You are on page 1of 3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Masalah gizi pada balita masih terjadi di Indonesia. Salah satu masalah gizi
pada balita yang masih terjadi di Indonesia adalah masalah balita pendek atau
stunting. Berdasarkan data Riskesdas tahun 2013, prevalensi stunting sebesar 37,2%
yang menunjukan satu dari tiga anak Indonesia mengalami stunting. Stunting di
Provinsi Kalimantan Tengah menduduki peringkat ke sepuluh dari seluruh provinsi di
Indonesia, yaitu sebesar 41,3%, yang menunjukan dua dari lima anak Indonesia
mengalami stunting.1,2
Stunting adalah kondisi dimana tinggi badan seorang anak berada dibawah
standar sesuai dengan umurnya (Tinggi Badan/Umur). Indikator Tinggi Badan/Umur
menggambarkan status gizi yang sifatnya kronis yang berakibat pada penurunan
kemampuan intelektual dan produktivitas serta peningkatan risiko penyakit
degeneratif. Stunting muncul sebagai akibat dari keadaan yang berlangsung lama
seperti kemiskinan, perilaku pola asuh yang tidak tepat, sering menderita penyakit
secara berulang karena hygiene dan sanitasi yang kurang baik.3,4
Pemberian (Air Susu Ibu) ASI merupakan salah satu faktor penting bagi
pertumbuhan dan perkembangan serta kesehatan anak. (World Health Organization)
WHO dan Unicef dalam Global Strategy On Infant and Young Child Feeding tahun
2002 merekomendasikan empat pola makan terbaik bagi anak sampai usia 2 tahun,
yaitu Inisiasi Menyusui Dini (IMD) dalam 30 sampai 60 menit pertama setelah lahir,
memberikan ASI eksklusif sampai bayi usia 6 bulan, mulai memberikan makanan
pendamping ASI (MP-ASI) mulai usia 6 bulan dan meneruskan pemberian ASI
sampai anak berusia 2 tahun.5
Perilaku pemberian ASI secara eksklusif sampai 6 bulan ternyata masih belum
maksimal. Berdasarkan data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI)
tahun 2012, hanya 42% balita kurang dari 6 bulan menyusui secara eksklusif. Di Kota
Palangka Raya, menurut profil kesehatan Kota Palangka Raya dari tahun 2009 hingga

1
2

2013 masih belum mencapai target, yaitu 80%. Pada tahun 2013 cakupan ASI
ekslusif hanya mencapai 33,2%.6,7
Berdasarkan hasil penelitian Ahmad et al., bahwa stunting lebih banyak
ditemukan pada anak yang tidak diberi ASI Eksklusif dibandingkan anak yang diberi
ASI ekslusif.8 Stunting juga masih terjadi di Palangka Raya Kalimantan Tengah, salah
satunya yang terjadi di Puskesmas Bukit Hindu. Oleh sebab itu, peneliti ingin
mengetahui apakah terdapat hubungan riwayat pemberian ASI eksklusif dengan
kejadian stunting yang terdapat di Puskesmas Bukit Hindu Kota Palangka Raya tahun
2016.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan Masalah penelitian sebagai berikut :
1. Bagaimana riwayat pemberian Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif di wilayah kerja
Puskesmas Bukit Hindu Kota Palangka Raya tahun 2016?
2. Bagaimana prevalensi kejadian stunting di wilayah kerja Puskesmas Bukit Hindu
Kota Palangka Raya?
3. Apakah terdapat hubungan riwayat pemberian Air Susu Ibu (ASI) Ekslusif dengan
kejadian Stunting yang ada di Puskesmas Bukit Hindu Kota Palangka Raya bulan
April-Juni tahun 2016.
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan riwayat
pemberian Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif dengan kejadian Stunting yang ada di
Puskesmas Bukit Hindu Kota Palangka Raya tahun 2016.
1.3.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus penelitian ini adalah :
1. Mengetahui kejadian Stunting pada anak usia 2-5 tahun di Wilayah Kerja
Puskesmas Bukit Hindu, Kota Palangka Raya bulan April-Juni tahun 2016.
3

2. Mengetahui bagaimana prevalensi pemberian Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif di


Wilayah Kerja Puskesmas Bukit Hindu Kota Palangka Raya bulan April-Juni
tahun 2016.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan mampu menjelaskan penyebab dan dampak stunting
terhadap balita serta mampu menjelaskan pentingnya pemberian Air Susu Ibu (ASI)
Eksklusif terhadap pertumbuhan dan perkembangan pada balita
1.4.2 Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai pengetahuan mengenai
hubungan riwayat pemberian ASI eksklusif dengan kejadian Stunting, yang kemudian
bisa menjadi bahan pertimbangan pelayanan kesehatan khususnya yang ada di Kota
Palangka Raya serta dimanfaatkan untuk memberikan edukasi kepada masyarakat
terutama para ibu mengenai pentingnya pemberian ASI.

You might also like