You are on page 1of 10

Volume 1, edisi 2, November 2013

HUBUNGAN KEPATUHAN REHABILITASI MEDIK DENGAN DERAJAT


KECACATAN PADA PENDERITA PASCA STROKE DI INSTALASI
REHABILITASI MEDIK RSUP Dr. MOH. HOESIN PALEMBANG

Puji Setya Rini


PSIK Stikes Muhammadiyah Palembang
Email: puji_ners86@yahoo.com

ABSTRAK

Stroke insidens in Indonesia is 200 from 100.000 populations. In one year from 100.000
populations, 200 people will get stroke. In Indonesia stroke is in third level from deathly diseases
after heart disease and cancer. According survey 2004, the killer number one is stroke in
government hospital all around Indonesia. According WHO, rate of disability cause stroke about 50
until 60 percent from stroke prevalency. One per five until a half of stroke suffers can do daily
activities without help but quarter until two per three suffers of stroke get permanent disable. The
lack of ability functional can be decreased by doing rehabilitation started during two days after
stroke attack and it should be continued after go out from hospital. Commonly recovery of
interference neuron on stroke happens in the first week.
The objective of this study is to know the correlation obedient of medic rehabilitation with level
of disability on pasca stroke suffers in Instalasi Rehabilitasi Medik RSUP Dr. Moh. Hoesin
Palembang. The method that is used in this research by using design of correlation study by
approaching cross sectional, the total of sample as many thirty four people which suitable wit h
inclution criteria. The collecting data was done by using questioner and data analyze done with
univariate, bivariate and multivariate. The results of logistic regression multivariate are two the
most variables which influenced to the obedience in doing medic rehabilitation, namely incoming
(B=3,036 dan p value = 0,019) and supporting family (B=2,616 dan p value =0,013). Nurses as
one of healthy employees indirectly have correlation with pasca stroke suffers. One of roles nurses
is as researcher and can be hoped identificated the research problem and use the result of
research to increase the service and nursing education in order the result of research can be
referenced in giving nursing of pasca stroke suffers.

Keywords: Obedience of Rehabilitation, Level of Disability , Pasca Stroke.


References: 24 (1994 – 2007).

PENDAHULUAN melaksanakan aktivitas kehidupan


Penyakit stroke merupakan kelainan sehari-hari tanpa bantuan tetapi
neurologi yang paling tinggi insiden dan seperempat sampai dua per tiga
prevalensinya di rumah sakit di penderita stroke menyandang cacat
Indonesia dan penyakit dengan tingkat permanen. Biasanya penderita pasca
kecacatan tinggi pada usia di atas 45 stroke akan mengalami gangguan
tahun. Menurut WHO, angka kecacatan sensorik, motorik, pemahaman bahasa,
akibat stroke sekitar 50 sampai 60 berpikir, memori dan emosi secara
persen dari prevalensi stroke. Seperlima mendadak yang dapat menyebabkan
sampai setengah penderita stroke dapat

1
Volume 1, edisi 2, November 2013

ketidakmandirian dalam melaksanakan lebih dari 24 jam atau berakhir dengan


aktivitas kehidupan sehari-hari. (2,3,4) maut tanpa ditemukannya penyebab
Ketidakmampuan fungsional dapat selain dari pada gangguan vaskuler.
dikurangi dengan menjalani rehabilitasi Menurut Junaidi (2006), stroke adalah
yang dimulai sejak masih di rumah sakit, penyakit gangguan fungsional otak akut,
yaitu ketika pasien sudah dalam fokal maupun global, akibat gangguan
keadaan stabil sekitar dua hari setelah aliran darah ke otak karena perdarahan
terjadinya stroke dan sebaiknya ataupun sumbatan dengan gejala dan
dilanjutkan setelah pulang dari rumah tanda sesuai bagian otak yang terkena,
sakit. Makin dini memulai rehabilitasi yang dapat sembuh sempurna, sembuh
medik makin besar kemungkinan dengan cacat atau berakibat
pengembangan fungsi tubuh dan dapat kematian.(6,7)
mencegah komplikasi akibat immobilisasi Derajat kecacatan adalah disabilitas/
serta kecacatan lebih lanjut dapat keterbatasan dalam mengerjakan
dihindari. Umumnya pemulihan kewajiban, aktivitas atau tugas dengan
gangguan saraf pada stroke terjadi pada cara dan batas-batas yang dianggap
minggu pertama. Bila setelah 6 bulan normal bagi seorang manusia. Derajat
masih terdapat cacat maka perbaikannya kecacatan dapat di ukur dengan
tidak akan mencolok lagi. Perbaikan menggunakan indeks Barthel tetapi tidak
ringan masih dapat diharapkan sampai 2 mengetengahkan kemampuan kognitif
(1)
tahun. atau komunikatif. Indeks Barthel terdiri
Perawat sebagai salah satu petugas dari 10 kelompok, yaitu yang
kesehatan berhubungan dalam berhubungan dengan perawatan diri
perawatan penderita pasca stroke. Salah (makan, pemeliharaan diri, mandi,
satu peran perawat adalah sebagai berpakaian, kontrol BAB dan BAK,
peneliti dan diharapkan mampu penggunaan toilet) dan kelompok yang
mengidentifikasi masalah penelitian dan berhubungan dengan pergerakan
memanfaatkan hasil penelitian untuk (berjalan di tempat datar, perpindahan,
meningkatkan pelayanan dan pendidikan serta naik dan turun tangga). Tabel 2.2
keperawatan agar hasil penelitian bisa menunjukkan skala urutan kecacatan
dijadikan acuan dalam memberikan pada penderita pasca stroke menurut A
perawatan penderita pasca stroke. Rochester, MN dan skor indeks Barthel.
(9,13,14)
Stroke adalah manifestasi klinik dari
gangguan fungsi serebral, baik fokal Tujuan rehabilitasi penderita pasca
maupun menyeluruh (global) yang stroke menurut WHO adalah untuk
berlangsung dengan cepat, berlangsung memperbaiki fungsi motorik, wicara,

2
Volume 1, edisi 2, November 2013

kognitif dan fungsi lain yang terganggu, dan Snow (1979) menemukan bahwa
untuk readaptasi sosial dan mental untuk kegagalan untuk mengikuti program
memulihkan hubungan interpesonal dan pengobatan jangka panjang dengan
aktivitas sosial serta dapat tingkat ketidakpatuhan rata-rata 50% dan
melaksanakan aktivitas kehidupan tingkat ketidakpatuhan tersebut terus
sehari-hari. (7) bertambah seiring pertambahan waktu.
(17)
Program rehabilitasi medik dimulai
pada saat masih dalam perawatan di
rumah sakit setelah kondisi medis METODE PENELITIAN
penderita dalam keadaan stabil biasanya Penelitian ini menggunakan desain
24 sampai 48 jam setelah stroke. Makin studi korelasional dengan pendekatan
dini memulai rehabilitasi medik makin cross sectional, untuk mengetahui
besar kemungkinan pengembangan hubungan kepatuhan rehabilitasi medik
fungsi tubuh dan dapat mencegah dengan derajat kecacatan pada
komplikasi akibat immobilisasi serta penderita pasca stroke di Instalasi
kecacatan lebih lanjut dapat dihindari. Rehabilitasi Medik di RSUP Dr. Moh.
Kepatuhan dapat didefinisikan Hoesin Palembang.(23)
sebagai setia, komitmen, ketaatan dan Bila jumlah sampel kurang dari 100
perjanjian. Masalah yang terpenting maka untuk pengambilan sampel,
adalah bagaimana isi dari ekspresi populasi diambil semua. Tetapi jika
tersebut didefinisikan. Konsep lain jumlah populasi besar (>100), dapat
tentang kepatuhan secara luas adalah diambil antara10-15% atau 20-25%
tingkah laku seseorang dilakukan sesuai lebih. Pada penelitian ini peneliti
dengan advis medis atau keperawatan. mengambil sampel sebanyak 10% dari
Lebih lanjut kepatuhan dapat 334 populasi yaitu sebanyak 34 orang (5,
24)
digambarkan sebagai proses tanggung
jawab dan pasien berusaha untuk Teknik pengambilan sampel pada
mempertahankan kesehatannya dan penelitian ini dengan cara non probability
berkolaborasi secara erat dengan sampling yaitu teknik accidental
(19)
petugas kesehatan. sampling yang dilakukan dengan
Ketidakpatuhan adalah orang yang mengambil kasus atau responden yang
digolongkan sebagai orang yang kebetulan ada atau tersedia. (5)
menolak untuk mematuhi perintah. Data primer adalah data yang
Ketidakpatuhan pasien telah menjadi langsung diperoleh dari responden
masalah serius yang dihadapi oleh sedangkan data sekunder adalah data
tenaga kesehatan professional. Sackett yang diperoleh dari rekam medis

3
Volume 1, edisi 2, November 2013

(medical record) di Instalasi Rehabilitasi melaksanakan program rehabilitasi di


Medik RSUP Dr. Moh. Hoesin Instalasi Rehabilitasi Medik RSUP Dr.
Palembang. Moh. Hoesin Palembang sebesar 82,4%
Sebelum kuesioner diberikan kepada memiliki pengetahuan tinggi.
responden, peneliti melakukan uji Sikap n %
Mendukung 22 64,7
validitas dan reabilitas terlebih dahulu. Tidak mendukung 12 35,3
Teknik korelasi uji validitas Total 34 100
Berdasarkan tabel diatas didapatkan
menggunakan korelasi Pearson Product
hasil bahwa dari 34 responden yang
Moment (R) dengan taraf signifikan
melaksanakan program rehabilitasi di
sebesar 5%. Dengan jumlah responden
Instalasi Rehabilitasi Medik RSUP Dr.
(N) 12 orang maka taraf signifikan
Moh. Hoesin Palembang sebesar 64,7%
sebesar 0,576. Apabila nilai korelasi <
memiliki sikap yang mendukung .
0,576 maka hasil uji validitas bernilai
tidak valid, dan apabila nilai R tabel ≥
Pendapatan n %
0,576 maka uji validitas bernilai valid. Baik 29 85,3
Kurang baik 5 14,7
Total 34 100
HASIL PENELITIAN DAN Berdasarkan tabel diatas didapatkan
PEMBAHASAN hasil bahwa dari 34 responden yang
Penelitian ini dilakukan dengan teknik melaksanakan program rehabilitasi di
wawancara dan alat bantu kuesioner Instalasi Rehabilitasi Medik RSUP Dr.
yang diberikan pada penderita pasca Moh. Hoesin Palembang sebesar 85,3%
stroke yang melaksanakan program memiliki pendapatan yang baik.
rehabilitasi di ruangan Gymnasium
Support Keluarga n %
Instalasi Rehabilitasi Medik RSUP Dr.
Ada 27 79,4
Moh. Hoesin Palembang dan sesuai Tidak ada 7 20,6
Total 34 100
dengan kriteria inklusi. Penelitian ini Berdasarkan tabel diatas didapatkan
menggunakan desain studi korelasional hasil bahwa dari 34 responden yang
dengan pendekatan cross sectional melaksanakan program rehabilitasi di
dengan jumlah responden sebanyak 34 Instalasi Rehabilitasi Medik RSUP Dr.
orang. Moh. Hoesin Palembang sebesar 79,4%
mendapatkan support keluarga dalam
Analisis Univariat melaksanakan program rehabilitasi.
Pengetahuan n %
Tinggi 28 82,4
Rendah 6 17,6 Kepatuhan n %
Total 34 100 Patuh 23 67,6
Berdasarkan tabel diatas didapatkan Tidak patuh 11 32,4
Total 34 100
hasil bahwa dari 34 responden yang

4
Volume 1, edisi 2, November 2013

Berdasarkan tabel diatas didapatkan program rehabilitasi. Nilai odds ratio


hasil bahwa dari 34 responden yang (OR) = 6,000 dapat diartikan bahwa
melaksanakan program rehabilitasi di responden yang mempunyai
Instalasi Rehabilitasi Medik RSUP Dr. pengetahuan tinggi memiliki peluang
Moh. Hoesin Palembang sebesar 67,6% kurang lebih 6 kali untuk patuh dalam
patuh dalam melaksanakan program melaksanakan program rehabilitasi
rehabilitasi. daripada responden dengan
pengetahuan rendah.
Derajat n %
Kecacatan O
Kepatuhan p
Baik 29 85,3 Total val
R
Sikap
Kurang baik 5 14,7 (95
Patuh Tidak patuh ue
%)
Total 34 100 n % n % n %
Mendu 18 81,8 4 18,2 22 100
Berdasarkan tabel diatas didapatkan kung
0,0
Tidak 5 41,7 7 58,3 12 100 6,3
hasil bahwa dari 34 responden yang mendu
26
kung
melaksanakan program rehabilitasi di Total 23 67,6 11 32,4 34 100
Berdasarkan kelompok responden
Instalasi Rehabilitasi Medik RSUP Dr.
yang patuh ada kecenderungan
Moh. Hoesin Palembang sebesar 85,3%
responden dengan sikap yang
mengalami penurunan derajat
mendukung lebih banyak (81,8%)
kecacatan.
daripada responden dengan sikap yang

Analisis Bivariat tidak mendukung (41,7%). Uji statistik


Kepatuhan
Total
p OR dengan menggunakan Fisher’s Exact
Tidak value (95%)
Pengetahuan Patuh
patuh
n % n % n % Test didapatkan cukup bukti untuk
Tinggi 21 75 7 25 2 10
8 0 menolak hipotesis null (p value = 0.026,
Rendah 2 33, 4 66, 6 10 0,070 6,00
3 7 0 p value < 0,05) dengan demikian ada
Total 23 67, 1 32, 3 10
6 1 4 4 0 hubungan yang bermakna antara sikap
Berdasarkan kelompok responden
dengan kepatuhan dalam melaksanakan
yang patuh ada kecenderungan
program rehabilitasi. Nilai odds ratio
responden dengan pengetahuan tinggi
(OR) = 6,300 dapat diartikan bahwa
lebih banyak (75%) daripada responden
responden yang mempunyai sikap
dengan pengetahuan rendah (33,3%).
mendukung memiliki peluang kurang
Uji statistik dengan menggunakan
lebih 6 kali untuk patuh dalam
Fisher’s Exact Test didapatkan cukup
melaksanakan program rehabilitasi
bukti untuk menerima hipotesis null (p
daripada responden dengan sikap yang
value = 0.070, p value > 0,05) dengan
tidak mendukung.
demikian tidak ada hubungan yang
Berdasarkan kelompok responden
bermakna antara pengetahuan dengan
yang patuh ada kecenderungan
kepatuhan dalam melaksanakan

5
Volume 1, edisi 2, November 2013

responden dengan pendapatan yang dengan menggunakan Fisher’s Exact


baik lebih banyak (75,9%) daripada Test didapatkan cukup bukti untuk
responden dengan pendapatan yang menolak hipotesis null (p value = 0.024,
kurang baik (20%). Uji statistik dengan p value < 0,05) dengan demikian ada
menggunakan Fisher’s Exact Test hubungan yang bermakna antara
didapatkan cukup bukti untuk menolak support keluarga dengan kepatuhan
hipotesis null (p value = 0.029, p value < dalam melaksanakan program
0,05) dengan demikian ada hubungan rehabilitasi. Nilai odds ratio (OR) = 8,750
yang bermakna antara pendapatan dapat diartikan bahwa responden yang
dengan kepatuhan dalam melaksanakan mendapatkan support keluarga memiliki
Derajat Kecacatan p OR peluang kurang lebih 9 kali untuk patuh
Kurang Total val (95
Kepatuhan Baik
baik ue %) dalam melaksanakan program
n % n % n %
Patuh 22 95,7 1 4,3 23 100 0,0 12, rehabilitasi daripada responden yang
Tidak patuh 7 63,6 4 36,4 11 100 29 571
Total 29 67,6 5 32,4 34 100 tidak mendapatkan support keluarga.
program rehabilitasi. Nilai odds ratio Berdasarkan kelompok responden
(OR) = 12,571 dapat diartikan bahwa yang mengalami penurunan derajat
responden yang mempunyai pendapatan kecacatan ada kecenderungan
yang baik memiliki peluang kurang lebih responden yang patuh lebih banyak
13 kali untuk patuh dalam melaksanakan (95,7%) daripada responden yang tidak
program rehabilitasi daripada responden patuh (63,6%). Uji statistik dengan
dengan pendapatan yang kurang baik. menggunakan Fisher’s Exact Test
Kepatuhan OR
p
Pendap
Patuh Tidak patuh
Total
value
(95% didapatkan cukup bukti untuk menolak
atan )
n % n % n % hipotesis null (p value = 0.029, p value <
Baik 22 75,9 7 24,1 29 100
1 20 4 80 5 100 12,57
Kurang 0,029
baik
1 0,05) dengan demikian ada hubungan
Total 23 67,6 11 32,4 34 100
yang bermakna antara kepatuhan dalam
Kepatuhan p OR melaksanakan program rehabilitasi
Support Total val (95%
Patuh Tidak patuh
Keluarga ue ) dengan penurunan derajat
n % n % n %
21 77,8 6 22,2 27 100
Ada kecacatan.Nilai odds ratio (OR) = 12,571
2 28,6 5 71,4 7 100 0,0
8,750 dapat diartikan bahwa responden yang
Tidak ada 24

Total 23 67,6 11 32,4 34 100


patuh dalam melaksanakan program
Berdasarkan kelompok responden rehabilitasi memiliki peluang kurang lebih
yang patuh ada kecenderungan 13 kali untuk mengalami penurunan
responden yang mendapatkan support derajat kecacatan daripada responden
keluarga lebih banyak (77,8%) daripada yang tidak patuh.
responden yang tidak mendapatkan
support keluarga (28,6%). Uji statistik

6
Volume 1, edisi 2, November 2013

Analisis Multivariat Analisis tahap 3 variabel independen


Untuk mengetahui variabel
yang memiliki pengaruh paling lemah
independen yang paling berpengaruh
yaitu pengetahuan (B=2,021), tidak
terhadap kepatuhan dalam
dicobakan lagi secara bersama-sama
melaksanakan program rehabilitasi maka
dengan metode Enter. Hasil analisis
perlu dilakukan analisis multivariat.
tahap 3 didapatkan variabel independen
Penelitian ini terdapat 4 variabel yang
yang paling berpengaruh terhadap
diduga berhubungan dengan kepatuhan
kepatuhan melaksanakan rehabilitasi
dalam melaksanakan program
yaitu pendapatan (B=3,036 dan p value
rehabilitasi yaitu pengetahuan, sikap,
= 0,019) dan support keluarga (B=2,616
pendapatan dan support keluarga.
dan p value = 0,013).
Proses analisis terhadap 5 variabel
Setelah dikeluarkan semua variabel
independen ini bersama-sama dicobakan
independen yang memiliki pengaruh
dengan menggunakan metode Enter.
paling lemah terlihat bahwa variabel
Pada analisis tahap 1 semua variabel
yang mempunyai pengaruh paling kuat
independen bersama-sama dicobakan
terhadap kepatuhan dalam
dengan menggunakan metode Enter.
melaksanakan rehabilitasi adalah
Hasil analisis tahap 1 didapatkan
pendapatan (B=3,036 dan p value =
variabel independen yang paling
0,019) dan support keluarga (B=2,616
berpengaruh yaitu pendapatan (B=3,298)
dan p value = 0,013).
dan support keluarga (B=2,443).
Pendapatan dan support keluarga
merupakan salah satu faktor pendukung
Analisis Multivariat Tahap 1
dan pendorong kepatuhan pasien dalam
Pada analisis tahap 2 variabel
melaksanakan program rehabilitasi. Ini
independen yang memiliki pengaruh
menyatakan bahwa pendapatan dan
paling lemah terhadap kepatuhan dalam
support keluarga sangat menunjang
melaksanakan rehabilitasi yaitu sikap
terhadap patuh atau tidak patuh
(B= 1,071), tidak dicobakan lagi secara
seseorang dalam melaksanakan
bersama-sama dengan metode Enter.
program rehabilitasi. Keluarga dan
Hasil analisis tahap 2 didapatkan
pendapatan dapat menjadi faktor yang
variabel independen yang paling
sangat berpengaruh terhadap kepatuhan
berpengaruh yaitu support keluarga
seseorang dalam melaksanakan
(B=2,587) pendapatan (B=3,189).
rehabilitasi karena kepatuhan seseorang
dapat meningkat bila ia mengetahui
Analisis Multivariat Tahap 2
bahwa jaringan dukungan sosialnya

7
Volume 1, edisi 2, November 2013

berfungsi dengan baik dan didukung oleh SIMPULAN


pendapatan yang baik pula. Berdasarkan hasil penelitian dari 34
Penelitian ini sesuai dengan teori Neil responden yang melaksanakan program
F Gordon yang mengemukakan bahwa rehabilitasi di Instalasi Rehabilitasi Medik
semakin tinggi tingkat ketergantungan RSUP Dr. Moh. Hoesin Palembang
seorang penderita pasca stroke maka dapat diambil kesimpulan:
akan semakin tinggi kepatuhan yang 1. Tidak ada hubungan yang bermakna
dimiliki. Hal ini disebabkan kebanyakan antara pengetahuan dengan
penderita pasca stroke merasa telah kepatuhan dalam melaksanakan
menjadi beban bagi keluarga maupun program rehabilitasi dan responden
masyarakat sehingga penderita pasca yang mempunyai pengetahuan tinggi
stroke berupaya untuk mengurangi memiliki peluang kurang lebih 6 kali
tingkat ketergantungannya bahkan untuk lebih patuh.
bertekad untuk hidup mandiri. Tentu saja 2. Ada hubungan yang bermakna
kepatuhan yang dimiliki oleh penderita antara sikap dengan kepatuhan
pasca stroke dipengaruhi oleh dalam melaksanakan program
pengetahuan yang tinggi tentang rehabilitasi dan responden yang
program rehabilitasi, sikap yang mempunyai sikap yang mendukung
mendukung terhadap program memiliki peluang kurang lebih 6 kali
rehabilitasi, pendapatan yang baik yang untuk lebih patuh.
memungkinkan dilaksananya program 3. Ada hubungan yang bermakna
rehabilitasi dan support keluarga yang antara pendapatan dengan
dapat meningkatkan rasa aman kepatuhan dalam melaksanakan
sehingga meningkatkan kepatuhan. program rehabilitasi dan responden
Bila semua perilaku positif telah yang mempunyai pendapatan yang
dilaksanakan semuanya tentu penderita baik memiliki peluang kurang lebih 13
pasca stroke tersebut dapat dimasukkan kali untuk lebih patuh.
kedalam kelompok penderita pasca 4. Ada hubungan yang bermakna
stroke dengan kepatuhan tinggi. Sebagai antara support keluarga dengan
dampak dari kepatuhan adalah kepatuhan dalam melaksanakan
berkurangnya derajat kecacatan yang program rehabilitasi dan responden
diderita oleh penderita pasca stroke yang mendapatkan support keluarga
tersebut. (13) memiliki peluang kurang lebih 9 kali
untuk lebih patuh.
5. Ada hubungan yang bermakna
antara kepatuhan dengan penurunan

8
Volume 1, edisi 2, November 2013

derajat kecacatan dan responden 2. Yayasan Stroke Indonesia, 2006, Stroke:


Pembunuh No.03 di Indonesia, ¶, {
yang patuh memiliki peluang kurang “http://www.yastroki.com”}, diperoleh 23
lebih 13 kali untuk mengalami Januari 2008).

penurunan derajat kecacatan. 3. Tanam, Sylvia F , 2003, Gangguan


Depresi dan Mania Pasca Stroke,
6. Berdasarkan hasil analisis regresi Jakarta: Graffiti Medika Pers.
logistik didapatkan bahwa variabel
4. Malik, Idea , 2000, Hasil Penilaian
independen yang paling berpengaruh Tingkat Kemampuan Fungsional
Penderita Post Non Hemorragi Stroke
terhadap kepatuhan dalam yang Menjalani Rehabilitasi Medik di
melaksanakan program rehabilitasi Instalasi Rehabilitasi Medik RSUP Dr.
Moh. Hoesin Palembang Berdasarkan
medik yaitu pendapatan dan support Indeks Barthel, Palembang: Tidak
Dipublikasikan.
keluarga.
5. Notoatmodjo, Soekidjo, 2005, Metodologi
Penelitian Kesehatan, Jakarta: Rineka
SARAN Cipta.
1. Meningkatkan lagi upaya pemberian 6. Harsono, 1997, Kapita Selekta
informasi dan pendidikan kesehatan Neurology Edisi Kedua, Yogyakarta:
Gadjahmada University Press.
tentang hubungan kepatuhan
7. Junaidi, 2006, Epidemiologi Stroke, ¶, {
rehabilitasi medik dengan derajat
“http://www.ridwanamirudin.wordpress.co
kecacatan pada penderita pasca m”}, diperoleh 23 Januari 2008).

stroke pada saat melaksanakan 8. Price, Sylvia A & Wilson, Lorraine M,


2006, Patofisiologi: Konsep Klinis
program rehabilitasi di Instalasi
Proses-proses Penyakit, Jakarta: EGC.
Rehabilitasi Medik RSUP Dr. Moh. 9. Brunner & Suddarth, 2002, Buku Ajar
Keperawatan Medikal Bedah Volume 3,
Hoesin Palembang. Jakarta: EGC.
2. Penelitian selanjutnya sebaiknya
10. Bustan, 2000, Epidemiologi Penyakit
menggunakan responden yang lebih Tidak Menular, Jakarta: Rineka Cipta.
banyak agar data yang didapatkan 11. Sidharta, Priguna , 1994, Neurologi Klinis
akan lebih bermakna dan dalam Praktek Umum, Jakarta: Dian
Rakyat.
menggunakan metode penelitian
12. Thomas, 1995, Buku Pintar Kesehatan:
kualitatif serta diharapkan tidak Stroke dan Pencegahannya, Jakarta:
hanya meneliti kemampuan motorik Arcan.

saja tetapi juga meneliti kemampuan 13. Gordon, Neil F , 2002, Stroke: Panduan
Latihan Lengkap, Jakarta: Raja Grafindo
kognitif atau komunikatif dari Persada.
penderita pasca stroke.
14. Jalalin, 2001, Penuntun: Pemeriksaan
Fisik dan Fungsional Ilmu Kedokteran
DAFTAR PUSTAKA Fisik dan Rehabilitasi, Palembang: Tidak
Dipublikasikan.
1. Lumbantobing, 1997, Stroke: Bencana
Peredaran Darah di Otak. Jakarta: FKUI.

9
Volume 1, edisi 2, November 2013

15. Brunner & Suddarth, 2002, Buku Ajar


Keperawatan Medikal Bedah Volume 1,
Jakarta: EGC.

16. Mulyatsih, Enny , 2003, Stroke: Petunjuk


Praktis bagi Pengasuh dan Keluarga
Pasien Pasca Stroke, Jakarta: FKUI.

17. Henderson, Leila, 2002, Stroke: Panduan


Perawatan, Jakarta: Arcan.

18. Nasution, 2002, Gambaran Stroke


Berulang di RS Adam Malik Medan,
Majalah Kedokteran Nusantara volume
35 hal 1-5.

19. Tursiandah, Rina, 2003, Hubungan


Disabilitas Fungsional dengan Depresi
pada Penderita Pasca Stroke di Instalasi
Rehabilitasi Medik RSUP Dr. Moh.
Hoesin Palembang, Palembang: Tidak
Dipublikasikan.

20. Niven, Neil, 2002, Psikologi Kesehatan:


Pengantar untuk Perawat & Profesional
Kesehatan Lain, Jakarta: EGC.

21. Kyngas, H Lahdenpera T , 1999,


Compliance of Patient with Hypertension
and Associated Factors (Journal Article.
Research. Tables/ chart) Journal of
Advanced Nursing. 29(4): 832-9, 1999
Apr.

22. Notoatmodjo, Soekidjo, 2007, Promosi


Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Jakarta:
Rineka Cipta.

23. Nursalam, 2003, Konsep dan Penerapan


Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika.

24. Arikunto, Suharsimi, 2006, Prosedur


Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik,
Jakarta: Rineka Cipta.

10

You might also like