You are on page 1of 1

Di era reformasi, tidak lagi diberlakukan pemilu dari atas seperti masa Orde Baru, namun

dipilih melalui pemilihan dari rakyat daerahnya berupa pilkada. Dengan sistem tersebut
uang bisa dimainkan. Siapa yang kuat modal, dialah yang menang, dan itu terbukti.
Setelah menjabat, mereka mencari modal awal untuk mengembalikan uang yang terpakai
saat kampanye. Dan setelah itu, korupsi berlanjut terus dan terus. Pada masa ini juga
telah terbentuk lembaga pemberantas korupsi seperti Tim Tastipikor (Tindak Pidana
Korupsi), KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi), BPKP (Badan Pengawasan Keuangan
dan Pembangunan), Kepolisian dan Kejaksaan. Akibatnya, jumlah kasus korupsi yang
terjadi pada era Reformasi lebih sedikit dibandingkan dengan era Orde Lama dan Orde
Baru. Namun, bukan berarti praktik korupsi berhenti atau sudah tidak ada. Saat ini
praktik korupsi masih tetap terjadi. Menurut data Indonesia Corruption Watch (ICW)
sudah ada 454 kasus korupsi ditangani sepanjang 2018 dengan 1.087 tersangka.

Referensi:

Reza (2018), Catatan ICW soal Penindakan Kasus Korupsi


Semester I 2018, diakses pada 14 April 2019, <
https://nasional.kompas.com/read/2018/09/18/15475381/cata
tan-icw-soal-penindakan-kasus-korupsi-semester-i-2018>

Suraji. 2008. Sejarah Panjang Korupsi di Indonesia & Upaya Pemberantasannya. Yogyakarta:
Universitas Gadjah Mada.

You might also like