You are on page 1of 7

BAB III

HASIL

A. Gambar Alat, Cara Kerja, dan Prosedur Pengukuran


1. Gambar Alat
a. Kain Mitela (kain segitiga)
Keterangan :

1) Kain Mitela

Fungsi: untuk membungkus atau mengikat tongkat bidai yang dipakai


untuk melakukan pembidaian pada kasus patah tulang. Kain
mitela juga dapat digunakan sebagai kain pembalutan untuk
perdarahan dan luka.

b. Alat Bidai
Keterangan :

1) Tongkat Bidai

17
18

Fungsi : untuk melakukan praktik pemasangan bidai pada kasus patah


tulang.

c. Mannequin RJP/CPR
Keterangan :
1) Mannequin
tubuh manusia
yang
dilengkapi
dengan fungsi
sedemikian
rupa untuk
melakukan
RJP.

Fungsi : media untuk melakukan praktik resusitasi jantung paru (RJP).

2. Cara Kerja
a. Perawatan perdarahan pada luka
1) Luka Terbuka
a) Sebelum melakukan perawatan perdarahan pada luka,
pastikan daerah luka terlihat
b) Bersihkan daerah sekitar luka
c) Usahakan bagian tubuh yang terluka yang mengalami
perdarahan dalam posisi lebih tinggi dari tubuhnya
d) Kontrol perdarahan dengan menutup luka menggunakan
kasa steril atau kain mitela. Apabila tidak terdapat keduanya
dapat menggunakan kain seadanya. Lakukan hal tersebut
hingga darah tidak keluar
19

e) Apabila perdarahan sudah dapat terkendali, maka balut luka.


Jangan terlalu kencang tetapijangan terlalu longgar
f) Baringkan korban apabila dalam kondisi parah
g) Atasi syok yang ada atau akan timbul pada korban
h) Segera rujuk ke Rumah Sakit
2) Luka Tertusuk
a) Bersihkan perdarahan di sekitar luka
b) Jangan menjabut benda yang menancap di tubuh korban
c) Pertahankan posisi benda yang menancap tersebut sebisa
mungkin dengan menggunakan kain mitela atau benda lain.
d) Apabila kondisi sudah bisa dikendalikan, segera rujuk
korban ke Rumah Sakit
b. Pembidaian pada patah tulang dan dislokasi
1) Fraktur tulang PAHA bagian ATAS maupun BAWAH
a) Sebelum memasang bidai usahakan meluruskan tulang
seanatomis mungkin
b) Pasang bidai luar dari tumit hingga pinggang
c) Pasang bidai dalam dari tumit hingga selangkangan
d) Ikat dengan pembalut dasi lipatan 2 kali diatas dan diawah
bagian yang patah
e) Tulang betis diikat dengan pembalut dasi lipatan 1 kali
f) Kedua lutut diikat dengan pembalut dasi lipatan 2 kali
g) Tumit diikat dengan pembalut dasi lipatan 3 kali
h) Bagian yang patah ditinggikan
2) Fraktur tulang LENGAN ATAS
a) Pasang bidai luar dari bawah siku hingga melewati bahu dan
bidai dalam sampai ketiak.
b) Ikat dengan 2 pembalut dasi lipatan 3
c) Lipat siku yang sudah dibidai ke dada dan gantungkan ke
leher dengan pembalut segitiga
20

3) Fraktur tulang LENGAN BAWAH


a) Pasang bidai luar dan dalam sepanjang lengan bawah
b) Ikat dengan pembalut dasi
c) Siku dilipat ke dada dan gantungkan ke leher dengan
pembalut segitiga
b. Resusitasi Jantung Paru (RJP)
1) Circulation Support (C)
Pijat Jantung adalah usaha untuk ”memaksa” jantung
memompakan darah ke seluruh tubuh, pijat jantung dilakukan
pada korban dengan nadi karotis yang tidak teraba. Prosedur Pijat
Jantung :
a) Posisikan diri di samping korban.
b) Posisikan tangan di center of chest (tajuk pedang).
c) Posisikan tangan tegak lurus korban.
d) Tekanlah dada korban menggunakan tenaga yang diperoleh
dari sendi panggul (hip joint).
e) Tekanlah dada kira-kira 4-5 cm.
f) Setelah menekan, tarik sedikit tangan ke atas agar posisi dada
kembali normal.
g) Satu set pijat jantung dilakukan sejumlah 30 kali tekanan,
untuk memudahkan menghitung dapat dihitung dengan cara
sebagai berikut : satu dua tiga empat satu, satu dua tiga empat
dua, satu dua tiga empat. Setiap satu kali set pijat jantung,
lakukan dua kali pemberian nafas bantuan (30:2).
Prinsip pijat jantung adalah :
(1) push deep
(2) push hard
(3) push fast
(4) maximum recoil (berikan waktu jantung relaksasi)
21

(5) minimum interruption (pada saat melakukan prosedur ini


penolong tidak boleh diinterupsi)
h) Sekali RCP adalah lima set pijat jantung (lima kali 30:2).
2) Airway Control (A)
a) Bebaskan jalan nafas dari sumbatan pangkal lidah.
b) Chin lift (angkat dagu).
c) Jaw Thrust (manuver angkat dagu).
3) Breathing Support (B)
Nafas Bantuan adalah nafas yang diberikan kepada pasien untuk
menormalkan frekuensi nafas pasien yang di bawah normal. Misal
frekuensi napas : 6 kali per menit, maka harus diberi nafas bantuan
di sela setiap nafas spontan dia sehingga total nafas permenitnya
menjadi normal (12 kali). Prosedurnya :
a) Posisikan diri di samping korban.
b) Jangan lakukan pernapasan mouth to mouth langsung, tapi
gunakanlah kain sebagai pembatas antara mulut anda dan
korban untuk mencegah penularan penyakit.
c) Sambil tetap melakukan Chin lift, gunakan tangan yang
digunakan untuk Head Tilt untuk menutup hidung pasien (agar
udara yang diberikan tidak keluar lewat hidung).
d) Mata memperhatikan dada korban, kemudian tutuplah seluruh
mulut korban dengan mulut penolong, hembuskanlah nafas satu
kali (tanda jika nafas yang diberikan masuk adalah dada korban
mengembang) lepaskan penutup hidung dan jauhkan mulut
sesaat untuk membiarkan korban menghembuskan nafas keluar
(ekspirasi) lakukan lagi pemberian nafas sesuai dengan
perhitungan agar nafas kembali normal.
B. Hasil
Kegiatan praktikum dilaksanakan pada :
Hari : Rabu
22

Tanggal : 28 September 2016


Tempat : Ruang Kuliah 2 D4 K3 FK UNS
Waktu : 08.00 WIB – Selesai
1. Pembidaian
a. Fraktur tulang PAHA bagian ATAS maupun BAWAH
b. Fraktur tulang LENGAN ATAS

c. Fraktur tulang LENGAN BAWAH


2. RJP/CPR
a. Airway management (Pengelolaan Jalan Nafas)

b. Breathing Management (Pengelolaan Fungsi Pernafasan yang


berhenti)
23

c. Circulation

You might also like