Professional Documents
Culture Documents
Hematuria adalah adanya darah dalam urin; lebih dari tiga sel darah merah
(RBC) per lapang pandang besar mikroskopis (HPF) bernilai signifikan. Pasien-
pasien dengan gross hematuria atau hematuria makroskopis biasanya merasa takut
akan adanya darah dengan onset tiba-tiba didalam urin dan seringkali datang ke
departemen kegawatdaruratan untuk evaluasi, takut bahwa mereka mungkin akan
mengalami perdarahan secara berlebihan. Hematuria derajat berapapun tidak
pernah boleh diabaikan dan pada orang dewasa harus dianggap sebagai gejala
keganasan urologi hingga terbukti sebaliknya. Dalam mengevaluasi hematuria,
beberapa pertanyaan harus selalu ditanyakan, dan jawabannya akan
memungkinkan ahli urologi untuk menargetkan evaluasi diagnostik selanjutnya
secara efisien.
Apakah hematuria bersifat makroskopis atau mikroskopis?
Pada waktu kapan hematuria terjadi (awal atau akhir pancaran atau selama
keseluruhan pancaran)?
Apakah hematuria berkaitan dengan nyeri?
Apakah pasien mengeluarkan bekuan darah?
Jika pasien mengeluarkan bekuan darah, apakah bekuan memiliki bentuk yang
spesifik?
Hematospermia
Hematospermia mengacu pada adanya darah dalam cairan seminalis. Ini
hampir selalu terjadi akibat inflamasi nonspesifik pada prostat dan/atau vesikula
seminalis dan membaik secara spontan., biasanya dalam waktu beberapa minggu.
Kelainan ini seringkali terjadi setelah periode tidak adanya hubungan seksual
sama sekali dalam jangka panjang, dan kami telah mengamatinya beberapa kali
lipat lebih sering pada pria yang istrinya berada pada minggu terakhir kehamilan.
Pasien-pasien dengan hematospermia yang tetap ada selama melebihi beberapa
minggu harus menjalani evaluasi urologi lebih lanjut karena, meskipun jarang,
etiologi yang mendasari akan diidentifikasi. Pemeriksaan genitalia dan rektal
harus dilakukan untuk mengeksklusikan adanya tuberkulosis, antigen spesifik
prostat (PSA) dan pemeriksaan rektal dilakukan untuk mengeskklusikan
karsinoma prostat; dan sitologi urin dilakukan untuk mengeksklusikan
kemungkinan karsinoma sel transisional prostat. Namun, harus ditekankan, bahwa
hematospermia hampir selalu membaik secara spontan dan jarang berkaitan
dengan patologi urologi yang signifikan.
Pneumaturia
Pneumaturia adalah keluarnya gas didalam urin. Pada pasien-pasien yang
baru-baru ini belum menjalani instrumentasi traktus urinarius atau pemasangan
kateter uretra, ini hampir selalu disebabkan oleh fistula diantara usus dan buli.
Penyebabnya yang sering adalah divertikulitis, karsinoma kolon sigmoid, dan
enteritis regional (Penyakit Crohn). Pada keadaan yang jarang, pasien-pasien
dengan diabetes melitus mungkin menderita infeksi pembentukan gas, dengan
pembentukan karbondioksida dari fermentasi gula dalam konsentrasi yang tinggi
didalam urin.
Discharge uretra
Discharge uretra merupakan gejala yang tersering pada infeksi kelamin.
Discharge purulen yang kental, banyak dan berwarna kuning hingga abu-abu khas
untuk uretritis gonokokus; sekret ini pada pasien-pasien dengan uretritis
nonspesifik biasanya sedikit dan cair. Sekret dengan darah mengesankan
karsinoma uretra.
Riwayat Medis
Riwayat medis masa lampau sangat penting karena seringkali memberikan
petunjuk akan diagnosis pasien terkini. Riwayat medis masa lampau harus
didapatkan dengan cara yang rapi dan berurutan.
Riwayat Keluarga
Sama pentingnya untuk mendapatkan riwayat keluarga yang rinci karena
banyak penyakit bersifat genetik dan/atau familial. Contoh-contoh penyakit
genetik mencakup penyakit ginjal polikistik dewasa, sklerosis tuberosa, penyakit
Von-Hippel-Lindau, asidosis tubularis renal, dan sistinuria; ini merupakan
sebagian dari beberapa contoh yang sering ditemukan dan telah diketahui dengan
baik.
Selain penyakit-penyakit dengan predisposisi genetik yang telah diketahui
ini, terdapat kondisi lain yang mana pola pasti penurunannya belum diuraikan
namun jelas memiliki kecenderungan familial. Telah diketahui dengan baik bahwa
individu dengan riwayat keluarga urolithiasis mengalami peningkatan risiko untuk
pembentukan batu. Terlebih baru lagi, telah disadari bahwa 8% hingga 10% pria
dengan kanker prostat memiliki bentuk penyakit yang familial yang cenderung
terjadi pada sekitar satu dekade lebih dini dibandingkan tipe kanker prostat yang
lebih sering ditemukan (bratt, 2000). Kelainan yang bersifat familial lainnya
disebutkan dibagian lain dalam teks ini, namun cukup memadai untuk kembali
menyatakan bahwa mendapatkan riwayat penyakit sebelumnya dan riwayat
keluarga secara seksama akan penyakit urologi dapat sangat bernilai dalam
menegakkan diagnosis yang tepat.
Pengobatan
Juga sama pentingnya untuk mendapatkan daftar obat yang sedang
digunakan secara akurat dan lengkap karena terdapat banyak obat yang
mengganggu fungsi urin dan seksual. Sebagai contohnya, sebagian besar
pengobatan antihipertensi mengganggu fungsi ereksi, dan mengubah pengobatan
antihipertensi kadangkala dapat membantu memperbaiki fungsi seksual. Demikian
pula, banyak agen psikotropika yang mengganggu pancaran dan orgasme. Dalam
pengalaman kami yang terbaru, kami merawat seorang pria yang datang dengan
anorgasme. Ia telah dirujuk ke beberapa dokter tanpa perbaikan dalam masalah
ini. Ketika kami melakukan anamnesis terhadap riwayat medis sebelumnya, ia
menyebutkan bahwa ia telah mengonsumsi agen psikotropika untuk depresi
transien selama beberapa tahun, dan anorgasmianya membaik ketika obat yang
tidak dibutuhkan lagi ini dihentikan. Daftar obat yang mempengaruhi fungsi urin
dan seksual sangat telah lengkap, namun, kembali lagi, masing-masing obat harus
dicatat dan efek sampingnya diteliti untuk memastikan bahwa masalah pasien
tidak berkaitan dengan obat. Daftar obat yang sering digunakan yang mungkin
menyebabkan efek samping urologi disajikan dalam tabel 1 – 2.
Alergi
Terakhir, alergi terhadap obat harus ditanyakan karena obat-obat ini harus
dihindari dalam penatalaksanaan pasien di masa yang akan datang. Semua obat
yang alergi harus ditandai dengan garis tebal pada bagian depan diagram pasien
untuk menghindari kemungkinan komplikasi akibat paparan secara tidak hati-hati
terhadap obat yang sama.
Kesimpulannya, anamnesis yang seksama dan menyeluruh termasuk
keluhan yang membawa pasien dan riwayat penyakit saat ini, riwayat medis masa
lampau, dan riwayat keluarga harus didapatkan untuk setiap pasien. Sayangnya,
batasan waktu seringkali menjadikan sulit bagi dokter untuk menghabiskan waktu
yang dibutuhkan untuk mendapatkan anamnesis yang lengkap. Penggantinya yang
layak adalah memiliki perawat atau ahli kesehatan lainnya yang terlatih untuk
melihat pasien pertama kali. Dengan menggunakan formulir anamnesis standar,
banyak informasi yang dibahas sebelumnya bisa didapatkan pada wawancara
pendahuluan. Ahli urologi dibiarkan untuk hanya mengisi titik-titik, meminta
pasien menguraikan aspek yang berpotensi relevan pada riwayat medis masa
lampaunya, dan kemudian melakukan pemeriksaan fisik yang lengkap.
Pemeriksaan fisik yang lengkap dan menyeluruh merupakan komponen
yang penting dalam evaluasi pasien yang datang dengan penyakit urologi.
Meskipun dicobakan untuk bergantung pada hasil pemeriksaan laboratorium dan
radiologi, pemeriksaan fisik seringkali menyederhanakan proses-proses dan
memungkinkan ahli radiologi untuk memilih pemeriksaan diagnostik yang paling
tepat. Sejalan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik masih merupakan komponen
utama dalam evaluasi diagnostik dan harus dilakukan secara hati-hati.
Observasi Umum
Inspeksi visual pasien memberikan gambaran secara umum. Kulit harus
diinspeksi untuk bukti ikterik atau pucat. Status gizi pasien harus dicatat.
Cacheksia merupakan tanda keganasan yang sering ditemukan, dan obesitas
mungkin merupakan tanda kelainan endokrinologi yang mendasari. Dalam
keadaan ini, kita harus mencari adanya obesitas trunkus, “buffalo hump”, dan
striae kulit abdomen, yang merupakan stigmata akan hiperadrenokortisonisme.
Sebaliknya, debilitas dan hiperpigmentasi mungkin merupakan tanda
hipoadrenokortikokisme. Ginekomastia mungkin merupakan tanda penyakit
endokrinologi dan kemungkinan indikator akan alkoholisme atau terapi hormonal
sebelumnya untuk kanker prostat. Edema genitalia dan ekstremitas bawah
mungkin berkaitan dengan dekompensasi jantung, gagal ginjal, sindroma nefrotik,
atau obstruksi limfatik pelvis dan/atau retroperitoneal. Limfadenopati
supraklavikularis mungkin dapat terlihat dengan neoplasma GU, yang paling
sering adalah kanker prostat dan testis; limfadenopati inguinalis dapat terjadi
akibat karsinoma penis atau uretra.
Ginjal
Ginjal adalah organ yang berukuran sebesar kepalan tangan yang terletak
pada retroperitoneum secara bilateral. Pada orang dewasa, ginjal normalnya sulit
untuk dipalpasi karena posisinya dibawah diafragma dan iga dengan struktur otot
yang sangat banyak baik di anterior maupun posterior. Karena posisi hati, ginjal
kanan agak lebih rendah dibandingkan dengan yang kiri. Pada anak-anak dan
wanita yang kurus, adalah hal yang memungkinkan untuk meraba bagian bawah
ginjal kanan dengan inspirasi dalam. Namun, biasanya tidak memungkinakn
untuk melakukan palpasi satupun ginjal pada pria, dan ginjal kiri hampir selalu
tidak dapat dipalpasi kecuali jika membesar secara abnormal.
Cara terbaik untuk mempalpasi ginjal adalah dengan pasien berada pada
posisi supinasi. Ginjal diangkat dari belakang dengan satu tangan pada sudut
kostovertebral (gambar 1- 1). Pada inspirasi dalam, tangan pemeriksa didorong
secara kuat kedalam abdomen anterior tepat dibawah tepi kostae. Pada titik
inspirasi maksimal, ginjal dapat terasa karena ginjal bergerak ke arah bawah
sejalan dengan diafragma. Dengan masing-masing inspirasi, tangan pemeriksa
dapat didorong semakin dalam pada abdomen. Sekali lagi, lebih sulit untuk
mempalpasi ginjal pada pria karena ginjal cenderung bergerak lebih sedikit
dengan inspirasi karena dilingkupi oleh lapisan otot yang lebih tebal. Pada anak-
anak, lebih mudah untuk mempalpasi ginjal karena penurunan ketebalan tubuh.
Pada neonatus, ginjal dapat dirasakan dengan cukup mudah dengan mempalpasi
pinggang diantara ibu jari di bagian anterior dan jari-jari lain di bagian sudut
kostovertebra posterior.
Transilluminasi ginjal mungkin membantu pada anak-anak yang berusia
kurang dari 1 tahun denganmassa pinggang yang teraba. Massa tersebut seringkali
bersumber dari ginjal. Sinar senter atau sumber sinar fiberoptik diposisikan pada
bagian anterior terhadap sudut kostovertebra. Massa yang dipenuhi cairan seperti
kista atau hidronefrosis menghasilkan pancaran kemerahan yang tumpul pada
bagian abdomen anterior. Massa yang padat seperti tumor tidak ditembus cahaya.
Manuver diagnostik lain yang mungkin membantu dalam memeriksa ginjal adalah
perkusi dan auskultasi. Meskipun inflamasi ginjal dapat menyebabkan nyeri yang
tidak terlokalisir dengan baik, perkusi pada sudut kostovertebra pada bagian
psoterior paling sering menentukan lokasi nyeri dan nyeri tekan dengan lebih
akurat. Perkusi harus dilakukan secara lembut karena pada pasien dengan
inflamasi ginjal yang signifikan, ini bisa cukup menyakitkan. Auskultasi abdomen
atas selama inspirasi dalam kadangkala dapat memperlihatkan bruit sistolik yang
berkaitan dengan stenosis arteri renalis atau suatu aneurisma. Bruit juga dapat
terdeteksi berkaitan dengan fistula arteriovenosus ginjal yang besar.
Setiap pasien dengan nyeri pinggang juga harus diperiksa untuk
kemungkinan iritasi radiks saraf. Iga harus dipalpasi secara seksama untuk
menyingkirkan suatu spur tulang atau kelainan otot rangka lainnya dan untuk
menentukan titik nyeri tekan maksimal. Tidak seperti nyeri pada ginjal, radikulitis
biasanya menyebabkan hiperestesia terhadap kulit yang mendasari yang diinervasi
oleh saraf perifer yang mengalami iritasi. Hipersensitivitas ini dapat dimunculkan
dengan jarum atau dengan mencubit kulit dan lemak yang mendasari area yang
terlibat. Terakhir, nyeri yang dialami selama fase pra-eruptif herpes zoster yang
melibatkan setiap segmen diantara T11 dan L2 juga dapat memicu nyeri yang
berasal dari ginjal.
Buli
Buli yang normal pada orang dewasa tidak dapat dipalpasi atau diperkusi
hingga terdapat sekurang-kurangnya 150 ml urin didalamnya. Pada volume sekitar
500 ml, buli yang terdistensi menjadi terlihat pada pasien yang kurus sebagai
massa abdomen di bagian tengah bawah.
Perkusi lebih baik dibandingkan palpasi untuk mendiagnosis buli yang
mengalami distensi. Pemeriksa mulai dengan melakukan perkusi tepat diatas
simfisis pubis dan terus ke arah atas hingga terdapat perubahan nada dari pekak ke
bergema. Sebagai alternatifnya, ini memungkinkan pada pasien-pasien yang kurus
dan pada anak untuk mempalpasi buli dengan mengangkat vertebra lumbali
dengan satu tangan dan menekan tangan yang lainnya ke bagian tengah abdomen
bawah.
Pemeriksaan bimanual yang seksama, yang paling baik dilakukan dengan
pasien yang berada dalam keadaan anestesi, tidak terhingga nilainya dalam
menilai perluasan regional tumor buli atau massa pelvis lainnya. Buli teraba
diantara abdomen dan vagina pada perempuan (gambar 1 – 2) atau rektum pada
pria (gambar 1 – 3). Selain untuk menentukan area indurasi, pemeriksaan
bimanual memungkinkan pemeriksa untuk menilai mobilitas buli, informasi
tersebut tidak bisa diperoleh dengan teknik radiologi seperti CT dan MRI, yang
menawarkan gambaran statik.
Penis
Jika pasien belum disirkumsisi, kulit luar harus diretraksi untuk memeriksa
tumor atau balanoposthitis (inflamasi pada preputium dan glans penis). Sebagian
besar kanker penis terjadi pada pria yang tidak disirkumsisi dan muncul pada
preputium atau glans penis. Oleh karena itu pada pasien degnan sekret penis yang
berdarah yang mana foresking tidak dapat ditarik, dorsal slit atau sirkumsisi harus
dilakukan untuk mengevaluasi glans penis dan uretra secara adekuat.
Posisi meatus uretra harus dicatat. Meatus uretra mungkin terletak pada area
proksimal terhadap ujung glans pada permukaan ventral (hipospadia), atau, yang
jauh lebih jarang, pada permukaan dorsal (epispadia). Kulit penis harus diperiksa
untuk adanya vesikel superfisial yang sesuai dengan herpes simpleks dan untuk
ulkus yang mungkin menunjukkan apakah itu infeksi kelamin atau tumor. Adanya
kutil kelamin (kondiloma akuminata), yang tampak sebagai lesi yang ireguler,
papiler, yang menyerupai beludru pada genitalia pria, juga harus dicatat.
Meatus uretra harus dipisahkan diantara ibu jari dan telunjuk untuk
menginspeksi lesi neoplastik atau inflamasi didalam fossa navicularis. Bagian
batang dorsal penis harus dipalpasi untuk adanya plak fibrotik atau kerutan yang
khas untuk penyakit Peyronie. Nyeri tekan disepanjang aspek ventral penis
mengesankan peri uretritis, yang seringkali akibat striktur uretra.
Pemeriksaan neurologi
Terdapat beragam situasi klinis yang mana pemeriksaan neurologi mungkin
membantu dalam mengevaluasi pasien-pasien urologi. Pada beberapa kasus,
ketinggian kelainan neurologi dapat ditentukan lokasinya dengan pola defisit
sensorik yang dicatat selama pemeriksaan fisik dengan menggunakan peta
dermatom (gambar 1 – 5). Defisit sensorik pada penis, labia, skrotum, vagina dan
area perianal umumnya menunjukkan kerusakan atau cedera pada radiks sakral
atau saraf sakral. Selain pemeriksaan sensorik, pemeriksaan refleks pada area
genital juga dapat dilakukan. Yang paling penting adalan refleks bulbocavernosus
(BCR), yang merupakan kontraksi refleks otot lantai pelvis yang berupa otot lurik
yang terjadi sebagai respon terhadap beragam stimulus pada perineum atau
genitalia. Refleks ini paling sering diperiksa dengan meletakkan jari di rektum dan
kemudian meremas glans penis atau klitoris. Jika kateter Foley terpasang, BCR
juga dapat dimunculkan dengan secara perlahan menarik kateter. Jika BCR intak,
penguatan sfingter ani harus bisa dirasakan dan/atau diobservasi. BCR memeriksa
intergritas refleks yang dimediasi medula spinalis melibatkan S2-S4 dan mungkin
tidak ada dalam keadan adanya kelainan medula spinalis atau saraf perifer sakral.
Refleks kremaster dapat dimunculkan dengan sedikit memukul paha
superior dan medial dalam arah ke bawah. Respon yang normal pada pria adalah
kontraksi otot kremaster yang menyebabkan elevasi cepat skrotum dan testis
ipsilateral. Terdapat manfaat klinis yang terbatas untuk memeriksa refleks
superfisial seperti kremaster ketika memeriksa disfungsi neurologi. Namun,
mungkin terdapat peran pemeriksaan refleks ini ketika menilai pasien dengan
kecurigaan torsio testis atau epididimitis. Terakhir, suatu refleks kremaster aktif
yang berlebihan pada anak-anak dapat menyebabkan diagnosis undescended
testis yang keliru pada sebagian kasus.