You are on page 1of 2

Hambatan yang dialami oleh peserta didik dalam proses pembelajaran dapat berpengaruh terhadap

pemahaman yang akan didapat oleh peserta didik. Pembelajaran matematika pada dasarnya
berkaitan dengan guru, peserta didik, dan materi. Menurut Suryadi (2010, p. 6) “kecenderungan
proses berpikir sebelum pembelajaran yang lebih berorientasi pada penjabaran tujuan berdampak
pada proses penyiapan bahan ajar serta minimnya antisipasi terutama yang bersifat didaktis”. Oleh
karena itu, jika proses pembelajaran terlalu memfokuskan pada penjabaran tujuan tanpa
memperhatikan kualitas bahan ajar yang disajikan, maka hambatan-hambatan yang dihadapi belum
tentu dapat diselesaikan dengan baik, Karena melalui bahan ajar peserta didik dapat mempelajari
hal-hal yang diperlukan dalam upaya mencapai tujuan belajar. Untuk itu, penentuan bahan ajar harus
sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai baik itu berupa pengetahuan, keterampilan, dan sikap.

Hasil penelitian Ariyadi Wijaya (2009) dari Universitas Negeri Yogyakarta yang berjudul
“Hypothetical learning trajectory dan Peningkatan Pemahaman Konsep Pengukuran Panjang”.
Peneliti menyimpulkan bahwa Hypothetical learning trajectory memberikan pemahaman pada guru
tentang betapa pentingnya memperhatikan pengetahuan awal peserta didik dan juga perbedaan
kemampuan peserta didik dalam menyusun desain pembelajaran. Hypothetical Learning Trajectory
dapat digunakan sebagai petunjuk guru dalam membagi tahapan pembelajaran, yaitu dengan
membuat beberapa sub tujuan pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang utama, dan
Hypothetical Learning Trajectory bermanfaat sebagai panduan pelaksanaan pembelajaran sekaligus
memberikan berbagai alternatif strategi ataupun Scaffolding untuk membantu siswa mengatasi
kesulitan dalam memahami konsep yang dipelajari.
Menurut Gravemeijer (Ilma, 2012, p.2) dugaan lintasan belajar peserta didik
(Hypothetical Learning Trajectory) merupakan dugaan yang dikaji lebih lanjut dari hari ke
hari selama penelitian berlangsung berdasarkan rencana dalam aktivitas-aktivitas
pembelajaran.

Penelitian ini diawali dengan mengidentifikasi Learning Obstacle yang bersifat Epistemologis
terhadap konsep trapesium. Menurut Duroux (Suryadi, 2010, p.9) “Epistemological Obstacle pada
hakekatnya merupakan pengetahuan seseorang yang hanya terbatas pada konteks tertentu. Jika
orang tersebut dihadapkan pada konteks berbeda, maka pengetahuan yang dimiliki menjadi tidak
bisa digunakan atau dia mengalami kesulitan menggunakannya”.

Learning Obstacle diperoleh dengan menganalisis hasil peserta didik dalam mengerjakan tes.
Setiap kesulitan peserta didik kemudian dikelompokan dan dicari tingkat kesulitan pada masing-
masing butir soal. Setelah mendapatkan Learning Obstacle terhadap konsep bangun datar trapesium,
peneliti menyusun Learning Trajectory untuk meminimalisir terjadinya Learning Obstacle yang
mungkin muncul dikemudian hari.Menurut Lisnani et.al menyatakan “Hypothetical Learning

Trajectory merupakan suatu hipotesa atau prediksi bagaimana pemikiran dan pemahaman peserta
didik berkembang dengan suatu konteks dalam aktivitas pembelajaran”. Setalah mengetahui
Learning Obstacleyang dialami oleh peserta didik dengan mendesain Hypothetical Learning
Trajectory maka akan menghasilkan suatu bahan ajar yang telah diantisipasi terhadap kesulitan-
kesulitan yang dialami oleh peserta didik, karena Hypothetical Learning Trajectory berfungsi sebagai
petunjuk dalam mendesain panduan pembelajaran atau yang disebut dengan bahan ajar.

You might also like