You are on page 1of 17

MAKALAH MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN DI PUSKESMAS

STANDAR INTERNASIONAL

Makalah Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

Manajemen Keperawatan

Yang dibina oleh Bapak Suko Pranowo, M.Kep

Disusun oleh
1. Sugiarto Arif Budiman (108116038)
2. Indri Wahyuni (108116049)
3. Anjas Upi Rachmawati (108116056)
4. Desy Nur Annisa (108116059)
5. Icha Cahya Puspita (108116065)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN 3B

STIKES AL-IRSYAD AL-ISLAMIYYAH CILACAP

TAHUN AKADEMIK 2019

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan makaah tentang
Manajemen Asuhan Keperawatan Di Puskesmas Standar Internasional sesuai
dengan waktu yang telah diberikan, dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan namun demikian penyusun telah berusaha semaksimal mungkin agar
hasil dari tulisan ini tidak menyimpang dari ketentuan-ketentuan yang ada.

Atas dukungan dari berbagai pihak akhirnya penunyusun bisa menyelesaikan


makalah ini. Untuk itu, dalam kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih
kepada Dosen yang mengajar mata kuliah Manajemen Keperawatan yang
memberikan pengajaran dan arahan dalam penyusunan makalah ini, dan tidak lupa
kepada teman-teman semua yang telah ikut berpartisipasi membantu penyusun
dalam upaya penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, karena
tak ada gading yang tak retak, begitu pula dengan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya
membangun demi kesempurnaan makalah ini, dan mudah-mudahan ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.

Cilacap, 18 Maret 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... ii


DAFTAR ISI..................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
A. Latar belakang ...................................................................................................... 1
B. Rumusan masalah ................................................................................................. 2
C. Tujuan .................................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................. 4
A. Pengertian Akreditasi .............................................................................................. 4
B. Manfaat Akreditasi.................................................................................................. 4
C. Penerapan Kepemimpinan dan Majemen pada Setting Pelayanan Keperawatan di
Puskesmas ........................................................................................................................ 6
D. Keperawatan Kesehatan Masyarakat (Community Health Nursing) ...................... 6
E. Perencanaan dalam manajemen asuhan keperawatan di puskesmas ....................... 7
F. Pengorganisasian di Puskesmas. ............................................................................. 8
G. Dokumentasi Keperawatan di Puskesmas ............................................................... 8
H. Upaya Peningkatan Kualitas Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan agar
Sesuai dengan Kualitas Akreditasi Secara Internasional/JCI.......................................... 9
BAB III PENUTUP ......................................................................................................... 12
A. Kesimpulan ........................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 14

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Setiap puskesmas wajib untuk diakreditasi secara berkala paling sedikit tiga
tahun sekali bagaimana tercantum dalam Peraturan Menteri Kesehatan
Kementerian Kesehatan RI (2015b). Tujuan utama akreditasi puskesmas adalah
untuk pembinaan peningkatan mutu, kinerja melalui perbaikan yang
berkesinambungan terhadap sistem manajemen, sistem manajemen mutu dan
sistem penyelenggaraan pelayanan dan program, serta penerapan manajemen
risiko, dan bukan sekedar penilaian untuk mendapatkan sertifikat akreditasi.

Puskesmas sebagai unit pelayanan strata pertama sebenarnya merupakan tempat


yang paling ideal bagi perawat khususnya untuk aplikasi perawatan kesehatan
keluarga dan komunitas. Selama ini, manajemen keperawatan tidak dijalankan
dengan baik di Puskesmas. Berbeda dengan di Rumah Sakit atau klinik swasta.
Secara umum, manajemen Puskesmas telah diatur oleh pemerintah termasuk
pencatatan dan pelaporannya. Namun, tugas pokok dan fungsi perawat sebagai
pelaksana asuhan keperawatan sangat jarang tersentuh pada aplikasinya.

Tidak bisa dipungkiri bahwa tugas perawat di Puskesmas tidak sama dengan di
Rumah Sakit atau klinik. Perawat di Puskesmas selain memberikan pelayanan di
dalam gedung juga memberikan pelayanan di luar gedung. Ditambah lagi dengan
beberapa tugas rangkap yang disebabkan kurangnya tenaga di Puskesmas. Banyak
perawat yang harus melaksanakan tugas administratif yang seharusnya menjadi
tugas staf administrasi. Bahkan di banyak Puskesmas Pembantu, perawat seringkali
melakukan tindakan yang sebenarnya merupakan fungsi dependent dari tenaga
keperawatan. Mengingat hal tersebut, perlu suatu manajemen yang tepat agar
perawat di Puskesmas bisa menjalankan tugas dan fungsinya dengan baik.

1
B. Rumusan masalah
1. Apa yang di maksud dengan akreditasi ?
2. Apa saja manfaat dari akreditasi ?
3. Bagaimana penerapan Kepemimpinan dan Majemen pada Setting Pelayanan
Keperawatan di Puskesmas?
4. Apa yang dimaksud dengan keperawatan Kesehatan Masyarakat (Community
Health Nursing)?
5. Apa yang dimaksud perencanaan dalam manajemen asuhan keperawatan
di puskesmas ?
6. Bagaimana pengorganisasian di puskesmas?
7. Bagaimana dokumentasi keperawatan di puskesmas?
8. Bagaimana Upaya Peningkatan Kualitas Kepemimpinan dan Manajemen
Keperawatan agar Sesuai dengan Kualitas Akreditasi Secara
Internasional/JCI?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu akreditasi
2. Untuk mengetahui apa saja manfaat dari akreditasi
3. Untuk mengetahui bagaimana penerapan Kepemimpinan dan Majemen pada
Setting Pelayanan Keperawatan di Puskesmas
4. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan keperawatan Kesehatan
Masyarakat (Community Health Nursing)
5. Untuk mengetahui apa yang dimaksud perencanaan dalam manajemen
asuhan keperawatan di puskesmas
6. Untuk mengetahui bagaimana pengorganisasian di puskesmas
7. Untuk mengetahui bagaimana dokumentasi keperawatan di puskesmas
8. Untuk mengetahui bagaimana Upaya Peningkatan Kualitas Kepemimpinan
dan Manajemen Keperawatan agar Sesuai dengan Kualitas Akreditasi
Secara Internasional/JCI

2
3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Akreditasi

Kementerian Kesehatan RI (2013) dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor


71 tentang Pelayanan Kesehatan pada Jaminan Kesehatan Nasional pasal 6 ayat 2
menyatakan bahwa akreditasi merupakan salah satu persyaratan kredensial sebagai
fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama yangbbekerjasama dengan BPJS.

Menurut Kementerian Kesehatan RI (2015c), akreditasi adalah pengakuan yang


diberikan oleh lembaga independen penyelenggara akreditasi yang ditetapkan oleh
menteri setelah memenuhi standara akreditasi untuk menjamin bahwa perbaikan
mutu, peningkatan kinerja dan penerapan manajemen risiko dilaksanakan secara
berkesinambungan di suatu sarana pelayanan dalam hal ini puskesmas yang dinilai
oleh pihak eksternal dengan menggunakan standar yang telah ditetapkan.

B. Manfaat Akreditasi

Setiap puskesmas wajib untuk diakreditasi secara berkala paling sedikit tiga
tahun sekali bagaimana tercantum dalam Peraturan Menteri Kesehatan
Kementerian Kesehatan RI (2015b). Tujuan utama akreditasi puskesmas adalah
untuk pembinaan peningkatan mutu, kinerja melalui perbaikan yang
berkesinambungan terhadap sistem manajemen, sistem manajemen mutu dan
sistem penyelenggaraan pelayanan dan program, serta penerapan manajemen
risiko, dan bukan sekedar penilaian untuk mendapatkan sertifikat akreditasi.

Selain tujuan yang telah disebutkan di atas, manfaat akreditasi Fasilitas


Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) dalam hal ini puskesmas adalah sebagai
berikut:

1. Bagi Dinas Kesehatan : Sebagai wahana pembinaan peningkatan mutu


kinerja melalui perbaikan yang berkesinambungan terhadap sistem

4
manajemen, sistem manajemen mutu dan sistem penyelenggaraan
pelayanan klinis, serta penerapan manajemen risiko.
2. Bagi BPJS kesehatan : Sebagai secara recredensialing FKTP
Rekredensialing adalah proses seleksi ulang terhadap pemenuhan
persyaratan dan kinerja pelayanan bagi fasilitas kesehatan yang telah dan
akan melanjutkan kerjasama dengan BPJS Kesehatan, yang bertujuan untuk
memperoleh fasilitas kesehatan yang berkomitmen dan mampu
memberikan pelayanan kesehatan yang efektif dan efisien melalui metode
dan standar penilaian yang terukur dan objektif
3. Bagi FKTP :
a. Memberikan keunggulan kompetitif
b. Menjamin pelayanan kesehatan primer yang berkualitas
c. Meningkatkan pendidikan pada staf
d. Meningkatkan pengelolaan risiko
e. Membangun dan meningkatkan kerja tim antar staf
f. Meningkatkan reliabilitas dalam pelayanan, ketertiban
pendokumentasian, dan konsistensi dalam bekerja
g. Meningkatkan keamanan dalam bekerja
4. Bagi masyarakat (pengguna jasa)
a. Memperkuat kepercayaan masyarakat
b. Adanya jaminan kualitas
Dalam Sistem Kesehatan Nasional, prinsip dan dasar yang ditetapkan
menggarisbawahi soal hak asasi manusia dan responsif gender yang dipakai dalam
standar akreditasi puskesmas. Hal ini untuk menjamin bahwa semua pasien
mendapatkan pelayanan dan informasi yang sebaik-baiknya sesuai dengan
kebutuhan dan kondisi pasien, tanpa memandang golongan sosial, ekonomi,
pendidikan, jenis kelamin, ras, maupun suku.

5
C. Penerapan Kepemimpinan dan Majemen pada Setting Pelayanan Keperawatan
di Puskesmas

Puskesmas sebagai unit pelayanan strata pertama sebenarnya merupakan tempat


yang paling ideal bagi perawat khususnya untuk aplikasi perawatan kesehatan
keluarga dan komunitas. Selama ini, manajemen keperawatan tidak dijalankan
dengan baik di Puskesmas. Berbeda dengan di Rumah Sakit atau klinik swasta.
Secara umum, manajemen Puskesmas telah diatur oleh pemerintah termasuk
pencatatan dan pelaporannya. Namun, tugas pokok dan fungsi perawat sebagai
pelaksana asuhan keperawatan sangat jarang tersentuh pada aplikasinya.

Tidak bisa dipungkiri bahwa tugas perawat di Puskesmas tidak sama dengan di
Rumah Sakit atau klinik. Perawat di Puskesmas selain memberikan pelayanan di
dalam gedung juga memberikan pelayanan di luar gedung. Ditambah lagi dengan
beberapa tugas rangkap yang disebabkan kurangnya tenaga di Puskesmas. Banyak
perawat yang harus melaksanakan tugas administratif yang seharusnya menjadi
tugas staf administrasi. Bahkan di banyak Puskesmas Pembantu, perawat seringkali
melakukan tindakan yang sebenarnya merupakan fungsi dependent dari tenaga
keperawatan. Mengingat hal tersebut, perlu suatu manajemen yang tepat agar
perawat di Puskesmas bisa menjalankan tugas dan fungsinya dengan baik.

D. Keperawatan Kesehatan Masyarakat (Community Health Nursing)

Perawatan Kesehatan Masyarakat sering disebut dengan PHN (Public Health


Nursing), namun pada akhir-akhir ini lebih tepat disebut CHN (Community Health
Nursing). Keperawatan Kesehatan masyarakat (Perkesmas) adalah pelayanan
keperawatan profesional yang merupakan perpaduan antara konsep kesehatan
masyarakat dan konsep keperawatan yang ditujukan pada seluruh masyarakat
dengan penekanan pada kelompok resiko tinggi. Kegiatan keperawatan kesehatan
masyarakat meliputi kegiatan di dalam maupun di luar gedung Puskesmas baik
upaya kesehatan perorangan dan atau upaya kesehatan masyarakat. (Supari, 2006)

6
Pelaksana utama kegiatan keperawatan kesehatan masyarakat adalah semua
perawat fungsional keperawatan di Puskesmas. Perawat Puskesmas memiliki enam
peran dan fungsi, yaitu (1) sebagai penemu kasus (case finder), (2) sebagai pemberi
pelayanan (care giver); (3) sebagai koordinator dan kolaborator ; (5) pemberi
nasehat (counseling); (6) sebagai panutan (role model). (Supari, 2006)

E. Perencanaan dalam manajemen asuhan keperawatan di puskesmas

Menurut Menkes (2015) yaitu puskesmas merupakan garda depan dalam


penyelenggaraan upaya kesehatan dasar. Puskesmas yang merupakan Unit
Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota adalah fasilitas pelayanan
kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya
kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya
promotif dan preventif untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya di wilayah kerjanya.
Untuk menjamin bahwa perbaikan mutu, peningkatan kinerja dan penerapan
manajemen risiko dilaksanakan secara berkesinambungan di Puskesmas, maka
perlu dilakukan penilaian oleh pihak eksternal dengan menggunakan standar yang
ditetapkan yaitu melalui mekanisme akreditasi. Puskesmas wajib untuk diakreditasi
secara berkala paling sedikit tiga tahun sekali, demikian juga akreditasi merupakan
salah satu persyaratan kredensial sebagai fasilitas pelayanan kesehatan tingkat
pertama yang bekerja sama dengan BPJS.
Tujuan utama akreditasi Puskesmas adalah untuk pembinaan peningkatan
mutu, kinerja melalui perbaikan yang berkesinambungan terhadap sistem
manajemen, sistem manajemen mutu dan sistem penyelenggaraan pelayanan dan
program, serta penerapan manajemen risiko, dan bukan sekedar penilaian untuk
mendapatkan sertifikat akreditasi.
Pendekatan yang dipakai dalam akreditasi Puskesmas adalah keselamatan dan
hak pasien dan keluarga, dengan tetap memperhatikan hak petugas. Prinsip ini
ditegakkan sebagai upaya meningkatkan kualitas dan keselamatan pelayanan.

7
F. Pengorganisasian di Puskesmas.

Kepala Puskesmas merupakan penanggung jawab kegiatan Perkesmas di


Puskesmas. Agar berjalan optimal, ditetapkan adanya:
1. Perawat Pelaksana perkesmas di puskesmas adalah semua tenaga fungsional
perawat di Puskesmas.
2. Perawat penanggung jawab desa/daerah binaan merupakan perawat
pelaksana yang sekaligus membantu perawat koordintor perkesmas. Dalam
aspek teknis keperawatan kesehatan masyarakat, Kepala Puskesmas dibantu
oleh Perawat Koordinator. (Supari, 2006)

G. Dokumentasi Keperawatan di Puskesmas

Upaya keperawatan kesehatan masyarakat sebagai upaya kesehatan yang


professional harus dapat dipertanggungjawabkan baik dalam aspek teknis maupun
administrative. Untuk mendukung hal tersebut, diperlukan dokumentasi yang tepat
dan benar antara lain melalui pencatatan dan pelaporan kegiatan. Meskipun materi
yang dicatat dan dilaporkan tergantung informasi yang diperlukan untuk
mendukung proses pengambilan keputusan di tingkat Puskesmas/Kabupaten/Kota,
tetapi Puskesmas diharapkan mempunyai pencatatan kegiatan Perkesmas (Perawat
Kesehatan Masyarakat) sebagai berikut:

1. Pencatatan

Meliputi: Formulir pengkajian keperawatan. Formulir pengkajian


keperawatan baik untuk individu, keluarga, kelompok, masyarakat.

a. Register Rawat jalan dan register rawat inap (untuk Puskesmas dengan
Ruang Rawat Inap).
b. Catatan keperawatan. Dimaksudkan untuk mencatat rencana, tindakan
dan penilaian keperawatan klien (individu, keluarga, kelompok,
masyarakat) yang mendapat asuhan keperawatan.

8
c. Family Folder (berkas catatan kesehatan keluarga) untuk setiap keluarga
rawan kesehatan/miskin yang dibina.
d. Buku register Kohort Keluarga Pembinaan Keluarga rawan. Merupakan
catatan untuk mengetahui identitas, masalah kesehatan yang dihadapi
serta kemajuan pembinaan keluarga rawan kesehatan/miskin yang
dibina.
e. Buku register Pembinaan Kelompok/Desa/mayarakat. Merupakan
catatan untuk mengetahui identitas, masalah kesehatan yang dihadapi
serta kemajuan pembinaan kelompok khusus/masyarakat/desa yang
dibina.
f. Buku Catatan Kegiatan Perawat. Merupakan catatan kegiatan perawat
dalam melaksanakan asuhan keperawatan dan kegiatan lainnya, yang
memudahkan untuk perhitungan angka kredit jabatan fungsionalnya.
(Keputusan Menkes RI, 2006)

2. Pelaporan

Disesuaikan dengan kebutuhan informasi untuk mengukur keberhasilan


upaya keperawatan kesehatan masyarakat sesuai dengan indikator yang
sudah diterapkan. Bentuk format laporan terintegrasi dengan sistem
pelaporan yang berlaku. (Keputusan Menkes RI, 2006)

H. Upaya Peningkatan Kualitas Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan


agar Sesuai dengan Kualitas Akreditasi Secara Internasional/JCI

Di era globalisasi ini, segala profesi yang ada dituntut untuk menunjukkan
keprofesianalannya, termasuk profesi perawat. Untuk menyikapi hal ini lahirlah
standar akreditasi internasional yang telah dibuat dengan tujuan memudahkan
adanya pengakuan berstandar Internasional bagi profesi perawat. Adanya standar
akreditasi international perawat ini sangatlah penting, karena Perawat memiliki
peranan besar bagi suatu rumah sakit dalam memenuhi standar pelayanan
internasional. Guna memberikan pelayanan yang baik, perawat harus

9
memperhatikan standar pelayanan sesuai akreditasi Joint Commision International
(JCI), yaitu keselamatan pasien dan kualitas perawatan pasien (Dimyati, 2012).

Demi terwujudnya pelayanan rumah sakit di Indonesia yang memenuhi standar


JCI dibutuhkan berbagai peranan elemen masyarakat, termasuk pemerintah.Dalam
upaya mendukung peningkatan mutu rumah sakit, pemerintah telah membuat
kebijakan yang dituangkan dalam UU No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit,
Peraturan Menteri Kesehatan No. 659 tahun 2009 tentang Rumah Sakit Indonesia
Kelas Dunia dan SK Menteri Kesehatan No. 1195 Tahun 2010 tentang Lembaga
Akreditasi Rumah Sakit Bertaraf Internasional (IZN, 2012). Seluruh regulasi ini
berperan dalam mengatur instansi kesehatan menuju rumah sakit yang memenuhi
standar JCI.

Akreditasi tersebut menjadi wujud nyata peningkatan profesionalisme bagi


setiap rumah sakit yang mendapatkan akreditasi itu. Kelanjutan apabila suatu RS
sudah berstandar JCI maka harus ada peranan dari elemen lain yang terlibat
didalamnya. Salah satu bagian yang memegang peranan penting ialah
perawat. Apabila suatu rumah sakit telah berakreditasi JCI maka perlu
adanya komunikasi yang optimal antara rumah sakit dengan perawat, dan perawat
dengan pasien. “Perawat yang baik harus mampu mewujudkan efisiensi biaya
perawatan kesehatan," ucap Taryudi, Direktur Keperawatan RS Premier
Jatinegara (Dimyati, 2012).

Program yang telah dijalankan oleh RS Premier Jatinegara sebagai upaya


pemenuhan standar JCI ini ialah dengan menjalankan Clinical Pathways (Dimyati,
2012). Program ini menjadi sarana komunikasi yang akurat antara para perawat
dengan pasien. Sehingga komunikasi yang akurat bisa mewujudkan efisiensi biaya
perawatan kesehatan, sehingga bisa menekan pengeluaran yang harus ditanggung
pasien. Perawat yang professional harus mampu menempatkan dirinya dan
mengambil segala pelajaran yang didapat kemudian diterapkan saat bertemu
pasiennya.

Ketua Umum Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), Ibu Dewi Irawaty
mengatakan, komitmen perawat harus kuat dalam mengutamakan kepentingan

10
pasien (IZN, 2012). Beliau mengungkapkan bahwa nasib pasien ditentukan dengan
kinerja perawat. Sebagai seorang pemimpin yang juga harus mampu mengatur
segalanya, disinilah perawat yang telah berkomitmen harus mampu membantu
pasien dalam menyelesaikan segala masalahnya. “Coba dibayangkan kalau ada
perawat yang melakukan mogok kerja, bagaimana dengan nasib
pasiennya,” ungkap Ibu Dewi Irawaty.

Langkah konkrit lainnya ialah meningkatkan kompetensi perawat di Indonesia.


Perawat harus memiliki kemampuan kompetensi khusus dalam meningkatkan
pelayanan. Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan
Kemenkes, Supriantoro, mengatakan Pemerintah Indonesia telah
menandatangani Mutual Recognition Arrangement (MRA) on Nursing Services di
Busan, Filipina pada 2006 lalu. Dengan langkah tersebut artinya Indonesia dituntut
memiliki kesejajaran dalam mutu pelayanan keperawatan dengan negara-negara
ASEAN lainnya (Dimyati, 2012). "Dalam pelayanan medik, perawat berada di lini
depan dalam menangani pasien. Perawat sudah dapat menegakkan diagnosis
keperawatan sehingga dapat memberikan perawatan sebelum pasien ditangani oleh
dokter," kata Supriantoro.

Dari berbagai penjelasan yang telah dipaparkan menujukkan bahwa perawat


telah menjadi bagian yang vital dalam proses penanganan pasien. Setiap perawat
dituntut untuk mengetahui dengan baik prosedur dan standar keselamatan pasien
serta peran dan tanggung jawabnya. Perawat yang baik di rumah sakit yakni
perawat yang mampu mewujudkan efisiensi biaya perawatan kesehatan sekaligus
hidup-mati pasien. Oleh karena itu, banyak rumah sakit yang mulai menggalakkan
banyak cara untuk mewujudkan hal ini, seperti program Clinical Pathways yang
dijalankan di RS Premier Jatinegara. Mari kita dukung program untuk
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan rumah sakit di Indonesia agar sesuai
dengan standar internasional.

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Keperawatan merupakan bagian yang terpenting dalam pelayanan kesehatan


yang pasti memerlukan suatu pengelolaan keperawatan yang baik. Sementara untuk
mewujudkan pengelolaan yang baik diperlukan beberapa tingkat pengetahuan
tentang manajemen keperawatan. Proses manajemen keperawatan sesuai dengan
pendekatan sistem terbuka dimana masing -masing komponen saling berhubungan
dan berinteraksi dan dipengaruhi oleh lingkungan yang didalamnya terdapat
prinsip, lingkup, dan proses.
Pengeloaan keperawatan yang baik akan dapat didapatkan apabila diserta cara
kepemimpinan yang baik sehingga dapat dipastikan staf keperawatan
melaksanakan tugasnya dengan baik. Penerapan kepemimpinan dan manajemen
keperawatan pun berbeda menurut lingkupnya, baik itu di ruang rawat inap,
puskesmas, atau masyarakat dan keluarga. Terdapat banyak istem penugasan dalam
manajemen keperawatan yang penerapan dari kesemuanya tersebut bergantung
pada sumber daya masyarakat, situasi, dan kondisi yang berlangsung.
Setiap staf keperawatan memeliki fungsi dan tugas tersendiri yang tercakup
dalam fungsi dependen, fungsi independen, dan fungsi interdependen yang di dalam
penerapannya juga dipengaruhi oleh tingkat kabatan serta kewenangan yang
dimiliki oleh perawat, misalnya seorang kepala ruangan yang juga bertugas untuk
memberikan pengarahan kepada staf perawat di bawahnya selain harus memberikan
asuhan keperatan kepada klien. Selain berinteraksi dengan klien dan tim medis yang
lain perawat juga melakukan interaksi dengan sesama perawat untuk salah satunya
melalui operan shift atau pun ronde. Semua manajemen keperawatan ini tidak lain
bertujuan untuk memberikan pelayanan yang baik. Dan pelayanan yang baik adalah

12
pelayanan yang sesuai akreditasi yang terdapat pada Joint Commision International
(JCI), yaitu keselamatan pasien dan kualitas perawatan pasien.

13
DAFTAR PUSTAKA
Asmuji. 2014. Manajemen Keperawatan: Konsep dan Aplikasi.
Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Kozier, et al., (1995). Fundamentals of nursing: concepts process and


practice, fourth edition, Addison Wesley, California

Nursalam (2002). Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik


Keperawatan Profesional. Jakarta: Salemba Medika.

------------. 2008. Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam praktik


Keperawatan Profesional Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika

Potter, P.A. & Perry, A.G. (2005). Fundamental of Nursing: Concept,


Process, and Practice. 4th Ed. St. Louis: Mosby-Year Book Inc.

Sitorus, R. (2005). Model Praktek Keperawatan Profesional di Rumah


Sakit. Jakarta: EGC.

Smith, G.D. (2004). Get Set for Nursing. Edinburgh: Edinburgh


University Press.

Supari, S.F. (2006). Keputusan Menteri Kesehatan Nomer


279/MENKES/SK/IV/2006 tentang Pedoman Penyelenggaraan Upaya
Keperawatan Kesehatan Masyarakat di Puskesmas. Menteri Kesehatan
Republik Indonesia.

Suyanto, SKp, M.Kep (2008) ; Kepemimpinan dan manajemen


keperawatan. Yogjakarta: MITRA CENDIKIA Press,

Swanburg, Russel C. ( 2000 ), Pengantar kepemimpinan & manajemen


keperawatan. Jakarta: EGC.

Windyati, Senik (2008). Seminar Peran Sistem Informasi Kesehatan


dalam Desa Siaga. Sistem Informasi dalam ...simkes.fk.ugm.ac.id/?p=8
diakses pada tanggal 6 September 2012

14

You might also like