You are on page 1of 8

PENCEGAHAN MASALAH REPRODUKSI PADA ANAK

HIPOSPADIA

Pokok Bahasan : Pencegahan Masalah Reproduksi


Sub Pokok Bahasan : Pencegahan Masalah Reproduksi pada Anak “ Hipospadia”
Sasaran : Orang tua
Hari / tanggal : Kamis, 14 September 2017
Tempat : Ruang 15 RSSA
Waktu : 30 menit

A. Pendahuluan
Beberapa masalah kesehatan reproduksi pada anak dapat terjadi baik selama masa
pembentukan embrio sampai masa perkembangan embrio menjadi janin. Masalah yang
dapat terjadi ini (misalnya Hipospadia dan berbagai masalah lainnya) mungkin
disebabkan oleh berbagai faktor, diantaranya faktor genetic, pola hidup dan banyak
faktor lainnya. Dengan adanya sosialisasi pencegahan masalah reproduksi pada anak
ini diharapkan dapat menambah wawasan tentang berbagai masalah kesehatan
reproduksi pada anak dan pencegahan primer, pencegahan sekunder dan pencegahan
tersier yang dapat dilakukan oleh pasangan usia subur.

B. Tujuan Instruksional Umum


Setelah melakukan penyuluhan, sasaran mampu mengetahui tentang pencegahan
primer, sekunder dan tersier dari masalah reproduksi pada anak yaitu hipospadia.

C. Tujuan Instruksional Khusus


Setelah diberikan penyuluhan, sasaran mampu:
1. Menjelaskan masalah reproduksi pada anak yaitu hipospadia
2. Menjelaskan penyebab dan faktor resiko hipospadia
3. Menjelaskan pencegahan primer masalah kesehatan reproduksi hipospadia pada
anak.
4. Menjelaskan pencegahan sekunder masalah kesehatan reproduksi hipospadia
pada anak.
5. Menjelaskan pencegahan tersier masalah kesehatan reproduksi hipospadia pada
anak

D. Materi
Terlampir :
1. Pencegahan primer masalah kesehatan reproduksi hipospadia pada anak
2.. Pencegahan sekunder masalah kesehatan reproduksi hipospadia pada anak
3. Pencegahan tersier masalah kesehatan reproduksi hipospadia pada anak

E. Metode
a. Ceramah
b. Tanya jawab
c. Diskusi

F. Media
 PPT dan LCD

NO KEGIATAN PENYULUH PERSETA WAKTU


1 PEMBUKAAN 1) Pengucapan Salam · Menjawab salam 5 Menit
2) Pembukaan
3) Memperkenalkan Diri · Memperhatikan
4) Apresepsi
5) Mengkomunikasika
6) Tujuan
7) Kontrak Waktu
2 KEGIATAN M Menjelaskan dan Memperhatikan dan 15 Menit
INTI menguraikan materi tentang: mencatat penjelasan
a. Tahap- tahap dalam penyuluh dengan
penceghan penyakit cermat:
reproduksi hipospadia a. Memperhatikan
terhadap anak b. Menanyakan hal-
b. Menjelaskan tahap hal yang belum
pencegahan primer jelas
masalah reproduksi c. Memperhatikan
hipospadia pada anak jawaban dari
c. Menjelaskan tahap penyuluh
pencegahan sekunder
masalah reproduksi
hipospadia pada anak
d. Menjelaskan tahap
pencegahan tersier
masalah reproduksi
hipospadia pada anak
e. Memberikan
kesempatan pada
audiens untuk bertanya
f. Menjawab pertanyaan
audien yang berkaitan
dengan materi yang
belum jelas
g. Memberikan pertanyaan
kepada audien
3 PENUTUP 1. Menyimpulkan materi a. Memberikan 10 e
yang telah disampaikan kesimpulan dari n
2. Mengucapkan terima materi yang telah i
kasih disampaikan t
3. Mengucapkan salam b. Menjawab salam
MATERI
SATUAN ACARA PENYULUHAN
PENCEGAHAN MASALAH REPRODUKSI HIPOSPADIA PADA ANAK

A. Hipospadia
Hipospadia merupakan suatu kelainan congenital yang dapat dideteksi ketika atau
segera setelah bayi lahir, istilah hipospadia menjelaskan adanya kelainan pada muara uretra
pria. Kelainan hipospadia lebih sering terjadi pada muara uretra, biasanya tampak disisi ventral
batang penis. Seringkali, kendati tidak selalu, kelainan tersebut diasosiasikan sebagai suatu
chordee, yaitu istilah untuk penis yang melengkuk kebawah. (Speer,2007:168)
Hipospadia adalah suatu keadaan dengan lubang uretra terdapat pada penis bagian
bawah, bukan diujung penis. Beratnya hipospadia bervariasi, kebanyakan lubang uretra terletak
didekat ujung penis yaitu pada glans penis. Bentuk hipospadia yang lebih berat terjadi jika
luubang uretra terdapat ditengah batang penis atau pada pangkal penis, dan kadang pada
skrotum atau dibawah skrotum. Kelainan ini sering berhubungan kordi, yaitu suatu jaringan
vibrosa yang kencang yang menyebabkan penis melengkung kebawah saat ereksi.
(Muslihatum, 2010:163)
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Hypospadia adalah suatu
kelainan bawaan dimana letak lubang urethra tidak pada tempat yang semestinya, melainkan
ada dibagian bawah penis.

B. Gejala-gejala Hipospadia

Kondisi hipospadia yang dialami tiap penderita berbeda-beda. Tingkat keparahannya


tergantung kepada lokasi lubang uretra pada penis.
Pada umumnya, lubang uretra pada pengidap hipospadia terletak di dekat ujung penis.
Tetapi ada juga pengidap dengan lubang uretra yang terletak di bagian tengah atau pangkal
penis. Posisi kedua inilah yang disebut hipospadia yang parah.
Di luar letak lubang uretra, gejala-gejala hipospadia lainnya cenderung terlihat mirip. Di
antaranya adalah:
 Kulup yang terlihat menaungi ujung penis. Ini terjadi karena kulup tidak berkembang
di bagian bawah penis.
 Penis yang melengkung ke bawah akibat terjadinya pengencangan jaringan di
bawah penis.
 Percikan abnormal yang terjadi saat buang air kecil.

C. Pencegahan Primer Hipospadia


Pada pencegahan primer kegiatan yang diutamakan adalah promosi kesehatan oleh
perawat. Promosi kesehatan dapat berupa pendidikan kesehatan. Pencegahan tingkat pertama
(primary prevention) seperti promosi kesehatan dan pencegahan khusus. Sasarannya ialah
faktor penyebab, lingkungan & pejamu. Penyakit hipospadia merupakan penyakit congenital
atau bawaan yang belum diketahui penyebabnya. Sebagai bentuk pencegahan primer untuk
masaah hipospadia ini adalah lebih terfokus pada pemeriksaan ANC (Antenatal Care) pada ibu
hamil , USG saat kehamilan dan pemeriksaan fisik bayi baru lahir.
1. ANC (Antenatal Care)
ANC adalah pemeriksaan kehamilan untuk mengoptimalkan kesehatan mental dan fisik ibu
hamil. Sehingga mampu menghadapi persalinan, kala nifas, persiapan pemberian ASI, dan
kembalinya kesehatan reproduksi secara wajar.
Tujuan ANC :
 Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang
janin
 Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik maternal dan social ibu dan bayi
 Mengenal secara dini adanya komplikasi yang mungkin terjadi selama kehamilan
 Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerma kelahiran bayi agar dapat
tumbuh kembang secara normal
Jadwal pemeriksaan kehamilan minimal dilakukan empat kali selama kehamilan yaitu
trisemester I (<14 minggu) 1 kali kunjungan, trisemester II (14 – 28 minggu) 1 kali kunjungan,
trisemester III (28 – 36 minggu dan sesudah minggu ke - 36) 2 kali kunjungan.

2. Pemeriksaan USG saat Kehamilan


Pemeriksaan USG (Ultrasonografi) adalah pemeriksaan janin menggunakan frekuensi
gelombang suara tinggi yang dipantulkan ke tubuh untuk mengetahui gambaran rahim yang
disebut sonogram. Fungsi dari pemeriksaan USG adalah untuk mengetahui kesehatan
perkembangan kehamilan, khususnya adalah janin. Dengan menggunakan USG maka dapat
mengetahui perkembangan bayi, usia kehamilan, pertumbuhan dan mengetahui adanya
ancaman keguguran
3. Pemeriksaan Bayi Baru Lahir
Pemeriksaan fisik bayi baru lahir adalah kegiatan untuk memeriksa kondisi fisik bayi
saat baru dilahirkan. Seperti inspeksi keadaan umum, supaya dapat secara cepat mengetahui
jika ada kelainan pada bayi.

D. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder berguna untuk mengobati dan memperbaiki kelainan bentuk
reproduksi pada anak. Untuk Hipospadias penanganan yang paling efektif dalam tahap
pencegahan sekunder adalah tindakan operasi.
Tindakan operasi hipospadias ini terdiri dari dua tahap:
1. Operasi tahap I : meluruskan penis yaitu pada bagian Orifisium, canalis uretra
senormal mungkin.
2. Operasi tahap II : membuat fassa naficularis pada glans penis yg nantinya akan
dihubungkan dengan Canalis uretra yg telah terbentuk melalui Operasi tahap I.

E. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier berupa tindakan perawatan setelah operasi dan informasi tentang
pemulihan dan perawatan penis.
Perawatan setelah operasi adalah perawatan luka yang dilakukan oleh perawat supaya
dari luka bekas operasi tidak menimbulkan infeksi pada anak. Setelah luka operasi sembuh
maka hal yang selanjutnya dilakukan adalah perawatan penis setelah operasi.
Perawatan penis adalah suatu tindakan yang harus dilakukan yaitu dengan
membersihkan dan merawat penis, untuk mencegah terjadinya infeksi yang tidak diinginkan.
Sedini mungkin sampai luka pada penis benar – benar bersih sehingga tidak terjadi infeksi pada
penis yang sudah di operasi.
Tujuan dari perawatan penis adalah :
a. Membersihkan penis dari kuman setelah buang air
b. Mempercepat proses penyembuhan
c. Memberikan rasa nyaman
d. Mencegah terjadinya pencemaran oleh cairan dan kuman yang berasal dari dari daerah
sekitarnya.
e. Mencegah terjadinya infeksi
Perawatan penis juga dapat dilakukan dirumah sehingga orang tua anak dapat
melakukannya secara mandiri. Berikut adalah alat, bahan dan cara melakukan perawatan penis
dirumah.
a. Alat-Alat Yang Harus Dipersiapkan :
 Kassa bersih
 Air bersih yang sudah dimasak dengan matang
 NaCl 0,9% dalam tempat bersih/air yang sudah mendidih benar bisa dipakai untuk
mengganti NaCl 0,9%
 Salep
 Tempat sampah.
b. Cara Perawatan Penis Dirumah
 Cuci tangan dengan air yang mengalir, gunakan sabun
 Perhatikan penis apakah ada tanda-tanda infeksi seperti keluarnya nanah
 Bersihkan penis setelah buang air dengan NaCl atau dengan air matang. Lalu
keringkan dengan kasa bersih.
 Kemudian oleskan salep yang diresepkan dari rumah sakit. Oleskan salep disekitar
jahitan.
 Lakukan perawatan penis setelah setiap buang air.
 Cuci tangan setelah melakukan tindakan

Selain melakukan perawatan penis, hal yang dapat menunjang proses penyembuhan
pasca operasi berupa pengaturan pola hidup seperti :
a. Banyak mengkonsumsi makanan yang mengandung Vitamin C. Contohnya : buah-
buahan, sayuran yang hijau.
b. Meminum obat sesuai aturan yang ditetapkan. Apabila minum obat antibiotic harus
tuntas dan habis.
c. Mencegah infeksi yang dapat menghambat penyembuhan penis setelah operasi dan
selang kateter telah dibuka yaitu dengan cara menjaga kebersihan penis setelah buang
air.
DAFTAR PUSTAKA

Closkey JC & Bulechek. 1996. Nursing Intervention Classification. 2nd ed. Mosby
Year Book.

IDAI, 2005.Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak, Badan Pnerbit IDAI, Jakarta.

Johnson M, dkk. 2000. Nursing Outcome Classification (NOC). Second edition.


Mosby.

NANDA. 2005-2006. Nursing Diagnosis: Deffinition & Classification. Philadhelphia.

Mansjoer A, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Media Aesculapius.


Jakarta.

Purnomo, Basuki B, 2003, Dasar-Dasar Urologi, Jakarta. Sagung Setoatzel, pincus


dkk. 1990. Kapita Selekta Pediatri. Jakarta : EGC.

Markum, A.H. 1997. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak.Jakarta : Balai Penerbit FKUI.

Rosenstein, Beryl J. 1997. Intisari Pediatri Panduan Praktis Pediatri Klinik Edisi II.
Jakarta : Hipokrates

You might also like