You are on page 1of 22

Buletin Al-Turas:

Mimbar Sejarah,Sastra,Budaya, dan Agama - Vol. XXII No.2, Juli 2016

Karlina Helmanita1
Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hambatan anak disleksia ketika belajar membaca
aksara Arab dengan melihat jenis disleksia yang dialami responden, mengidentifikasi hambatan yang
dihadapi anak disleksia, memberikan metode alternatif guna meminimalisir hambatan membaca aksara
Arab bagi anak-anak disleksia; mengetahui lebih dekat tahapan membaca yang dicapai anak diseleksia,
sampai memberikan perlakuan (treatment) yang dapat membantu anak disleksia membaca aksara Arab
secara berkelanjutan.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan tehnik pengumpulan data secara deduktif-induktif
secara bolak-balik sampai data dianggap cukup dan dapat mengantarkan pada temuan penelitian.
Karenanya proses pengumpulan data menggunakan teknik observasi, rekaman, dan partisipasi aktif
kepada 2 orang anak disleksia di Sanggar Baca Jendela Dunia.
Temuan penelitian ini merekomendasikan kepada 1) Pelaku pendidikan non formal---guru ngaji, TK dan
TP Alquran, dan mentor atau relawan Taman Bacaan Masyarakat (TBM) yang menangani baca tulis
latin maupun Arab--- secara lebih sistematis, terprogram dalam menangani anak-anak disleksia ketika
membaca aksara Arab, termasuk melalui baca al-Quran; 2) Orangtua dalam mendidik, membimbing,
mengawasi, dan memberikan perhatian terhadap cara mengatasi hambatan membaca aksara Arab
dapat ditangani secara setara dengan baca tulis latin; 3) Para penggiat di bidang linguistik Arab
hendaknya dapat mengembangkan pendekatan, perlakuan (treatment) yang tepat untuk anak-anak
disleksia, khususnya dalam penanganan kegiatan membaca aksara Arab.
Kata Kunci: Disleksia, membaca Arab, linguistik, psikolinguistik.
Abstract
The goal of this research is to find out the handicaps of child’s dyslexia in learning to read Arabic letters
by observing the type of dyslexia undergone by respondents, indentifying the handicaps occurred to
dyslexia, providing alternative method in order to minimize the handicaps in learning Arabic letters for
dyslexia; to get close to know reading steps achieved by dyslexia, giving treatment that can help dyslexia
in learning Arabic letters continuesly.
This research uses qualitative method by collecting deductive-inductive data adequately to come into a
conclusion of this research. Therefore, the process of collecting data is by using observation, recording,
and actively participation for two children dyslexia in Sanggar Baca Jendela Dunia.
The research findings can give recommendations as follows: 1) informal educators, such as islamic
teachers, kindergarten, and Al-Qur’an learning institution, and mentor or volunteers of Social Reading
Institution (Taman Bacaan Masyarakat) who can handle Arabic reading-writing systematically and well-
organized to cope with dyslexia in reading Arabic letters, including to read Al-Qur’an; 2) Parents in
educating, guiding, observing, and to give attention to overcome the handicaps in reading Arabic letters
can be handled equally to Latin alphabets; 3) The practioners of Arabic linguists should develop
effective approach and treatment for dyslexia, especially in handling to read Arabic letters.
Keywords: Dyslexia, Arabic letters, linguistc, psycholinguistic.

1
Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

295
A. Pendahuluan dianggap sebagai salah satu faktor yang
Penelitian ini dilatarbelakangi menjadi penyebab banyaknya jumlah
oleh dua masalah, yaitu permasalahan pembelajar disleksia. Anak-anak Jepang
dari segi bahasa, dan dari segi anak dan Tionghoa tidak banyak yang
disleksia yang mengalami hambatan mengalami disleksia. Dan hal itu
dalam membaca. Dari segi bahasa, mungkin disebabkan karena kedua
membaca merupakan salah satu dari bahasa itu tidak memakai sistem
empat tahapan yang harus dilalui penulisan alphabetic.4
seseorang. Empat tahapan dalam Problematika yang lebih pelik
berbahasa yang sampai kini masih adalah saat seorang anak disleksia
dianggap benar adalah mulai dari tahap harus berhadapan dengan bahasa kedua,
mendengarkan, berbicara, membaca, pembelajar akan berhadapan dengan
dan terakhir menulis. Dua tahap yang dua macam fitur-fitur huruf yang
pertama berkaitan dengan bahasa lisan kompleks; fitur huruf bahasa pertama
dan dua tahap terakhir dengan bahasa (Indonesia) dan bahasa kedua (dalam
tulisan.2 Bila salah satu tahapan bahasa konteks ini bahasa Arab). Contoh, bila
tersebut tidak bisa dilalui dengan dalam bahasa Indonesia mereka harus
sempurna maka pemerolehan bahasa mampu membedakan huruf A dalam
mengalami hambatan. Dari segi anak beragam bentuk (, a, , A), maka
disleksia pemerolehan bahasa dalam bahasa Arab mereka harus
mengalami hambatan karena salah satu mampu mengenal beragam bentuk
tahapan bahasa di atas tidak dapat huruf seperti ‫ ـب ( ب‬,‫ـبـ‬,‫ بـ‬,‫ (ب‬atau huruf
dilalui secara normal. Dalam konteks lain yang mirip seperti huruf ‫ ن‬dengan
penelitian ini, pemerolehan bahasa yang beragam bentuknya , ‫ ـن‬,‫ ـنـ‬,‫ نـ‬,‫ن‬.
dimaksud adalah pada pemerolehan Tingkat kompleksitas yang dihadapi
bahasa kedua atau bahasa asing, pembaca disleksia untuk mengenal fitur
karenanya peneliti mengambil kasus bahasa Arab juga terjadi ketika mereka
pada bahasa Arab. berhadapan dengan pengenalan kata
Disleksia merupakan salah satu seperti , َ‫ َبنَن‬dan َ‫ َن َبت‬dan kata-kata lain
dari kelompok orang yang mengalami yang lebih panjang dan memiliki
patologi bahasa. Disleksia ini biasanya ortografi yang lebih rumit.
terjadi pada masyarakat pengguna Berangkat dari alasan yang
bahasa yang mengenal sistem penulisan dikemukakan di atas, penelitian ini akan
alphabetik yang menghubungkan mencoba meneliti tentang “Hambatan
simbol visual dengan fonem-fonem 3 . Membaca Aksara Arab Bagi Anak
Sistem penulisan alphabetic ini Disleksia di Sanggar Baca Jendela
Dunia Legoso Ciputat Timur Tangerang
2
Soenjono Dardjowdjojo, Psikolinguistik:
Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia,
4
(Jakarta: Yayasan Obor, 2008), h. 2999 Cina mengenal sistem penulisan yang disebut
3
Sistem menulis alphabetic dianggap sukar logographic atau prictographic dimana simbol-
untuk anak-anak karena fonem-fonem yang simbol visual dihubungkan dengan perkataan-
harus mereka kenal tidak pernah diucapkan perkataan. Sedangkan Jepang mengenal sistem
terpisah dari fonem-fonem lain, melainkan penulisan syllabic, yaitu sistem penulisan yang
selalu dikaitkan dengan fonem lain dalam mengubungkan simbol visual dengan suku kata
bentuk silaba atau kata. Dengan susah payah (silaba). Sistem ini terdapat dapam huruf
seorang anak harus membedakan fonem hiragana dan katakana. Bahasa Jepang juga
/p/dengan /b/ atau /g/ dan /k/ dan sebagainya. mengenal sistem penulisan logographic pada
Lihat Samsunuwiyati Mar’at, Psikolinguistik huruf kanji. Karakteristik tersebut menandakan
Suatu Pengantar, (Bandung: Refika Aditama, bahwa bahasa Tionghoa dan Jepang tidak
2005), h. 80. mengenal sistem penulisan alphabetic.

296
Buletin Al-Turas:
Mimbar Sejarah,Sastra,Budaya, dan Agama - Vol. XXII No.2, Juli 2016

Selatan”, melalui pendekatan hambatan mereka saat membaca aksara


Psikolinguistik. Arab.

1. Metodologi 2. Landasan Teori


Penelitian ini menggunakan Beberapa teori yang akan menjadi
metode kualitatif deskriptif dengan bingkai teoretis penelitian ini adalah:
pendekatan studi kasus. Hakikat 1. Teori Disleksia
metode kualitatif adalah sebuah metode Kesulitan belajar
yang menggunakan pendekatan membaca sering disebut juga
interpretatif kualitatif dan bukan disleksia (dyslexia). Perkataan
positivisme kuantitatif. 5 Penelitian disleksia berasal dari bahasa
deskriptif merupakan metode penelitian Yunani, yakni dari kata dys yang
yang berusaha menggambarkan dan berarti kesulitan, dan kata lexis
menginterpretasi objek sesuai dengan yang berarti bahasa. Jadi
apa adannya. Walau demikian tujuan disleksia secara harafiah berarti ”
utama pendekatan ini adalah kesulitan dalam berbahasa.”
menggambarkan secara sistematis fakta Anak disleksia tidak hanya
dan karakteristik objek atau subjek yang mengalami kesulitan dalam
diteliti secara tepat. 6 Karenanya membaca, tapi juga dalam hal
pengumpulan, analisis, dan interpretasi mengeja, menulis dan beberapa
data, tidak menggunakan angka-angka aspek bahasa yang lain.8
dan data statistik.7 Berdasarkan sebuah
Penelitian ini dilakukan melalui glosary yang diterbitkan dalam
pengamatan terhadap fakta dan bentuk mimeografi oleh
fenomena empiris yang disaksikan Interdisciplinary Committee on
peneliti apa adanya. Oleh karena itu Reading Problem, dyslexia
semua fenomena yang nampak, direkam didefinisikan sebagai ”sebuah
dan dirinci dengan tidak kekacauan yang terjadi pada
mempertimbangkan benar atau anak-anak yang mengalami
salahnya. Penelitian ini bertujuan untuk kegagalan untuk mencapai
menggambarkan karakteristik, keadaan, keterampilan membaca, menulis,
dan hambatan membaca pada anak dan mengeja sepadan dengan
disleksia. Dari keadaan tersebut peneliti kemampuan intelektualnya.
mencoba melakukan kajian tentang Disleksia mengacu
jenis kekeliruan yang dilakukan anak kepada masalah kesulitan dalam
disleksia dalam membaca aksara Arab membaca. Sampai saat ini kata
dan metode yang dapat meminimalisir dyslexia digunakan dalam bahasa
neurologi untuk menggambarkan
ketidakmampuan membaca yang
5
A. Chaedar Alwasilah, Pokoknya Kualitatif: lebih ringan dari pada alexia,
Dasar-dasar Merancang dan Melakukan yang memiliki arti kehilangan
Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Pustaka Jaya, kemampuan membaca.
2009), h. 45. Ketidakmampuan membaca
6
Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan,
(Jakarta: Bumi Aksara, 2004), h. 157.
menandakan disharmoni dalam
7
John W. Creswell, Educational Research:
8
Planning, Conducting, and Evaluating Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi
Quantitative and Qualitative Research (New Anak Berkesulitan Belajar, (Jakarta: Rineka
Jersey: Pearson, 2008), h.55- 56. Cipta, 1999), h. 204.

297
kehidupan seorang anak. terhadap aturan-aturan
Disharmoni tersebut terjadi korespondesi grafem-fonem,
karena beberapa faktor yang semantik, pemahaman, dan
berhubungan dengan psikologi, interpretasi. 12 Muhammad ‘Abd
fisik, pendidikan, lingkungan, Al-Qᾱdir Ahmad Thuruq Ta’līm
dan kesulitan lain, atau dari al-Lughah al-‘Arabiyyah
interaksi yang terjadi di sekitar berpendapat bahwa membaca
mereka. 9 merupakan aktivitas berpikir
Pada tahap pemula, anak yang dilakukan melalui transfer
perlu memperhatikan dua hal: 1) mental dari pengamatan
keteraturan bentuk dan 2) pola terhadap huruf dan simbol
gabungan huruf. Kemampuan tertulis menjadi bunyi suara dari
anak untuk memahami akan kata-kata yang mengacu pada
adanya keteraturan bentuk huruf simbol tertulis. Makna kata
mempunyai prasyarat yang dipahami dalam pikiran dan
sifatnya psikologis dan dapat diucapkan, baik melalui
10
neurologis. Selanjutnya, proses gerakan bibir atau tanpa
membaca tahap lanjut menyuarakannya.13
menekankan pemahaman makna
dari bahan yang dibaca meskipun 3. Teori Psikolinguistik sebagai
ini tidak berarti bahwa pada Pendekatan Linguistik Makro
tahap pemula tidak ada makna Penelitian ini bukan
yang terkait. Perbedaan yang penelitian linguistik mikro yang
mencolok antara kedua tahap ini memberikan perhatian pada
adalah bahwa pembaca pada unsur lingual yang bersifat
tahap lanjut tidak lagi harus intrinsik, walau demikian pada
memperhatikan keteraturan tataran dasar masih menyentuh
bentuk huruf lagi. Kemampuan tataran ini. Namun, secara
untuk ini telah dilaluinya dan kini mendalam berfokus pada
dia masuk ke pemahaman pendekatan kajian linguistik
makna.11 makro, terutama pada level
kajian psikolinguistik.
2. Teori Membaca
Menurut Gleason 3. Temuan
membaca adalah sebuah proses Penelitian ini merupakan
yang kompleks, karena penelitian lanjutan. Mulai dari
merupakan kegiatan untuk penelitian awal (prelimenary research)
mengenal sejumlah komponen sampai penelitian lanjutan peneliti
dari fitur-fitur visual bahasa menggunakan responden yang sama
seperti huruf, kata, pengetahuan yaitu Nala dan Tasya. Responden
pertama adalah Nala ketika berusia 7
dan 13 tahun. Sedangkan responden
9
Florence G. Roswell, Reading Disability: A
12
Human Approach to Learning (New York: Jean Berko Gleason, The Development of
Basic Books, Inc., Publishers, 1977), h. 3&26. Language, (Boston, New York, San Francisco:
10
Soenjono Dardjowidjojo, Psikolinguistik: Pearson Education Inc., 2005), h. 414.
Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia, 13
Muhammad ‘Abd Al-Qᾱdir Ahmad, Thuruq
(Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2003), h. Ta’līm al-Lughah al-‘Arabiyyah. Al-Qāhirah:
300. (Maktabah an-Nahdhah al-Mishriyyah, 1985), h.
11
Ibid., h. 303. 108.

298
Buletin Al-Turas:
Mimbar Sejarah,Sastra,Budaya, dan Agama - Vol. XXII No.2, Juli 2016

kedua adalah ketika Tasya berusia 10


dan 16 tahun. Penelitian ini untuk Tabel 2:
melihat dampak lanjutan dari penelitian Daftar kekeliruan bacaan Nala
yang dilakukan sebelumnya. Untuk itu ketika berusia 13 tahun- Iqra’ 1
temuan data pada penelitian pertama (bacaan)‫القرأة‬ ‫الكتابة‬ ‫الرقم‬
akan dibandingkan dengan penelitian (tulisan)
lanjutan berikut ini. ‫َج‬ ‫َج‬ 1
‫َج‬ ‫َج‬ 2
َ ‫هـ‬ ‫َح‬ 3
1. Nala Yana Ramadhani ‫َخ‬ ‫َح‬ 4
Tabel 1: ‫َح‬ ‫َخ‬ 5
Daftar kekeliruan ‫هـ‬ ‫ح‬ َ 6
َ
bacaan Nala ‫َح‬ َ ‫هـ‬ 7
ketika berusia 7 tahun-Iqra 1 َ‫ز‬ َ‫ذ‬ 6
َ‫ذ‬ َ‫ز‬ 7
‫س‬ َ ‫ث‬ َ 8
‫ث‬ َ ‫س‬ َ 9
‫القرأة‬ ‫الكتابة‬ ‫الرقم‬ ‫ش‬ َ ‫س‬ َ 10
(bacaan) (tulisan) ‫س‬ َ ‫ش‬ َ 11
‫َخ‬ ‫َج‬ 1 ‫ض‬ َ ‫ص‬َ 12
‫َح‬ ‫َج‬ 2 ‫ص‬ َ ‫ض‬ َ 13
‫َج‬ ‫َح‬ 3 ‫ظ‬َ ‫ط‬َ 14
‫َخ‬ ‫َح‬ 4 َ‫ط‬ َ‫ظ‬ 15
‫َح‬ ‫َخ‬ 5
َ ‫هـ‬ ‫ح‬ َ 6
‫َح‬ َ ‫هـ‬ 7
َ‫ز‬ َ ‫ذ‬ 6
َ‫ذ‬ َ‫ز‬ 7
‫س‬ َ ‫ث‬ َ 8
‫ث‬ َ ‫س‬ َ 9
‫ش‬ َ ‫س‬ َ 10
‫س‬ َ ‫ش‬ َ 11
‫ض‬ َ ‫ص‬ َ 12
‫ص‬ َ ‫ض‬ َ 13
‫ظ‬َ ‫ط‬َ 14
َ‫ط‬ َ‫ظ‬ 15

299
2. Natasya Rizki Amalia

Tabel 3:
Daftar kekeliruan bacaan Tasya ketika berusia 10 tahun – Iqra’ 4

‫القرأة‬ ‫( الكتابة‬tulisan) ‫الرقم‬ (bacaan)‫القرأة‬ ‫( الكتابة‬tulisan) ‫الرقم‬


(bacaan)
‫ت‬
ِ ‫حفِزَ ا‬ ‫ت‬
ِ ‫ظا‬ َ ِ‫حاف‬ 14 ‫ف‬ َ ‫زُ ْو‬ ‫ف‬ َ ‫ُج ْو‬ 1
‫فَذَ ْينَا ُه‬ ‫فَدَ ْينَا ُه‬ 15 ‫ف‬ ُ ‫َينَا‬ ‫َاف‬ُ ‫َيخ‬ 2
‫لَ ْو َل‬ ‫لَ ْي َل‬ 16 ‫فِ ْي َما‬ َ ‫فِيْها‬ 3
َ‫َميْت‬ َ‫َم ْوت‬ 17 ْ‫َوكاَبُوا‬ ‫وكاَن ُْوا‬ 4
‫قَيْما‬ ‫قَ ْوما‬ 18 ‫ي‬
َ ‫ص‬ ِ ‫َر‬ ‫ي‬َ ‫ض‬ ِ ‫َر‬ 5
َ‫بَيْن‬ َ‫بَ ْون‬ 19 ‫لَ ْو‬ ُ‫لَه‬ 6
َ‫بَيْن‬ َ‫بِيْن‬ 20 ‫ِي‬ْ ‫بِلَ ْيد‬ ْ ‫بِا َ ْيد‬
‫ِي‬ 7
َ‫بِيْن‬ َ‫بَيْن‬ 21 ِ‫ِل ِل ْيلَف‬ ِ‫ِ ِِل ْيلَف‬ 8
َ‫بَ ْون‬ َ‫ب ُْون‬ 22 ‫ِللَد ََم‬ ‫ِِلَد ََم‬ 9
َ ‫فِها‬ َ ‫فِيْها‬ 23 ‫يَت ُ ْو ُل‬ ‫يَقُ ْو ُل‬ 10
‫ع َِواجا‬ ‫ع َِوجا‬ 24 ‫يَلَ ْيتَبِ ْي‬ ‫يَلَ ْيتَن ِْي‬ 11
َ ‫كَنا‬ َ‫كَان‬ 25 َ‫ظ ْون‬ ُ ‫ت ُ ِف ْي‬ َ‫ت ُ ِف ْيض ُْون‬ 12
‫نَك ِِر‬ ‫نَ ِكي ِْر‬ 26 ‫َوقَالِصا‬ ‫فَقَالِصا‬ 13

Tabel 4:
Daftar kekeliruan bacaan Tasya ketika berusia 16 tahun – Iqra’ 4

‫القرأة‬ ‫الكتابة‬ ‫الرقم‬ ‫القرأة‬ ‫الكتابة‬ ‫الرقم‬


(bacaan) (tulisan) (bacaan) (tulisan)
‫ت‬ َ ِ‫حاف‬
ِ ‫ظا‬ ‫ت‬ِ ‫ظا‬ َ ِ‫حاف‬ 14 ‫ف‬ َ ‫ُج ْو‬ ‫ف‬ َ ‫ُج ْو‬ 1
ُ‫فَدَ ْينَاه‬ ُ‫فَدَ ْينَاه‬ 15 ‫َاف‬ ُ ‫يَخ‬ ‫َاف‬ ُ ‫يَخ‬ 2
‫لَ ْي َل‬ ‫لَ ْي َل‬ 16 َ ‫فِيْها‬ َ ‫فِيْها‬ 3
َ‫َم ْوت‬ َ‫َم ْوت‬ 17 ‫وكاَنُ ْوا‬ ‫وكاَنُ ْوا‬ 4
‫قَ ْوما‬ ‫قَ ْوما‬ 18 ‫ي‬
َ ‫ص‬ ِ ‫َر‬ ‫ي‬
َ ‫ض‬ ِ ‫َر‬ 5
َ‫بَ ْون‬ َ‫بَ ْون‬ 19 ُ ‫لَه‬ ُ ‫لَه‬ 6
َ‫بِيْن‬ َ‫بِيْن‬ 20 ‫ي‬ ْ ‫بِا َ ْي ِد‬ ‫ي‬ ْ ‫بِا َ ْي ِد‬ 7
َ‫بَيْن‬ َ‫بَيْن‬ 21 ‫ف‬ ِ َ‫ِ ِِل ْيل‬ ‫ف‬ ِ َ‫ِ ِِل ْيل‬ 8
َ‫ب ُْون‬ َ‫ب ُْون‬ 22 ‫ِِلَدَ َم‬ ‫ِِلَدَ َم‬ 9
َ ‫فِيْها‬ َ ‫فِيْها‬ 23 ‫َيقُ ْو ُل‬ ‫َيقُ ْو ُل‬ 10
‫ِع َوجا‬ ‫ِع َوجا‬ 24 ‫يَلَ ْيتَبِ ْي‬ ‫يَلَ ْيتَنِ ْي‬ 11
َ‫َكان‬ َ‫َكان‬ 25 َ‫ظ ْون‬ ُ ‫ت ُ ِف ْي‬ َ‫ت ُ ِف ْيض ُْون‬ 12
‫نَ ِكيْر‬ ‫نَ ِكي ِْر‬ 26 ‫فَقَا ِلصا‬ ‫فَقَا ِلصا‬ 13

B. Pembahasan tiap kalimat yang diucapkan dan


1. Hambatan Bunyi Grafem- dituliskan dalam bahasa Arab. Holes
Fonem dan Silaba menjelaskan tiga---grafem, fonem,
Grafem dalam konteks dan silaba--- satuan tersebut dalam
penelitian ini adalah huruf-huruf sistem fonologi terdiri dari 3 jenis
hijaiyah, dan fonem adalah satuan grafem yaitu konsonan, vokal, dan
bunyi terkecil---huruf hijaiyah semi vokal. Konsonan terdiri dari 28
tersebut---atau unit lingual terkecil, huruf hijaiyah (grafem), vokal terdiri
dan silaba merupakan suku kata dari dari 3 huruf yaitu /a/, /i/, dan /u/, dan

300
Buletin Al-Turas:
Mimbar Sejarah,Sastra,Budaya, dan Agama - Vol. XXII No.2, Juli 2016

semi-vokal terdiri dari 2 huruf yaitu Nala telah mengundurkan diri untuk
/w/ dan /y/.14 mendapatkan binaan lanjutan.16
Di samping konsonan dan Kesadaran orang tua untuk
vokal di atas, silaba atau silabel memberikan fasilitas terbaik untuk
merupakan satuan runtunan bunyi anak-anak yang mengalami hambatan
yang ditandai dengan satu satuan membaca, utamanya dalam jenis baca
bunyi yang paling nyaring, yang informal seperti bahasa Alquran dan
dapat disertai atau tidak oleh sebuah atau bahasa Arab nampaknya juga
bunyi lain di depannya, di masih rendah.
belakangnya, atau sekaligus di depan Hambatan membaca seperti di
dan dibelakangnya. Adanya puncak atas biasanya dilalui dengan ciri
kenyaringan atau sonoritas inilah bahasa yang memiliki sistem
yang menandai silabel itu. Puncak penulisan alphabetic---termasuk
kenyaringan itu biasanya ditandai bahasa Arab--- umumnya melalui
dengan sebuah bunyi vokal. Karena proses pengenalan pada kesadaran
itu, untuk menentukan ada berapa fonologis untuk satuan huruf dan
silabel pada sebuah kesatuan runtunan fonem. Untuk huruf-huruf hijaiyah
bunyi kita lihas saja ada berapa buah berikut ini dilafalkan dengan bunyi
vokal yang terdapat di dalamnya. 15 yang spesifik, seperti yang ditulis
Misalnya, pada runtunan satuan bunyi dalam tabel berikut:
/‫ب‬/
َ ’ba’, terdapat satu vokal yaitu (a),
maka pada satuan runtunan bunyi itu Huruf Bunyi Huruf Bunyi
ada satu buah silabel. Pada runtunan ‫ا‬ Alif ‫ط‬ Tho
satuan bunyi /‫ف‬ َ َ‫وق‬/
َ ’waqafa’, terdapat ‫ب‬ Ba ‫ظ‬ Zho
tiga buah vokal, yaitu (a,a,a), maka ‫ت‬ Ta ‫ع‬ ’Ain
satuan tuntunan bunyi pada kata itu ‫ث‬ Tsa ‫غ‬ Ghain
ada tiga buah silabel. Begitu pula ‫ج‬ Jim ‫ف‬ Fa
seterusnya. ‫ح‬ Ha ‫ق‬ Qof
Berangkat dari hasil temuan ‫خ‬ Kha ‫ك‬ Kaf
data di atas, maka terlihat adanya ‫د‬ Dal ‫ل‬ Lam
hambatan fonologis dari grafem, ‫ذ‬ Dzal ‫م‬ Mim
fonem, sampai silaba saat penderita ‫ر‬ Ra ‫ن‬ Nun
disleksia ketika membaca aksara Arab ‫ز‬ Zai ‫و‬ Waw
melalui bacaan alquran dasar. ‫س‬ Sin ‫هـ‬ Ha
Hambatan fonologis Nala hampir ‫ش‬ Syin ‫ِل‬ Lam
bersifat pengulangan, dari apa yang ia alif
baca saat masih berusia 7 tahun, ‫ص‬ Shad ‫ء‬ Hamzah
maupun---6 tahun sesudahnya--- ‫ض‬ Dhad ‫ي‬ Ya
ketika berusia 13 tahun. Dari
dokumentasi Sanggar Baca Jendela Tabel 5:
Dunia, rekaman belajar membaca Lafal huruf hijaiyah (aksara Arab)
Nala di lembaga ini terputus, karena

14 16
Clive Holes, Modern Arabic: Structures, Hasil Wawancara dengan Najmah Aulia, salah
Function and Varieties, (London and New York: satu mentor Sanggar Baca Jendela Dunia, 9 Juli
Longman, 1995), h. 47. 2015. Dalam arsip dan dokumentasi Sanggar
15
Abdul Chaer, Linguistik Umum, (Jakarta: Baca Jendela Dunia menunjukkan bahwa Nala
Rineka Cipta, 1994), h. 101. tidak tercatat sebagai alumni lembaga ini.

301
Sekitar tahun 1990-an, pendekatan syllabic Iqra. Contoh
pengenalan sistem baca-tulis dengan huruf /‫ط‬/ ‘tho’ dan /‫ت‬/ ’ta’ memiliki
menggunakan sistem alphabetic bunyi yang sama tatkala dibaca
mulai mengalami perubahan, yang dengan silaba /‫ط‬ َ / ’tho’ dan/ َ‫ت‬/ ’ta’.
semula berupa satuan bunyi huruf Hal itu juga terjadi pada beberapa
yang dilafalkan seperti pada tabel di huruf yang lain.
atas menjadi satuan bunyi syllabic, Kendala ini menjadi salah satu
yang menghubungkan simbol visual faktor mengapa anak disleksia
dengan suku kata (silaba). 17 menghadapi kesulitan dalam
Karenanya, pembelajar tidak lagi mengenal dan membaca aksara Arab.
diperkenalkan pada satuan huruf ‫ا‬ Dalam kasus Nala misalnya,
“alif”, atau ‫“ ج‬jim”, ‫” ك‬kaf”,dan ‫ل‬ hambatan fonologis sering dilakukan
”lam” tapi langsung pada satuan terutama saat ia menemukan satuan
bunyi silaba seperti َ ‫“ ا‬a”, ‫“ َج‬ja”, َ‫ك‬ bunyi-bunyi huruf yang hampir mirip
“ka”, ‫“ َل‬la” dan seterusnya. seperti:18
Dalam pengenalan baca tulis
pada aksara Arab, pendekatan Tabel 6:
membaca dengan metode syllabic Kesalahan bunyi fonem Nala
dikenal dengan metode ’Iqra’. Pada Nala cenderung kesulitan
sebagian orang metode Iqra’ untuk mengeluarkan bunyi dari huruf-
merupakan cara untuk mengenal huruf dan bunyi fonem yang mirip
aksara Arab dengan lebih cepat. pada temuan data penelitian awal.
Namun untuk anak disleksia, metode Namun pada penelitian lanjutan,
ini ternyata juga masih mengalami kesulitan Nala hampir sama, kecuali
hambatan. Hal itu terjadi karena fonologi fonem ‫ َج‬pada penelitian
pendekatan baca tulis syllabic dalam lanjutan ini. Selai itu Nala tetap
bahasa Arab baru dapat memberikan mengalami hambatan dan kesulitan
Dibaca Tulisan untuk membunyikan satuan fonologis
َ huruf ‫ث‬ َ , sehingga dibaca ‫س‬, َ ‫س‬َ
‫س‬
َ ‫ث‬
َ
dibaca ‫ث‬, ‫س‬ َ dibaca ‫ش‬ َ atau
‫ث‬ ‫س‬ َ sebaliknya, َ‫ ذ‬dibaca َ‫ ز‬atau
‫ش‬ َ ‫س‬ َ sebaliknya, ‫َح‬ dibaca َ ‫ هـ‬atau
‫س‬ َ ‫ش‬ َ sebaliknya. Hambatan yang dihadapi
َ‫ز‬ َ‫ذ‬
Nala terutama pada karakter bunyi-
َ
‫ظ‬ َ‫ذ‬
bunyi huruf yang keluar dari:
َ ‫هـ‬ ‫َح‬
‫َح‬ َ ‫هـ‬ 1. Daun lidah (laminum)/laminal: ‫ث‬ َ dan ‫ش‬ َ
kemudahan untuk beberapa satuan 2. Ujung lidah (apex)/apical : ,‫س‬َ dan َ‫ز‬
bunyi huruf. Tidak semua satuan َ , dan َ‫ذ‬
3. Anak tekak (uvula)/uvular : ‫ظ‬
bunyi huruf hilang dengan 4. Rongga kerongkongan (pharynk)/faringal
: ‫ َح‬dan َ ‫هـ‬,
17
Metode baca tulis ini dikenal dengan nama Anak disleksia seperti Nala---
Iqra’, diperkenalkan oleh Kyai Haji As’ad sejauh pengamatan---tidak
Humam, AMM Yogyakarta. Metode membaca menghadapi masalah bunyi bilabial
sistem Iqra’ mendapat sambutan dan antusiasme
masyarakat. Metode ini dikembangkan dan
seperti ‫ف‬َ dan ‫ب‬ َ , bagian depan dari
disebarluaskan melalui pengajaran berbasis
18
TKA/TPA (Taman Kanak-kanak Hilmi Khalil, Dirasat fi al-Lughah wa al-
Alqur’an/Taman Pendidikan Alqur’an) di seluruh Ma’ajim, (Beirut: Dar an-Nahdhah al-Arabiyyah,
Indonesia. 1998), h.310

302
Buletin Al-Turas:
Mimbar Sejarah,Sastra,Budaya, dan Agama - Vol. XXII No.2, Juli 2016

langit-langit mulut seperti َ‫ د‬,‫ط‬ َ , َ‫ ت‬, http://specialedpost.org/wp-


dan ujung lidah seperti pada bunyi content/uploads/2014/11/dyslexia.
silaba َ‫ ن‬,َ‫ ل‬,‫ َر‬. Namun setelah 6 tahun jpg
melewati preliminary research
fonologi setiap aksara Arab yang Hambatan fonologis pada
dibaca Nala tidak banyak mengalami anak disleksia saat belajar
perubahan kecuali fonologi fonem ‫ َج‬. membaca aksara Arab menjadi
Merupakan hal yang konstan mata rantai antara
pula bila melihat perkembangan ketidakmampuan membaca anak
bahasa seseorang, karena aktivitas disleksia dengan motivasi
bahasa berhubungan secara resiprokal internal dan perlakuan
dengan pemikirannya. 19 Begitu pula (treatment) eksternal dari
dengan Nala, perkembangan stakeholders; orangtua, guru atau
fonologisnya juga berhubungan lembaga pendidikan, dan
dengan perkembangan pemikirannya masyarakat.
yang masih ‘tertukar’ dan ‘bolak- Berbeda dengan Nala,
balik’ dalam menyelaraskan simbol- kasus Tasya---anak disleksia---
simbol huruf hijaiyah yang mengalami progres yang hampir
ditemuinya tersebut. mencengangkan. Lihat daftar
Namun sebaliknya, keadaan tabel 3 dan 4, terlihat kemajuan
Tasya mengalami perbedaan dengan yang signifikan pada bacaan
Nala. Hambatan fonologis pada aksara Arab Tasya antara ketika
grafem-fonem dan silaba Tasya ketika ia berusia 10 tahun dan 16 tahun.
berusia 10 tahun mengalami Ketika ia berusia 10
penurunan yang signifikan bila tahun, hambatan fonologi
dibandingkan bacaannya ketika dijumpai pada kemiripan bunyi
berusia 16 tahun. Pada penelitian /ju/ dan /zu/, dan bunyi /zho/ dan
awal fonologi grafem dan fonemnya /za/ Tasya melakukan perubahan
sering keliru. Memorinya pada sistem bunyi kata ‫ف‬ َ ‫” ُج ْو‬jūfa” menjadi
grafem juga masih kacau (lihat tabel 3 ‫ف‬ ُ
َ ‫” ز ْو‬zūfa”, dan kata ‫ت‬ ِ ‫ظا‬َ ‫ح ِف‬
di atas). Ia selalu mengalami “hāfizhooti” menjadi ِ ‫ح ِفزَ ا‬
‫ت‬
kekeliruan dalam membaca aksara ”hāfizāti”. Lihat tabel 7 berikut
Arab sehingga terbalik-balik. Lihat ini:
gambar otak anak disleksia ketika
belajar membaca---termasuk pada Tabel 7
aksara Arab. Kesalahan bunyi fonem dan silaba
Gambar 1 Tasya
Fragmentasi Sensor Memori
Dibaca Tulisan
‫ف‬َ ‫ُز ْو‬ ‫ف‬
َ ‫ُج ْو‬
‫ت‬ِ ‫ت ح ِفزَ ا‬ َ ‫حا ِف‬
ِ ‫ظا‬
Namun pada penelitian
lanjutan, Tasya membaca huruf
Arab pada tabel tersebut dengan
sangat mencengangkan. Dari 26
kata, hanya 1 bunyi kata yang
keliru, yaitu pada kata ‫ي‬ َ ‫ض‬
ِ ‫َر‬
19
Abdul Madjid Sayyid Ahmad Manshur, Ilmu
al-Lughah al-Nafsi, (Riyadh: Jami’ah al-Mulk
dibaca menjadi ‫ي‬ ‫ص‬ ‫ر‬.
َ ِ َ
Sa’ud, 1982), h. 102.

303
Temuan data yang pengkodean fonologis merupakan
demikian, dicek dalam arsip dan hal yang sangat penting dalam
dokumentasi Sanggar Baca pembelajaran untuk
Jendela Dunia, didapatkan bahwa mengidentifikasi kata-kata dalam
Tasya telah melalui tahapan dasar sebuah alfabet yang didasari oleh
dalam membaca aksara Arab. ortografi.20
Namun ketika Tasya membaca Hambatan yang dihadapi
dengan kalimat yang lebih Nala dan Tasya pada kasus di
panjang dan kompleks, atas lebih banyak pada persoalan
kekeliruan fonologis kembali fonologi. Seperti umumnya
menjadi hambatan Tasya, pembelajar disleksia lain, baik
terutama dalam sistem semi Nala dan Tasya mengalami
vokal dan vokal panjang. kesulitan untuk membuat
Kemampuan Nala dan hubungan sistematik antara huruf
Tasya untuk melakukan dan bunyi. Kekeliruan itu terjadi
pengkodean kata secara fonologis ketika mengingat huruf-huruf
menjadi sangat penting untuk yang mempunyai bunyi hampir
membedakan tiap satuan unit sama seperti dijelaskan dalam
lingual dengan benar dan tepat. tabel di atas. Kesulitan yang
Menurut Gleason seperti ini tidak disebabkan
pengetahuan fonologis dapat masalah pendengaran, tapi
memudahkan anak untuk banyak berkaitan dengan proses
mengasosiakan pengolahan input di dalam otak
(menggabungkan) kata-kata Nala dan Tasya.
sebagai suatu kesatuan rangkaian,
baik sebagai rangkaian huruf- 2. Hambatan Bunyi Vokal
huruf dalam kata tertulis maupun Pendek dan Panjang
rangkaian bunyi kata-kata lisan. Dalam bahasa Arab vokal
Pengkodean fonologis juga terdiri dari vokal pendek dan vokal
membantu segmentasi kata-kata panjang. Vokal pendek terdiri dari
lisan dan tertulis dan oleh karena fathah /a/, kasrah /i/, dan dhommah
itu memudahkan pendeteksian /u/, sedangkan vokal panjang terdiri
dan penggunaan grafem-fonem dari alif layyinah atau fathah
dan kaitan ejaan-suara yang dapat panjang /aa/, ya’ atau kasrah
digunakan untuk pengkodean panjang /ii/, dan waw atau
kata. Selanjutnya, memudahkan dhommah panjang /uu/ .21
pula penggunaan bunyi huruf, Dalam kasus Tasya,
untuk membantu dalam kekeliruan untuk melafalkan bunyi
membedakan dan mengurutkan vokal pendek hampir jarang terjadi.
huruf-huruf dalam kata-kata. Hal Tasya lebih banyak mengalami
ini mendorong pengembangan kesulitan dalam mengidentifikasi
aturan-aturan produksi dan menyuarakan vokal/vowel
morpofonemik. Fungsi akhir dari panjang. Pada pertemuan pertama
pengetahuan fonologis ini adalah sampai ketiga, Tasya seringkali
membantu proses penempatan menukarkan bunyi vokal pendek
bunyi-bunyi yang tepat terhadap
segmen-segmen yang umum. 20
Jean Berko Gleason and Nan Bernstein Ratner,
Karenanya, kemudahan dalam Op. Cit., h. 414.
21
Hilmi Khalil, Op.Cit., h. 72.

304
Buletin Al-Turas:
Mimbar Sejarah,Sastra,Budaya, dan Agama - Vol. XXII No.2, Juli 2016

menjadi vokal panjang, atau Pengenalan diftong diperoleh


menukarkan pelafalan vokal panjang pembelajar ketika mempelajari Iqra’
menjadi vokal pendek. Setelah 4. Pada fase ini, pembelajar telah
pertemuan keempat, frekwensi mengenal semua bentuk huruf;
kekeliruan dalam membaca vokal tunggal dan sambung, konsonan,
panjang dan pendek sudah mulai vokal; pendek dan pandang, dan
mengalami perubahan, Tasya lebih susunan kata dalam kalimat yang
berhati-hati sehingga kekeliruan lebih panjang.
pelafalan vokal pendek dan panjang Hambatan membaca diftong
dapat diminimalisir. Strategi yang dalam kasus Tasya terjadi karena ia
dilakukan untuk membantu Tasya mengalami kerumitan untuk
mengatasi kesulitan dalam membedakan peralihan tiga bentuk
membedakan vokal (vowel) adalah tanda baca; pertama peralihan dari
dengan menggunakan strategi vokal panjang seperti َ‫ ِبيْن‬/biina/ dan
kinestetik seperti memberikan َ‫ ب ُْون‬/buuna/ ke diftong َ‫ بَيْن‬, َ‫( بَ ْون‬lihat
gerakan tangan atau dengan tabel no. 1 dan 2). Kedua, peralihan
memberi ketukan lebih lama pada diftong ke vokal panjang, misal َ‫بَ ْون‬
vokal panjang. Contoh pelafalan ke َ‫ ب ُْون‬atau َ‫ بَيْن‬ke َ‫( ِبيْن‬tabel no. 3
vokal yang keliru saat Tasya belajar dan 4), dan ketiga menyebut diftong
membaca aksara Arab seperti /ai/ dan /au/ secara tepat (tabel no. 5,
tampak pada tabel berikut: 6, dan 7).

Tabel 8 Tabel 9:
Kekeliruan Tasya Kekeliruan Tasya
melafalkan vokal pendek dan membaca diftong
panjang
Dibaca tulisan ‫رقم‬
Dibaca Tulisan َ‫بَيْن‬ َ‫بِيْن‬ 1
َ ‫فِها‬ َ ‫فِيْها‬ َ‫َب ْون‬ َ‫ب ُْون‬ 2
‫ِع َواجا‬ ‫ِع َوجا‬ َ‫بِيْن‬ َ‫بَيْن‬ 3
َ ‫كَنا‬ َ‫َكان‬ َ‫ب ُْون‬ َ‫بَ ْون‬ 4
‫نَ ِك ِر‬ ‫نَ ِكي ِْر‬ ‫لَ ْو َل‬ ‫لَ ْي َل‬ 5
َ‫َميْت‬ َ‫َم ْوت‬ 6
3. Hambatan Bunyi Diftong
‫قَيْما‬ ‫قَ ْوما‬ 7
Diftong adalah suara vokal
rangkap yang dikeluarkan karena Seperti kekeliruan yang dilakukan
posisni lidah yang tidak sama Tasya sebelumnya, dalam
ketika memproduksi bunyi. pengenalan diftong, ia juga sering
Ketidaksamaan itu menyangkut melakukan pembalikan, yakni
tinggi rendahnya lidah, bagian lidah menukar bunyi fonik yang agak
yang bergerak serta strukturnya. berdekatan dari َ‫ َبيْن‬menjadi
Bunyi yang dihasilkan tidak berupa َ‫( ِبيْن‬vokal /a/ dibalik menjadi vokal
dua buah bunyi, melainkan hanya /i/ dan sebaliknya). Pembalikan
sebuah bunyi karena berada dalam yang dilakukan Tasya terjadi
satu silabel. Dalam bahasa Arab, karena konsep diftong dan vokal
diftong atau vokal rangkap tersebut panjang belum tercerna dengan
hanya mengenal dua bunyi yaitu /au/ baik sehingga ia bingung dan
dan /ai/. melihat keduanya dengan cara
yang hampir sama. Kebingungan

305
tersebut dapat terjadi karena pembelajar dapat membunyikan
memori untuk menentukan kiri perbedaan dari ketiga huruf.
kanan dan atas bawah dari tanda Seperti anak disleksia
vokal dan diftong berjalan lebih umumnya, Nala juga seringkali
lambat dari produksi ujarnya. menukarkan bunyi-bunyi huruf-
Metode yang digunakan yang mirip seperti huruf ‫ َج‬dibaca
untuk meminimalisir Tasya menjadi ‫ َخ‬, huruf ‫ َج‬dibaca menjadi ‫َح‬
mengucapkan kekeliruan dan seterusnya seperti tampak pada
bacaannya masih dengan tabel berikut:
menggunakan pendekatan Tabel 10:
kinestetik berupa gerakan tangan Pembalikan huruf-huruf yang mirip
ke atas untuk vokal panjang dan Dibaca Ditulis
gerakan tangan ke bawah untuk
‫َخ‬ ‫َج‬
menandakan diftong.
‫َح‬ ‫َج‬
‫َج‬ ‫َح‬
4. Hambatan Sistem Visual
‫َخ‬ ‫َح‬
Huruf-huruf Kembar
Mengenal bentuk huruf dan ‫َح‬ ‫َخ‬
menyuarakan satuan bunyi silaba Untuk membedakan karakter
pada huruf-huruf yang mirip pada huruf tersebut secara tepat,
umumnya merupakan problem bagi pembelajar pemula seperti Nala,
pembaca disleksia. Dalam aksara membutuhkan 4-6 kali pertemuan
Arab, hal itu mungkin semakin dengan strategi memberi ‘jembatan
kompleks mengingat pembelajar keledai’. Jembatan keledai itu
tidak saja harus membedakan dan dibunyikan seperti suara kepedasan
mengingat dua bentuk huruf yang untuk huruf dan bunyi silaba ‫ َح‬,
mirip, melainkan bisa menemukan suara orang mendengkur (suara
lebih dari 3 bentuk huruf yang yang terjadi saat seseorang tertidur
memiliki karakter yang sama atau lelap) untuk huruf dan bunyi silaba
agak berdekatan. Kemiripan bentuk ‫ َخ‬dan kalimat perangkai “aku suka
huruf dalam aksara Arab dapat jajan” untuk huruf dan bunyi silaba
ditemukan pada karakter huruf ‫ َج‬.
berikut ini : Kedua, huruf sambung.
Pertama, huruf tunggal, Dalam aksara Arab, fitur-fitur huruf
seperti bentuk huruf ‫ ج‬,‫خ‬,‫ ح‬. Ketiga dibedakan dengan huruf tunggal dan
huruf tersebut memiliki karakter huruf sambung, seperti tampak pada
dengan garis datar ditambah table 11 berikut:
lengkungan setengah lingkaran.
Untuk membedakan ketiga huruf
tersebut, pembelajar akan melalui
proses leksikon mental, dengan
tahapan, pertama, mengenali ada
tidak adanya titik di sekitar huruf;
bila titiknya ada maka tahapan
kedua, pembelajar mesti dapat
melihat di mana letak titik tersebut,
baru pada tahapan ketiga,

306
Buletin Al-Turas:
Mimbar Sejarah,Sastra,Budaya, dan Agama - Vol. XXII No.2, Juli 2016

Tabel 11:
Cara penulisan aksara Arab
(huruf tunggal dan sambung; awal, tengah, akhir)
Akhir Tengah Awal Tunggal
‫ـا‬ ‫ـا‬ ‫ا‬ ‫ا‬
‫ـب‬ ‫ـبـ‬ ‫بـ‬ ‫ب‬
‫ـت‬ ‫ـتـ‬ ‫تـ‬ ‫ت‬
‫ـث‬ ‫ـثـ‬ ‫ثـ‬ ‫ث‬
‫ـج‬ ‫ـجـ‬ ‫جـ‬ ‫ج‬
‫ـح‬ ‫ـحـ‬ ‫حـ‬ ‫ح‬
‫ـخ‬ ‫ـخـ‬ ‫خـ‬ ‫خ‬
‫ـد‬ ‫ـد‬ ‫د‬ ‫د‬
‫ـذ‬ ‫ـذ‬ ‫ذ‬ ‫ذ‬
‫ـر‬ ‫ـر‬ ‫ر‬ ‫ر‬
‫ـز‬ ‫ـز‬ ‫ز‬ ‫ز‬
‫ـس‬ ‫ـسـ‬ ‫سـ‬ ‫س‬
‫ـش‬ ‫ـشـ‬ ‫شـ‬ ‫ش‬
‫ـص‬ ‫ـصـ‬ ‫صـ‬ ‫ص‬
‫ـض‬ ‫ـضـ‬ ‫ضـ‬ ‫ض‬
‫ـط‬ ‫ـطـ‬ ‫طـ‬ ‫ط‬
‫ـظ‬ ‫ـظـ‬ ‫ظـ‬ ‫ظ‬
‫ـع‬ ‫ـعـ‬ ‫عـ‬ ‫ع‬
‫ـغ‬ ‫ـغـ‬ ‫غـ‬ ‫غ‬
‫ـف‬ ‫ـفـ‬ ‫فـ‬ ‫ف‬
‫ـق‬ ‫ـقـ‬ ‫قـ‬ ‫ق‬
‫ـك‬ ‫ـكـ‬ ‫كـ‬ ‫ك‬
‫ـل‬ ‫ـلـ‬ ‫لـ‬ ‫ل‬
‫ـم‬ ‫ـمـ‬ ‫مـ‬ ‫م‬
‫ـن‬ ‫ـنـ‬ ‫نـ‬ ‫ن‬
‫ـو‬ ‫ـو‬ ‫و‬ ‫و‬
‫ـه‬ ‫ـهـ‬ ‫هـ‬ ‫ه‬
‫ـي‬ ‫ـيـ‬ ‫يـ‬ ‫ي‬

Perbedaan fitur-fitur huruf di tampak sama ketika dirangkai


atas, dalam prakteknya juga menjadi menjadi huruf sambung. Hal ini
faktor penghambat pembelajar dialami Tasya ketika penelitian awal
disleksia. Beberapa huruf yang dilakukan dalam mengenali
berbeda secara karakter bentuk dan beberapa kata seperti yang terdapat
bunyi pada huruf tunggal, menjadi dalam tabel 12 berikut:

307
Tabel 12:
Kesalahan membaca Tasya
pada bentuk huruf yang mirip
Dibaca Tulisan
‫ف‬ ُ ‫يَنَا‬ ‫َاف‬ُ ‫يَخ‬
‫فِ ْي َما‬ َ ‫فِيْها‬
َ‫ل ْو‬ ُ ‫لَه‬
‫َوقَا ِلصا‬ ‫فَقَا ِلصا‬
ْ‫َوكاَبُوا‬ ‫وكاَنُ ْوا‬
‫َيلَ ْيت َ ِب ْي‬ ‫َيلَ ْيت َ ِن ْي‬
‫ي‬
َ ‫ص‬ ِ ‫َر‬ ‫ي‬
َ ‫ض‬ ِ ‫َر‬
َ
ُ‫فذ ْينَاه‬ َ ُ‫فَدَ ْينَاه‬
َ‫ظ ْون‬ ُ ‫ت ُ ِف ْي‬ َ‫ت ُ ِف ْيض ُْون‬
‫يَت ْو ُل‬ ُ ‫يَقُ ْو ُل‬
Berangkat dari kerangka ketika Tasya menemukan kata َ ‫فِيْها‬
pemikiran Gleason, seperti telah proses memorinya mengacu pada
dijelaskan di atas, pada pembaca bentuk bulatan kecil pada huruf َ ‫ما‬.
tahap pemula, pembaca perlu Namun setelah penelitian lanjutan,
memperhatikan dua hal, yaitu: 1) anak disleksia dapat mengenal huruf
keteraturan bentuk dan 2) pola kembar dalam kata-kata tunggal,
gabungan huruf. 22 Dalam kasus sedangkan dalam kata-kata lebih
Tasya, tampaknya ia baru mampu kompleks diperlukan treatment
melewati keteraturan bentuk huruf khusus.
tunggal, tapi belum mengenal Kekeliruan Tasya dalam
dengan baik pola gabungan huruf mengenal huruf sambung, secara
dalam aksara Arab. umum memiliki karakteristik yang
Ketika Tasya berumur 10 sama. Lihat misalnya ketika ia
tahun, hambatannya dalam menemukan kata ُ‫ لَه‬, Tasya melihat
mengenal kata ‫َاف‬ ُ ‫ يَخ‬dan ‫فِيْها‬. Kata bulatan kecil berbentuk lingkaran
‫َاف‬
ُ ‫يَخ‬ dibaca menjadi‫َاف‬ُ ‫يَن‬ . pada huruf sambung ‫ ـه‬pada kata ُ‫لَه‬
Sedangkan kata ‫ ِفيْها‬dibaca menjadi memiliki kemiripan dengan bentuk
‫فِيْما‬. Sekalipun karakter bunyi huruf huruf waw yang disambung akhir
َ ‫ خا‬dan َ ‫ نا‬berbeda satu sama lain, /‫ـو‬/ . Kekeliruan yang sama terjadi
namun Tasya melihat seperti ada saat Tasya menemukan kata ‫فَقَا ِلصا‬.
kemiripan bentuk dua huruf Ia menghadapi kerumitan dalam
tersebut, yakni sama-sama memiliki mengingat bentuk huruf sambung/‫فـ‬
tanda titik di atas huruf. Oleh karena /sehingga memorinya mengalami
itu ketika Tasya bertemu dengan kekacauan dan membunyikan huruf/
huruf dan silaba َ ‫خا‬, proses ‫فـ‬/ menjadi /‫و‬/ . Secara otomatis kata
memorinya beralih kepada karakter ‫ فَقَا ِلصا‬dibaca ‫ َوََ قَا ِلصا‬. Kekacauan
huruf /‫ن‬/ “nun” yang memiliki tanda memori untuk mengingat bentuk-
titik di atas huruf. Pada saat itulah bentuk huruf yang hampir mirip
bunyi silaba َ ‫ خا‬secara spontan tersebut, terjadi juga saat
mengeluarkan suara َ ‫ نا‬. Begitu juga membedakan huruf sambung ‫ ن‬dan
‫ ب‬pada contoh ‫ وكاَنُ ْوا‬dan ‫ يَلَ ْيتَنِ ْي‬.
22
Huruf ‫ ن‬pada kedua kata itu tertukar
Jean Berko Gleason dan Nan Bernstein Ratner
dengan huruf/‫ب‬/ sehingga dibaca
(eds.), Psycholinguistics, (Fort Worth: Harcourt
Brace College Publishers, 1998), h. 420-425. menjadi ْ‫ َوكاَبُوا‬dan ‫ يَلَ ْيتَ ِب ْي‬. Dalam

308
Buletin Al-Turas:
Mimbar Sejarah,Sastra,Budaya, dan Agama - Vol. XXII No.2, Juli 2016

kasus ini kekacauan memori Berdasarkan konteks


pembaca disleksia seperti Tasya psikolinguistik, pengalaman Tasya
terjadi saat mengingat kembali dalam membaca aksara Arab,
posisi titik yang terdapat pada huruf dikategorikan dengan disleksia.
‫ ب‬dan ‫ن‬. Kekacauan dan penukaran Tasya mengalami kesulitan untuk
huruf terjadi pula pada beberapa memahami akan adanya keteraturan
kasus, seperti telah dikemukakan bentuk huruf yang mempunyai
pada beberapa kalimat pada tabel di prasyarat yang sifatnya psikologis
atas. dan neurologis. Secara psikologis
Pada kasus huruf alif sambung kemampuan kognitif Tasya belum
di tengah, Tasya mengalami begitu baik karena ia belum
kekeliruan yang lebih sering karena sepenuhnya mampu
garis tegak lurus pada alif sambung mengembangkan kemampuan
yang terletak di tengah memiliki kognitifnya untuk membedakan
bentuk yang mirip dengan huruf suatu bentuk huruf dari bentuk yang
lam sambung di tengah. lain. Bila kemampuan kognitifnya
Perhatikan baik-baik perbedaan bekerja secara baik, maka ia
keduanya pada tabel 9 berikut: seharusnya dapat membedakan garis
Tabel 13: lurus, bundaran, bengkokan,
Perbedaan tulisan sambung huruf setengah lingkaran, letak titik dan
/alif/ dan /lam sebagainya. Dari segi neurologis,
secara usia perkembangan otak usia
Akhir Tengah Awal Tunggal anak seperti Tasya seharusnya sudah
‫ـا‬ ‫ـا‬ ‫ا‬ ‫ا‬ memungkinkan, sehingga ia dapat
‫ـل‬ ‫ـلـ‬ ‫لـ‬ ‫ل‬ mengidentifikasi letak garis lurus
dan setengah lingkaran, apalagi
Kekacauan memori yang kombinasinya. Namun mengingat
dialami Tasya membuatnya Tasya mengalami disleksia, maka
seringkali menukarkan bunyi huruf hambatan yang ia hadapi merupakan
/alif/ menjadi /lam/. Kekacauan ini pengecualian karena belum
terjadi terutama ketika ia bekerjanya kendali memori serial
menemukan huruf /lam/ sambung di secara maksimal, sehingga kendali
tengah. Bila huruf /lam/ tunggal, hemisfir kiri dengan hemisfir
atau huruf /lam/ sambung yang kanannya belum berimbang. Faktor
terletak di awal dan diakhir, inilah yang menjadi penyebab dari
kekacauan memori Tasya hampir kesulitan Tasya dalam membedakan
bisa dihindari. Oleh karena itu beberapa huruf yang memiliki
ketika huruf /alif/ sambung yang kemiripan di atas.
terdapat pada kata-kata dalam tabel
berikut, seringkali dibunyikan Tasya 5. Treatment Mengatasi
dengan suara /lam/. Lihat tabel 10 Hambatan Membaca Anak
berikut: Disleksia
Tabel 14: Menurut bahasa treatment
Kekeliruan Tasya berarti perlakuan, cara
membaca huruf /alif/ sambung memperlakukan, atau pengobatan.23
Dibaca Tulisan
ْ ‫ِبلَ ْي ِد‬
‫ي‬ ‫ي‬ْ ‫ِبا َ ْي ِد‬
‫ف‬ َ
ِ ‫ِل ِل ْيل‬ ِ َ‫ِ ِِل ْيل‬
‫ف‬
‫ِللَدَ َم‬ ‫ِِلَدَ َم‬

309
Menurut KBBI treatment adalah sebaiknya bertumpu pada wujud
sebuah cara menjalankan atau memori kata---ada 3 macam bentuk
berbuat. Melihat perkembangan memori yang dimiliki manusia yaitu
membaca anak disleksia dalam memori pengalaman, memori
penelitian ini, treatment dalam konseptual, dan memori kata---.
mengatasi hambatan membaca anak Memori kata adalah memori yang
disleksia diantaranya adalah: mengaitkan konsep dengan wujud
Gambar 2 bunyi dari konsep tersebut.
Sebelum dan Sesudah Treatment Seseorang yang lupa nama suatu
benda gagal memanfaatkan memori
kata. 25 Sedangkan untuk serial
memori, beberapa ahli berpendapat
bahwa serial memori merupakan
satu kemampuan yang umum untuk
menentukan urutan di mana kita
memproses semua informasi.
Sumber: Contohnya, sebagian besar
http://www.dyslexiaonline.com/i berdasarkan kajian klinis tentang
kerusakan neorologi orang dewasa,
mages/slider/handwriting.jpg beberapa peneliti berasumsi bahwa
serial memori secara umum
merupakan sebuah kemampuan
Pertama, pembelajaran yang bertumpu pada
membaca secara terpola, teratur, integritas/kesempurnaan otak bagian
dan kontinyu. Berlandaskan dengan kiri. Sehubungan dengan pandangan
pandangan Gleason yang melihat tersebut, otak bagian kiri
aktivitas membaca sebagai bertanggungjawab untuk
kemampuan kognitif yang merepresentasi dan memproses
kompleks. Karenanya salah satu hal informasi dari semua bentuk yang
yang paling penting dari semua telah tersusun. Hal tersebut
kemampuan kognitif itu adalah termasuk representasi dari tipe
kemampuan untuk mengetahui informasi yang beraneka ragam,
variasi-variasi yang terpola, teratur, seperti penyusunan di mana elemen
dan kontinyu. 24 Kemampuan ini dari sebuah deretan stimulus
tidak saja ditujukan kepada anak- dihadirkan dalam kerja-kerja
anak yang memiliki kemampuan memori, penyusunan aturan-aturan
normal, tapi juga untuk anak-anak untuk sistem yang komplek seperti
berkebutuhan khusus, termasuk sistem bahasa, sistem matematika,
anak disleksia. dan seterusnya. Berdasarkan
Kedua, melatih memori pandangan/catatan yang serupa, otak
jangka panjang dan serial memori. bagian kanan bertanggungjawab
Untuk memori jangka panjang, guru untuk merepresentasikan dan
yang menangani anak disleksia memproses informasi yang telah
tersusun secara serentak (simultan),
23
John M.Echols dan Hassan Shadily, Kamus
seperti konsep-konsep ruang.
Inggris Indonesia, (Jakarta: PT Gramedia, 2010),
h.602.
24
Jean Berko Gleason and Nan Bernstein Ratner,
25
Op. Cit., h. 418. Soenjono Dardjowidjojo, Op. Cit., h. 274.

310
Buletin Al-Turas:
Mimbar Sejarah,Sastra,Budaya, dan Agama - Vol. XXII No.2, Juli 2016

Bagian dari kerja ini disebut proses telah harus mengembangkan


yang simultan dan berturut-turut. kemampuan untuk memakai simbol.
Ketiga, mengembangkan Simbolisasi ini diperlukan karena
metode multi-sensory dalam anak harus telah menyadari bahwa
penanganan anak disleksia. Dengan apa yang dalam memori dia selama
multi-sensory anak disleksia akan ini tersimpan dalam bentuk bunyi
diajarkan mengeja tidak hanya kini dapat disimbolkan dalam
berdasarkan apa yang didengarnya bentuk huruf. Tentunya, tempat
lalu diucapkan kembali, tetapi juga untuk bunyi dan untuk huruf itu
memanfaatkan kemampuan memori terpisah dalam otak.
visual (penglihatan) serta taktil Kelima, menciptakan
(sentuhan). Cara ini dilakukan untuk lingkungan ramah membaca. Tanpa
memungkinkan terjadinya asosiasi pengecualian, anak-anak disleksia
antara pendengaran, penglihatan dan harus mendapat perhatian, karena
sentuhan sehingga mempermudah mereka juga adalah generasi masa
otak bekerja mengingat kembali depan yang akan menyelamatkan
huruf-huruf. bangsa dari keterpurukan dan
Keempat, meningkatkan kemiskinan intelektual. Bila
motivasi membaca pada anak ditangani lebih serius, mereka
disleksia. Fase yang dilalui seorang adalah asset negara seperti layaknya
pembaca adalah fase-fase kognisi- anak-anak normal. Karenanya
psikologi. Salah satu dari prasyarat bangsa ini tidak boleh memproduksi
kognitif yang harus dilalui adalah “generasi nol buku” yang rabun
menyangkut kematangan mental dan membaca dan lumpuh menulis,
motivasi dalam belajar seperti yang digelisahkan oleh
membaca.Karenanya seorang anak penyair Indonesia Taufik Ismail.
atau pembaca pemula perlu Gambar 3
dikondisikan pada kematangan sikap Pengaruh Disleksia
dan mental, sekaligus
memperhatikan secara selektif daya
pendorong untuk memiliki perhatian
pada kegiatan membaca secara
bertahap dan simultan. Atensi dan
motivasi merupakan bekal kognitif
yang harus dikondisikan dan
disiapkan untuk dapat
mengembangkan kemampuan
membaca. Di samping atensi dan
motivasi, seorang anak atau
pembaca harus mengembangkan
Sumber:
pula kemampuan asosiatif, yakni,
https://samfordss.eq.edu.au/Supportandr
kemampuan untuk mengaitkan
esources/Studentservicesandsupportprog
sesuatu dengan sesuatu yang lain.
rams/Pages/Dyslexia-support-group.aspx
Anak tidak akan dapat mulai
membaca bila belum menyadari
Keenam, memperkaya sistem
bahwa apa yang telah dapat dia
visual dalam representasi pengenal
ucapkan itu bisa dikaitkan dengan
kata ketika melakukan aktivitas
corat-coret pada secarik kertas. Dia
membaca. Sistem visual ini sangat

311
membantu anak disleksia dari C. Kesimpulan
tipologi disleksia visual, auditori, Penelitian ini tidak untuk
dan auditori-visual. Untuk anak melakukan generalisasi dalam melihat
disleksia visual melalui gambar- hambatan membaca bagi penderita
gambar yang merepresentasikan tiap disleksia ketika belajar membaca aksara
huruf dan kata; anak disleksia Arab. Karena bersifat studi kasus pada
auditori melalui cerita dan Nala dan Tasya, maka hasil temuan
nyanyian-nyanyian kecil, dan penelitian mungkin dapat terjadi pada
sejumlah ‘jembatan keledai’ yang sejumlah kasus anak disleksia lain. Oleh
menghubungkan memori anak karena itu simpulan penelitian ini adalah:
disleksia dengan grafem-fonem Pertama, anak-anak disleksia
seperti jembatan keledai untuk yang peneliti temukan adalah jenis
bentuk seperti mangkok yang di disleksia perkembangan (developmental
dalamnya ada dua buah bakso dyslexia) yaitu kesulitan membaca yang
adalah huruf َ‫ت‬, dan seterusnya. dimulai sejak masa kanak-kanak dan
Dalam kasus penelitian ini, terus berlanjut hingga masa dewasa.
Tasya pernah mendapatkan Umumnya, anak-anak dengan disleksia
treatmen--- selama 1 tahun pasca perkembangan mengalami kesulitan
penelitian--- mampu membantu dalam mempelajari aturan-aturan yang
Tasya membaca aksara Arab (al- mengaitkan huruf dengan bunyi.
Quran dasar) lebih baik, akan tetapi Karenanya hambatan yang terjadi
kemudian terhenti dengan kegiatan- kepada Nala dan Tasya lebih banyak
kegiatannya yang lain. Karena pada masalah fonologis. Dengan
treatment tidak kontinyu, maka demikian jenis disleksia anak-anak ini
tingkat kelancaran dan kefasihan bukan menjadi jenis disleksia susulan
membaca dalam aksara Arab masih (acquired dyslexia) karena kedua anak
mengalami hambatan, sekalipun ini tidak menunjukkan gejala terjadinya
dengan frekwensi yang lebih rendah kerusakan otak traumatis.
dari pada Nala. Gambar di bawah ini Kedua, hambatan yang dialami
menggambarkan beberapa hambatan anak-anak disleksia dalam penelitian ini
bahasa anak-anak disleksia yang terdiri dari hambatan-hambatan berikut,
belum tuntas. yaitu fonologi grafem-fonem dan silaba,
Gambar 4 fonologi vokal pendek dan panjang,
fonologi diftong, dan hambatan sistem
visual pada huruf-huruf kembar.
Ketiga, metode multi-sensory
yang dapat digunakan untuk
meminimalisir kekeliruan anak disleksia
dalam belajar membaca aksara Arab
adalah untuk pembaca pemula dapat
menggunakan ’jembatan keledai’ seperti
memberikan analogi suara mendengkur
Masalah Disleksia seperti Gunung Es untuk huruf ‫ خ‬dan suara kepedasan untuk
Sumber: huruf ‫ ح‬dan seterusnya. Sedangkan
http://decodingdyslexianj.org/wp- untuk pembaca tingkat lanjut, salah satu
content/uploads/2012/08/about- metode yang dapat digunakan adalah
dyslexia.jpg dengan metode kinestetik seperti
memberikan gerakan tangan ke atas

312
Buletin Al-Turas:
Mimbar Sejarah,Sastra,Budaya, dan Agama - Vol. XXII No.2, Juli 2016

untuk vokal panjang, gerakan tangan ke mana kita memproses semua informasi;
bawah untuk diftong, bunyi satu ketukan mengembangkan metode multi-sensory
untuk vokal pendek, bunyi dua ketukan dalam penanganan anak disleksia.
untuk vokal panjang dan seterusnya. Dengan multi-sensory anak disleksia
Dengan multi-sensory anak disleksia akan diajarkan mengeja tidak hanya
akan diajarkan mengeja tidak hanya berdasarkan apa yang didengarnya lalu
berdasarkan apa yang didengarnya lalu diucapkan kembali, tetapi juga
diucapkan kembali, tetapi juga memanfaatkan kemampuan memori
memanfaatkan kemampuan memori visual (penglihatan) serta taktil
visual (penglihatan) serta taktil (sentuhan); meningkatkan motivasi
(sentuhan). Cara ini dilakukan untuk membaca pada anak disleksia. Fase yang
memungkinkan terjadinya asosiasi antara dilalui seorang pembaca adalah fase-fase
pendengaran, penglihatan dan sentuhan kognisi-psikologi; menciptakan
sehingga mempermudah otak bekerja lingkungan ramah membaca. Tanpa
mengingat kembali huruf-huruf. pengecualian, anak-anak disleksia harus
Keempat, tahapan membaca yang mendapat perhatian, karena mereka juga
dilalui anak-anak disleksia---pada adalah generasi masa depan yang akan
penelitian ini--- ketika belajar membaca menyelamatkan bangsa dari
aksara Arab, baru mencapai pada keterpurukan dan kemiskinan
tahapan pemula, baik sebelum maupun intelektual. Bila ditangani lebih serius,
sesudah treatment dilakukan. Tahap ini mereka adalah asset negara seperti
yang mengubah manusia dari tidak dapat layaknya anak-anak normal. Karenanya
membaca menjadi dapat membaca, yang bangsa ini tidak boleh memproduksi
terkosentrasi pada kaitan antara huruf “generasi nol buku” yang rabun
dengan bunyi, namun belum pada makna membaca dan lumpuh menulis;
yang terkandung dalam bacaan. Pada memperkaya sistem visual dalam
tahap pemula ini pula, anak disleksia representasi pengenal kata ketika
akan menemukan dua hal penting ketika melakukan aktivitas membaca. Sistem
membaca aksara Arab, yaitu: 1) visual ini sangat membantu anak
keteraturan bentuk dan 2) pola gabungan disleksia dari tipologi disleksia visual,
huruf-huruf hijaiyah. Kemampuan anak auditori, dan auditori-visual.
disleksia di sini untuk memahami akan
adanya keteraturan bentuk huruf D. Rekomendasi
mempunyai prasyarat yang sifatnya Penelitian mengenai anak
psikologis dan neurologis. disleksia dan hambatannya dalam belajar
Kelima, perlakuan atau membaca aksara Arab melalui bahasa
pengobatan (treatment) yang dilakukan alquran kurang mendapat perhatian
untuk membantu hambatan anak berbagai pihak---orang tua, guru,
disleksia membaca aksara Arab secara psikolog, dan tokoh masyaraka---
berkelanjutan terdiri dari pemberlakuan karenanya perlu ditindaklanjuti dengan
pembelajaran membaca secara terpola, skala yang lebih luas dan pendekatan
teratur, dan kontinyu; melatih memori yang lebih komprehensif, berbasis
jangka panjang dan serial memori. linguistik klini dan psikolinguistik serta
Untuk memori jangka panjang, guru pengetahuan ekstralinguistik lainnya.
yang menangani anak disleksia Penelitian ini masih terbatas
sebaiknya bertumpu pada wujud karena beberapa keterbatasan dan
memori kata. Sedangkan untuk serial kedalaman kajian penelitian. Sebagai
memori untuk menentukan urutan di contoh, penelitian ini belum berhasil

313
memberikan sebuah produk berupa alat urnal/item/101, diunduh 15 Juli
bantu visual dan konsep terapan 2009.
pengajaran dalam kegiatan belajar Chaer, Abdul. 2003. Psikolinguistik:
mengajar membaca aksara Arab dan Kajian Teoretik. Jakarta: PT
alquran. Minimnya perhatian dan Rineka Cipta
fasilitas pendidikan, terutama pada __________. 1994. Linguistik Umum.
lembaga non formal setidaknya Jakarta: Rineka Cipta.
mendapat perhatian. Creswell, John W. 2008. Educational
Research: Planning, Conducting,
E. Daftar Pustaka and Evaluating Quantitative and
Abdurrahman, Mulyono. 1999. Qualitative Research. New
Pendidikan Bagi Anak Jersey: Pearson.
Berkesulitan Belajar. Jakarta: Friend, Marilyn Penovich. 2005. Special
Rineka Cipta. Education: Contemporary
Ahmad, Muhammad ‘Abd Al-Qᾱdir. Perspectives for School
1985. Thuruq Ta’līm al-Lughah Proffesionals. Boston, New
al-‘Arabiyyah. Al-Qāhirah: York, San Francisco: Pearson
Maktabah an-Nahdhah al- Education, Inc.
Mishriyyah. Fromkin, Victoria, et al. 2011. An
Al-‘Ashīlī, Abd al-‘Azīz bin Ibrahīm. Introductionb to Language.
2003. “Manhaj al-Muhtawa fī Boston: Wadsworth.
Ta’līm al-Lughah al-‘Arabiyyah Gleason, Jean Berko and Nan Bernstein
Linnāthiqīn Bilughāt Ukhrā Ratner. 1993. Psycholinguistics.
dalam ‘Abd al-Rahīm ‘Alī Hamd Fort Worth: Holt, Rinehart and
dan Muhammad al-Amīn ‘Abd Winston.
al-Rahman al-‘Irakī, Watsā-iq Harris, Albert J. and Edward R. Sipay.
Ijtimā’ Mudārī Ma’āhid T’ā ’lā 1977. How to Increase Reading
wa ‘I’d’ād Mu’allimī al-Lughah Ability, New York: David
al-‘Arabiyyah Linnātiqīn bi McKay Company, Inc.
Lughāt Ukhrā . Sudan: Ma’had Holes, Clive. 1995. Modern Arabic:
al-Khurthūm al-Duali Lilughah Structures, Function and
al-‘Arabiyyah. Varieties, (London and New
Alwasilah, A. Chaedar. 2009. Pokoknya York: Longman.
Kualitatif: Dasar-dasar __________. 2005. The Development of
Merancang dan Melakukan Language. Boston, New York,
Penelitian Kualitatif. Jakarta: San Francisco: Pearson
Pustaka Jaya. Education, Inc.
Bῡthᾱlib, ‘Abd Hᾱdῑ. 1994. Ta’līm wa Khalil, Hilmi. 1998. Dirasat fi al-
Ta’allum al-Lughah al- Lughah wa al-Ma’ajim. Beirut:
‘Arabiyyah wa Tsaqāfatuhā, Dar an-Nahdhah al-Arabiyyah.
Mekah: Arabian al-Hilal. Kramsch, Claire. 2001. Language and
Dardjowidjojo, Soenjono. 2008. Culture. Oxford: Oxford
Psikolinguistik: Pengantar University Press.
Pemahaman Bahasa Manusia. Mar’at, Samsunuwiyati. 2005.
Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Psikolinguistik Suatu Pengantar.
Emmy, “Disleksia: Gangguan membaca Bandung: PT. Refika Aditama.
yang harus diwaspadai”,
http://sehatbugar.multiply.com/jo

314
Buletin Al-Turas:
Mimbar Sejarah,Sastra,Budaya, dan Agama - Vol. XXII No.2, Juli 2016

Manshur, Abdul Madjid Sayyid Ahmad.


1982. Ilmu al-Lughah al-Nafsi.
Riyadh: Jami’ah al-Mulk Sa’ud.
Margono, S. 2004. Metodologi
Penelitian Pendidikan. Jakarta:
Rineka Cipta.
Nunan, David. 2000. Language
Teaching Methodology,
Edinburgh: Longman.
__________. 1999. Second Language
Teaching & Learning. New
YorkP Heinle & Heinle
Publishers.
Roswell, Florence G. 1977. Reading
Disability: A Human Approach
to Learning New York: Basic
Books, Inc., Publishers.
Sternberg, Robert J. 2008. Psikologi
Kognitif. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Sholᾱh, Samῑr Yῡnus dan Sa’ad
Muhammad al-Rasyῑdῑ. 1999. Al-
Tadrīs al-‘Ām wa Tadrīs Lughāh
al-‘Arabiyyah, Kuwait:
Maktabah al-Falah.
Sukardi, 2004. Metodologi Penelitian
Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara.
Tarigan, Henry Guntur. 2008. Membaca
Sebagai Suatu Keterampilan
Berbahasa Bandung: Penerbit
Angkasa.
Wallace, Chaterine. 1986. Learning to
Read in a Multicultural Society.
Oxford: Pergamon Institute of
English.

315

You might also like