You are on page 1of 7

LAPORAN PENDAHULUAN

HAMBATAN MOBILITA FISIK

Disusun untuk Memenuhi Penugasan Stase Keperawatan Gerontik


Program Studi Profesi Ners

Disusun oleh:

FRIDA AMELIA EKAWATI

(SN181068)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2019
LAPORAN PENDAHULUAN
HAMBATAN MOBILISASI FISIK

A. Konsep Gangguan Kebutuhan Dasar


1. Pengertian
Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk bergerak secara
bebas, mudah dan teratur yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan
hidup sehat. Mobilisasi diperlukan untuk meninngkatkan kesehatan,
memperlambat proses penyakit khususnya penyakit degeneratif dan
untuk aktualisasi (Mubarak, 2008).
Mobilisasi menyebabkan perbaikan sirkulasi, membuat napas
dalam dan menstimulasi kembali fungsi gastrointestinal normal,
dorong untuk menggerakkan kaki dan tungkai bawah sesegera
mungkin, biasanya dalam waktu 12 jam.
Imobilisasi adalah suatu kondisi yang relatif, dimana individu tidak
saja kehilangan kemampuan geraknya secara total, tetapi juga
mengalami penurunan aktifitas dari kebiasaan normalnya (Mubarak,
2008).
2. Patofisiologi
Mobilisasi sangat dipengaruhi oleh sistem neuromuskular, meliputi
sistem otot, skeletal, sendi, ligament, tendon, kartilago, dan saraf. Otot
Skeletal mengatur gerakan tulang karena adanya kemampuan otot
berkontraksi dan relaksasi yang bekerja sebagai sistem pengungkit.
Ada dua tipe kontraksi otot: isotonik dan isometrik. Pada kontraksi
isotonik, peningkatan tekanan otot menyebabkan otot memendek.
Kontraksi isometrik menyebabkan peningkatan tekanan otot atau kerja
otot tetapi tidak ada pemendekan atau gerakan aktif dari otot,
misalnya, menganjurkan klien untuk latihan kuadrisep. Gerakan
volunter adalah kombinasi dari kontraksi isotonik dan isometrik.
Meskipun kontraksi isometrik tidak menyebabkan otot memendek,
namun pemakaian energi meningkat. Perawat harus mengenal adanya
peningkatan energi (peningkatan kecepatan pernafasan, fluktuasi irama
jantung, tekanan darah) karena latihan isometrik. Hal ini menjadi
kontra indikasi pada klien yang sakit (infark miokard atau penyakit
obstruksi paru kronik). Postur dan Gerakan Otot merefleksikan
kepribadian dan suasana hati seseorang dan tergantung pada ukuran
skeletal dan perkembangan otot skeletal. Koordinasi dan pengaturan
dari kelompok otot tergantung dari tonus otot dan aktifitas dari otot
yang berlawanan, sinergis, dan otot yang melawan gravitasi. Tonus
otot adalah suatu keadaan tegangan otot yang seimbang.
Ketegangan dapat dipertahankan dengan adanya kontraksi dan
relaksasi yang bergantian melalui kerja otot. Tonus otot
mempertahankan posisi fungsional tubuh dan mendukung kembalinya
aliran darah ke jantung.
Immobilisasi menyebabkan aktifitas dan tonus otot menjadi
berkurang. Skeletal adalah rangka pendukung tubuh dan terdiri dari
empat tipe tulang: panjang, pendek, pipih, dan ireguler (tidak
beraturan). Sistem skeletal berfungsi dalam pergerakan, melindungi
organ vital, membantu mengatur keseimbangan kalsium, berperan
dalam pembentukan sel darah merah (Ganong & William, 2009).
3. Etiologi
Penyebab utama imobilisasi adalah adanya rasa nyeri, lemah,
kekakuan otot, ketidakseimbangan, dan masalah psikologis.
Osteoartritis merupakan penyebab utama kekakuan pada usia lanjut.
Gangguan fungsi kognitif berat seperti pada demensia dan gangguan
fungsi mental seperti pada depresi juga menyebabkan imobilisasi.
Kekhawatiran keluarga yang berlebihan dapat menyebabkan orang usia
lanjut terus menerus berbaring di tempat tidur baik di rumah maupun
dirumah sakit (Setiati dan Roosheroe, 2008).
Penyebab secara umum:
a) Kelainan postur
b) Gangguan perkembangan otot
c) Kerusakan system saraf pusat
d) Trauma lanngsung pada system mukuloskeletal dan
neuromuscular
e) Kekakuan otot
Menurut Alimul (2010) kondisi-kondisi yang menyebabkan
immobilisasi antara lain:
a) Fall
b) Fracture
c) Stroke
d) Postoperative bed rest
e) Dementia and Depression
f) Instability
g) Hipnotic medicine
h) Impairment of vision
i) Polipharmacy
j) Fear of fall
4. Faktor – faktor yang mempengaruhi mobilisasi :
a) Gaya Hidup
Mobilitas seseorang dipengaruhi oleh latar belakang budaya, nilai-
nilai yang dianut, serta lingkungan tempat ia tinggal (masyarakat).
b) Ketidakmampuan
Kelemahan fisik dan mental akan menghalangi seseorang untuk
melakukan aktivitas hidup sehari-hari. Secara umum
ketidakmampuan dibagi menjadi dua yaitu :
1) Ketidakmampuan primer yaitu disebabkan oleh penyakit atau
trauma (misalnya : paralisis akibat gangguan atau cedera pada
medula spinalis).
2) Ketidakmampuan sekunder yaitu terjadi akibat dampak dari
ketidakmampuan primer (misalnya : kelemahan otot dan tirah
baring). Penyakit-penyakit tertentu dan kondisi cedera akan
berpengaruh terhadap mobilitas.
3) Tingkat Energi
Energi dibutuhkan untuk banyak hal, salah satunya mobilisasi.
Dalam hal ini cadangan energi yang dimiliki masing-masing
individu bervariasi.
4) Usia
Usia berpengaruh terhadap kemampuan seseorang dalam
melakukan mobilisasi. Pada individu lansia, kemampuan untuk
melakukan aktifitas dan mobilisasi menurun sejalan dengan
penuaan (Mubarak, 2008).
5. Batasan karakteristik
a. Ketidakmampuan untuk bergerak dengan tujuan di dalam
lingkungan, termasuk mobilitas di tempat tidur, berpindah dan
ambulasi.
b. Keengganan untuk melakukan pergerakan.
c. Keterbatasan rentang gerak.
d. Penurunan kekuatan, pengendalian, atau masa otot.
e. Mengalami pembatasan pergerakan, termasuk protocol-protokol
mekanis dan medis
f. Gangguan koordinasi
6. Diagnosa keperawatan
a. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan
muskuloskeletal.
b. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik.
7. Intervensi keperawatan (Tujuan dan kriteria hasil menggunakan
pendekatan NOC, intervensi menggunakan NIC)
1) Gangguan mobilitas fisik
NOC :
a. Joint Movement : Active
b. Mobility Level
c. Self care : ADLs
d. Transfer performance
Kriteria Hasil :
a. Aktivitas fisik klien meningkat
b. Mengerti tujuan dari peningkatan mobilitas
c. Memverbalisasikan perasaan dalam meningkatkan kekuatan dan
kemampuan berpindah
d. Memperagakan penggunaan alat bantu untuk mobilisasi
NIC :
Exercise Therapy : Ambulation
a. Monitor vital sign sebelum/sesudah latihan dan respon pasien saat
latihan
b. Bantu klien untuk menggunakan tongkat saat berjalan dan cegah
terhadap cedera.
c. Ajarkan pasien terhadap teknik ambulasi
d. Kolaborasi dengan terapi fisik tentang rencana ambulasi sesuai
dengan kebutuhan.
2) Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik
NOC :
a. Pain Level
b. Pain Control
c. Comfort Level
Kriteria Hasil :
a. Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu
menggunakan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri)
b. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan manajemen nyeri
c. Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda
nyeri)
d. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
NIC :
Pain Management
a. Kaji nyeri secara komprehensif (lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualias dan faktor presipitasi)
b. Observasi reaksi nonverbal klien
c. Ajarkan tentang teknik non farmakologi
d. Kolaborasi pemberian analgetik
DAFTAR PUSTAKA

Alimul H, A Aziz. 2010. Pengantar KDM Aplikasi Konsep & Proses


Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
Ganong, William F. 2009. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 22. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Herdman, T.H & Kamitsuru, S. 2018. NANDA International Nursing Diagnosis :
Definition and Classification, 2018-2020. Oxford : Wiley Blackwell.
Mubarak, W.I. 2008. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia : Teori dan aplikasi
dalam praktik. Jakarta : Media Aesculapius.
Setiati S, Harimurti K, Roosheroe A., 2010. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.
Jakarta : Pusat Penerbit Bagian Ilmu Penyakit Dalam FK UI.

You might also like