You are on page 1of 5

Solid Extraction (LCH)

Audhina, R. P., Farhan, M. H. C., dan Tambunan, A.


Departemen Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)
Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia

Abstrak— Solid Extraction adalah proses ektraksi liquid di zat-zat terlarut dapat berdifusi dari fasa padatan menuju fasa
dalam solid menggunakan liquid yang dapat melarutkan liquid cair.
yang terdapat didalam solid. Variabel yang digunakan adalah Terdapat berbagai metode leaching untuk menghasilkan
temperatur pelarut yaitu 40, 50, dan 70°C dengan waktu ekstraksi
ekstrasi dari solid yang diinginkan. Perbedaan metode yang ada
15 menit. Diketahui pH ekstrak serta massa Apel solid setelah
ekstraksi semakin rendah seiring semakin tinggi temperatur akan menghasilkan hasil ekstraksi yang berbeda pula. Selain
pelarut. pertama kali yang dilakukan adalah menyambungkan itu, terdapat beberapa parameter-parameter yang dapat
kabel daya dengan sumber arus listrik. Memastikan semua valve memengaruhi pada hasil ekstraksi seperti jenis pelarut, ukuran
dalam keadaan tertutup, lalu mengisi solvent yaitu berupa solid, temperatur, waktu tinggal, dan lain-lain.
aquadest ke dalam boiler sampai penuh. Menimbang bahan yang
akan diekstrak yaitu Apel seberat 200 gram dan kemudian
A. Rumusan Masalah
dimasukkan ke dalam extraction vessel. Menyalakan heater dan
diset ke suhu yang dibutuhkan dan tunggu hingga steady state. Perumusan masalah yang terkait dan dikaji dalam proposal
Setelah steady state, membuka valve T1 dan mengaturnya untuk ini sebagai berikut :
mengisi ekstraktor dari atas. Menyalakan pompa dan disetting 1. Bagaimana mendapat data untuk menentukan desain batch
hingga pompa berada pada kecepatan maksimum. Menyalakan hasil ekstraksi sebanyak 5000 L?
pompa dan disetting hingga pompa berada dalam kecepatan
maksimum. Memperhatikan flow rate solvent pada rotameter dan
2. Bagaimana kondisi operasi untuk mendapatkan hasil
dicatat flow ratenya jika pompa dalam kecepatan maksimum. ekstraksi yang optimal dengan jumlah pelarut minimal?
Ketika solvent mulai masuk ke dalam vessel ekstraksi, langsung Dari permasalahan di atas maka perlu adanya pembatasan
mulai melakukan perhitungan waktu pengisian. Membiarkan masalah serta ruang lingkupnya agar dalam melakukan analisis
solvent mengisi vessel sampai semua solid tenggelam ke dalam nantinya tidak melebar dan mempermudah dalam melakukan
solvent. Matikan pompa saat semua solid sudah tenggelam di analisis, batasan tersebut yaitu:
dalam solvent, tutup valve T1 untuk mencegah lebih banyak 1. Sistem menggunakan metode batch.
solvent memasuki extraction vessel. Menghentikan timer dan catat 2. Asumsi menggunakan larutan ideal.
waktu pengisian untuk menentukan volume solvent di dalam
vessel. Menyalakan timer kembali untuk memulai melakukan B. Tujuan
perhitungan waktu ekstraksi selama 20 menit. Setelah 20 menit
Tujuan dari praktikum ini adalah:
mengambil sampel effluent secukupnya, kemudian mengukur PH
hasil ekstraksi menggunakan PH-meter. Jika sudah, 1. Melakukan desain batch untuk mendapatkan kapasitas
mengkosongkan extractor vessel dari air hasil ekstraksi dan Apel. ekstraksi sebanyak 5000 L
Langkah percobaan yang sama dilakukan untuk variabel suhu 2. Mendapatkan kondisi operasi optimal pada hasil ekstrasi
lainnya. Diketahui pH ekstrak serta massa apel solid setelah yang maksimal dengan jumlah solvent yang minimal
ekstraksi semakin rendah seiring semakin tinggi temperatur
pelarut dan lamanya waktu perendaman. Suhu optimal yang
digunakan untuk ekstrak apel adalah 70 oC. Untuk kapasitas C. Manfaat
produksi metode batch dengan peningkatan dimensi alat Manfaat yang dapat diperoleh dari penulisan proposal ini
ekstraktor menjadi berukuran diameter 5,676 m tinggi 0,5 antara lain:
m,dipararelkan sebanyak 28 alat dan temperatur ekstraksi 70 oC 1. Dapat mengetahui kinerja dari serangkaian peralatan
serta kebutuhan buah Apel 28,135 kg dengan waktu perendaman
ekstraksi pada laboratorium
15 menit.
2. Dapat mengetahui kondisi temperatur terbaik untuk ekstraksi
mode batch.

Kata Kunci— Aquades, Batch ekstraksi, Apel, Temperatur II. TINJAUAN PUSTAKA
PENDAHULUAN
Banyak zat biologis, organik maupun inorganik yang
terdapat pada suatu campuran dari komponen-komponen
I. PENDAHULUAN berbeda dalam sebuah padatan. Untuk memisahkan zat terlarut
(solute) yang diinginkan atau memisahkan komponen terlarut
L EACHING merupakan salah satu metode ekstraksi, di yang tidak dikehendaki dari suatu fasa padatan, padatan
tersebut dikontakkan dengan suatu fasa cair. Kedua fasa
mana zat terlarut (solute) yang diinginkan atau memisahkan tersebut berkontak dengan baik dan zat terlarut atau zat-zat
komponen terlarut yang tidak dikehendaki dari suatu fasa terlarut dapat berdifusi dari fasa padatan menuju fasa cair.
padatan, padatan tersebut dikontakkan dengan suatu fasa cair. Prinsip kerja dari proses leaching adalah pelarut akan
Kedua fasa tersebut berkontak dengan baik dan zat terlarut atau melarutkan sebagian bahan padatan sehingga bahan terlarut
yang diinginkan diperoleh. Operasi leaching dapat dilakukan penggilingan atau penggerusan dan partikel dapat langsung
dengan sistem batch, semibatch, atau continue. diproses.
Perhitungan dalam operasi ini melibatkan 3 komponen, yaitu Persamaan Stokes-Einstein menunjukkan bahwa difusivitas
: padatan, pelarut dan solute. Asupan umumnya berupa padatan liquid berbanding lurus dengan temperatur liquid. Selain itu,
yang terdiri dari bahan pembawa tak larut dan senyawa dapat kenaikan suhu membuat viskositas liquid berkurang sehingga
larut. Senyawa dapat larut inilah yang biasanya merupakan memperbesar terjadinya difusivitas.
bahan atau mengandung bahan yang diinginkan. Bahan yang Air adalah senyawa kimia yang bersifat polar. Senyawa
diinginkan akan larut sampai titik tertentu dan keluar dari polar hanya dapat melarutkan senyawa polar.
ekstraktor pada aliran atas, sementara padatan keluar pada Apel fuji merupakan tanaman buah tahunan yang berasal
dari kawasan Asia Barat.Apel fuji merupakan buah yang
aliran bawah. Sebagaimana disebutkan di atas, aliran bawah
banyak digemari masyarakat, berdasarkan data SSEN (Survei
biasanya basah karena campuran pelarut/solute masih terbawa
Sosial Ekonomi Nasional, 2006), konsumsi apel per kapita di
juga. Bagian atau persentase solute yang dapat dipisahkan dari
Indonesia meningkat dari 0.52 kg per tahun pada tahun 2004
padatan basah/kering disebut sebagai rendemen. menjadi 0.62 kg per tahun pada tahun 2005.Selain cita rasa
Ada beberapa jenis metode pada operasi leaching, yaitu : apel yang enak, buah apel juga sangat mudah untuk diolah
1. Operasi kontinu dengan sistem bertahap banyak dengan menjadi produk pangan.Saat ini sudah banyak produk pangan
aliran berlawanan (counter current). Dalam sistem ini aliran olahan dari buah apel seperti sari apel, dodol apel, cuka apel,
bawah dan atas mengalir secara berlawanan. Operasiini permen apel, keripik apel, serbuk apel, dan lain-
dimulai pada tahap pertama dengan mengontakkan larutan lain.Pengolahan apel menjadi produk pangan dilakukan untuk
pekat, yangmerupakan aliran atas tahap kedua, dan padatan meningkatkan nilai ekonomis dari buah apel itu sendiri.Selain
baru, operasi berakhir pada tahap ke n (tahap terakhir), itu saat musim panen tiba stok apel sangat melimpah dan
dimana terjadi pencampuran antara pelarut barudan padatan harga buah apel sangat murah sehingga perlu dilakukan usaha
yang berasal dari tahap ke-n (n-1). Sistem ini untuk merubah buah apel yang daya simpannya rendah
memungkinkan didapakannya perolehan solut yang tinggi, menjadi produk olahan pangan dengan umur simpan yang
sehingga banyak digunakan di dalam industri. tinggi dan memiliki nilai gizi dari buah apel tersebut
2. Operasi dengan sistem bertahap tunggal. Metode ini Apel banyak diminati oleh masyarakat karena mempunyai
merupakan proses pengontakan antara padatan dan pelarut tekstur yang renyah,memiliki rasa manis dan agak asam. Rasa
dilakukan sekaligus dan kemudian disusul dengan tersebut mempunyai kombinasi yang seimbang antara
pemisahan larutan dari padatan sisa. Cara ini jarang ditemui kandungan asam malat dan gula .Selain memiliki rasa yang
dalam operasi industri, karena perolehan solut yang rendah. segar apel juga mengandung nilai gizi yang tinggi, kandungan
gizi buah apel dapat dilihat pada Tabel berikut:
3. Operasi secara batch dengan sistem bertahap banyak
dengan aliran berlawanan. Di dalam sistem ini, padatan
Tabel 1.1 Kandungan Gizi Apel dalam 100 gram Buah
dibiarkan stationer dalam setiap tangki dan dikontakkan
Nomor Nama zat gizi Satuan Kandungan
dengan beberapa larutan yang konsentrasinya makin
1 Energi Kalori 58,00
menurun. Padatan yang hampir tidak mengandung solut
2 Protein Gram 0,30
meninggalkan rangkaian setelah dikontakkan dengan pelarut
3 Lemak Gram 0,40
baru, sedangkan larutan pekat sebelum keluar dari rangkaian
4 Karbohidrat Gram 14,90
terlebih dahulu dikontakkan dengan padatan baru di dalam
5 Kalsium Miligram 6,00
tangki yang lain.
6 Fosfor Miligram 10,00
Umumnya pada proses leaching, dihendaki untuk dilakukan
7 Vitamin B1 Miligram 0,04
pada temperatur yang setinggi mungkin. Karena, semakin
8 Vitamin B2 Miligram 0,03
tinggi temperatur akan menghasilkan kelarutan solute yang
9 Vitamin C Miligram 5,00
lebih tinggi dalam solvent, konsentrasi tertinggi dalam larutan
10 Vitamin A RE 24,00
hasil leaching akan mungkin tercapai. Viskositas cairan akan
11 Niacin Miligram 0,10
semakin rendah dan difusivitas akan meningkat pada
12 Besi Miligram 1,30
temperatur yang lebih tinggi, akan menghasilkan peningkatan
13 Serat Gram 0,70
laju leaching.
Di dalam sistem batch, padatan dibiarkan stationer dalam
Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura, Departemen
setiap tangki dan dikontakkan dengan beberapa larutan yang Pertanian (2009)
konsentrasinya makin menurun. Padatan yang hampir tidak
mengandung zat terlarut meninggalkan rangkaian setelah
dikontakkan dengan pelarut baru, sedangkan larutan pekat
sebelum keluar dari rangkaian terlebih dahulu dikontakkan
dengan padatan baru di dalam tangki yang lain.
Apabila solute diserap pada permukaan partikel padatan atau
cukup terlarut pada larutan pekat, maka tidak diperlukan
III. METODOLOGI A
A. Variabel
Menyalakan heater dan diset ke suhu yang dibutuhkan
Variabel yang digunakan dalam percobaan ini adalah: dan tunggu hingga steady state.
 Buah yang digunakan : Apel
valve T1 dibuka dan diatur untuk mengisi
 Temperatur Solvent : 40, 50, dan 70 oC ekstraktor dari atas.

 Waktu Tinggal : 15 menit


Menyalakan pompa dan disetting hingga pompa berada
dalam kecepatan maksimum.
B. Alat dan bahan
Perhatikan flow rate solvent pada rotameter dan dicatat flow
Alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah: ratenya jika pompa dalam kecepatan maksimum.
i. Alat: Sistem Ekstraktor, Beaker Glass, pH meter,
Stopwatch, dan Spatula. Waktu Pengisian
ii. Bahan: Apel 600 gram (berbentuk kubus 5x5x5 mm)
dan aquadest 3 Liter. Selesai

- Volume titran
C. Skema Alat Mulai

Sampel effluent

Mengambil sampel effluent keluaran untuk setiap variabel


Temperatur

Mengukur PH hasil ekstraksi menggunakan PH-meter

Menghitung volume titran yang dibutuhkan agar terjadi perubahan warna

Volume titran

Selesai

IV. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN


Gambar III.1. Skema alat percobaan Solid-Liquid Extraction A. Hasil Percobaan

Tabel IV.1 hasil percobaan Solid-Extraction (LCH)


D. Flowchart T V t t M PH
- Waktu Pengisian solvent effuent pengisian tinggal output
(0C) (ml) (menit) (gr)
Mulai 40 170 1m 42s 5 118 5,12
10 4,58
Vessel Ekstraktor
15 4,14
Menyambungkan kabel daya dengan aliran listrik 50 171 1m 40s 5 120 5,6
10 5,08
Memastikan semua valve dalam keadaan tertutup 15 4,54
Mengisi solvent kedalam boiler
70 185 1m 45s 5 122 5.73
10 5,2
Menimbang bahan yang akan diekstrak kemudian memasukannya 15 4,88
kedalam Vessel Ekstraktor

A
Tabel IV.2 efisiensi percobaan Solid-Extraction (LCH) 6,5. Setelah dilakukan ekstraksi diperoleh pH ekstrak Apel
T Massa M V Efisiensi dibawah pH tersebut. Hal ini menunjukkan senyawa asam
Solvent Bahan Outpout Effluent (%) yang terkandung di dalam daging buah Apel larut oleh pelarut
(0C) (gr) (gr) (ml) aquades. Penurunan PH apel pada suhu 40 0 C dan 50 0 C
40 100 118 170 18 menujukkan sedikit perbedaan dikarenakan perbedaan
50 120 171 20 temperatur yang juga tidak terlalu jauh,sehingga menunjukkan
70 122 185 22 trendline garis yang hampir sama.
Semakin tingginya suhu ekstraksi akan menyebabkan
viskositas liquid menurun karena gerakan molekul semakin
cepat. Dengan demikian, kontak antara pelarut dan bahan
B. Grafik Hubungan Massa, pH, dan Temperatur semakin sering dan dihasilkan produk yang lebih banyak.
Kenaikan suhu akan mempengaruhi mobilitas zat pelarut
Gambar IV.1 Grafik massa nanas setelah di ekstrak vs menjadi lebih besar dan proses pelarutan akan berlangsung
temperatur pelarut lebih cepat.
Menaiknya massa Apel yang telah diekstraksi seiring
kenaikan temperatur pelarut menunjukkan bahwa semakin
Grafik Massa vs Temperatur banyak kandungan pelarut yang diserap oleh daging buah
124 Apel yang terekstraksi,diakibatkan lamanya waktu
perendaman. Terlihat dari semakin banyaknya voume effluent
122
Massa (gr)

yang keluar akibat peningkatan temperatur,sehingga


120 berpengaruh kepada laju peningkatan volume yang terabsorb.
118 Apabila dilakukan pengamatan terhadap larutan hasil
116 ekstraksi dapat dilihat bahwa seiring peningkatan temperatur
akan mengakibatkan warna larutan menjadi semakin keruh,hal
114
ini dapat dijelaskan karena solvent menyerap asam sitrat pada
40 50 70
apel sehingga membuat larutan yang terekstrak menjadi
Temperatur (Celcius) semakin keruh.
Untuk scale up ekstraksi batch berkapasitas 5000L dapat
dilakukan dengan beberapa cara antara lain, memperbesar
Gambar IV.2 Grafik pH hasil ekstraksi vs temperatur ekstraktor dan atau mempararelkan ektraktor. Diperoleh
pelarut ekstraktor ukuran jari-jari 5,756 m dengan tinggi 0,5 m serta
dipararelkan sebanyak 28 buah.
Untuk meningkatkan kualitas hasil ekstraksi maka
GRAFIK PH VS T' digunakan temperatur operasi pada 70 0 C dengan waktu
tinggal 15 menit,karena menghasilkan efisiensi yang paling
70 celcius 50 celcius 40 celcius besar,seiring dengan perubahan warna yang paling
7 mencolok,dan penurunan nilai PH yang paling signifikan
6 dibandingkan variabel yang lainnya.
5
V. KESIMPULAN
4 Berdasarkan data hasil percobaan dan perhitungan, maka
PH

dapat disimpulkan :
3
1. Suhu optimal dalam ekstraksi Apel adalah 70 oC
2 2. Rekomendasi peningkatan kapasitas produksi metode
batch dengan peningkatan dimensi alat ekstraktor menjadi
1
berukuran jari-jari 5,756 m dengan tinggi 0,5 m serta
0 dipararelkan sebanyak 28 buah pada suhu proses 70 0 C
0 5 10 15 20 dengan kebutuhan buah Apel 28,135 kg dengan waktu
WAKTU PERENDAMAN produksi 15 menit

VI. Risk Assesment


C. Pembahasan A. Pre-Job Risk Assessment
Percobaan menunjukkan bahwa semakin tinggi temperatur Prosedur Hazard Langkah
pelarut maka pH ekstrak apel semakin rendah,apabila Mengurangi
divariasikan dengan lamanya waktu perendaman maka Hazard
semakin lama waktu perendaman akan meningkatkan Mengukur Lantai licin,dan Menggunakan
besarnya nilai efisiensi sehingga menurunkan nilai PH. Nilai dimensi Bejana peralatan listrik Safety Shoes dan
pH yang semakin rendah menunjukkan bahwa larutan bersifat tegangan tinggi selalu berhati-
semakin asam. pH pelarut yang kami gunakan semula adalah hati saat berjalan
maupun
menggunakan
peralatan
Menyalakan Listrik tegangan Menggunakan
peralatan tinggi,Suhu alat glove dan goggle
(ekstarktor,boiler) yang tinggi
Melakukan Suhu reboiler Melakukan
pengisian solvent yang tinggi pergantian
variabel dengan
perlahan
Melakukan Larutan ekstrak Memastikan
percobaan bersuhu tinggi pekerjaan
dilakukan
dengan hati-hati
dan
menggunakan
glove
Melakukan titrasi Larutan NaOH Menggunakan
bersifat basa glove dan goggle

B. Hazard Analysis
Bahaya Dampak Penanggulangan
Memasukkan solvent Kulit Menggunakan glove
ke dalam reboiler Melepuh tahan panas
Terkena Sengatan Luka Kabel listrik diberi
Listrik isolasi kabel
Pipa bocor Solvent Menutup dengan
keluar isolasi
Solvent dalam Alat berhenti Memastikan solvent
Reboiler Habis beroperasi selalu terisi dan
mengecek solvent
secara rutin saat
melakukan ekstraksi
Panas hasil ekstraksi Kulit Menggunakan glove
melepuh tahan panas

VII. Daftar Pustaka


[1] Geankoplis, C. J. 2003. Transport Processes and
Separation Process Principles. 4th ed. New Jersey: Pearson
Education.
[2] Perry, R., Green, D.W., and Maloney, J.O. 1984. Perry’s
Chemical Engineers’ Handbook. 7th Edition. Japan:
McGraw-Hill.
[3] Treyball, R. E. 1981. Mass Transfer Operations.
Singapore: McGraw Hill.

You might also like