You are on page 1of 22

A.

Latar Belakang

Air Susu Ibu (ASI) adalah nutrisi alamiah yang terbaik bagi bayi. Hal ini
dikarenakan ASI mengandung energi dan zat yang dibutuhkan selama enam bulan
pertama kehidupan bayi. Pemberian ASI sangat penting karena dapat bermanfaat
bagi bayi dan ibunya. Bagi bayi, ASI adalah makanan dengan kandungan gizi yang
paling sesuai untuk kebutuhan bayi, melindungi dari berbagai infeksi dan
memberikan hubungan kasih sayang yang mendukung semua aspek perkembangan
bayi termasuk kesehatan dan kecerdasan bayi. Bagi ibu, pemberian ASI secara
dapat mengurangi perdarahan pada saat persalinan, menunda kesuburan dan dapat
meringankan beban ekonomi.
(Prasetyono, 2012)
Tingkat pemberian ASI dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Salah
satunya yaitu karena faktor ibu bekerja. Globalisasi telah membentuk suatu
paradigma berpikir para kaum perempuan untuk menuntut persamaan hak antara
perempuan dan laki-laki. Banyak ibu yang bekerja sebagai wanita karier. Indonesia
adalah negara yang banyak menyerap tenaga kerja dari para kaum ibu sekaligus
negara yang sangat rendahnya jumlah ibu yang memberikan ASI.
(Prasetyono, 2012)

Persoalan hak ibu bekerja untuk menyusui anaknya menjadi sangat penting
jika dilihat dari jumlah ibu pekerja di Indonesia. Hak ibu sebagai tenaga kerja telah
diatur dalam Undang-Undang No. 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan, yaitu :
memperoleh cuti istirahat selama 1,5 bulan sebelum dan 1,5 bulan sesudah
melahirkan (Pasal 82) dan pekerja/buruh perempuan yang anaknya masih menyusu
harus diberi kesempatan untuk menyusui anaknya jika harus dilakukan selama
waktu kerja (pasal 83). Kebijakan yang berlaku di perusahaan sering tidak
mendukung hak perempuan, dengan cuti melahirkan yang diperpendek dan tidak
adanya kesempatan bagi pekerja perempuan untuk menyusui anaknya pada jam
kerja. Ibu yang bekerja hanya dapat mendampingi bayinya secara intensif selama 2
(dua) bulan, setelah itu ibu harus kembali bekerja dan sering ibu terpaksa berhenti
menyusui.
(Nurjanah, 2008)
Berdasarkan SDKI 2014 menunjukkan bahwa 57% tenaga kerja Indonesia
adalah wanita. Faktor-faktor yang menghambat keberhasilan menyusui pada ibu
bekerja adalah pendeknya waktu cuti kerja, kurangnya dukungan tempat kerja,
pendeknya waktu istirahat saat bekerja sehingga waktu untuk memerah ASI tidak
cukup, tidak adanya ruangan untuk memerah ASI, pertentangan keinginan ibu
antara mempertahankan prestasi kerja dan produksi ASI.
(IDAI, 2014)

Pemberian ASI eksklusif di Indonesia baru mencapai 30,2%. Pemerintah


Indonesia telah menetapkan target cakupan pemberian ASI eksklusif pada tahun
2013 pada bayi yang berusia 0-6 bulan sebesar 80%.
(Riskesdas, 2013)

Data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah pada
tahun 2013 cakupan ASI eksklusif sebesar 45,86%, tahun 2012 sebesar 25,06%,
dan tahun 2013 sebesar 57,67%.
(Dinkesprov Jawa Tengah, 2013)

Cakupan ASI eksklusif di Pati pada tahun 2014 sebesar 54,73% dan di
Puskesmas Tayu pemberian ASI ekslusif sebesar 39,05%. Berdasarkan laporan
cakupan ASI eksklusif Puskesmas Tayu tahun 2014, desa Sendangrejo memiliki
cakupan ASI eksklusif sebesar 26,92%. Kesimpulan dari data tersebut yaitu bahwa
pemberian ASI eksklusif masih tergolong rendah, karena masih belum memenuhi
target yang telah ditetapkan oleh dinas kesehatan kabupaten Pati yaitu sebesar 65%.
(Dinkes Pati, 2014)
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada ibu pekerja
swasta yang mempunyai anak dengan umur 6 bulan - 8 bulan di desa Sendangrejo
yang tercakup dalam wilayah kerja Puskesmas Tayu - Pati. Diperoleh data bahwa
dari 5 ibu bekerja yang memberikan ASI secara eksklusif sebanyak 1 orang dan 4
orang sisanya memberikan ASI ketika pulang kerja dan susu formula saat ditinggal
bekerja. Data dari bidan desa menunjukkan bahwa jumlah ibu yang mempunyai
anak usia 6 bulan -8 bulan di desa Sendangrejo yaitu sebanyak 55 orang dan 30
orang ibu mempunyai pekerjaan sebagai pekerja swasta. Mayoritas ibu
berpendidikan SMA dan memiliki anak pertama. Maka dari latar belakang tersebut
menimbulkan minat dalam melakukan promosi kesehatan tentang “Ibu Berkarier
Cerdas dalam Memberikan ASI Eksklusif pada Bayi di Desa Sendangrejo,
Kecamatan Tayu, Kabupaten Pati”.

B. Tujuan
Tujuan kegiatan promosi kesehatan ini adalah :
1. Tujuan Umum
Tujuan utama promosi kesehatan yang akan dilakukan yaitu promotif, untuk
memberikan pengetahuan kepada klien dalam pemberian ASI eksklusif pada
bayi ketika klien sedang bekerja.
2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan promosi kesehatan selama 30 menit, diharapkan
klien mampu :
a. Menjelaskan pengertian ASI eksklusif
b. Menjelaskan manfaat ASI bagi bayi dan Ibu
c. Mengerti dan memahami cara pemberian ASI ketika ibu bekerja
d. Mengerti dan memahami cara memerah ASI yang baik dan benar
e. Mengerti dan memahami teknik menyusui yang baik dan benar

C. Nama Kegiatan
Memberikan pendidikan kesehatan tentang pemberian ASI eksklusif pada bayi
ketika Ibu sedang bekerja.

D. Sasaran
Sasaran : Primer
Alasan : Promosi kesehatan ini kita tujukan kepada ibu yang menyusui yang
berkarier. Karena pada ibu yang berkarier tidak setiap saat berada
dekat dengan bayinya, sehingga perlu diberikan promosi kesehatan
pemberian ASI eksklusif yang efektif bagi tumbuh kembang bayi.
E. Metode
Metode :
Alasan :
F. Media
Media yang kami gunakan untuk penyampaian promosi kesehatan ini adalah
G. Waktu pelaksanaan
Hari/Tanggal : Rabu 21 maret 2018
Waktu : 09:00
Tempat :
H. Susunan Panitia
1. Euodia Triana Margareta
2. Yeni Ayu Oktavia
3. Desi Dwi Puspita
I. Deskripsi Kegiatan

J. Penutup
Demikian pengajuan proposal kegiatan ini, sebagai gambaran kegiatan yang akan
terjaksana nantinya. Kami juga mengharapkan dukungan dari semua pihak agar
kegiatan yang kami rencanakan berjalan dengan lancar. Semoga kegiatan ini dapat
bermanfaatbagi masyarakat.
Materi

A. Pengertian ASI eksklusif


ASI eksklusif atau lebih tepatnya pemberian ASI secara eksklusif adalah
istilah untuk menyebutkan bayi yang hanya diberi ASI, tanpa tambahan cairan lain
seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih dan tanpa tambahan makanan
padat misalnya pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi, atau makanan lain
selain ASI.
Pemberian ASI eksklusif dianjurkan untuk jangka waktu minimal 4 bulan
dan akan lebih baik lagi apabila diberikan sampai bayi berusia 6 bulan. Setelah ia
berusia 6 bulan, ia harus mulai diperkenalkan dengan makanan padat karena ASI
tidak dapat memenuhi lagi keseluruhan kebutuhan gizi sesudah 6 bulan. Akan tetapi,
bisa juga ASI diteruskan diberikan hingg ia berusia 2 tahun, yang disertai dengan
pemberian makanan padat lain.
(Nirwana, 2014)
B. Manfaat ASI bagi Bayi dan Ibu
1. Bagi Bayi
ASI eksklusif memiliki banyak manfaat, manfaat utama yang dapat
diperoleh dari ASI, yaitu ia bisa mendapatkan nutrisi terlengkap dan terbaik
baginya. Selain itu ASI juga dapat melindungi bayi dari berbagai penyakit dan
alergi, serta meringankan kerja pencernaan dan lain sebagainya.
a. ASI baik bagi pertumbuhan emas otak bayi
ASI mengandung AA (asam arakhidonat)termasuk kelompok omega
– 6 dan DHA (asam dekosa Heksanoat) kelompok omega – 3, dan nutrisi
lain, seperti protein, laktosa, dan lemak lainnya yang merupakan zat yang
dapat merangsang pertumbuhan otak bayi. Untuk menunjang pertumbuhan
otak bayi, makanan yang mengandung AA dan DHA sebagaimana terdapat
dalam ASI sangat diperlukan baginya. Dalam perkembangan otak bayi lebih
mengutamakan zat AA dan DHA dalam bentuk jadi seperti yang terdapat
dalam ASI.
b. ASI adalah sumber nutrisi terbaik bagi bayi
ASI merupakan sumber gizi yang sangat ideal dengan komposisi
yang seimbang karena disesuaikan dengan kebutuhan bayi pada masa
pertumbuhannya. ASI adalah makanan yang paling sempurna, baik kualitas
maupun kuantitasnya. Jika proses menyusui dilakukan dengan teknik yang
tepat dan benar, produksi ASI seorang ibu akan cukup sebagai makanan
tunggal bagi bayi normal sampai dengan usia 6 bulan.
c. ASI meringankan pencernaan bayi
Kondisi sistem pencernaan bayi pada bulan – bulan pertama belum
befungsi secara sempurna. Oleh karena itu asupan nutrisi untuknya tidak
boleh yang memberatkan kerja sistem pencernaannya. Selain ASI
mengandung nutrisi yang lengkap, ASI juga dilengkapi dengan enzim –
enzim yang membantu proses pencernaan sehingga meringankan kerja
sistem pencernaan bayi.
d. ASI meningkatkan kekebalan tubuh bayi
Awal tahun kehidupan bayi merupakan masa paling rawan.
Disamping memenuhi kebutuhan nutrisinya, ASI juga melindungi bayi dari
berbagai macam penyakit. Ia yang baru lahir belum memiliki kekebalan
tubuh yang berfugsi sempurna karena ada beberapa unsur penting yang
masih kurang untuk melawan infeksi. Ia masih memerlukan tambahan
faktor yang mendukung kekebalan tubuhnya dari luar.
Penelitian menunjukkan bahwa bayi yang diberi ASI secara khusus
bisa terlindungi dari serangan penyakit sistem perncernaan dan pernafasan
. hal itu disebabkan zat – zat kekebalan tubuh di dalam ASI memberikan
perlindungan lansung melawan serangan penyakit. Sifat lain dari ASI yang
juga memberikan perlindungan terhadap penyakit adalah penyelidikan
lingkunagan yang ramah bagi bakteri menguntungkan yang disebut flora
normal. Keberadaan bakteri tersebut dapat menghambat perkembangan
bakteri, virus, dan parasit berbahaya. Disis lain, telah dibuktikan pula
bahwa terdapat unsur – unsur didalam ASI yang dapat membentuk sistem
kekebalan melawan penyakit – penyakit menular, dan membuatnya agar
bekerja dengan benar.
e. ASI mudah dicerna oleh bayi
Meskipun sangat kaya akan zat gizi, ASI sangat mudah dicerna oleh
sistem pencernaan bayi yang masih rentan. Maka dari itu, ia mengeluarkan
sedikit energi dalam mencerna ASI sehingga ia dapat menggunakan
energinya untuk pertumbuhan dan perkembangan organ. ASI mudah
dicerna karena mengandung enzim pencernaan yang terkandung dalam
ASI.
f. ASI tidak mudah tercemar
ASI steril dan tidak mudah tercemar karena ASI langsung
dikeluarkan oleh mulut bayi ketika menyusu dan tidak ada ruang untuk
bakteri masuk kedalam ASI. Sementara itu, pada susu formula mudah dan
sering tercemar bakteri, terutama bila ibu kurang mengetahui cara
pembuatan susu formula yang benar dan baik.
g. ASI menghindarkan bayi dari alergi
Alergi adalah suatu bentuk penolakan tubuh yang berlebihan atas
masuknya zat asing kedakam tubuh. Alergi sering terjadi pada bayi karena
sistem pengamanan tubuh yang belum terbentuk sempurna. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa ASI mampu melindungi terhadap beberapa
jenis gangguan alergi. Komposisi ASI sudah disesuaikan dengan
kebutuhan dan kondisi bayi. Bayi yang diberi ASI terhindar dari alergi
karena mengandung antibodi igA yang tinggi yang berfungsi sebagai
pencegah sistem imun terhadap zat pemicu alergi.
h. ASI tidak menimbulkan karies gigi pada bayi
Kandungan selenium yang banyak dalam ASI mampu melindungi
bayi terhadap timbulnya karies gigi. Karies gigi pada bayi yang terdapat
pada susu formula jauh lebih tinggi dibanding yang terdapat pada ASI.
i. ASI mengurangi resiko obesitas dikemudian hari
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa pemberian ASI memiliki
peran awal dalam mengurangi obesitas pada anak. Anak – anak yang diberi
ASI memiliki resiko berat badan berlebih atau obesitas lebih rendah
ketimbang anak yang diberi susu formula.
Proses menyusui cukup berbeda dari pemberian susu formula.
Seorang bayi yang menyusu cenderung mengambil ASI sesuai
kebutuhannya dan berhenti ketika sudah merasa cukup. Kemungkinan, ada
sesuatu didalam ASI yang mencegah kenaikan berat badan.
j. ASI menyehatkan paru – paru bayi
Proses menyedot ASI dapat memperkuat paru – paru bayi. Proses
menyusu merupakan aktivitas olahraga yang menyehatkan. Latihan fisik
yang terjadi saat proses menyusu kira – kira 6 kali dalam sehari selama 4
bulan, kemungkinan akan meningkatkan kapasitas paru – paru dan
perputaran udara dari paru – paru, dibandingkan dengan anak – anak yang
menggunakan botol.
k. Menyusu dapat menjalin interaksi antara ibu dan bayi
Pengaruh kontak langsung antara ibu dan bayi selama proses
menyusui dapat membentuk ikatan kasih sayang diantara mereka karena
berbagai rangsangan, seperti sentuhan kulit (skin to skin contact). Bayi
akan merasa aman dan puas karena ia merasakan kehanyatan tubuh ibu dan
mendengar denyut jantung ibu yang sudah dikenal sejak masih dalam
rahim. Selain itu, interaksi tersebut juga dapat membantu pertumbuhan dan
perkembangan psikologisnya yang tergantung pada eratnya hubungan
mereka.
(Khasanah, 2011)
2. Manfaat ASI bagi Ibu
a. Menguntungkan secara ekonomi
Dengan menyusui secara eksklusif, ibu tidak perlu mengeluarkan
biaya untuk makanan bayi sampai bayi berumur 4 – 6 bulan. Dengan
demikian, menyusui akan menghemat pengeluaran rumah tangga untuk
membeli susu formula dan peralatannya. Biaya bisa dialokasikan untuk
memberikan makanan yang lebih bergizi kepada ibu menyusui karena
menyusui memerlukan zat gizi yang lebih.
b. ASI tidak pernah basi
ASI selalu diproduksi oleh pabriknya di wilayah payudara ibu. Bila
gudang ASI telah kosong, ASI langsung diproduksi, sebaliknya bila ASI
tidak digunakan maka akan diserap kembali oleh tubuh ibu.
c. Praktis dan tidak merepotkan
Bila bayi diberi ASI, ibu tidak perlu repot mempersiapkan alat – alat
dan membuat minuman bayi, serta tidak perlu pergi ke toko untuk membeli
susu formula.
d. Menyusui dapat menunda kehamilan
Menyusui bisa menjadi cara KB yang paling efektif untuk mencegah
kehamilan jika dilakukan secara tepat dengan beberapa syarat, yaitu belum
mengalami menstruasi, pemberian ASI nya tidak boleh dihentikan sama
sekali, dan belum 6 bulan atau masih ASI eksklusif. Dengan menyusui
secara eksklusif, dapat menunda haid dan kehamilan sehingga hal ini dapat
digunakan sebagai alat kontrasepsi alamiah yang secara umum dikenal
sebagai Metode Amenorea Laktasi (MAL).
e. Mengurangi resiko berat badan berlebih
Dengan menyusui, lemak yang ada ditubuh akan diubah menjadi ASI
sehingga tidak menyebabkan kegemukan dan cepat mengembalikan bentuk
tubuh seperti sebelumnya. Menyusui membutuhkan energi sekitar 500 kalori
per hari sehingga ibu tidak perlu mengurangi jumlah makanan yang
dikonsumsi. Ditemukan pengurangan berat badan sebesar 0,44 kg untuk
setiap bulan ketika menyusui.
f. Mempercepat pengecilan ukuran rahim ibu
Isapan bayi saat menyusui mampu membantu rahim menciut,
mempercepat kondisi ibu untuk kembali kemasa prakehamilan, dan
mengurangi resiko perdarahan. Saat menyusui, ada hormon oksitoksin yang
berperan dalam produksi ASI. Ternyata, hormon tersebut juga berfungsi
membantu rahim kembali mengecil lebih cepat dibanding ibu yang tidak
menyusui.
g. Mengurangi resiko kanker payudara
Diperkirakan zat innate immune system yang terdapat dalam ASI bisa
memberikan perlindungan terhadap jaringan payudara ibu sehingga bisa
terhindar dari ancaman kanker payudara.
h. Mengurangi resiko kanker rahim
Hormon yang berperan dalam produksi ASI, ternyata juga berperan
dalam memutasikan proses nifas sehingga rahim kembali bersih dari sisa –
sisa melahirkan. Hal ini dapat menurunkan resiko kanker rahim pada ibu
yang menyusui bayinya.
i. Mengurangi stres dan kegelisahan
Hormon oksitoksin akan keluar saat ibu menyusui bayinya, hormon
ini berguna untuk mengurangi stres yang dialami sehingga ibu yang
menyusui akan memiliki perasaan yang positif dan dapat melakukan lebih
banyak hal – hal positif.
j. Mengurangi resiko osteoporosis
Menyusui akan meningkatkan kepadatan tulang sehingga
mengurangi resiko osteoporosis dan patah tulang diusia lanjut.
(Khasanah, 2011)

C. Pemberian ASI Ketika Ibu Bekerja


Semua ibu harus memberi ASI eksklusif, meskipun ibu bekerja. Saat ini,
diketahui bahwa ibu yang bekerja sekitar 70%. Fenomena itu menunjukkan bahwa
banyak ibu yang tidak bisa menyusui secara eksklusif. Namun, hal tersebut bukan
berarti bahwa bayi tidak dapat memperoleh ASI sama sekali. Walaupun ASI
perasan tidak mampu menggantikan tindakan menyusui, tetapi hal itu bukanlah
masalah bila ibu memang mesti bekerja.
Sebenarnya, yang terjadi adalah banyak ibu khawatir dan beranggapan
bahwa ASI-nya tidak mencukupi kebutuhan bayi saat ibu bekerja. Sehingga ketika
ibu hendak bekerja kembali, ia akan bertanya kepada dokter, “Susu formula apa
yang cocok untuk bayi saya saat saya bekerja ?” Sesungguhnya, pertanyaan ini
tidak perlu dilontarkan kepada dokter. Sebab, ibu yang bekerja bisa terus-menerus
memberikan ASI untuk bayinya. Tindakan menyusui berpengaruh terhadap
pertumbuhan mental dan fisik bayi. ASI perasan hanya dianjurkan bagi bayi yang
ibunya bekerja. Bila ibu tidak bekerja atau bayi dapat dibawa bersama ibu,
hendaknya diupayakan adanya breast feeding atau menyusui secara langsung,
bukan ASI perasan.
Jika memungkinkan, bayi bisa dibawa ketempat ibu bekerja. Namun,
tindakan ini sangat sulit dilaksanakan bila ditempat kerja atau disekitarnya tidak
tersedia penitipan bayi atau pojok laktasi. Jika tempat kerja dekat rumah, ibu dapat
pulang menyusui bayinya sewaktu istirahat, atau meminta bantuan orang lain
untuk membawa bayinya ketempat kerja.
Ibu harus segera belajar memeras payudara demi memperoleh ASI setelah
bayi lahir. Sebelum pergi bekerja, ibu menitipkan ASI perasan kepada pengasuh
bayi saat ibu bekerja. Sebaiknya, ibu menyediakan waktu luang untuk memeras
payudara dalam suasana yang tenang. Selanjutnya, ibu menampung ASI perasan
dicangkir atau gelas yang bersih. Walaupun jumlahnya hanya sedikit, ASI perasan
tetap bermanfaat bagi bayi. Saat itu, hendaknya ibu menyisakan ASI sekitar ½
cangkir penuh (100 ml) untuk diminum bayi ketika ibu bekerja. Cangkir berisi ASI
perasan ditutup dengan kain bersih, serta disimpan ditempat yang paling sejuk
dirumah, lemari es, atau tempat lainnya yang aman, agak gelap, dan bersih. ASI
jangan dimasak atau dipanaskan, karena panas akan merusak bahan-bahan anti-
infeksi yang terkandung dalam ASI. Setelah memperoleh ASI perasan, bayi tetap
mesti disusui demi mendapatkan ASI akhir (hindmilk). Sebab, pengisapan oleh
bayi secara langsung dinilai lebih baik ketimbang pemberian ASI dengan cara
diperas. Ketika ibu berada ditempat kerja, hendaknya ibu memeras payudara dan
memompanya setiap 3-4 jam sekali secara teratur. Hal ini perlu dilakukan agar
produksi ASI tetap terjaga, karena ASI dibuat based on demand. Pengeluaran ASI
dapat membuat ibu merasa nyaman dan mengurangi jumlah ASI yang menetes.
Sebaiknya, ibu menyimpan ASI di lemari es, atau dibawa dengan termos es.
Saat menyusui bayi, ibu harus dalam kondisi santai dan tidak terlalu tegang,
karena kondisi psikologis ibu sangat berpengaruh terhadap keberhasilan ASI
eksklusif. Menurut hasil penelitian, lebih dari 80% kegagalan ibu menyusui dalam
memberikan ASI eksklusif disebabkan oleh faktor psikologis ibu. Ketika ibu
memeras payudara, hendaknya ibu tidak tegang dan tidak menargetkan jumlah ASI
perasan. Sesungguhnya, saat ibu berpikir bahwa ASI perasannya tidak cukup,
maka ratusan sensor pada otak akan memerintahkan hormon oksitosin (produksi
ASI) untuk bekerja lambat. Akibatnya, produksi ASI menurun.
Ibu bisa meminta kepada atasan agar diberi jam-jam khusus untuk
menyusui bayi demi memberikan ASI eksklusif. Setelah ibu kembali ke rumah
seusai bekerja, hendaknya ibu menyusui bayinya secara langsung. Tindakan ini
bertujuan menjaga refleks ASI dan kerja hormon-hormon ASI, sehingga produksi
ASI tetap terjaga dengan baik. Ibu lebih baik menghindari pemberian susu formula
kepada bayi. Jika bayi diberi susu formula, maka ia cepat merasa kenyang saat
menyusu kepada ibunya. Dengan demikian, volume ASI semakin berkurang.
Terkait hal ini, ibu perlu merawat payudaranya sebaik mungkin. Ibu bisa memijat
payudara dan mengompresnya dengan air hangat dan air dingin secara bergantian.
Pada dasarnya, ada berbagai cara untuk memberikan ASI kepada bayi, diantaranya
ialah menggunakan pompa ASI elektrik. Cara ini membutuhkan biaya yang relatif
mahal. Sebenarnya, masih ada cara lain yang lebih terjangkau, yakni ibu
memanfaatkan piston atau pompa berbentuk suntikan (silindris). Prinsip kerja alat
ini memang seperti suntikan. Setiap jaringan pompa mudah sekali dibersihkan, dan
tekanannya pun bisa diatur sesuai keinginan.
Di Indonesia, ibu mungkin sulit mendapati pompa ASI berbentuk suntikan.
Pompa yang beredar di pasaran berbentuk squeeze and bulb tidak pernah
dianjurkan oleh para ahli ASI. Pompa seperti ini, bulb-nya (bagian belakang yang
berbentuk menyerupai bohlam) sulit dibersihkan. Sebab, ia terbuat dari karet,
sehingga tidak bisa disterilisasi. Selain itu, tekanannya pun tidak dapat diatur
sesuai keinginan.
(Prasetyono, 2012)
D. Cara Memerah Air Susu Ibu (ASI)
1. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam memerah ASI :
a. Memerah ASI diperlukan untuk merangsang pengeluaran ASI pada keadaan
payudara sangat bengkak, puting sangat lecet, dan pada bayi yang tidak dapat
diberikan minum.
b. ASI diperah bila ibu tidak bersama bayi saat waktu minum bayi.
c. Untuk meningkatkan produksi ASI, payudara dikompres dengan air hangat
dan dipijat dengan lembut sebelum memerah ASI.
d. Memerah yang dilakukan secara rutin dapat meningkatkan produksi ASI
e. Bila ASI akan diperah secara rutin, dianjurkan menggunakan kantong plastik
yang didisain untuk menyimpan ASI, yang pada ujungnya terdapat perekat
untuk menutupnya. Kumpulan kantong plastik kecil tersebut dimasukkan ke
dalam kantong plastik besar agar terlindung dan terhindar dari robek/ lubang.
Pada setiap kantong plastik harus diberi label tanggal dan waktu memerah.
(IDAI, 2014)
2. Cara Memerah ASI dengan Tangan
a. Gunakan wadah yang terbuat dari plastik atau bahan metal untuk
menampung ASI.
b. Cuci tangan terlebih dahulu dan duduk dengan sedikit mencondongkan
badan ke depan.
c. Payudara dipijat dengan lembut dari dasar payudara ke arah puting susu.
d. Rangsang puting susu dengan ibu jari dan jari telunjuk anda.
e. Letakkan ibu jari di bagian atas sebelah luar areola (pada jam 12) dan jari
telunjuk serta jari tengah di bagian bawah areola (pada jam 6).
f. Tekan jari-jari ke arah dada, kemudian pencet dan tekan payudara di antara
jari-jari, lalu lepaskan, dorong ke arah puting seperti mengikuti gerakan
mengisap bayi. Ulangi hal ini berulang-ulang.
g. Hindari menarik atau memeras terlalu keras. Bersabarlah, mungkin pada
awalnya akan memakan waktu yang agak lama.
h. Ketika ASI mengalir lambat, gerakkan jari di sekitar areola dan berpindah-
pindah tempat, kemudian mulai memerah lagi.
i. Ulangi prosedur ini sampai payudara menjadi lembek dan kosong.
j. Menggunakan kompres hangat atau mandi dengan air hangat sebelum
memerah ASI akan membantu pengeluaran ASI.

3. Cara Memerah ASI dengan Alat


a. Memilih Jenis Pompa ASI yang Tepat
Hal pertama sebelum Anda memutuskan untuk memompa ASI, maka
Anda harus memilih jenis pompa ASI yang paling tepat. Memompa ASI
berbeda dengan memerah ASI dengan tangan, karena Anda mengandalkan
alat yang akan menyedot ASI. Semua pompa yang digunakan harus
memberikan rasa nyaman untuk payudara. Meskipun pada awalnya banyak
ibu yang merasakan nyeri payudara kuat karena ASI diambil dengan bantuan
pompa. Jadi rahasia agar tetap nyaman menggunakan pompa ASI bisa
disesuaikan dengan pertimbangan:
1) Apakah Anda bekerja dan membutuhkan waktu singkat untuk memompa
ASI?
2) Apakah Anda memiliki banyak waktu luang dan jarang menggunakan
pompa ASI karena bisa memerah dengan tangan atau memberikan ASI
secara langsung?
3) Anda selalu ingin memompa dengan praktis dan cepat mendapatkan ASI
dalam jumlah banyak.
b. Bersihkan Pompa ASI
Setelah Anda menemukan jenis pompa ASI yang paling tepat, maka
Anda wajib menjaga kebersihkan pompa ASI. Pompa ASI biasanya terdiri
dari bagian corong dengan ukuran khusus yang diletakkan menghadap puting
payudara, selang khusus yang ditempatkan pada botol susu untuk agar ASI
langsung masuk botol susu, dan panel khusus untuk memompa ASI. Semua
bagian ini harus dibersihkan dan disterilkan sebelum dipakai. Cara ini bisa
menjaga agar ASI yang sudah diperah dari payudara tidak terkena
kontaminasi sehingga bayi. Ini juga termasuk cara menjaga bayi agar tidak
mudah sakit.
c. Bersihkan Tangan Anda
Pompa ASI sebenarnya tidak terhubung dengan bagian tangan Anda.
Semua desain pompa ASI tidak melibatkan tangan yang harus masuk ke
bagian dalam pompa. Namun ketika Anda ingin memompa ASI maka tangan
harus bersih dan steril. Bersihkan tangan Anda dengan cara mencuci dengan
air biasa, jika perlu gunakan sabun atau bahan kimia khusus agar semua
bakteri mati. Setelah itu bilas tangan Anda dengan menggunakan air hangat.
Jangan lupa untuk mengeringkan tangan dengan handuk bersih sebelum
memulai memompa ASI. Langkah yang mudah ini bisa menjadi cara
mencegah diare pada bayi akibat kontaminasi bakteri dari tangan ke
ASI. Jangan lupa juga untuk membersihkan botol susu dengan cara mencuci
botol susu bayi.
d. Bersantai dan Mulailah Memompa ASI
Setelah Anda menyiapkan perangkat pompa untuk mengambil ASI,
maka Anda perlu bersantai. Anda bisa duduk bersantai, seperti ketika
memerah ASI dengan tangan. Berikut ini petunjuk untuk memompa ASI
dengan jenis pompa yang berbeda:
1) Pompa manual
Jika Anda menggunakan pompa manual maka Anda bisa mulai
bersandar di tempat yang nyaman. Anda bisa melakukannya sambil
bersandar di sofa atau diatas tempat tidur. Setelah Anda merangkai pompa
ASI dan menempatkan corong khusus ke area areola, maka bersantailah
dan mulai menarik pompa dengan menggunakan tangan. Anda bisa
menyesuaikan gerakan tangan sesuai dengan kenyamanan Anda.
2) Pompa Eletrik
Pompa elektrik umumnya lebih mahal dan bisa digunakan dengan
mudah. Dengan alat pompa ini maka tangan Anda tidak akan terlalu lelah.
Pompa ASI listrik bisa digunakan dengan menggunakan bantuan listrik
sebagai tenaga utama. Anda hanya perlu menempatkan bagian corong pada
areola payudara, kemudian hidupkan panelnya. Setelah itu pompa akan
bekerja otomatis dan tangan Anda hanya perlu mengarahkan agar pompa
mengenai bagian payudara yang sesuai.
e. Membuat Jadwal Memompa ASI
Bagi Anda yang ingin mendapatkan kualitas jumlah ASI terbaik,
maka Anda bisa membuat jadwal untuk memompa ASI. Semua cara ini bisa
dilakukan sesuai dengan kebutuhan bayi Anda dan waktu luang yang Anda
miliki untuk memompa ASI. Berikut ini waktu – waktu terbaik untuk cara
memompa ASI yang terbaik :
1) Pagi hari setelah bayi Anda menyusui untuk pagi hari. Ambil jarak sekitar
1 jam hingga produksi ASI kembali lebih banyak.
2) Ketika Anda bersantai maka cobalah untuk memompa ASI, karena ketika
waktu santai maka prosuksi ASI yang dipompa bisa sama seperti ketika
bayi Anda menyerap ASI secara langsung.
3) Cobalah untuk memompa ASI ketika payudara terasa penuh. Ini adalah
sinyal waktu yang tepat karena ASI sudah melimpah.
4) Cobalah untuk memompa ASI ketika sedang menyusui. Cara ini sedikit
merepotkan tapi ketika bayi Anda menyerap ASI secara langsung maka
produksi ASI pada salah satu sisi payudara akan meningkat.
5) Jika Anda bekerja maka cobalah memompa ASI ketika sedang luang.
Memompa ASI selama beberapa menit bisa meningkatkan produksi ASI
jika dilakukan secara teratur.
6) Lakukan memompa ASI secara teratur sehingga bisa merangsang produksi
ASI yang tepat dan Anda merasa nyaman meskipun harus mengambil ASI
dengan pompa.
f. Berapa Lama Harus Memompa ASI?
Apakah ada waktu khusus atau batasan waktu untuk memompa ASI?
Sebenarnya tidak ada waktu khusus yang mengatur kapan Anda harus mulai
dan berhenti memompa ASI. Ketika ASI sudah tidak keluar lagi saat dipompa
maka Anda harus berhenti memompa ASI. Pada dasarnya setiap ibu bisa
memompa ASI selama 15 – 30 menit. Semua bisa disesuikan dengan produksi
ASI yang dimiliki secara berbeda. Ketika ASI sudah mulai berhenti, maka
Anda bisa tetap memompa ASI selama beberapa menit. Cara ini akan
meningkatkan sinyal pada kelenjar susu untuk menghasilkan ASI kembali.
g. Simpan ASI dengan Benar
Setelah Anda memompa ASI, maka simpan ASI dengan benar. Berikut
ini cara yang bisa Anda lakukan untuk menyimpan ASI.
1) Ketika Anda memompa ASI, maka gunakan botol ASI khusus yang
memang langsung digunakan untuk menyimpan ASI. Jangan
memindahkan ASI ke botol lain karena akan meningkatkan kontaminasi.
2) Gunakan botol ASI dengan bahan BPA – free atau non BPA atau plastik
khusus penyimpan ASI.
3) Jika Anda memompa ASI di tempat kerja maka simpan simpan botol ASI
dengan box pendingin yang bisa bertahan selama 24 jam. Segera
masukkan ke dalam kulkas khusus penyimpan ASI atau freezer.
4) Jika Anda memompa ASI di rumah, maka segera masukkan ASI di kulkas
atau freezer tanpa menundanya.
(IDAI, 2014)

4. Teknik Menyusui yang Baik dan Benar


a. Posisi Badan Ibu dan Badan Bayi
1) Ibu duduk atau berbaring dengan santai
2) Pegang bayi pada belakang bahunya, tidak pada dasar kepala
3) Rapatkan dada bayi dengan dada ibu atau bagian bawah payudara
4) Tempelkan dagu bayi pada payudara ibu
5) Dengan posisi seperti ini telinga bayi akan berada dalam satu garis dengan
leher dan lengan bayi
6) Jauhkan hidung bayi dari payudara ibu dengan cara menekan pantat bayi
dengan lengan ibu.
(DepKes RI, 2005)
b. Posisi Mulut Bayi dan Putting Susu Ibu
1) Payudara dipegang dengan ibu jari diatas jari yang lain menopang dibawah
(bentuk C) atau dengan menjepit payudara dengan jari telunjuk dan jari
tengah (bentuk gunting), dibelakang areola (kalang payudara)
2) Bayi diberi rangsangan agar membuka mulut (rooting reflek) dengan cara
menyentuh puting susu, menyentuh sisi mulut puting susu.
3) Tunggu samapi bayi bereaksi dengan membuka mulutnya lebar dan lidah
ke bawah.
4) Dengan cepat dekatkan bayi ke payudara ibu dengan cara menekan bahu
belakang bayi bukan bagian belakang kepala.
5) Posisikan puting susu diatas bibir atas bayi dan berhadapan-hadapan
dengan hidung bayi.
6) Kemudian masukkan puting susu ibu menelusuri langit-langit mulut bayi.
7) Usahakan sebagian aerola (kalang payudara) masuk ke mulut bayi,
sehingga puting susu berada diantara pertemuan langit-langit yang keras
(palatum durum) dan langit-langit lunak (palatum molle)
8) Lidah bayi akan menekan dinding bawah payudara dengan gerakan
memerah sehingga ASI akan keluar dari sinus lactiferous yang terletak
dibawah kalang payudara
9) Setelah bayi menyusu atau menghisap payudara dengan baik, payudara
tidak perlu dipegang atau disangga lagi
10) Beberapa ibu sering meletakkan jarinya pada payudara dengan hidung
bayi dengan maksud untuk memudahkan bayi bernafas. Hal itu tidak perlu
karena hidung bayi telah dijauhkan dari payudara dengan cara menekan
pantat bayi dengan lengan ibu.
11) Dianjurkan tangan ibu yang bebas dipergunakan untuk mengelus-elus
bayi.
(DepKes RI, 2005)
c. Langkah – langkah Menyusui Yang Benar
1) Ibu mencucui tangan sebelum menyusui bayinya
2) Ibu duduk dengan santai dan nyaman, posisi punggung tegak sejajar
punggung kursi dan kaki diberi alas sehingga tidak menggantung
3) Mengeluarkan sedikit ASI dan mengoleskan pada puting susu dan aerola
sekitarnya
4) Bayi dipegang dengan satu lengan, kepala terletak pada lengkung siku ibu
dan bokong bayi terletak pada lengan
5) Ibu menempelkan perut bayi pada perut ibu dengan meletakkan satu tangan
bayi dibelakang ibu dan yang satu didepan, kepala bayi menghadap ke
payudara
6) Ibu memposisikan bayi dengan telinga dan lengan pada garis lurus
7) Ibu memegang payudara dengan ibu jari diatas dan jari yang lain menopang
dibawah serta tidak menekan puting susu atau areola
8) Ibu menyentuhkan puting susu pada bagian sudut mulut bayi sebelum
menyusui
9) Setelah bayi mulai menghisap, payudara tidak perlu dipegang atau
disangga lagi.
10) Ibu menatap bayi saat menyusui
a) Pasca Menyusui
Melepas isapan bayi dengan cara jari kelingking di masukkan ke mulut
bayi melalui sudut mulut bayi atau dagu bayi ditekan ke bawah
b) Setelah bayi selesai menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian
dioleskan pada putting susu dan aerola, biarkan kering dengan
sendirinya
11) Menyendawakan bayi dengan :
a) Bayi digendong tegak dengan bersandar pada bahu ibu kemudian
punggung ditepuk perlahan-lahan atau
b) Bayi tidur tengkurap di pangkuan ibu, kemudian punggungnya di
tepuk perlahan-lahan.
12) Menganjurkan ibu agar menyusui bayinya setiap saat bayi
menginginkan (on demand).
(DepKes, 2009)
d. Tanda-Tanda Posisi Bayi Menyusu yang Benar
1) Tubuh bagian depan bayi menempel pada tubuh ibu
2) Dagu bayi menempel pada payudara ibu
3) Dada bayi menempel pada dada ibu yang berada di dasar payudara
(payudara bagian bawah)
4) Telinga bayi berada dalam satu garis dengan leher dan lengan bayi
5) Mulut bayi terbuka lebar dengan bibir bawah yang terbuka
6) Sebagian besar areola tidak tampak
7) Bayi menghisap dalam dan perlahan
8) Bayi puas dan tenang pada akhir menyusu
9) Terkadang terdengar suara bayi menelan
10) Puting susu tidak terasa sakit atau lecet
(Proverawati dan Rahmawati, 2010)

e. Tanda bahwa Bayi Mendapatkan ASI dalam Jumlah Cukup


1) Bayi akan terlihat puas setelah menyusu
2) Bayi terlihat sehat dan berat badannya naik setelah 2 minggu pertama (100-
200 gr setiap minggu)
3) Puting dan payudara tidak luka atau nyeri
4) Setelah beberapa hari menyusu, bayi akan buang air kecil 6-8 kali sehari
dan buang air besar berwarna kuning 2 kali sehari
5) Apabila selalu tidur dan tidak mau menyusui maka sebaiknya bayi
dibangunkan dan dirangsang untuk menyusui setiap 2-3 jam sekali setiap
harinya
(Proverawati dan Rahmawati, 2010)
DAFTAR PUSTAKA

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. 2013. Riset Kesehatan Dasar


(Riskesdas). Jakarta : Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2005. Petunjuk Pelaksanaan Peningkatan
ASI Eksklusif. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia
Departemen Kesehatan RI. 2009. Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan
Ibu dan Anak (PPWS-KIA). Jakarta : Depkes RI
Dinas Kesehatan Kabupaten Pati. 2014. Profil Kesehatan Kabupaten Pati. Pati :
DinKes Pati
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. 2013. Profil Kesehatan Provinsi Jawa
Tengah. Semarang : DinKes Jateng 2013
Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2014. Memerah dan Menyimpan Air Susu Ibu (ASI).
Diakses dari: http://spesialis1.ika.fk.unair.ac.id
Khasanah, Nur. 2011. ASI atau Susu Formula Ya? Panduan Lengkap Seputar ASI dan
Susu Formula: Jakarta: FlashBooks
Nirwana, Ade B. 2014. ASI & Susu Formula Kandungan Lengkap ASI dan Susu
Formula: Yogyakarta: Nuha Medika
Nurjanah. 2008. Implementasi Pasal Undang-undang No 13 Tahun 2003 Tentang Hak
Menyusui Pekerja Perempuan Selama Bekerja. Jurnal Promosi Kesehatan
Indonesia.
Prasetyono, Dwi Sunar. 2012. Buku Pintar ASI Eksklusif. Jogjakarta : DIVA Press
Proverawati, Atikah dan Eni Rahmawati. 2010. Kapita Selekta ASI dan Menyusui.
Yogyakarta : Nuha Medika

You might also like