You are on page 1of 15

Pemeriksaan Diagnostik Fisiologi Sistem Perkemihan

1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Laboratorium darah lengkap

Pemeriksaan Darah Lengkap biasanya disarankan kepada setiap pasien yang


datang ke suatu Rumah Sakit yang disertai dengan suatu gejala klinis, dan jika didapatkan
hasil yang diluar nilai normal biasanya dilakukan pemeriksaan lanjutan yang lebih
spesifik terhadap gangguan tersebut, sehingga diagnosa dan terapi yang tepat bisa segera
dilakukan. Lamanya waktu yang dibutuhkan suatu laboratorium untuk melakukan
pemeriksaan ini berkisar maksimal 2 jam.

1) Hemoglobin
Hemoglobin adalah molekul protein pada sel darah merah yang berfungsi sebagai
media transport oksigen dari paru paru ke seluruh jaringan tubuh dan membawa
karbondioksida dari jaringan tubuh ke paru paru. Kandungan zat besi yang terdapat
dalam hemoglobin membuat darah berwarna merah. Dalam menentukan normal atau
tidaknya kadar hemoglobin seseorang kita harus memperhatikan faktor umur, walaupun
hal ini berbeda-beda di tiap laboratorium klinik, yaitu :

a) Bayi baru lahir : 17-22 gram/dl


b) Umur 1 minggu : 15-20 gram/dl
c) Umur 1 bulan : 11-15 gram/dl
d) Anak anak : 11-13 gram/dl
e) Lelaki dewasa : 14-18 gram/dl
f) Perempuan dewasa : 12-16 gram/dl
g) Lelaki tua : 12.4-14.9 gram/dl
h) Perempuan tua : 11.7-13.8 gram/dl

Kadar hemoglobin dalam darah yang rendah dikenal dengan istilah anemia. Ada
banyak penyebab anemia diantaranya yang paling sering adalah perdarahan, kurang
gizi, gangguan sumsum tulang, pengobatan kemoterapi dan penyakit sistemik
(kanker, lupus,dll). Sedangkan kadar hemoglobin yang tinggi dapat dijumpai pada
orang yang tinggal di daerah dataran tinggi dan perokok. Beberapa penyakit seperti
radang paru paru, tumor, preeklampsi, hemokonsentrasi, dll.

2) Hematokrit
Hematokrit merupakan ukuran yang menentukan banyaknya jumlah sel darah
merah dalam 100 ml darah yang dinyatakan dalam persent (%). Nilai normal
hematokrit untuk pria berkisar 40,7% - 50,3% sedangkan untuk wanita berkisar
36,1% - 44,3%. Seperti telah ditulis di atas, bahwa kadar hemoglobin berbanding
lurus dengan kadar hematokrit, sehingga peningkatan dan penurunan hematokrit
terjadi pada penyakit-penyakit yang sama.

3) Leukosit (White Blood Cell / WBC)


Leukosit merupakan komponen darah yang berperanan dalam memerangi infeksi
yang disebabkan oleh virus, bakteri, ataupun proses metabolik toksin, dll. Nilai
normal leukosit berkisar 4.000 - 10.000 sel/ul darah. Penurunan kadar leukosit bisa
ditemukan pada kasus penyakit akibat infeksi virus, penyakit sumsum tulang, dll,
sedangkan peningkatannya bisa ditemukan pada penyakit infeksi bakteri, penyakit
inflamasi kronis, perdarahan akut, leukemia, gagal ginjal, dll

4) Trombosit (platelet)
Trombosit merupakan bagian dari sel darah yang berfungsi membantu dalam
proses pembekuan darah dan menjaga integritas vaskuler. Beberapa kelainan dalam
morfologi trombosit antara lain giant platelet (trombosit besar) dan platelet clumping
(trombosit bergerombol). Nilai normal trombosit berkisar antara 150.000 - 400.000
sel/ul darah. Trombosit yang tinggi disebut trombositosis dan sebagian orang
biasanya tidak ada keluhan. Trombosit yang rendah disebut trombositopenia, ini bisa
ditemukan pada kasus demam berdarah (DBD), Idiopatik Trombositopenia Purpura
(ITP), supresi sumsum tulang, dll.

5) Eritrosit (Red Blood Cell / RBC)


Eritrosit atau sel darah merah merupakan komponen darah yang paling banyak,
dan berfungsi sebagai pengangkut / pembawa oksigen dari paru-paru untuk diedarkan
ke seluruh tubuh dan membawa kardondioksida dari seluruh tubuh ke paru-paru.Nilai
normal eritrosit pada pria berkisar 4,7 juta - 6,1 juta sel/ul darah, sedangkan pada
wanita berkisar 4,2 juta - 5,4 juta sel/ul darah.Eritrosit yang tinggi bisa ditemukan
pada kasus hemokonsentrasi, PPOK (penyakit paru obstruksif kronik), gagal jantung
kongestif, perokok, preeklamsi, dll, sedangkan eritrosit yang rendah bisa ditemukan
pada anemia, leukemia, hipertiroid, penyakit sistemik seperti kanker dan lupus, dll

6) Indeks Eritrosit (MCV, MCH, MCHC)


Biasanya digunakan untuk membantu mendiagnosis penyebab anemia (Suatu
kondisi di mana ada terlalu sedikit sel darah merah). Indeks/nilai yang biasanya
dipakai antara lain :
a. MCV (Mean Corpuscular Volume) atau Volume Eritrosit Rata-rata (VER),
yaitu volume rata-rata sebuah eritrosit yang dinyatakan dengan femtoliter (fl)
MCV = Hematokrit x 10
Eritrosit
Nilai normal = 82-92 fl
b. MCH (Mean Corpuscular Hemoglobin) atau Hemoglobin Eritrosit Rata-Rata
(HER), yaitu banyaknya hemoglobin per eritrosit disebut dengan pikogram
(pg)
MCH = Hemoglobin x 10
Eritrosit
Nilai normal = 27-31 pg
c. MCHC (Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration) atau Konsentrasi
Hemoglobin Eritrosit Rata-rata (KHER), yaitu kadar hemoglobin yang didapt
per eritrosit, dinyatakan dengan persen (%) (satuan yang lebih tepat adalah
“gr/dl”)
MCHC = Hemoglobin x 100
Hematokrit
Nilai normal = 32-37 %
7) Laju Endap Darah
Laju Endap Darah atau Erithrocyte Sedimentation Rate (ESR) adalah kecepatan
sedimentasi eritrosit dalam darah yang belum membeku, dengan satuan mm/jam. LED
merupakan uji yang tidak spesifik. LED dijumpai meningkat selama proses inflamasi
akut, infeksi akut dan kronis, kerusakan jaringan (nekrosis), penyakit kolagen,
rheumatoid, malignansi, dan kondisi stress fisiologis (misalnya kehamilan).

8) Hitung Jenis Leukosit (Diff Count)


Hitung jenis leukosit digunakan untuk mengetahui jumlah berbagai jenis leukosit.
Terdapat lima jenis leukosit, yang masing-masingnya memiliki fungsi yang khusus
dalam melawan patogen. Sel-sel itu adalah neutrofil, limfosit, monosit, eosinofil, dan
basofil. Hasil hitung jenis leukosit memberikan informasi yang lebih spesifik
mengenai infeksi dan proses penyakit. Hitung jenis leukosit hanya menunjukkan
jumlah relatif dari masing-masing jenis sel. Untuk mendapatkan jumlah absolut dari
masing-masing jenis sel maka nilai relatif (%) dikalikan jumlah leukosit total dan
hasilnya dinyatakan dalam sel/μl.
Nilai normal : Eosinofil 1-3%, Netrofil 55-70%, Limfosit 20-40%, Monosit 2-8%

9) Platelet Disribution Width (PDW)


PDW merupakan koefisien variasi ukuran trombosit. Kadar PDW tinggi dapat
ditemukan pada sickle cell disease dan trombositosis, sedangkan kadar PDW yang
rendah dapat menunjukan trombosit yang mempunyai ukuran yang kecil.

10) Red Cell Distribution Width (RDW)


RDW merupakan koefisien variasi dari volume eritrosit. RDW yang tinggi dapat
mengindikasikan ukuran eritrosit yang heterogen, dan biasanya ditemukan pada
anemia defisiensi besi, defisiensi asam folat dan defisiensi vitamin B12, sedangkan
jika didapat hasil RDW yang rendah dapat menunjukan eritrosit yang mempunyai
ukuran variasi yang kecil.
b. Laboratorium urine

1) Pemeriksaan Makroskopik urine


Yang dinilai adalah :
a) Volume
Normal ; 1200 -1800 mL/ 24 jam (dewasa)
Anak 1-6 tahun : ¼ orang dewasa
Anak 6-12 tahun : ½ orang dewasa
Volume urine dipengaruhi oleh umur, intake, aktifitas, perspirasi, fungsi ginjal.

1. Poliuria (peningkatan volume urine, > 2000 mL/24 jam)


Ditemukan pada Diabetes melitus, diabetes inpidus, glomerulo nefritis kronik,
saat keadaan edema menghilang, masa penyembuhan febris akut.
2. Oligouria (penurunan volume urine, 300-700 mL/24 jam) Ditemukan pada
glomerulo nefritis akut (GNA), aklamsia, diare berat, muntah-muntah hebat,
terlalu banyak Demam, Dekompensasi kardis.
3. Anuria (tidak ditemukan urin, <300 mL/24 jam ) Ditemukan pada GNA berat,
Keracunan HgCl2.

b) Warna

Normal : kuning muda

Disebabkan oleh pigmen urine urochrom dan urobili, dipengaruhi oleh makanan, obat,
penyakit tertentu. Faktor yang mempengaruhi warna urine :

1. Konsentrasi urin: makin pekat makin gelap warnanya


2. Keasaman urin: makin alkalis warna urin makin gelap
3. Pigmen-pigmen abnormal dalam urin dan obat-obatan
Merah : ada darah, porfobilin, obat.
Hijau : ada kuman
Coklat : bilirubin (seperti air teh), hematin
Hitam : darah , obat
Seperti air susu :pus, getah prostat, chylus (lemak), bakteri.

c) Kejernihan / kekeruhan
Normal : jernih
Bila keruh, mungkin desebabkan oleh bakteri, kristal , posfat, urat, eritrosit, epitel.
Nubecula : urine jernih jika dibiarkan/didinginkan menjadi keruh ringan, kerena ada
endapan lendir, urat, fospat, epitel, leukosit, bakteri.

d) Berat jenis
1. Bj urine normal ; 1.003 – 1.03
2. Bj urine dipengaruhi oleh jumlah urine, komposisi urine,fengsi pemekatan ginjal.
3. Bj urine tingggi : Diabetes Melitus, nefrotis akut, demam.
4. Bj urine rendah :stadium terminal nefritis.
5. Pengukuran Bj urinedengan menggunakan Urinometer dengan skala 1.000 – 1.
040 dan selalu dikalibrasi pada suhu 150C atau 200C , refraktometer.

Arti klinis pemeriksaan BJ urin:


1. Membantu mendiagnose glukosuri pada penderita koma (koma diabetikum
urinnya jernih tapi BJ nya tinggi.
2. Untuk mengetahui faal ginjal menurut percobaan konsentrasi menurut Fishberg

e) Bau
1. Normal; aromatis
2. Bau amoniak :perombakan ureum oleh bakteri pada infeksi ureter.
3. Bunga layu : ketonuria
4. Busuk : perombakan protein pada ureter.
5. Bau yang berasal dari makanan dan minumam (Normal)

f) pH
1. normal ; 4,5 – 8,0 atau rata-rata 6,4 -7
2. pengukuran pH urine dengan kertas lakmus, kertass nitrazin, pH meter
3. jika pH alkalis :retensi urine pada kandung kemih, sistitis kronis, anemia, muntah
yang hebat.
4. Jika pH asam : assidosis, demam, diet protein, pielonefritis.

2) Pemeriksaan Mikroskopis Urine


Guna pemeriksaan mikroskopis urine adalah untuk melihat kelainan ginjal dan
salurannya ( stadium, berat ringannya penyakit, follow up).
Sampel yang digunakan untuk pemeriksaan mikroskopik urine adalah:

a. Urine sewaktu yang segar


b. Urine pagi yang segar (terbaik)
c. Urine dengan pengawet (formalin)

3) Pemeriksaan Kimia Urine

a. Pemeriksaan glukosa
Normal : 1 -25 mg/ dL
Pada keadaan normal tidak ditemukan glukosa disalam urine. Karena molekul
glukosa besar dan ginjal akan menyerap kembali hasil filtrasi dari glumerulus.
Glukosuria yaitu, adanya ditemukan glukosa didalam urine yang melebihi kadar
normalny / ekresi glukosa kedalam urine.

b. Pemeriksaan protein urine


Normal : 10 mg/dL
Protein berfungsi untuk pertumbuhan. Protein terdiri dari :
1) Albumin : untuk mengatur cairan koloid osmotik didalam tubuh.
2) Globulin : untuk imunoglobulin / anti bodi tubuh / pertahanan.

2. Radiographic BNO IVP

BNO IVP dalah pemeriksaan radiologi pada organ saluran kencing dimulai dari
ginjal, ureter, dan kandung kencing dengan menggunakan bahan kontras yang dimasukan
lewat pembuluh darah vena.
Tujuan :

a. Untuk menilai sistem kandung kencing, seberapa cepat pasien bisa menahan kandung
kencing dalam proses buang air kecil.
b. Membantu diagnosa adanya gejala kencing darah, nyeri pinggang sebelah kanan atau
kiri.
c. Untuk mendeteksi antara lain:
d. batu ginjal, pembesaran prostat, tumor ginjal, ureter, dan kandung kemih
e. Untuk mengetahui kelainan anatomi.

Cara Kerja:

Teknik pemeriksaan BNO IVP dilakukan dengan interval waktu tertentu yang
disesuaikan dengan lamanya aliran bahan kontras untuk mengisi ginjal sampai bahan
kontras itu masuk ke blass.

a. Plain foto BNO AP (sebelum injeksi) Menggunakan kaset 30 x 40 (disesuaikan


dengan tubuh pasien) yang diletakkan memanjang.

1) PP : Pasien supine diatas meja pemeriksaan dengan garis tengah tubuh sejajar
dengan garis tengah meja pemeriksaan, kedua tungkai kaki diatur lurus, dan
kedua tangan lurus disamping tubuh.
2) PO :

a) Aturlah pundak dan pinggul pasien agar tidak terjadi rotasi;


b) Atur long axis tubuh sejajar dengan long axis film;
c) Aturlah kaset dengan batas atas pada diafragma, dan batas bawah pada
sympisis pubis.

3) CP : Umbilikus
4) CR : Vertikal tegak lurus film
b. Foto 5 menit post injeksi (Menggunakan kaset 24 x 30 yang diletakkan melintang.)

1) PP : Pasien supine diatas meja pemeriksaan dengan garis tengah tubuh sejajar
dengan garis tengah meja pemeriksaan, kedua tungkai kaki diatur lurus, dan
kedua tangan lurus disamping tubuh.
2) PO :

a) Aturlah pundak dan pinggul pasien agar tidak terjadi rotasi;


b) Atur long axis tubuh sejajar dengan long axis film;
c) Aturlah kaset dengan batas atas pada processus xypoideus dan batas bawah
pada crista iliaca/SIAS

3) CP : pertengahan film
4) CR : Vertikal tegak lurus film

c. Foto 15 menit post injeksi Menggunakan kaset 30 x 40 (disesuaikan dengan tubuh


pasien) yang diletakkan memanjang.

1) PP : Pasien supine diatas meja pemeriksaan dengan garis tengah tubuh sejajar
dengan garis tengah meja pemeriksaan, kedua tungkai kaki diatur lurus, dan
kedua tangan lurus disamping tubuh.
2) PO :

a) Aturlah pundak dan pinggul pasien agar tidak terjadi rotasi;


b) Atur long axis tubuh sejajar dengan long axis film;
c) Aturlah kaset dengan batas atas pada diafragma, dan batas bawah pada
sympisis pubis.

3) CP : Umbilikus
4) CR : Vertikal tegak lurus film

d. Foto 30 menit post injeksi (Menggunakan kaset 30 x 40 (disesuaikan dengan tubuh


pasien) yang diletakkan memanjang.)
1) PP : Pasien supine diatas meja pemeriksaan dengan garis tengah tubuh sejajar
dengan garis tengah meja pemeriksaan, kedua tungkai kaki diatur lurus, dan
kedua tangan lurus disamping tubuh.
2) PO :

a) Aturlah pundak dan pinggul pasien agar tidak terjadi rotasi;


b) Atur long axis tubuh sejajar dengan long axis film;
c) Aturlah kaset dengan batas atas pada diafragma, dan batas bawah pada
sympisis pubis.

3) CP : Umbilikus
4) CR : Vertikal tegak lurus film

e. Foto post mixi (Menggunakan kaset 30 x 40 (disesuaikan dengan tubuh pasien) yang
diletakkan memanjang.)

1) Semua foto dikonsultasikan ke dokter spesialis radiologi. Jika dokter meminta


foto post mixi, pasien diminta untuk buang air kecil untuk mengosongkan blass
dari media kontras.
2) PO :

a) Aturlah pundak dan pinggul pasien agar tidak terjadi rotasi;


b) Atur long axis tubuh sejajar dengan long axis film;
c) Aturlah kaset dengan batas atas pada diafragma, dan batas bawah pada
sympisis pubis.

3) CP : Umbilikus
4) CR : Vertikal tegak lurus film

3. Sistoskopy

Sistoscopi adalah suatu tindakan untuk melihat dan memeriksa bagian dalam uretra
(saluran yang membawa urin dari kandung kemih ke luar tubuh) dan kandung kemih
dengan mengunakan sebuah tabung berongga tipis yang memiliki cahaya dan kamera pada
ujungnya yang dikenal dengan nama Cystoscope dan kelengkapannya. Alat ini
dimasukkan melalui uretra ke dalam kandung kemih dan kemudian untuk mempelajari
kelainan dalam kandung kemih dan saluran kemih bawah dan kelenjar prostat. Hal ini juga
dapat digunakan untuk mengumpulkan sampel urin, melakukan biopsi, dan mengeluarkan
batu kecil.

Sistoskopi dilakukan oleh urolog yang biasanya digunakan


untuk memeriksa, mendiagnosa, memonitor dan mengobati kondisi yang mempengaruhi
kandung kemih dan uretra.

Tujuan :

Sistoskopi memiliki beberapa tujuan yang dibedakan oleh beberapa faktor,


diantaranya :

a. Untuk tujuan investasi penyebab dan gejala pada kandung kemih :

Untuk mengetahui penyebab dari tanda atau gejala-gejala klinis yang


menunjukkan ada sesuatu yang bermasalah dengan kandung kemih.

b. Untuk tujuan Investigasi kondisi dan diagnosis

1) Penggunaan sitoskopi ini bertujuan untuk memantau kondisi pada sistim


kemih yang dialami dan juga dapat untuk mendiagnosis berbagai
permasalahan yang ada pada kandung kemih maupun uretra.
2) Sitoskopi digunakan dalam mendiagnosis adanya tumor atau kanker pada
kandung kemih, batu kandung kemih, peradangan kandung kemih
(sistitis), ataupun untuk mendiagnosis adanya pembesaran prostat (benign
prostatic hyperplasia) yang mengakibatkan sumbatan pada uretra.
3) Selain untuk mendiagnosis Sitoskopi juga di gunakan untuk memantau
kondisi yang dialami yang berhubungan dengan gangguan pada saluran
kemih dan uretra.

c. Untuk tujuan dalam melakukan prosedur medis


1) Sistoskopi dapat digunakan untuk menunjang berbagai prosedur medis
yang berhubungan dengan kandung kemih dan uretra, hal ini
karena cystoscope yang merupakan alat untuk melakukan sitoskopi adalah
merupakan suatu tabung berongga sehingga dapat dimungkinkan untuk
menyisipkan beberapa instrument alat medis.
2) Seorang ahli urologi (spesialis dalam mengobati kondisi kandung kemih)
dapat melakukan sejumlah prosedur medis menggunakan alat-alat operasi
yang diturunkan saluran samping dari cystoscope tersebut.

Cara Kerja :

Tidak diperlukan persiapan khusus (seperti puasa) kecuali jika bius total
yang digunakan. Namun, sebelum pemeriksaan dimulai, kandung kemih sudah
harus dikosongkan.
Agen pembuat mati rasa akan diberikan pada uretra beberapa menit
sebelum tindakan untuk mengurangi rasa tidak nyaman dan sakit. Kemudian,
tabung dimasukkan ke dalam uretra, yang bergerak melewati ureter kedalam
kandung kemih. Lensa digunakan untuk memperbesar kandung kemih, sehingga
kondisinya dapat diamati dengan hati-hati dan dipastikan dengan tepat. Jika
tabung tersebut memiliki kamera video, kamera akan memberikan gambar
langsung organ ke layar komputer.
Larutan garam akan dimasukkan ke dalam kandung kemih sehingga
kandung kemih membesar, yang memungkinkan dokter untuk melihatnya dengan
lebih jelas. Jika dibutuhkan, sampel jaringan, dokter ahli urologi akan mengganti
alat dengan cakupan yang jauh lebih besar.
Setelah pemeriksaan selesai, kandung kemih dapat dikosongkan untuk
menghilangkan larutan garam. Pasien yang diberikan bius total harus beristirahat
hingga efek obat hilang. Antibiotik juga diberikan untuk mencegah terjadinya
infeksi.
Seringkali, pasien tidak diperbolehkan untuk terlibat dalam kegiatan berat
selama beberapa hari setelah pemeriksaan
4. Renal biopsi
Pengertian : Prosedur diagnostik yang dilakukan dengan cara pengambilan sampel
berukuran kecil dari jaringan ginjal.

Tujuan :
Untuk melihat dan menilai kondisi jaringan organ tersebut melalui mikroskop, yang akan
digunakan untuk mendiagnosa ada atau tidaknya penyakit pada organ tersebut.

Cara Kerja:
Tindakan ini memerlukan pemeriksaan dan analisis yang menyeluruh oleh dokter
ahli ginjal sebelum dapat dilakukan. Biopsi ginjal memiliki beberapa risiko, dan dokter
ahli ginjal perlu menilai apakah keuntungan dengan melakukan tindakan tersebut lebih
bernilai dibandingkan dengan risikonya pada pasien atau tidak. Dokter ahli ginjal akan
meminta pemeriksaan darah dan pemeriksaan ultrasonik untuk menghindari masalah
infeksi, struktur tubuh, dan pengentalan darah. Sebelum tindakan biopsi ginjal dilakukan,
pasien perlu berhenti mengonsumsi beberapa jenis obat yang dapat membuat aliran darah
pasien tidak menggumpal secara tepat. Penggumpalan darah ini diperlukan untuk
mengurangi risiko terjadinya pendarahan dalam.
Dokter ahli ginjal biasanya akan melakukan tindakan biopsi ini dengan bantuan
alat pengambilan gambar secara langsung, seperti CT Scan atau mesin ultrasonik, untuk
memastikan akurasi dari tindakan biopsi yang dilakukan. Pasien akan diminta untuk
tengkurap selama tindakan dilakukan. Daerah tempat jarum akan dimasukkan kemudian
akan dibersihkan dengan cairan antiseptik dan juga diberikan obat bius (pasien juga dapat
diberikan obat penenang dengan dosis sedang selama tindakan berlangsung). Pasien akan
tetap terjaga selama tindakan ini berlangsung, yang biasanya menghabiskan waktu
selama lima belas menit.
Sayatan kecil akan dibuat, yang berfungsi sebagai titik masuk untuk jarum biopsi.
Jarum biopsi adalah jarum yang memiliki pegas di ujungnya, yang akan ditembakkan ke
arah ginjal guna mengambil sampel jaringan ginjal.
Setelah jumlah sampel yang diambil dirasa cukup, dokter ahli ginjal akan
memberikan tekanan pada daerah tempat jarum tersebut masuk, dan daerah tersebut akan
dibersihkan. Karena sayatan pada tindakan ini berukuran kecil, daerah yang disayat tidak
memerlukan jahitan.

5. Ultrasound Ginjal
Ultrasound (USG) ginjal adalah prosedur pengambilan gambar non-invasif yang
menentukan dan menilai kondisi ginjal dan organ yang terkait seperti kandung kemih dan
ureter, yang juga dikenal sebagai sonografi ginjal,

Tujuan :
USG Ginjal dilakukan sebagai tes pemeriksaan untuk mendeteksi kista,
tumor, gundukan cairan, batu ginjal, abses, dan infeksi di dalam ginjal atau di sekitar
ginjal. Tes ini juga dapat dilakukan untuk membantu dalam menempatkan jarum untuk
biopsi (pengambilan sampel jaringan dibawah mikroskop oleh ahli patologi), dalam
menempatkan tabung penyalur, dan dalam pengeringan abses atau cairan dari kista.
Terakhir, USG Ginjal juga dapat dilakukan untuk mengetahui aliran darah ke ginjal
melalui pembuluh darah dan arteri ginjal.

Cara Kerja :
Tidak seperti jenis dari USG yang lain, USG ginjal tidak memerlukan persiapan
khusus. Pasien tidak harus berpuasa atau mengirimkan sampel urin. Prosedur ini biasanya
dilakukan di rumah sakit. Pasien akan diminta untuk melepaskan semua aksesoris
sebelum memakai pakaian lab dan berbaring di meja pemeriksaan. Pasien mungkin
diminta untuk berbaring telentang atau menyamping untuk memudahkan menemukan
ginjal. Sebuah jel dingin kemudian dioleskan pada objek USG sebelum transduser (benda
yang terlihat seperti tongkat) dipindahkan ke daerah posisi ginjal, menghantarkan
gelombang suara. Gelombang kemudian memantul oleh organ dan struktur seperti otot
dan jaringan sampai gambar ginjal dapat dilihat secara real time pada monitor. Seluruh
tes membutuhkan setidaknya 20 menit. Gambar yang diperoleh dapat dicetak, disimpan
secara digital, dan dikirim ke dokter, yang akan menginterpretasikan hasil

You might also like