You are on page 1of 6

REFLEKSI KASUS

Kekerasan dalam Rumah Tangga

Disusun untuk Memenuhi Sebagian Syarat dalam Mengikuti Ujian Profesi


Program Pendidikan Klinik Stase Ilmu Kedokteran Jiwa
Di RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri

Oleh:
Indah Noormala Santi
14711172

Pembimbing:
Prof. Dr. dr. H. Soewadi, MPH, PhD, Sp.KJ (K)
FORM REFLEKSI KASUS
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
______________________________________________________________________________
Nama Dokter Muda : Indah Noormala Santi NIM: 14711172
Stase : Ilmu Kesehatan Jiwa

Identitas Pasien
Nama / Inisial : Ny. S No RM : 621***
Umur : 39 th Jenis kelamin : Perempuan
Diagnosis/ kasus : KDRT
Pengambilan kasus : Minggu ke-3 (tiga)
Jenis Refleksi:
1. Ke-Islaman
2. Medikolegal
Form uraian
1. Resume kasus yang diambil:
Seorang perempuan datang bersama ibu kandungnya ke poli jiwa di RSUD Wonogiri
dengan keluhan marah-marah dan mengamuk dirumah. Menurut ibu pasien, keluhan sudah
dirasakan sejak 1 minggu ini. Pasien selalu marah-marah tanpa alasan yang jelas, dan tidak
mau beraktivitas seperti memasak, mencuci, dan menyapu. Pasien membanting barang-
barang yang ada dirumahnya. Selain itu, setiap hari pasien memarahi ibu nya tanpa alasan
yang jelas. Pada saat dibawa kerumah sakit, pasien tidak mau turun dari kendaraannya dan
mengatakan dirinya tidak sakit.
Saat ditanya kenapa alasan pasien mengamuk, pasien mengatakan dirinya tidak apa-apa
dan tidak pernah marah. Pasien mengatakan ibunya berbohong. Selain itu pasien mengatakan
“saya bergolongan darah AB, orang yang golongan darah AB itu tidak pernah marah”. Oleh
karena itu, oleh dokter jiwa pasien dirawat di bangsal jiwa.
3 hari setelah pasien dirawat inap, akhirnya pasien mengaku alasan ia marah-marah karena
ia ingin bercerai dengan suaminya. Pasien mengatakan dulu pernah dipukul oleh suaminya,
dan hal tersebut membuat pasien ketakutan dan trauma akan kejadian tersebut. Tetapi disisi
lain menurut keterangan dari pihak suami, pasien sedang dekat dengan lelaki lain yang ia
sukai ketika mereka belum menikah. Kecemburuan sang suami tersebut lah yang membuat
dirinya marah dan khilaf memukul sang istri.
KU : Sedang, compos mentis
Vital Sign : Tekanan darah : 127/89 mmHg
Nadi : 88 x/menit
Respirasi : 20 x/menit
Suhu : 36,5 oC
Mata : Conjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Leher : Pembesaran KGB (-)
Thorax : Cor / pulmo d.b.n., SDV +/+
Abdomen : timpani (+), nyeri tekan (-), peristaltic 15x/menit
Ekstremitas : akral hangat, crt <2 dtk
Laboratorium darah :
Hb : 12,8 g/dl
AE : 4,41 juta/µl
AL : 15,9 ribu/µl
AT : 234 ribu/µl
GDS : 88 mg/dl
Ureum : 25 mg/dl
Kreatinin : 0,96 mg.dl
SGOT : 19 u/l
SGPT : 16u/l

2. Latar belakang / alasan ketertarikan pemilihan kasus:


Kekerasan dalam rumah tangga atau yang disingkat dengan KDRT merupakan tindakan
kekerasan yang dilakukan dalam rumah tangga, baik itu oleh suami ataupun istri yang
menyebabkan penderitaan secara fisik, seksual, psikologis, kesengsaraan dan penelantaran
rumah tangga. Adapun apabila dirinci satu-persatu yang termasuk KDRT diantaranya pertama
kekerasan fisik berupa menampar, memukul, menjambak, menendang dan lain sebagainya.
Kedua, kekerasan psikologis/emosional berupa perbuatan yang membuat lawan pasangannya
menjadi ketakutan, hilang rasa pecaya diri, rasa tidak berdaya dan penderitaan psikis berat.
Ketiga yaitu kekerasan seksual, meliputi menjauhkan pasangan dari kebutuhan batinnya,
memaksa hubungan seksual, memaksa selera seksual sendiri dan tidak memperhatikan
kepuasan hubungannya. Keempat yaitu kekerasan ekonomi, dimana berupa penelantaran
pasangannya dalam lingkup rumah tangga seperti contohnya tidak memberi nafkah istri, atau
bahkan menghabiskan uang istrinya.

Dalam kasus ini sang suami bercerita bahwa ia sibuk berkerja di luar kota yang
menyebabkan ia pulang kerumah hanya beberapa hari dalam 1 bulan. Hal tersebut
menyebabkan sang istri menjadi merasa jarang diperhatikan oleh suami. Oleh karena itu, sang
istri dekat dengan lelaki dan sering berkomunikasi melalui handphonenya atau bahkan
menemuinya secara langsung. Begitu mengetahui hal tersebut sang suami merasa cemburu dan
marah besar. Akhirnya tanpa sadar sang suami memukul istrinya, dan membuat sang istri
menjadi ketakutan dan trauma. Sang istri menjadi semakin benci dan ingin meminta cerai.
Akan tetapi disatu sisi, sang suami pada awalnya hanya bermaksud untuk tegas, agar sang istri
tidak lagi mendekati dan menemui lelaki tersebut.

Menurut saya kasus ini merupakan kasus yang menarik untuk direfleksikan karena dalam
agama Islam sudah terdapat aturan yang mengatur urusan dalam rumah tangga yang sakinah,
mawahdah, dan warahmah dan kwajiban antara setiap istri dan suami. Sehingga dengan
demikian kita perlu mengetahuinya untuk belajar menjadi insan yang lebih baik lagi.

3. Refleksi dari ke-Islaman:


Di dalam ajaran Islam tidak mengajarkan adanya kekerasan dalam rumah tangga, justru Islam
secara keras untuk melarang terjadinya kekerasan dalam rumah tangga. Didalam surat An-Nisa ayat 34
telah disebutkan bahwa:

ُ‫الر َجال‬
ِّ ‫ون‬
َُ ‫ِّسا ُِّء َعلَى َق َّوام‬
َ ‫ما الن‬ َّ ‫م ال َّلهُ َف‬ َ ُْ ‫ِّم‬
َ ‫ل ِّب‬
َُ ‫ض‬ ُْ ‫ضه‬
َ ‫ما بَ ْعضُ َعلَىُ َب ْع‬
َ ‫ن أ ْن َفقوا َو ِّب‬
ُ‫م‬ َ ُ َ ‫ون َواللَّاتِّي ُۚال َّلهُ َحف‬
ْ ‫م َوال ِِّّه‬
ْ ‫صال َِّحاتُ ُۚأ‬َّ ‫ِّظاتُ َقا ِّن َتاتُ َفال‬
َ ‫ب َحاف‬ُِّ ْ‫ْغي‬
َ ‫ما ِّلل‬
َ ‫ِّظ ِّب‬ َُ ‫ن َت َخاف‬ َُّ ‫وزه‬ َ ‫نش‬
َُّ ‫ن َفعِّ ظوه‬
‫ن‬ َُّ ‫هجروه‬ ْ ‫ع فِّي َوا‬
ُِّ ‫اج‬ ِّ ‫ض‬َ ‫ْم‬
َ ‫ن ال‬َُّ ‫اض ِّربوه‬
ْ ‫ُۖو‬
َ ‫ن‬ ُْ ِّ‫م َفإ‬ ُْ ‫ن َتبْغوا َفلَا أَ َط ْع َنك‬ َُّ ‫ُۗس ِّبيلًا َعلَيْ ِّه‬
َ ‫ن‬ َُّ ِّ‫إ‬

ُ‫ان ال َّل َه‬


َُ َ‫يرا َع ِّليًّا ك‬
ً ‫كَ ِّب‬

Artinya yaitu “Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah
telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena
mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang
saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena
Allah telah memelihara (mereka). Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka
nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka.
Kemudian jika mereka mentaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk
menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.”
Dari ayat tersebut telah menjelaskan bahwa seorang laki-laki telah di anugrahi hal yang
lebih dibandingkan dengan kaum wanita, dimana yang dimaksud adalah kelebihan dalam hal akal,
ilmu dan fisik. Oleh karena itu, sudah selayaknya seorang suami merupakan pemimpin dan
seorang kepala keluarga dalam rumah tangganya. Seorang suamilah yang bertugas untuk mencari
nafkah bagi keluarganya, sementara sang istri pun berkewajiban untuk menjaga apa yang menjadi
kewajibannya ketika sang suami sedang tidak ada, diantaranya yaitu seperti menjaga diri,
kehormatan, anak-anak, rumah dan menjaga hartanya. Disebutkan pula bahwa apabila seorang
wanita melakukan nusyuz atau tidak mematuhi suaminya atau membangkakn kepada suaminya,
maka berhaklah seorang suami untuk menasihati atau menghukum istrinya. Adapun caranya
apabila istri melakukan pembangkanngan, yang pertama dilakukan adalah memberikan nasihat
kepada istrinya. Apabila nasihat tersebut tidak mempan, maka dilanjutkan dengan pemboikotan
atau pengabaian. Pengabaian yang dimaksud yaitu tidak mengajaknya bicara dan memberikan
punggungnya ketika hendak tidur di ranjang yang sama, serta tidak melakukan hubungan intim
hingga sang istri kembali taat kepada suaminya. Cara ketiga apabila tidak mempan, yaitu pukullah
istri tersebut dengan catatan memberikan pukulan yang tidak menimbulkan bekas, tidak melukai,
dan tidak mencederai anggota tubuh. Adapun apabila sang istri sudah taat kepada suaminya,
jangan lah suami tersebut mencari-cari alasan untuk melukai istrinya.
Adapun dalam hadis riwayat muslim bahwa Rasulullah SAW. Pernah menyampaikan
bahwa “Bertaqwalah kepada Allah terkait hak istri-istri kalian. Kalian mengambil mereka
dengan amanah dari Allah, dan kalian halal berhubungan dengan mereka karena Allah halalkan
melalui akad. Hak kalian yang menjadi kewajiban mereka, mereka tidak boleh memasukkan lelaki
ke rumah. Jika mereka melanggarnya, pukullah mereka dengan pukulan yang tidak menyakitkan.
Sementara mereka punya hak disediakan makanan dan pakaian dengan cara yang wajar, yang
menjadi kewajiban mereka. (HR. Muslim).”
Dengan demikian sudah sepantasnya seorang istri patuh kepada suaminya dan menjaga
martabatnya. Seperti dalam kasus tersebut, sang istri telah membangkang kepada suaminya. Oleh
karena itu, berhak lah sang suami untuk menghukumnya dan menasihati istrinya. Akan tetapi cara
untuk menasihati sang istri dilakukan dengan syariat islam, tidak memukul yang menyebabkan
istrinya terluka baik secara fisik maupun psikologis.
4. Refleksi dari Medikolegal :
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No.23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan
Kekerasan Dalam Rumah Tangga, dalam Bab 1 Pasal 1 menjelaskan bahwa “Kekerasan dalam
Rumah Tangga adalah setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan, yang berakibat
timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis, dan/atau penelantaran
rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan
kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga.”. Dalam pasal 5 telah
disebutkan secara detail bahwa kekerasan tersebut dapat berupa: a. kekerasan fisik; b. kekerasan
psikis; c. kekerasan seksual; atau d. penelantaran rumah tangga.

Selanjutnya pada UU Republik Indonesia No.23 tahun 2004 tersebut pada pasal 16
menyebutkan bahwa korban yang telah melaporkan adanya KDRT tersebut akan
mendapatkan perlindungan sementara 1x24 jam dan paling lama diberikan 7x24 jam.
Selanjutnya pada pasa 27 dijelaskan bahwa: (1). Korban, kepolisian atau relawan pendamping
dapat mengajukan laporan secara tertulis tentang adanya dugaan pelanggaran terhadap perintah
perlindungan. (2) Dalam hal pengadilan mendapatkan laporan tertulis sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), pelaku diperintahkan menghadap dalam waktu 3 x 24 (tiga kali dua puluh empat)
jam guna dilakukan pemeriksaan. (3) Pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dilakukan oleh pengadilan di tempat pelaku pernah tinggal bersama korban pada waktu
pelanggaran diduga terjadi.

Umpan balik dari pembimbing

Klaten, 3 Mei 2019


TTD Dokter Penguji TTD Dokter Muda

Prof. Dr. dr. H. Soewadi, MPH, PhD, Sp.KJ (K) Indah Noormala Santi

You might also like