You are on page 1of 5

Pengertian inflasi

Teori inflasi konvensional. Definisi secara umum, inflasi adalah kenaikan tingkat harga secara
umum dari barang atau komoditas dan jasa selama suatu periode tertentu.

Definisi inflasi menurut ahli ekonomi :

Raharja dan Manurung, inflasi adalah gejala kenaikan harga barang-barang yang bersifat umum
dan terus menerus.

Sukirno, inflasi adalah kenaikan dalam harga barang dan jasa yang terjadi karena permintaan
bertambah lebih besar dibandingkan dengan penawaran barang di pasar.

Dalam wikipedia, inflasi didefinisikan sebagai suatu proses meningkatkan harga-harga secara
umum dan terus-menerus (kontinu). Dengan kata lain inflasi juga merupakan proses menurunnya
nilai mata uang secara kontinu.

Jenis-jenis inflasi

1. inflasi berdasarkan tingkat keparahannya


a. moderate inflation
karakteristiknya adalah kenaikan tingkat yang lambat. Umumnya disebut sebagai
inflasi satu digit dengan karakteristik tingkat kenaikan harga yang lambat. Pada
tingkat inflasi seperti ini, orang masih mau memegang uang dan menyimpan
kekayaannya dalam bentuk uang dari pada dalam bentuk asset riil.
b. galloping inflation
inflasi pada tingkat ini terjadi pada tingkatan 20% sampai 200% pertahun. Pada
tingkat ini, orang hanya mau memegang uang seperlunya saja, sedangkan kekayaan
disimpan dalam bentuk asset riil seperti rumah, tanah, dan lain-lain. Pasar uang akan
penyusutan dan pendanaan akan dialokasikan melalui cara-cara selain dari tingkat
bunga dan orang hanya akan mau memberi pinjaman dengan tingkat bunga yang
sangat tinggi. Kondisi ekonomi seperti ini cenderung mengalami gangguan karena
orang akan lebih senang berinvestasi diluar negeri dari pada didalam negeri (capital
outflow)
c. hyper inflation
inflasi jenis ini terjadi pada tingkatan yang sangat tinggi yaitu jutaan sampai triliun
persen pertahun. Walaupun sepertinya banyak pemerintahan yang perekonomiannya
dapat bertahan menghadapi galloping inflation, namun tidak pernah ada pemerintahan
yang dapat bertahan menghadapi inflasi jenis ketiga ini. Contohnya, Weimar
Republic di Jerman ada tahun 1920-an
2. Inflasi berdasarkan besar kecilnya

a. Inflasi ringan (inflasi dibawah 10%)


b. Inflasi sedang (antara 10% sampai 30%)

c. Inflasi berat (antara 30% sampai 100%)

d. Hiperinflasi (diatas 100%)

3. Inflasi berdasarkan sumber inflasi

a. Inflasi karena tarikan permintaan (demand pull inflation) yaitu kenaikan harga-harga
karena tingginya permintaan sementara barang tidak tersedia sehingga harga naik.

b. Inflasi dorongan biaya (cost push inflation) yaitu inflasi karena biaya atau harga faktor
produksi (seperti upah buruh) meningkat sehingga produsen harus menaikkan harga
supaya mendapatkan laba dan produksi bisa berlangsung terus.

4. Inflasi berdasarkan asal inflasi

a. Inflasi bersumber domestik (domestic inflation) yaitu inflasi yang berasal dari dalam
negeri. Misalnya permintaan meningkatkan barang, maka terjadi demand pull inflation
yang bersumber dari dalam negeri.

b. Inflasi bersumber luar negeri (foreign atau imported inflation) yaitu inflasi yang
bersumber dari luar negeri. Misalnya terjadi lonjakan permintaan ekspor secara terus-
menerus, maka terjadi demand pull inflation yang bersumber dari luar negeri.

5. Inflasi berdasarkan harapan masyarakat

a. Inflasi harapan (expected inflation) yaitu besar inflasi yang diharapkan atau
diperkirakan akan terjadi. Misalnya bila inflasi dari tahun 2001 sampai 2006 konstan
sebesar 6%, kemudian anda ditanya berapa perkiraan anda mengenai besarnya inflasi
tahun 2007, maka tentunya anda akan menjawab 6%.

b. Inflasi bukan harapan (unexpected inflation) yaitu inflasi tidak diperkirakan akan
terjadi. Misalnya, anda memperkirakan inflasi tahun 2007 sebesar 6%. Kemungkinan
besar, inflasi tahun 2007 menyimpang dari 6%. Inflasi jenis ini bisa memberikan
kejutan pada perilaku para pelaku ekonomi dan berdampak pada ekonomi secara
mendasar.

Cara menghitung inflasi

Ada 3 cara untuk menghitung atau mengukur inflasi, yaitu dengan indeks harga konsumen
(IHK), deflator produk domestik bruto (PDB) dan indeks harga produsen (IHP).
a. Indeks Harga Konsumen (IHK)

Indeks Harga Konsumen (IHK) adalah angka indeks yang menunjukkan tingkat harga
barang dan jasa yang harus dibeli konsumen dalam satu periode tertentu. angka IHK
diperoleh dengan menghitung harga harga barang dan jasa utama yang dikonsumsi
masyarakat dalam satu periode tertentu.masing-masing harga barang dan jasa tersebut
diberi bobot berdasarkan tingkat keutamaannya. Perhatikan table berikut:

Indeks harga konsumen (IHK) Gabunggn 27 Kota Di Indonesia, 1994-1998 (April 1998-
Maret 1989=100)

Akhir Periode IHK Perubahan IHK(%)


1994 1963,17 9,60
1995 177,83 8,98
1996 189,62 6,83
1997 211,62 11,60
1998 375,89 77,63
Sumber: diolah dari Statistik ekonomi dan keunggulan keuangan Indonesia (Bank
Indonesia).

Tabel diatas menyatakan bahwa titik awal perhitungan angka IHK adalah April 1998
Maret 1989, dengan angka 100. Jika angka IHK makin besar, maka telah terjadi Inflasi,
Misalnya, angka IHK akhir periode 1994 adalah 163,17 menunjukkan selama 1989-1994
telah terjadi inflasi. Angka perubahan IHK (kolom3) adalah angka inflasi per tahun.
Misalnya, IHK 1995 177,83, angka perubahan inflasi IHK-nya 8,98%. Berarti selama
periode 1994-1995 telah terjadi inflasi sebesar 8,89 % diperoleh dengan menggunakan
rumus perhitungan di bawah ini.

Rumus :

Inflasi = (IHK-IHK-1) X 100%

IHK-1

b. Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB)

Jika IHK melihat inflasi dari sisi konsumen, maka Indeks Harga Perdagangan Besar
(IHPB) melihat inflasi dari sisi produsen. Oleh karena itu IHPB sering disebut sebagai
Indeks Harga Produsen. IHPB menunjukkan tingkat harga yang diterima produsen pada
berbagai tingkat produsen.
Indeks harga perdagangan besar (IHPB) 1995-1998 (1983=100)

Akhir Periode IHPB Perubahan IHPB (%)


1995 240 11,62
1996 259 7,92
1997 282 8,88
1998 568 101,42

Prinsip menghitung inflasi berdasarkan data IHPB adalah sama dengan cara berdasarkan
IHK.

Inflasi = (IHPB-IHPB-1) X 100%

IHPB-1

c. Indeks Harga Implisit (GDP Deflator)

Walaupun sangat bermanfaat, IHK dan IHPB memberikan gambaran laju inflasi yang
terbatas. Sebab, dilihat dari metode perhitungannya, kedua indicator tersebut hanya
melingkupi beberapa puluh atau mungkin ratus jenis barang dan jasa, di beberapa puluh
kota saja. Padahal dalam kenyataannya, jenis barang dan jasa yang diproduksi atau
dikonsumsi dalam sebuah perekonomian dapat mencapai ribuan, pulhan ribu bahkan
mungkin ratusan ribu jenis. Kegiatan ekonomi juga terjadi tidak hanya dibeberapa kota
saja melainkan seluruh pelosok wilayah. Untuk mendapatkan gambaran inflasi yang
paling mewakili keadaan sebenarnya, ekonom menggunakan indeks harga implisit,
disingkat IHI.

Angka deflator ini terlah diperkenalkan dalam pembahasan Produk Domestik Bruto
berdasarkan harga berlaku dan konstan sama halnya dengan dua indicator sebelumnya,
perhitungan inflasi berdasarkan IHI dilakukan dengan menghitung terubahan angka
indeks.

Inflasi = (IHH-IHH-1) X100

IHH-1

Indeks harga inflasi (IHI) 1990-1996 (1990=100)

Akhir Periode IHI Perubahan (%)


1990 100 9,05
1991 108,70 8,70
1992 116,7 7,36
1993 139 19,10
1994 149,9 7,84
1995 163,9 9,34
1996 177,8 8,84

d. Alternatif dari indeks harga Implisit


Mungkin saja terjadi pada saat ingin menghitung inflasi dengan menggunakan IHI tidak
dapat dilakukan karena tidak memiliki data IHI. Hal ini bisa diatasi, sebab prinsip dasar
perhitungan inflasi berdasarkan deflator PDB (GDP deflator) adalah membandingkan
tingkat pertumbuhan ekonomi nominal dengan pertumbuhan ekonomi riil. Dengan kata
lain, pertumbuhan ekonomi nominal dengan pertumbuhan ekonomi riil. Selisih keduanya
merupakan tingkat inflasi. Dengan kata lain, pertumbuhan ekonomi nominal sama dengan
pertumbuhan ekonomi riil ditambah dengan tingkat inflasi, atau
Inflasi = pertumbuhan nominal-pertumbuhan riil.

You might also like