You are on page 1of 5

Anatomi

ORIGO= ujung otot yang melekat pada tempat yang tidak bergerak.
INSERSIO = ujung otot yang melekat pada tempat yang bergerak.

Subtrochanteric Femur Fracture Anatomy


 Proximal fragment is typically externally rotated and flexed due to the pull of the iliopsoas (Iliacus/
Psoas) and abducted by the short abductors inserting into the greater trochanter.

1. M. Gluteus medius
Origo = Ala ossis ilium
Insertio = Trocanter mayor permukaan lateral
2. M. Gluteus minimus
Origo = Ala ossis ilium
Insertio = Trochanter mayor permukaan depan
3. M. Psoas Mayor
Origo = Corpora Vert. Thoracalis XII dan Vert. Lumbalis I-V
Prosesus transverse semua vert. Lumbalis
Insertio = Trocanter minor femoris
4. M. Illiacius
Origo = Fossa iliaca
Insertio = Trocanter minor femoris
5. M. Piriformis
Origo = Facies pelvin sacii
Insertio = Puncak trochanter major

 Distal fragment is displaced medially by the adductor magnus.

1. M. Adductor magnus
Origo = Ramus inferior ossis pubis
Ramus inferior ossis ischii
Tuber ischiadicum
Insertio = labium mediale linea asperae, condylus medialis femoris
Regio Subtrochanter : regio inferior dari trokanter minor, kira-kira 4-6 cm distal, menuju isthmus dari
femoral shaft

Fraktur subtrokanterik
 Bimodal age distribution
o Orang tua lebih dari > 50 tahun, dapat mengalami fraktur subtrokanterik dari mekanisme
lower-energy, seperti jatuh
o Kelompok usia yang lebih muda, biasa terjadi karena mekanisme higher-energy, seperti
kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian, atau trauma tembus.

Klasifikasi
1. The Arbeitsgemeinschaft für osteosynthesefragen–Association for the Study of Internal Fixation (AO-
ASIF) : klasifikasi 3 bagian dengan 10 subtipe. Klasifikasi ini paling berguna pada kepentingan
penelitian.
The Arbeitsgemeinschaft für
osteosynthesefragen–Association for the
Study of Internal Fixation (AO-ASIF)
classification of subtrochanteric femur
fractures.

2. Seinsheimer : klasifikasi dengan 8 subgrup yang mengidentifikasi fraktur dengan hilangnya stabilitas
kortikal.

The Seinsheimer classification of subtrochanteric femur fractures.

3. The Russell-Taylor classification system : membantu menentukan metode pengobatan yang tepat.
The Russell-Taylor classification of subtrochanteric femur fractures.

Fraktur tipe 1 tidak melibatkan fossa piriformis. Dibagi kedalam subtype A, untuk fraktur di bawah
trokanter minor, dan tipe B yang melibatkan trokanter minor. Fraktur tipe 2 melibatkan fossa
piriformis. Tipe 2A memiliki buttress medial stabil. Tipe 2B tidak memiliki stabilitas korteks medial
femoral.
Fraktur tipe 1 dapat diobat dengan generasi pertama atau kedua intramedullarydevices sementara
fraktur tipe 2 memerlukan reduksi terbuka dan fiksasi internal (ORIF) dengan screw plate devices
atau fixed angle implants.

Evaluasi
1. Pemeriksaan Fisik : fraktur femur  nyeri paha, pembengkakan, dan deformitas. Fraktur
subtrokanterik  pemendekan tungkai yang fraktur, ekstensi (iliopsoas menyebabkan fleksi dari
fragmen proksimal) dan varus (otot pinggul menyebabkan abduksi dan rotasi eksternal fragmen
proksimal, dan adduktor paha mengadduksi fragmen distal)
2. Emergency treatment  realignment dari ekstremitas yang terkena dengan menggunakan traksi
skeletal untuk mencegah terjadinya luka jaringan lunak, langkah-langkah untuk mengurangi
spasme muskular, dan mengurangi nyeri.

Luka yang mungkin menyertai


1. Fraktur terbuka
2. Cedera pada batang dan leher femur ipsilateral
3. Floating knee injuries
4. Fat embolism
5. Cedera ligamen lutut
6. Cedera saraf
7. Cedera vaskuler
8. Skeletal immaturity dan open physes

Penanganan
1. Fraktur pada batang femur atau regio subtrokanter akan sembuh dengan imobilisasi, tapi traksi
dan casting memerlukan rawat inap yang lama serta hasil yang tak dapat diprediksi
2. IM nailing : merupakan penanganan pilihan untuk cedera ini karena dapat dilakukan secara
tertutup dan dapat memantau jaringan lunak tetap terbungkus.
3. Stabilisasi fraktur subtrokanter : di bawah trokanter minor dan pada batang femur ditangani
dengan standard interlocking IM nails, jika di atas atau pada trokanter minor, dengan fossa
piriformis intak dapat ditangani dengan generasi kedua locking (rekonstruksi atau
sefalomedulary) IM nails. Fraktur yang meliputi trokanter mayor dan fossa piriformis, stabilisasi
dapat dilakukan dengan fixed-angle devices.
4. Alternatif:
a. Traksi skeletal dan bracing : dapat dilakukan pada orang dewasa yang tidak dapat
dilakukan operasi, dan anak kecil
b. Fiksasi eksternal : pada fraktur terbuka yang tidak dapat di debridemen sempurna.
Metode ini juga dapat untuk stabilisasi temporer

Komplikasi dari cedera


1. Thigh compartmental syndrome : segera setelah trauma atau setelah pemasangan IM nail
tertutup. Iskemi dari kompartemen anterior dapat bermanifestasi sebagai pembengkakan, nyeri
paha, nyeri pada fleksi lutut, disfungsi nervus femoral dan saphenous. Iskemi dari kompartemen
posterior dapat terlihat pembengkakan paha, nyeri paha, nyeri pada ekstensi lutut, disfungsi
nervus sciatic, tibial, dan peroneal.
2. Nonunion : jarang terjadi pada fraktur yang dilakukan IM nail. Dapat ditangani dengan baik
dengan pemasangan IM nail. Jika terinfeksi, berikan antibiotik parenteral, debridemen luka, dan
evakuasi jaringan granulasi.
3. Deformitas : angular femoral malunion  biasa dihubungkan dengan fraktur tertutup yang
ditangani dengan IM nail. IM nail dihubungkan dengan deformitas rotasional dan pemendekan,
menyebabkan panjang ekstremitas tidak sama.

You might also like