You are on page 1of 9

PERHITUNGAN OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS (OEE)

UNTUK ALAT BERAT PEMELIHARAAN JALAN REL


PT. KERETA API

Franka Hendra S[1] Riki Effendi[2] Kartiko Eko P[3]


Jurusan Teknik Industri Jurusan Teknik Mesin Magister Teknik Industri
Universitas Pamulang Universitas Muhammadiyah ISTN Jakarta
frank_orion_dec@yahoo.co.id Jakarta kputranto@hotmail.com
rief328@gmail.com

ABSTRAK

Tujuan kegiatan ini adalah perhitungan efektifitas pemanfaatan alat berat pemeliharaan jalan
Kereta Api (KA) dalam rangka meningkatkan pemeliharaan jalan KA dengan identifikasi dari
permasalahan yaitu seberapa efektif penggunaan alat berat yang sudah dimiliki?. Metodologi yang
digunakan dalam penyelesaian permasalah tersebut adalah metode kuantitatif menggunakan
pendekatan OEE (Overall Equipment Effectiveness) sedangkan metode kualitatifnya menggunakan
pendekatan THIO (Technoware, Humanware, Infoware dan Orgaware) dan pendekatan sebab
akibat. Hasil dari perhitungan OEE dari alat berat pemeliharaan jalan rel PT. KAI yaitu 50,05%
dengan Availability rata-rata = 77 %, Performance rata-rata = 65% dan Quality rata-rata =
100% (karena dinyatakan tidak ada pengulangan, artinya hasil pekerjaan semuanya dianggap
memenuhi syarat) dari hasil yang didapat menunjukkan bahwa terdapat peluang untuk perbaikan
terutama pada performance, kemudian pada availability. Namun pada kenyataannya kedua hal ini
sangat terkait dengan kemampuan pemeliharaan (maintenance) dari alat-alat berat yang ada. Usia
alat yang sudah cukup tua (rata-rata 19 tahun) berpotensi menurunkan kinerja mesin bila
pemeliharaan kurang memadai. Hal ini tampak sudah terlihat dari menurunnya availability dan
performance.

Kata Kunci : efektifitas, OEE, THIO, availability, performance, quality

1. PENDAHULUAN Faktor penyebab kecelakaan khususnya


PT.Kereta Api (persero) sangat peduli anjlog bisa bermacam, diantaranya kondisi
terhadap kemampuannya dalam menyediakan jalan kereta api (KA). Jalan KA yang
layanan yang seoptimal mungkin kepada merupakan konstruksi dari batu, pasir,
masyarakat. bantalan hingga batang rel memerlukan
Berdasar data dari Ditjen Perkeretaapian pemeliharaan yang terus menerus karena
- Dep. Perhubungan, insiden dan kecelakaan ballast yang menopang bantalan dan rel
yang terjadi pada angkutan kereta api tahun mudah berubah strukturnya akibat alam
2008 tercatat sebanyak 117 kali, dengan ataupun ulah manusia. Pemeriksaan terhadap
rincian 3 kali tabrakan KA-KA, 19 kali kondisi jalan KA ini umumnya dilakukan
tabrakan KA-Ranmor dan 85 kali kereta secara manual oleh tenaga manusia yang
anjlog. Jumlah ini memang mangalami berjalan menyusuri jalan KA untuk
penurunan dibanding tahun 2007 yaitu 3 kali memeriksa kerusakan dan melakukan
tabrakan KA-KA, 20 kali tabrakan KA- perbaikan. Selain itu, PT.Kereta Api memiliki
ranmor dan 117 kali KA anjlog. Namun KA ukur (recording cars) yang dapat
demikian masih terlihat bahwa ”anjlog” tetap mengidentifikasi kondisi jalan KA apakah
merupakan kecelakaan yang terbesar. memerlukan perbaikan atau tidak. Disamping
SINTEK VOL 10 NO 1 ISSN 2088-9038
itu, PT.Kereta Api juga memiliki alat berat b) Tersusunnya rekomendasi
khusus untuk pemeliharaan jalan KA yang peningkatan kesiapan alat berat
disebut MTT, PBR, dan VDM. pemeliharan jalan KA
Hal yang sangat penting untuk c) Tersusunnya rekomendasi teknologi
diperhatikan adalah efektifitas pemanfaatan alat berat pemeliharaan jalan KA
alat berat tersebut, hingga pemeliharaan jalan
KA dapat dilakukan secara optimal. 2. TINJAUAN PUSTAKA
Pemanfaatan alat berat bukan hanya terkait
aspek teknis alat semata namun juga terkait Sistem Pemeliharaan Manajemen, Total
kesiapan SDM operator dan penyelia, Productive Maintenance (TPM), Overall
manajemen data pemeliharaan, hingga Equipment Efectiveness (OEE), dan teknik –
manajemen pemeliharaan alat berat tsb teknik perbaikan kualitas (Diagram Pareto
Untuk menjamin kesiapan dan dan Diagram Sebab Akibat).
meningkatkan efektifitas pemanfaatan alat Overall equipment effectiveness
berat pemeliharaan jalan KA tersebut perlu (OEE) merupakan produk dari six big
dilakukan audit teknologi. Luaran audit losses pada mesin atau peralatan. Keenam
teknologi yang berupa rekomendasi dari sisi faktor dalam six big losses dapat
Technoware, Humanware, Infoware dan dikelompokkan menjadi tiga komponen
Orgaware (THIO), akan berguna bagi utama dalam OEE untuk dapat digunakan
peningkatan kapabilitas teknologi dalam mengukur kinerja mesin atau peralatan
pemeliharaan jalan KA dengan menggunakan yakni:
alat berat. a) Downtime losses : berarti waktu mesin
Indentifikasi permasalah pada kasus ini seharusnya beroperasi tetapi pada
adalah PT.KA mengarah ke sistem kenyataannya
pemeliharaan mekanis (dengan alat berat). tidak. Downtime mengandung 2 jenis
Alat berat direncanakan ditambah Jenis alat kerugian (loss) yaitu:
berat yang sudah dimiliki: MTT, PBR, VDM.  Breakdown losses : Kerusakan mesin
Masalahnya adalah: seberapa efektif atau peralatan akan menyebabkan
penggunaan alat berat yang sudah dimiliki? waktu terbuang sia-sia yang
Untuk mengukur efektifitas itu maka perlu mengakibatkan kerugian bagi
dijawab pertanyaan-pertanyaan berikut: perusahaan akibat berkurangnya
 Apakah MPJR selalu siap volume produksi atau kerugian
dioperasikan setiap saat dibutuhkan? material akibat produk yang
 Apabila dioperasikan, berapa panjang dihasilkan cacat.
jalan rel yang dapat dikerjakan?  Setup and adjustment losses: Kerugian
 Bila jalan rel dapat dikerjakan, karena pemasangan dan penyetelan
bagaimana kualitas hasil kerja MPJR adalah semua waktu pemasangan dan
tersebut? waktu penyesuaian yang dibutuhkan
untuk kegiatan-kegiatan mengganti
Tujuan kegiatan ini adalah ”Perhitungan suatu jenis produk ke ke jenis produk
efektifitas pemanfaatan alat berat berikutnya untuk produksi
pemeliharaan jalan KA dalam rangka selanjutnya.
meningkatkan pemeliharaan jalan KA secara b) Speed losses : berarti bahwa peralatan
mekanis”. yang sedang beroperasi, dengan
Sasaran kegiatan ini adalah: kecepatan tidak sesuai dengan yang
a) Pemetaan alat berat pemeliharaan direncanakan. Speed loss terdiri dari 2
jalan KA kerugian utama yaitu:
 Small Stop: Penghentian Kecil dan
Menganggur: Ketika sebuah mesin
SINTEK VOL 10 NO 1 ISSN 2088-9038
tidak beroperasi dengan lancar dan Performance merupakan efektifitas kerja
pada kecepatan yang stabil, mesin itu suatu perlatan dalam operasi produksi.
akan kehilangan kecepatan dan Tiga faktor penting yang dibutuhkan untuk
menghambat lancarnya aliran menghitung performance efficiency :
operasinya. Penundaan dan 1) Ideal cycle ( waktu siklus ideal atau
penghentian kecil ini disebabkan oleh waktu standar) atau ideal run rate
masalah-masalah kecil seperti part (jumlah maksimal produk yang
yang terkena sensor. dihasilkan per jam)
 Reduced speed: Kecepatan Operasi 2) Processed amount (jumlah produk
Berkurang, berarti selisih waktu yang diproses)
antara kecepatan aktual operasi dan 3) Operating time (waktu operasi mesin)
kecepatan peralatan yang dirancang. 4) Perfomance efficiency dapat dihitung
c) Defect losses : berarti bahwa peralatan sebagai berikut:
menghasilkan produk yang tidak
memenuhi karakteristik kualitas yang d. Rate of quality product
diharapkan. Defect loss terdiri dari 2 tipe Rate of quality product adalah rasio
utama loss, yaitu: jumlah produk yang lebih baik terhadap
 Scrap and Process defect losses: jumlah total produk yang diproses.
Kerugian terjadi ketika produk tidak Jadi rate of quality product adalah hasil
memenuhi spesifikasi kualitas, perhitungan dengan menggunakan dua
walaupun produk-produk tersebut faktor yaitu Processed amount (jumlah
dapat dikerjakan ulang. produk yang diproses) dan Defect amount
 Startup losses: Kerugian terjadi ketika (jumlah produk yang cacat).
produksi tidak stabil dengan cepat
pada saat peralatan di start up, Ketiga faktor diatas dapat dihitung dengan
sehingga produk pertama tidak formulasi sebagai berikut :
memenuhi spesifikasi.

OEE merupakan alat ukur untuk 3. METODOLOGI


mengevaluasi dan memperbaiki cara yang
tepat untuk mejamin peningkatan a. Kuantitaitif
produktivitas penggunaan mesin atau Untuk menghitung OEE, pendekatan yang
peralatan. Formula matematis dari overall digunakan adalah denan menggunakan
equipment effectiveness (OEE) dirumuskan pendekaan OEE.
sebagai berikut:
b. Kualitatif
OEE = Availabitity x Performance Berbagai temuan yang didapat akan
efficiency x Quality Rate x 100% dianalisa agar dapat diambil suatu
kesimpulan. Analisa akan menggunakan
dua pendekatan, yaitu:
b. Availability 1) Analisa THIO dengan membuat Fish
Availability merupakan ketersediaan Bone Diagram
peralatan dalam proses produksi, Sehingga 2) Analisa Sebab-Akibat dengan
untuk menghitung availability mesin membuat Causal Loop Diagram
dibutuhkan nilai dari: Operating time,
Loadingtime dan Downtime. Melalui proses pembuatan kedua diagram
tersebut, akan diketahui komponen teknologi
c. Performance Efficiency yang perlu dibenahi dan juga keterkaitan antar
komponen teknologi. Sehingga pada akhirnya

SINTEK VOL 10 NO 1 ISSN 2088-9038


didapat suatu kesimpulan dan dapat disusun
rekomendasi untuk peningkatan efektifitas 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
pemanfaatan alat-alat berat pemeliharan.
a. Konstrusksi Jalan Kereta Api
c. Lokasi Kegiatan Jalan rel kereta api terdiri dari beberapa
lapisan yaitu tanah dasar, sub struktur/ pasir
Lokasi kegiatan adalah disetiap Daerah batu serta balast yang berfungsi menopang
Operasi PT.Kereta Api yang ada di pulau bantalan dan rel yang dilalui kereta api.
Jawa, termasuk di kantor pusat dan di Balai Idealnya disamping substruktur terdapat
Yasa mekanik pemeliharaan alat berat selokan drainase agar air tidak mengendap
pemeliharaan jalan rel. Lokasi-lokasi tersebut atau menggenangi struktur.
terletak di: DKI, Jawa Barat, Jawa Tengah,
DIY, dan Jawa Timur.

Gambar 1. Potongan trek kereta api

Balast yang baik mempunyai kekerasan, tahan Agar menjaga fungsi balast, perlu dilakukan
terhadap gesekan, tidak mudah berubah perawatan reguler terhadap balast agar tidak
dimensi, gampang diperoleh dan tidak mahal. tercampur dengan sirtu atau tanah. Untuk
Biasanya batu dari quarry yang dipecahkan melaksanakan perawatan biasanya digunakan
dengan mesin pemecah batu, dengan diameter mesin pemicok yang mengangkat bantalan
seragam antara 28 mm dengan 50 mm, dan memicok batu kericak. Bila jumlah batu
dengan sudut-sudut tajam lebih dikehendaki kericak berkurang dari standar yang
dari batu kericak yang bulat. Bahan yang ditetapkan perlu dilakukan penambahan batu
paling baik adalah batu granit. kricak untuk menjaga ketinggian trak
Tebal balast tergantung kepada jarak sepanjang lintasan.
bantalan, volume lalu lintas kereta api, Sub balast atau sub struktur idealnya tidak
kecepatan kereta api. Balast tidak boleh boleh terganggu strukturnya. Dalam hal sub
kurang dari 150 mm, kereta api cepat balast menahan air sehingga tidak mengalir,
membutuhkan balast sampai 500 mm. Jumlah dapat terjadi genangan dalam sub balast
balast yang kurang akan mengakibatkan batu sehingga air muncrat bila rel dilalui kereta.
kericak terbenam ke tanah dasar oleh getaran Bahkan bila sub balast tidak terawat, dapat
kereta api yang berjalan diatasnya yang juga terjadi kemungkinan kelurusan dan kerataan
akan merusak badan jalan dan pada gilirannya rel tidak dapat dipertahankan. Untuk
dapat menyebabkan anjlokan. Badan jalan membersihkan balast agar tidak mampet
KA biasanya berupa sirtu yang dipadatkan dilakukan secara manual. Penggunaan balast
yang akan lebih baik kalau tanah dasarnya cleaner hanya berfungsi membersihkan/
dilapisi dengan geotextile agar tidak mencuci balast saja, tapi tidak mencapai sub
bercampur dengan tanah. balast.

SINTEK VOL 10 NO 1 ISSN 2088-9038


Rel yang digunakan di Indonesia o Rel 54 yang berarti 54 kg/m
menggunakan standar UIC dengan Standar:
Antar batang rel memiliki jarak tertentu yang
o Rel 25 yang berarti 25 kg/m dinamakan gauge. Lebar gauge ini
o Rel 33 yang berarti 33 kg/m menentukan kemampuan jalan rel
o Rel 44 yang berarti 44 kg/m menampung kecepatan kereta api.
o Rel 50 yang berarti 50 kg/m

Gambar 2. Definisi lebar rel/gauge

Ada beberapa lebar (gauge) yang digunakan,  Kesiapan lahan, mesin, SDM,
semakin lebar semakin stabil sehingga waktu
semakin tinggi kecepatan kereta apinya.  Operasi terpadu
Lebar trak yang umum digunakan diantaranya  Prosedur operasi Mesin
: Perawatan Jalan Rel (MPJR)
 Lebar 700 mm, digunakan Kereta  Pengukuran kereta ukur
api Aceh, dari Besitang menuju
Banda Aceh yang saat ini sudah b. Kesiapan lahan :
tidak digunakan lagi. Perawatan jalan rel diusulkan oleh DK di
 Lebar 1000 mm disebut juga wilayah kerja sebagai pemilik lahan yang
"meter gauge", digunakan di akan digarap. Sepanjang pihak ini melihat
Malaysia perlunya dilakukan perawatan karena kondisi
 Lebar 1067 mm, atau 3 kaki 6 inci balast sudah berubah, maka dapat diusulkan
merupakan lebar rel yang perawatan ke Divisi Jalan dan Jembatan
digunakan secara umum di PT.KA pusat di Bandung. Sebelum perawatan
Indonesia, disebut juga sebagai mekanik alat berat Mesin Pemeliharaan Jalan
Narrow gauge. Narrow gauge Rel (MPJR) dilakukan, DK berkewajiban
cocok untuk daerah yang mempersiapkan lahan mencakup pekerjaan
bergunung-gunung karena trak memeriksa kondisi bantalan, memeriksa
yang lebar membutuhkan biaya kekerasan balast, dan hal lainnya yang
besar dan pembangunannya lebih dianggap dapat mempengaruhi pekerjaan
sulit. pemicokan oleh MPJR Multi Tier Tamper
 Lebar 1435 mm, atau 4 kaki 8,5 (MTT). Bila diperlukan pemicokan dalam
inci. merupakan rel yang banyak keadaan darurat atau pada spot tertentu dapat
digunakan di dunia sehingga dilakukan secara manual mempergunakan alat
disebut juga sebagai Standard HTT (hand tier tramper).
gauge
 Aspek terkait proses pemeliharaan c. Kesiapan mesin perawatan jalan rel
jalan kereta api dengan MPJR Daerah Operasi sebagai operator MPJR
 Aspek yang terkait dengan sebenarnya harus mengoptimalkan untuk
pemeliharaan jalan rel adalah : wilayahnya sendiri, namun dalam hal terdapat
 Konstruksi jalan rel kebutuhan perawatan jalan rel dimungkinkan
penggunaan MPJR secara bersama antara

SINTEK VOL 10 NO 1 ISSN 2088-9038


beberapa DaOp untuk merawat jalan rel yang Jumlah minimal awak per mesin ada 4 orang,
berada di wilayah beberapa DaOp tersebut. terdiri dari 1 chief, 1 operator dan 2
Satuan kerja (Satker) Dep.Perhubungan juga pembantu. Operasi MTT dilakukan dua orang
melakukan perawatan jalan rel. Satker dari dalam cockpit dan dua lagi bertugas
Cikampek-Cirebon pernah melakukan mengawasi operasi mesin dari bawah,
pembeian alat berat MPJR namun kemudian membereskan batuan balast yang tersebar dan
peralatan tersebut kurang difungsikan secara bertugas membantu bila terjadi kendala dalam
optimal. Disadari perlunya dilakukan evaluasi operasi perawatan termasuk kerusakan mesin.
peralatan yang ada guna mengantisipasi Kualifikasi minimal awak MPJR jenis MTT
kebutuhan perawatan jalan rel masa adalah lulusan SMK jurusan mesin atau
mendatang. elektro dan atau SMP. Awak diberi kursus
Target kinerja MPJR adalah 700m per hari operasi MTT dan wajib memegang surat ijin
operasi, rata rata selama 3-4 jam kerja per mengemudi MTT yang diterbitkan oleh
hari. Hingga saat ini mesin dengan kinerja PT.KA.
paling baik yaitu type 32U yang kinerjanya
dapat mencapai 1000m/hari. e. Window time (waktu selang) antara
Perawatan MTT dilakukan setiap 500 jam, perjalanan kereta.
1000 jam, 2000 jam, 3000 jam di Balai Yasa Pada waktu waktu tertentu, perawatan jalan
Cirebon, namun yang pasti dilakukan di rel menggunakan MPJR di koridor tertentu
Cirebon adalah perawatan berkala 3000jam. tidak dapat dilakukan karena pada saat
Untuk perawatan dibawah 3000 jam kadang tersebut frekuensi perjalanan kereta api yang
kadang masih dilakukan di masing masing melalui koridor tersebut sedang tinggi. Hal ini
depo perawatan DaOp. dipengaruhi kecepatan MPJR, ketersediaan
Setiap 125 jam operasi, dilakukan sepur simpang dan jarak ke stasiun terdekat.
penggantian filter oli. Perawatan dan Setiap DaOp memiliki jadwal window time
perbaikan minor dan perbaikan on the spot yang tercakup dalam gapeka (grafik
dilakukan oleh awak mesin atau oleh depo perjalanan kereta api) yang diterbitkan oleh
perawatan. Dalam hal perbaikan minor PT.KA pusat namun dalam kenyataannya
memerlukan kualifikasi tertentu dari montir jadwal window time ini sering meleset seiring
maka dapat dikirimkan montir dari Balai Yasa dengan kurang akuratnya jadwal perjalanan
Cirebon ke lokasi mesin dengan membawa kereta api.
peralatan dan spare parts yang dibutuhkan.
Kapasitas terpasang Balai Yasa saat ini
mencapai 8 mesin dalam satu batch
perawatan/ perbaikan. Pekerjaan perawatan
yang dilakukan meliputi engine, mekanik,
hidrolik dan elektrik. Pekerjaan perawatan di
Balai Yasa dilakukan oleh pihak ketiga,
melalui kontrak antara PT.KA dengan
perusahaan kontraktor perbaikan.
Pada setiap akhir perawatan dan perbaikan
MTT di Balai Yasa Cirebon dilakukan
kalibrasi mesin khususnya untuk
menyamakan kedalaman kaki picok sehingga Gambar 3. Ilustrasi tahapan pemeliharaan
kondisi mesin setelah perawatan berkala jalan KA dengan MPJR
menjadi optimal kembali.

d. Kesiapan sumber daya manusia

SINTEK VOL 10 NO 1 ISSN 2088-9038


f. Armada alat berat pemeliharaan
Alat berat pemeliharaan atau disebut Mesin Pemeliharaan Jalan Rel (MPJR) utama adalah MTT.
Tabel berikut menunjukkan jenis MTT yang digunakan di Jawa.

Tabel 1. Mesin MTT yang dioperasikan DAOP-DAOP di Jawa

TIPE No Thn Dibuat Wilayah

1 MTT 08-16 GS 2406 1988 DAOP 1 JAK

2 MTT 09-16 CAT 2725 1995 DAOP 1 JAK

3 MTT 08-16 GS 2403 1988 DAOP 2 BD

4 MTT 08-16 GS/UM 2718 1995 DAOP 2 BD

5 MTT 08-16 GS/UM 2719 1995 DAOP 2 BD

6 MTT 07-16 G 2154 1984 DAOP 3 CN

7 MTT 09-16 CAT 2726 1995 DAOP 3 CN

8 MTT 08-32 U *) 2696 2007 DAOP 3 CN

9 MTT 07-16 G 2218 1984 DAOP 4 SM

10 MTT 09-16 CAT 2727 1995 DAOP 4 SM

11 MTT 08-16 GS 2404 1988 DAOP 5 PWT

12 MTT 08-32 U *) 2701 2007 DAOP 5 PWT

13 MTT 07-16 G 2217 1984 DAOP 6 YK

14 MTT 09-16 CAT 2728 1995 DAOP 6 YK

15 MTT 08-16 GS 2401 1988 DAOP 7 MN

16 MTT 07-16 G 2152 1984 DAOP 8 SB

17 MTT 08-16 GS 2493 1990 DAOP 8 SB

18 MTT 08-16 GS 2405 1988 DAOP 9 JR


*) 2007 adalah tahun mulai dioperasikan di Indonesia (bukan pengadaan baru)

Fungsi utama MTT adalah ”memecok” atau MPJR yang didatangkan dari baru berusia
memadatkan ballast dibawah bantalan. paling tua 25 tahun dan paling muda 14
Panjangnya jalan rel yang dapat dipecok oleh tahun. Sedangkan dua MPJR yang mulai
MTT merupakan ukuran panjangnya jalan rel digunakan tahun 2007 merupakan hibah.
yang dapat dipelihara secara mekanis. Seluruh MPJR adalah buatan pabrikan Plasser

SINTEK VOL 10 NO 1 ISSN 2088-9038


& Theurer, sebuah perusahaan yang memang Sedangkan penanganan langsung MPJR
dikenal sebagai pembuat MPJR di dunia. berada di bawah Kepala Sub Dipo Mekanik.
Secara lebih terinci, struktur organisasi
g. SDM pemeliharaan pemeliharaan di tingkat DAOP dapat dilihat
Pemeliharaan jalan kereta api pada tingkat pada gambar berikut:
DAOP berada dibawah Kepala Seksi Jalan &
Jembatan.

Gambar 4. SDM pemeliharaan jalan KA

h. Hasil perhitungan efektifitas alat berat World class OEE untuk industry
pemeliharaan jalan kereta manufacturing adalah 85% ( availability 90%,
performance 95% dan quality 99,9 %). Hasil
Hasil rangkuman perhitungan OEE alat yang didapat menunjukkan bahwa terdapat
pemeliharaan adalah sbb: peluang untuk perbaikan terutama pada
performance, kemudian pada availability.
 Availability rata-rata = 77 % Namun pada kenyataannya kedua hal ini
 Performance rata-rat = 65% sangat terkait dengan kemampuan
 Quality rata-rata = 100% (karena pemeliharaan (maintenance) dari alat-alat
dinyatakan tidak ada pengulangan, berat yang ada. Usia alat yang sudah cukup
artinya hasil pekerjaan semuanya tua (rata-rata 19 tahun) berpotensi
dianggap memenuhi syarat) menurunkan kinerja mesin bila pemeliharaan
kurang memadai. Hal ini tampak sudah
 OEE = 77% x 65% x 100% = 50,05% terlihat dari menurunnya availability dan
performance.

SINTEK VOL 10 NO 1 ISSN 2088-9038


5. KESIMPULAN DAN SARAN 3) Rehabilitasi/ konstruksi baru jalan
kereta api harus memenuhi standar
a. Kesimpulan yang telah ditentukan agar kualitas
1) Pelaksanaan pemeliharaan dengan hasil kerja MPJR pada saat
sangat terkait dengan kesiapan lahan pemeliharaan dapat bertahan lebih
dan ketersedian selang waktu (window lama.
time). Kondisi saat ini window time 4) Perlu dipertimbangkan penggunaan
yang tersedia secara umum hanya 3 mesin Ballast Cleaning untuk
jam per hari. membersihkan ballast, mengingat
2) Usia MPJR yang dimiliki sudah cukup kondisi balast yang kotor akan
tua, rata-rata 19 tahun, sehingga perlu membuat kualitas hasil kerja MPJR
diusahakan peremajaan. Availability kurang baik atau tidak dapat bertahan
dan kinerja MPJR yang cukup tua lama.
tersebut hanya mencapai sekitar 50%.
3) Efektifitas pemanfaatan Mesin REFERENSI
Pemeliharaan Jalan Rel (MPJR) perlu
dtingkatkan. Peningkatan efektifitas [1] Gaspersz, Vincent, Avanti Fontana,
terutama perlu dilakukan dari segi (2011), Lean Six Sigma for
availability dan kinerja MPJR. Manufacturing and Service Industries,
4) Pelaksanaan pemeliharaan MPJR Bogor: Vincristo Publication
secara berkala masih terkendala [2] Hansen, R. C., (2001), Overall
ketersediaan suku cadang. Hal ini Equipment Effectiveness: A Powerful
disebabkan oleh berbagai hal seperti: Production / Maintenance Tool for In
prosedur pengadaan suku cadang yang Creased Profits, 1st ed., New York:
cukup panjang atau suku cadang yang Industrial Press Inc.
memang sudah sulit dicari di pasar. (http://infotrac.galegroup.com)
[3] Handoko T.Hani, (1984), Dasar-Dasar
b. Saran Manajemen dan Produksi, Yogyakarta:
1) Sistem informasi pemeliharaan jalan Bpfe.
kereta api perlu dibuat dan diterapkan. [4] Mckellen, Chris.,(2005), ”Overall
Hal ini perlu untuk mendukung usaha Equipment Effectiveness”, Production
peningkatan pemeliharaan jalan KA Management.
dan pengambilan kebijakan terkait. (http://infotrac.galegroup.com)
2) Kemampuan Bala Yasa Mekanik di [5] OEE: Overall Equaipmen Evectiveness,
Cirebon perlu ditingkatkan, baik dari (http://www.bin95.com
segi SDM, fasilitas, pengadaan suku /Overall_Equipment
cadang maupun dari segi sistem Effectiveness_OEE.htm)
informasi pemeliharaan MPJR.

SINTEK VOL 10 NO 1 ISSN 2088-9038

You might also like