesehatan yang bermutu.
Standar persyaratan minimal terdiri dari :
a. Standar Masukan (stuktur)
Dalam standar masukan ditetapkan persyaratan minimal unsur masukan
yang diperlukan untuk dapat menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang
bermutu terdiri dari :
1) Jenis, jumlah dan kualifikasi tenaga pelaksana;
2) Jenis, jumlah dan spesifikasi sarana;
3) Jumlah dana (modal);
Jika standar masukan merujuk pada tenaga pelaksana disebut dengan nama
standar ketenagaan (standard of personnel). Sedangkan jika standar masukan

Manajemen keperawatan Page 17


merujuk pada sarana dikenal dengan nama standar sarana (standard of
facilities). Untuk dapat menjamin terselenggaranya pelayanan kesehatan
yang bermutu, standar masukan tersebut haruslah dapat ditetapkan.
b. Standar Lingkungan
Dalam standar lingkungan ditetapkan persyaratan minimal unsur lingkungan
yang diperlukan untuk dapat meyelenggarakan pelayanan kesehatan yang
bermutu, terdiri dari :
1) Garis-garis besar kebijakan (policy);
2) Pola organisasi (organization);
3) Sistem manajemen (management) yang harus dipatuhi oleh setiap
pelaksana pelayanan kesehatan;
Standar lingkungan ini populer dengan sebutan standar organisasi dan
manajemen (standard organization and management). Sama halnya dengan
masukan, untuk dapat menjamin terselenggaranya pelayanan kesehatan yang
bermutu, maka standar lingkungan harus ditetapkan.
c. Standar Proses
Dalam standar proses ditetapkan persyaratan minimal unsur proses yang
harus dilakukan untuk dapat menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang
bermutu, terdiri dari :
1) Tindakan medis;
2) Tindakan non medis;
Standar proses dikenal dengan nama standar tindakan (standar of conduct).
Pada dasarnya baik tidaknya mutu pelayanan kesehatan sangat ditentukan
oleh kesesuaian tindakan dengan standar proses, maka haruslah dapat
diupayakan tersusunnya standar proses.
2. Standar Penampilan Minimal
Standar penampilan minimal merujuk pada penampilan layanan kesehatan yang
masih dapat diterima. Standar ini, karena merujuk pada unsur keluaran,
disebut dengan nama standar keluaran, atau populer dengan sebutan standar
penampilan (standar of performance). Standar keluaran merupakan hasil akhir

Manajemen keperawatan Page 18


atau akibat dari layanan kesehatan. Standar keluaran akan menunjukkan apakah
layanan kesehatan berhasi atau gagal. Keluaran (outcome) adalah apa yang
diharapkan akan terjadi sebagai hasil dari layanan kesehatan yang
diselenggarakan dan terhadap apa keberhasilan tersebut akan diukur. Standar
keluaran berupa penampilan aspek medis dan penampilan aspek non medis.
Pemantauan dan penilaian standar ini diukur dari indikator yang sesuai,
yang secara umum dapat dibedakan pula atas empat macam yaitu indikator
masukan, proses, lingkungan serta keluaran. Dalam praktik sehari-hari,
sekalipun indikator mutu pelayanan kesehatan sebenarnya hanya merujuk pada
indikator keluaran, namun karena pelayanan kesehatan pada dasarnya
merupakan hasil interaksi dari unsur masukan dengan unsur lingkungan dan
proses, menyebabkan ukuran pelayanan kesehaatan bermutu sering dikaitkan
pula dengan ketiga indikator tersebut. Dengan perkataan lain, indikator
masukan, proses, serta lingkungan yng sebenarnya lebih merujuk pada faktor-
faktor yang mempengaruhi mutu pelayanan kesehatan, turut diperhitungkan
pada waktu membicarakan mutu pelayanan kesehatan.
Program pengendalian mutu yang menunjang tercapainya pelayanan
keperawatan yang efisien dan efektif di sarana kesehatan . Sehingga diperlukan
standar mutu dalam pelayanan keperawatan yang terdiri dari :
a. Struktur
1) Adanya kebijakan program pengendalian mutu pelayanan keperawatan
di sarana kesehatan.
2) Adanya program pengendalian mutu pelayanan keperawatan.
3) Adanya standar pelayanan keperawatan.
4) Adanya mekanisme pelaksanaan program pengendalian mutu.
5) Adanya tim pengendalian mutu dalam Organisasi Pelayanan Kesehatan.
6) Adanya sumber daya yang menandai dalam jumlah dan kualitas.
b. Proses
1) Menyusun alat pengendalian mutu sesuai dengan metoda yang dipilih.

Manajemen keperawatan Page 19


2) Melaksanakan upaya pengendalian mutu antara lain : audit
keperawatan/ supervise keperawatan, Gugus Kendali Mutu, survey
kepuasan pasien, keluarga/petugas, presentasi kasusdan ronde
keperawatan.
3) Menganalisa dan menginterpretasikan data hasil evaluasi pengendalian
mutu.
4) Menyusun upaya tindak lanjut.
c. Hasil
1) Adanya dokumen hasil pengendalian mutu.
2) Adanya dokumen umpan balik dan upaya tindak lanjut.
3) Adanya dokumen hasil survey kepuasan pasien, keluarga dan petugas.
4) Adanya penampilan klinik tenaga keperawatan sesuai dengan standar
pelayanan keperawatan.
5) Menurunya angka kejadian komplikasi sebagai akibat pmberian asuhan
keperawatan antara lain : dekubitus, jatuh, pneumia, pneumia
orthostatic, infeksi nasokomial, drop foot.

Manajemen keperawatan Page 20


BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Mutu atau kualitas adalah tingkat baik buruknya sesuatu; kadar, derajat atau
taraf (kepandaian, kecakapan). Mutu ini digunakan sebagai pengukur yang
membedakan suatu benda dengan yang lainnya.Mutu pelayanan keperawatan dari
pandangan intitusi pelayanan yaitu terlaksananya efektifitas dan efisiensi
pelayanan termasuk dalam hal ketenagaan, peralatan, biaya operasional, dan waktu
pelayanan. Efektifitas dan efisiensi pelayanan tersebut didukung dengan
peningkatan mutu stafnya, selain itu rumah sakit pun dituntut untuk mempunyai
tanggung jawab terhadap pelayanan keperawatan yang menimbulkan dampak
negatif pada pasien. Program menjaga mutu adalah suatu upaya yang
berkesinambungan, sistematis dan objektif dalam memantau dan menilai
pelayanan yang diselenggarakan dibandingkan dengan standar yang telah
ditetapkan, serta menyelesaikan masalah yang ditemukan untuk memperbaiki
mutu pelayanan (Maltos & Keller, 1989).Tujaun Program ada 2 yaitu Tujuan
antara dan Tujuan akhir .Manfaat dari Program yaitu : Dapat lebih meningkatkan
efektifitas pelayanan kesehatan , Dapat lebih meningkatkan efesiensi pelayanan
kesehatan , Dapat lebih meningkatkan penerimaan masyarakat terhadap pelayanan
kesehatan, Dapat melindungi pelaksana pelayanan kesehatan dari kemungkinan
munculnya gugatan hokum .Syarat program menjaga mutu banyak macamnya :
bersifat khas , Mampu melaporkan setiap penyimpangan , Fleksibel dan
berorientasi pada masa depan, Mencerminkan dan sesuai dengan keadaan
organisasi , Mudah dilaksanakan , Mudah dimengerti.

3.2 Saran
Diharapkan memberikan manfaat bagi pembaca, namun tidak hanya berpatokan
pada makalah ini, yakni dapat termotivasi untuk mencari materi ini dari berbagai

Manajemen keperawatan Page 21


sumber. Dan diharapkan juga sebagai tambahan pengetahuan dan wawasan
penulis tentang manajemen mutu pelayanan kesehatan sehingga dapat digunakan
manfaatnya di kemudian hari.

Manajemen keperawatan Page 22


DAFTAR PUSTAKA

https://id.scribd.com/document/367433307/mutu-pelayanan-keperawatan, di unggah
oleh oman ulastri, pada 18 april 2019 pukul 09.00

Manajemen keperawatan Page 23

You might also like