You are on page 1of 7

Laras Heraswati

R0215062 / B

Kebakaran Besar Tewaskan 37 Orang di Rumah Sakit Korea Selatan

KEBAKARAN besar meluluhlantahkan sebuah rumah sakit di Korea Selatan pada


Jumat (26/1), dan menewaskan sedikitnya 37 orang. Musibah ini adalah kebakaran
terburuk di negara tersebut selama satu dekade.

Sekitar 130 orang lainnya terluka dalam kebakaran tersebut, yang terjadi beberapa
minggu sebelum ribuan atlet dan pengunjung asing diperkirakan tinggal di negara
tersebut untuk mengikuti Olimpiade Musim Dingin.
Kejadian tersebut adalah kebakaran besar kedua di Korsel dalam sebulan, dan para
pejabat mengakui bahwa tidak ada sistem penyiram yang dipasang di rumah sakit.

Video yang diunggah di media sosial menunjukkan proses penyelamatan yang


mengharubiru, seorang pasien bergelantungan dengan memegangi tali yang
menggantung dari sebuah helikopter di atas rumah sakit di Miryang. Di ujung
selatan rumah sakit ada satu lagi pasien yang merangkak keluar dari jendela untuk
menuruni tangga.

Korban tewas ditemukan dalam jumlah yang terus bertambah pada pagi hari. Rata-
rata mereka tidak berhasil menyelamatkan diri dari kobaran api yang menjalar
dengan cepat. Upaya penyelamatan menjadi sia-sia sebab korban saat hendak
dijauhkan dari api tidak berhasil karena mereka pasrah akibat luka bakar yang
diderita sebelumnya.

“Tiga dari korban tewas adalah staf medis,” kata seorang pejabat. Dua perawat
mengatakan bahwa mereka telah melihat api tiba-tiba menjalar dengan cepat di
ruang gawat darurat. Semua korban tewas berada di rumah sakit,” kata kepala
pemadam kebakaran Choi Man-Woo.

Adapun, korban selamat dievakuasi dan dibalut selimut. Tampak petugas pemadam
kebakaran melalui pintu darurat membawa korban setelah api sudah berhasil
dipadamkan.

Jang Yeong-Jae, seorang pasien yang selamat mengatakan bahwa dia berada di
lantai dua saat perawat berteriak di lorong dan memerintahkan semua orang yang
ada di ruangan untuk pergi melalui pintu darurat.

"Tapi ketika saya membuka pintu keluar, seluruh tangga dipenuhi asap gelap dan
saya tidak dapat melihat apa-apa," kata Joong Ang Ilbo isteri Jang Yeong-Jae
kepada harian Seoul.

Lebih lanjut, Jang mengatakan, semua orang berlarian dengan panik, sehingga
banyak yang terjatuh dan berteriak minta tolong saat asap memenuhi ruangan.
Ia pun merobek kain jendela yang terbuka dan melarikan diri melalui tangga yang
didirikan oleh petugas pemadam kebakaran. "Ada begitu banyak pasien lanjut usia
di lantai lain. Saya ingin tahu apakah mereka lolos dengan selamat," kata Joong
Ang.

Direktur Rumah Sakit Son Gyeong-Cheol mengaku tidak ada sistem sprinkler atau
pemadam api di gedung tersebut. “Tidak ada seperti yang diminta berdasarkan
undang-undang pencegahan kebakaran,” katanya.

Namun dia menambahkan pihak rumah sakit sebenarnya telah merencanakan untuk
memasangnya dalam minggu depan untuk mematuhi peraturan baru yang mulai
berlaku pada Juni.

Dugaan sementara api berasal dari dua pendingin udara (AC) di ruang gawat darurat
dan api cepat menjalar ke ruangan lainnya. "Kami menduga terjadi konsleting
listrik."

Kepala Pemadam Kebakaran Miryang Choi Man-Woo meminta maaf karena gagal
menyelamatkan setiap orang yang terjebak dalam api.

"Ketika regu reaksi cepat tanggap kami tiba di lokasi kejadian, bangunan itu sudah
diliputi asap tebal dan api sehingga petugas tidak dapat masuk ke dalamnya untuk
melakukan penyelamatan," kata Choi.

Presiden Korea Selatan Moon Jae-In begitu mendengar kejadian nahas itu langsung
mengadakan pertemuan darurat dengan para penasihatnya, dan meminta
penyelidikan segera penyebab kebakaran tersebut. (AFP/OL-3)

A. Penyebab Kebakaran
Dugaan sementara api berasal dari konsleting listrik dari dua
pendingin udara (AC) di ruang gawat darurat dana api cepat menjalar ke
ruangan lainnya. Kebakaran semakin di perparah saat diketahui tidak ada
system penyiram seperti sprinkle atau pemadam api yang ada di Rumah
Sakit. Rata-rata korban tewas karena tidak berhasil menyelamatkan diri, dan
pasrah saat diselamatkan karena luka bakar yang sudah di derita
sebelumnya.
Hingga berita ini disebutkan sudah tercatat 37 orang tewas dan 3
diantaranya adalah tim medis. Diperkirakan korban tewas akan terus
bertambah mengingat proses evakuasi yang sulit.

B. Tahapan Penanggulangan Bencana Rumah Sakit


1. Tahap Aktivasi
Proses ekskalasi struktur organisasi rumah sakit dalam keadaan normal
menjadi struktur dalam keadaan bencana.
a. Alert (peringatan) : Situasi bencana mungkin terjadi. Terdapat
peningkatan unsur kesiapsiagaan.
Peringatan ini dapat berupa alarm kebakaran, detector asap/api, atau
peringatan melalui pengeras suara saat terjadi keadaan gawat
darurat.
b. Stand by (siap siaga) : Keadaan bencana sangat mungkin terjadi.
Siap untuk Mobilisasi.
Setelah ada peringatan dirni, hal yang harus dilakukan selanjutnya
adalah siap siaga untuk dilakukan evakuasi dan penyelamatan
orang-orang yang ada di sekitar area bencana.
c. Call Out ( Panggilan Darurat) : Terjadi Bencana mobilisasi di
lakukan
Saat terjadi keadaan darurat di Rumah Sakit, setelah diberikan
peringatan, yang dilakukan adalah siap siaga untuk melakukan
evakuasi dimana orang yang ada dalam satu wilayah Rumah Sakit
tersebut diharapkan menyelamatkan diri dan tidak panik.
d. Stan down : Situasi bencana mereda
Adalah keadaan dimana situasi bencana sudah mereda, dan sudah
dilakukan evakuasi dan penyelamatan korban-korban yang ada.

Setelah dilakukan tahapan aktivasi, hal-hal yang harus dilakukan


selanjutnya adalah:
Setelah Aktivasi Bencana maka dilakukan :

 Mendirikan Pusat Krisis Instansi di Rumah Sakit lain, atau


tempat lain yang aman dan jauh dari jangkauan api, dimana
tempat tersebut dijadikan tempat berkumpul, berkoordinasi, dan
pusat informasi bagi korban bencana yang diungsikan.
 Lokasi Pusat Krisis Instalasi pengendalian bencan harus area
yang jauh dari dari UGD.
 Terdapat struktur rantai komando dan alur komunikasi yang
jelas bagi pemegang posisi penting dalam pusat komando.
Biasanya pemegang posisi penting tersebut sudah
ditentukan/dibentuk sejak awal rencana kesiapsiagaan.
2. Tahap Deaktivasi
Proses normalisasi dari struktur organisasi dalam keadaan bencana
kembali menjadi struktur normal.
a. Pengumuman berupa pernyataan bahwa keadaan bencana sudah
berakhir, dan dilakukan oleh ketua Tim Penanggulangan Bencana.
b. Kegiatan Rumah Sakit dapat berjalan seperti sedia kala setelah
keadaan bencana dinyatakan berakhir/diakhiri.
c. Dilakukan pertemuan untuk melakukan evaluasi yang dilakukan
oleh seluruh Tim Penanggulangan Bencana, dan tindakan lanjutan
jika terjadi keadaan bencana selanjutnya.

C. Tahap Pengendalian Bencana Rumah Sakit


Setiap gedung harus memiliki kemampuan dalam mencegah dan
menanggulangi bahaya kebakaran melalui sistem proteksi pasif dan/ atau
proteksi aktif. Di Indonesia, persyaratan bangunan dan sistem keselamatan
kebakaran gedung diatur dalam UU Nomor 28 Tahun 2002 tentang
bangunan gedung dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
No.26/PRT/M/2008.
1. Sistem Proteksi Kebakaran Aktif
Memiliki sistem proteksi aktif kebakaran berupa alat atau instalasi yang
di siapkan untuk mendeteksi dan atau memandamkan kebakaran
meliputi :
a. Sistem deteksi dan alarm kebakaran ( otomatis atau manual) dimana
sistem alarm dan detektor disesuaikan kondisi penghuni, dan
ditempatkan di ruang jaga perawat tidak di kamar pasien dan
suaranya tidak menimbulkan suara yang mengagetkan (system
lampu/suara intensitas rendah)
b. Sistem sprinkler otomatis harus tersedia untuk setiap bangunan
bertingkat.
c. Sistem air pemadam (penampung air dan pipa pemadam) system
pipa tegak dan hydrant dipasang di setiap lantai (untuk bangunan
bertingkat)
d. Alat pemadam api ringan (APAR) di setiap lantai dan ruangan yang
mengandung risiko kebakaran tinggi.
e. Sistem pemadam kebakaran (manual/otomatis)

2. Sistem Proteksi Kebakaran Pasif


Sistem proteksi pasif yaitu berupa alat atau sarana atau cara
mengendalikan asap, panas, maupun gas berbahaya apabila terjadi
kebakaran meliputi :
a. Rambu evakuasi dan alat pemadam api
b. Sarana/jalur evakuasi untuk pasien dengan akses cepat dan tempat
yang aman
c. Tiap lantai ruang perawatan dilengkapi dengan ruang evakuasi
sementara yang kedap asap dan pintu tahan api (fire door) yang
dapat digunakan pasien untuk menunggu evakuasi.
d. Penerangan darurat, tangga darurat, dan pintu darurat
e. Komunikasi darurat
3. Sistem manajemen kebakaran
a. Harus ada system tanggap darurat berupa organisasi tanggap darurat,
sumber daya dan prosedur penanganannya (Tim Tanggap Darurat
Rumah Sakit)
b. Program pencegahan kebakaran yang baik, konsisten, serta rutin
dilakukan pengecekan dan pengawasan kelayakan bangunan/alat-
alat listrik.
c. Prosedur operasi bekerja yang aman dan sesuai dengan standart yang
berlaku.
d. Identifikassi bahaya kebakaran dan pemeriksaan inspeksi berkala
semua sarana pemadam kebakaran yang ada

4. Latihan evakuasi dan pemadam api untuk membiasakan kesigapan


semua unsur dalam menghadapi bahaya kebakaran maka sangat
diperlukan latihan evakuasi dan penggunaan alat pemadam api secara
periodik dalam satu tahun sekali.

5. Inspeksi dan pengawasan aspek keselamatan dan pengamanan


bangunan atau gedung dari bahaya kebakaran.

You might also like