You are on page 1of 7

SURAT KEPUTUSAN KEPALA RUMAH SAKIT PERTAMEDIKA TARAKAN

NOMOR HK. 61 / / / RSP.Cbn-2017

TENTANG

KEBIJAKAN PELAYANAN INSTALASI FARMASI


DI RUMAH SAKIT PERTAMEDIKA TARAKAN

KEPALA RUMAH SAKIT PERTAMEDIKA TARAKAN


Menimbang :a. Bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit
Pertamedika Tarakan, maka diperlukan penyelenggaraan pelayanan
Instalasi Farmasi yang bermutu tinggi;
b. bahwa agar pelayanan Instalasi Farmasi di Rumah Sakit Pertamedika
Tarakan dapat terlaksana dengan baik, perlu adanya Kebijakan
Kepala Rumah Sakit Pertamedika Tarakan sebagai landasan bagi
penyelenggaraan pelayanan Instalasi Farmasi di Rumah Sakit
Pertamedika Tarakan;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam a
dan b, perlu ditetapkan dengan Keputusan Kepala Rumah Sakit
Pertamedika Tarakan.

Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tentang


Rumah Sakit
2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tentang
Pekerjaan Kefarmasian
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 72 Tahun
2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasi di Rumah Sakit
4. Akta Pendirian PT Rumah Sakit pelabuhan nomor 2 tanggal 1 Mei
1999 yang di buat oleh dan dihadapan Ny. Nelly Elsye Tahamata, SH,
Notaris di Jakarta , sebagaimana telah dirubah dengan akta nomor 52
tanggal 11 Agustus 2008 dan perubahan Akta terakhir nomor 17
tanggal 2 Desember 2015 yang ketujuh belas – tujuh belasnya di
buat oleh dan dihadapan Herdimansyah Chaidirsyah, SH, notaris di
Jakarta;

5. Surat Keputusan Direksi PT. Rumah Sakit Pelabuhan Nomor HK. 61/
1/ 12/ PT RSP- 2014 tanggal 29 Oktober 2014 Tentang Organisasi
dan Tata Kerja Manajemen PT Rumah Sakit Pelabuhan;

6. Surat Keputusan Direksi PT. Rumah Sakit Pelabuhan Nomor KT.46/ I


/ 8 / PT.RSP–2012 tanggal 2 November 2012 Tentang Pengangkatan
Kepala Rumah Sakit, Manager Bapel JPKM atau Corporate Secretary
di Lingkungan PT. Rumah Sakit Pelabuhan

7. Surat Keputusan Direksi PT.Rumah Sakit Pelabuhan Nomor HK.61/


1 / 13 /PT.RSP-2015 tanggal 29 September 2015 Tentang Visi, Misi,
Tata Nilai dan Motto PT. Rumah Sakit Pelabuhan.
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA RUMAH SAKIT PERTAMEDIKA TARAKAN TENTANG
KEBIJAKAN PELAYANAN INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT
PERTAMEDIKA TARAKAN

Pertama : Kebijakan pelayanan Instalasi Farmasi Rumah Sakit Pertamedika


Tarakan sebagaimana tercantum dalam lampiran keputusan ini.

Kedua : Kebijakan pelayanan Instalasi Farmasi Rumah Sakit Pertamedika


Tarakan sebagaimana dimaksud dalam diktum kedua harus dijadikan
acuan dalam menyelenggarakan pelayanan Instalasi Farmasi Rumah
Sakit Pertamedika Tarakan

Ketiga : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya, dan apabila


dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam penetapan ini akan
diadakan perbaikan sebagaimana mestinya

Ditetapkan di : Tarakan
Pada tanggal :
--------------------------------------------
RUMAH SAKIT PERTAMEDIKA TARAKAN
DIREKTUR,

Ary Setyo Nugroho

Lampiran: Surat Keputusan Kepala Rumah Sakit


Pertamedika Tarakan
-----------------------------------------------
Nomor :
Tanggal :

KEBIJAKAN PELAYANAN INSTALASI FARMASI


RUMAH SAKIT PERTAMEDIKA TARAKAN

1. Pelayanan kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab


kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai
hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien.
2. Standar Pelayanan Kefarmasi meliputi:
a. Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, Bahan Medis Habis Pakai
b. Pelayanan Farmasi Klinik
3. Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, Bahan Medis Habis Pakai meliputi:
pemilihan, perencanaan kebutuhan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan,
pendistribusian, pemusnahan dan penarikan, pengendalian, administrasi.
4. Pelayanan Farmasi Klinik meliputi: pengkajian dan pelayanan resep, penelusuran
riwayat penggunaan obat, rekonsiliasi obat, pelayanan informasi obat, konseling,
visite, pemantauan terapi obat.
5. Instalasi Farmasi bertanggung jawab terhadap semua sediaan farmasi / perbekalan
farmasi yang beredar di rumah sakit. Sediaan farmasi / perbekalan farmasi terdiri
dari obat, bahan obat, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai.
6. Instalasi Farmasi dipimpin oleh Apoteker sebagai penanggung jawab dan telah
memiliki Surat Tanda Registrasi Apoteker dan Surat Izin Kerja/Surat Izin Praktek
Apoteker dengan jabatan Manager.
7. Manager Farmasi bertanggung jawab terhadap segala aspek hukum dan peraturan-
peraturan farmasi baik terhadap administrasi sediaan farmasi dan pengawasan
distribusi.
8. Mengenai pelaksanaan pekerjaan kefarmasian dalam distribusi atau penyaluran
sediaan Farmasi, Manager sebagai penanggung jawab dapat dibantu oleh Apoteker
fungsional dan/atau Tenaga Teknis Kefarmasian.

9. Penyediaan obat dan bahan medis habis pakai didasarkan pada Formularium Obat PT.
Rumah Sakit Pelabuhan. Formularium PT. Rumah Sakit Pertamedika Tarakan disusun
berdasarkan kebutuhan dan usulan masing-masing cabang PT. Rumah Sakit
Pertamedika Tarakan, Formularium Nasional dan peraturan perundangan yang
berlaku.
10. Pengadaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai
berdasarkan kriteria mutu, keamanan, dan khasiat obat sesuai dengan ketentuan
yang berlaku dan pengadaan dari distributor resmi.
11. Bila sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai tidak tersedia
dalam stok maka Instalasi Farmasi menginformasikan kepada dokter penulis resep,
dan apabila tidak tersedia pengganti maka Instalasi Farmasi mengadakan melalui
distributor atau apotek yang sudah bekerjasama.
12. Penyimpanan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai sesuai
prosedur penyimpanan dan aman.
13. Pengelolaan bahan berbahaya, obat narkotika dan psikotropika dilakukan sesuai
peraturan perundangan yang berlaku.
14. Obat-obat High Alert (termasuk elektrolit pekat) tetap disimpan di Instalasi Farmasi
kecuali untuk ICU, Kamar Operasi, IGD dan ruang Hemodialisa dapat menyimpan
obat tersebut. Penyimpanan obat harus terpisah dari obat yang lain dan diberi
penandaan HIGH ALERT dan NORUM. Penyiapan dan pemberian obat HIGH ALERT
dilakukan dengan double cross cek.
15. Penyimpanan produk nutrisi, obat dan bahan radiokatif dilakukan sesuai prosedur.
16. Obat yang dibawa pasien dari rumah dipisahkan dari obat-obat yang digunakan di
rumah sakit dan disimpan dikotak obat khusus. Apabila obat tersebut digunakan
selama rawat inap maka obat disiapkan oleh petugas farmasi.
17. Obat yang merupakan bantuan atau program pemerintah disimpan terpisah dan
dimasukkan dalam catatan inventory gudang sedangkan penggunaannya dicatat
sebagai pengeluaran farmasi.
18. Obat yang digunakan untuk penelitian disimpan terpisah dan dilakukan pencatatan
khusus obat penelitian.
19. Obat-obat Emergenci disimpan dalam box emergensi di Ruang Instalasi Rawat Jalan
meliputi Klinik Umum, Klinik Gigi, Klinik Spesialis, dan Instalasi Rawat Inap termasuk
ICU, Kamar Operasi, IGD, ruang HD lama dan HD baru, Laboratorium, Radiologi serta
Klinik Pratama, dimonitoring oleh petugas farmasi setiap 1 bulan sekali. Tempat
penyimpanan obat tersebut harus dipisahkan dengan obat-obat lain dan harus
terkunci. Tempat penyimpanan alkes emergensi terdapat di IGD, ICU, OK, Klinik
Spesialis, Klinik Umum (untuk area Klinik Umum, Klinik Gigi, Laboratorium,
Fisioterapi), ruang Nahkoda (untuk area Nahkoda dan Kamar Bersalin), Ruang
Kemudi (untuk area Kemudi-stroke dan HD), Ruang Mualim (untuk area Mualim dan
Haluan), ruang HD baru dan Ruang Radiologi.
20. Penggantian obat emergensi yang terpakai dan penguncian box emergensi dilakukan
oleh petugas farmasi setelah mendapat laporan pemakaian obat emergensi dari
ruangan.
21. Untuk penggunaan obat High Alert pada kondisi emergensi, obat dapat disimpan pada
box emergensi dengan tata cara penyimpanan dan penandaan sesuai ketentuan obat
high alert.
22. Penarikan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai (recall)
internal dari unit dilakukan 3 bulan sebelum tanggal kadaluarsa. Kemudian
dikembalikan ke distributor sesuai ketentuan yang berlaku atau direkomendasikan
kepada dokter untuk diresepkan. Recall external yaitu penarikan obat oleh distributor
atau pemerintah dikarenakan sesuatu kondisi tertentu.
23. Sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai yang kadaluarsa,
rusak dan tidak layak pakai dilaporkan dan dimusnahkan sesuai ketentuan yang
berlaku.
24. Peresepan/permintaan obat harus berasal dari dokter umum, dokter spesialis, dan
dokter gigi yang memiliki Surat Izin Praktek di Rumah Sakit Pertamedika tarakan.
Resep harus memenuhi kaidah resep yang baik benar dan tulisan terbaca dengan
jelas.
25. Kelengkapan resep paling sedikit meliputi:
a. Identitas pasien akurat (dengan stiker)
b. Penulisan resep harus jelas terbaca
c. Persyaratan administrasi resep : Nama dokter, nama obat, jumlah, instruksi
pengobatan, informasi alergi, tanggal resep, nomor Rekam Medis
d. Resep harus ditulis menggunakan nama generik untuk pasien JKN-KISS, dan
Jamkesda. Untuk pasien tagihan perusahaan, asuransi lain dan umum tunai
dapat dituliskan nama paten atau generik.
e. Apabila obat hanya digunakan pada kondisi/gejala tertentu maka harus dituliskan
PRN (pro renata) dengan ditambahkan kondisi/gejala tersebut. Atau apabila ada
intruksi khusus lain harus dituliskan secara jelas pada instruksi pengobatan.
f. Penulisan resep untuk anak-anak, lansia, dan populasi khusus sejenis harus
mencantumkan berat badan.
g. Untuk instruksi pemberian infus harus dituliskan kecepatan pemberian larutan
infus.
h. Intruksi penanganan obat/resep khusus seperti cito,emegensi, automatic stop
order, dosis titrasi, dosis tapering, rentang dosis harus dituliskan secara jelas
pada intruksi pemberian obat.

26. Permintaan narkotika ditulis dokter atau dokter yang berwenang dengan
mencantumkan nomor Surat Izin Praktek (SIP) dan alamat lengkap.
27. Penyaluran obat-obatan dan alat medis ke ruang rawat inap dilakukan oleh Instalasi
Farmasi dengan sistem satu pintu.
28. Instalasi Farmasi menyiapkan kebutuhan bahan medis habis pakai floor stok di
ruangan sesuai kebutuhan, dan mengganti kembali barang yang dipakai oleh pasien
setelah data dimasukkan ke komputer.
29. Penyiapan obat pasien rawat inap
Obat disiapkan dan diserahkan dalam lingkungan yang aman dan bersih.
Pencampuran obat intravena serta pengemasan kembali obat suntik dilakukan dalam
ruang bersih dan petugas yang terlatih.
a. Obat disiapkan dalam bentuk unit dosis dispensing (UDD) untuk kebutuhan 1
x pemakaian
b. Obat yang dikembalikan adalah berasal dari Instalasi Farmasi yang masih
dalam keadaan utuh.
c. Obat/alkes yang dibeli keluar tidak dapat dikembalikan.
30. Obat pasien rawat inap diserahkan oleh petugas farmasi kepada perawat di ruangan
dengan disertai serah terima obat dengan waktu pemberian yang telah ditetapkan
oleh petugas farmasi.
31. Obat pasien rawat inap dapat dikembalikan jika alergi atau meninggal dunia atau hal
lain dengan persetujuan dokter. Obat pasien rawat jalan tidak dapat dikembalikan
kecuali jika terjadi reaksi alergi atau hal lain dengan persetujuan dokter.
32. Obat yang telah dikeluarkan dari wadah aslinya diberi label yang mencantumkan
nama obat, dosis, tanggal penyiapan, tanggal kadaluarsa, nama pasien, tanggal lahir
pasien dan no rekam medis pasien
33. Obat pasien rawat jalan diserahkan oleh Apoteker atau Tenaga Teknis Kefarmasian
yang telah memiliki sertifikat kompetensi.
34. Penerimaan obat / alkes dari logistik farmasi dengan kadaluarsa paling lambat satu
tahun hanya untuk obat-obat yang digolongkan “ cito “ dan segera pakai.
35. Tidak menyediakan alkohol 70% dijual bebas.
36. Tidak menyediakan susu formula untuk bayi.
37. Memberikan pelayanan selama 24 jam terus menerus ke seluruh unit kerja terkait
seperti IGD, Rawat Inap, Rawat Jalan, dan Rawat Intensif.
38. Panitia Farmasi dan Terapi beserta Instalasi Farmasi akan mengatur dan
mengevaluasi penggunaan obat, penambahan dan pengurangan sediaan farmasi yang
ada di Rumah Sakit Pertamedika Tarakan untuk kemudian dilaporkan kepada
direktur Rumah Sakit dan Tim Standarisasi Rumah Sakit Pertamedika Tarakan

39. Kebijakan formularium:


a. Formularium yang berlaku di Rumah Sakit Pertamedika Tarakan adalah
Formularium PT. Pertamedika Tarakan yang terdiri dari Formularium Obat metoo
dan Original, obat generik, dan bahan medis habis pakai.
b. Prosedur pemesanan sesuai ketentuan yang berlaku
c. Formularium obat di evaluasi setelah 6 bulan.
d. Perbandingan obat original 10%, metoo 40%, generik 50%.
40. Rumah sakit mengidentifikasi daftar singkatan yang tidak boleh digunakan di Instalasi
Farmasi.
41. Penggunaan antibiotik harus dilakukan secara tepat dan rasional. Penggunaan
antibiotik profilaksis hanya digunakan untuk mencegah manifestasi klinik infeksi.
42. Apabila terjadi Insiden Keselamatan Pasien segera catat dan laporkan menurut
ketentuan yang berlaku ke Tim KPRS.
43. Apabila terjadi efek samping obat atau efek yang tidak diharapkan dari obat segera di
laporkan kepada Dokter penanggung jawab pasien dan Apoteker. Catat dalam
dokumen rekam medis pasien, dilakukan monitoring dan dokumentasi.
44. Manager Farmasi membuat pencatatan dan pelaporan, monitoring, evaluasi dan
analisa indikator mutu pelayanan di Instalasi Farmasi.

RUMAH SAKIT PERTAMEDIKA TARAKAN


DIREKTUR,

ARY SETYO NUGROHO

You might also like