You are on page 1of 7

PENJELASAN HUKUM LARANGAN DUA SYARAT

DALAM SATU JUAL BELI


Oleh: Ardito Bhinadi

Salah satu diantara perselisihan yang sering terjadi di kalangan ulama adalah
mengenai larangan dua syarat dalam satu jual beli. Sebagian mengatakan: apabila
menjual sebuah barang dengan harga tunai berbeda dengan harga kredit (pembayaran
tempo), maka hukumnya haram. Sebagian yang lain mengatakan: yang dilarang adalah
kalau seseorang menjual sesuau kepada orang lain dua waktu pembayaran, lalu mereka
berpisah dengan transaksi tersebut, maka hukumnya tidak boleh. Karena penentuan dua
waktu pembayaran tersebut pasti menyebabkan adanya dua harga pembayaran. Namun
kalau sekedar dikatakan: “Secara kontan sekian, dan dengan pembayaram tertunda
sekian.” Lalu transaksi dilakukan dengan satu dari dua pilihan tersebut, hukumnya
boleh.
Perbedaan pendapat muncul dalam menafsirkan hadits-hadits yang menyatakan:
ِ َ‫ وََل َشرط‬dan ‫ْي ِِف ب يْ ع ة‬
‫ان ِِف بَ ْيع‬ ْ َ َ َ ِ ْ َ‫بَ يْ عَ ت‬. Perhatikan kedua hadits ber ikut ini.
ِ‫اَّلل‬ ِ‫اَّلل‬ ِ ‫عن عب‬
ٌ َ‫ «ََل ََِي ُّل َسل‬:‫صلهى هللاُ َعلَْي ِه َو َسله َم‬
،‫ف َوبَْي ٌع‬ َ ‫ه‬ ‫ول‬
ُ ‫س‬ ‫ر‬
َُ ‫ال‬
َ ‫ق‬
َ : ‫ال‬
َ ‫ق‬
َ ‫و‬ٍ
‫ر‬ ‫م‬‫ع‬
َ
ْ ْ ِ
‫ن‬ ‫ب‬ ‫ه‬ ‫د‬ َْ ْ َ
‫س ِعْن َد َك» رواه ابو داود [حكم‬ ‫ي‬ ‫ل‬
َ ‫ا‬‫م‬ ‫ع‬ ‫ي‬ ‫ب‬ ‫َل‬
َ‫و‬ ، ‫ن‬ ‫م‬ ‫ض‬
ْ ‫ت‬
َ ‫َل‬
َ ‫ا‬ ‫م‬ ‫ح‬ ‫ب‬
‫ر‬ِ ‫َل‬َ‫و‬ ، ‫ع‬ ‫ي‬
ْ ‫ب‬ ِ
‫ِف‬ ِ َ‫وََل َشرط‬
‫ان‬
َ ْ َ ُ ْ َ َ َ ْ ْ َ ْ
ُ َ َ ْ َ
‫ حسن صحيح‬: ]‫األلباين‬
Dari Abdillah bin Amr dia berkata: Rasulullah SAW bersabda: Tidak halal pinjam dan jual-beli,
tidak halal dua syarat dalam satu penjualan, tidak halal keuntungan apa apa yang kamu belum
menguasai barangnya (menjual barang yang telah dibelinya yang oleh si penjual barangnya belum
diserahkan kepadamu) dan tidak halal jual beli apa-apa yang tidak ada di sisimu.
Perhatikan pula HR. Tirmidzi berikut ini yang diriwayatkan dari Abu Hurairah.

‫اَّللُ عَ لَيْ هِ َو َس له َم عَ ْن بَ يْ عَ تَ ْْيِ ِِف‬


‫ص لهى ه‬ ِ‫اَّلل‬ َ َ‫عَ ْن أ َِِب ُه َريْ َرةَ ق‬
َ ‫ال ََنَى َر ُس و ُل ه‬
‫بَ يْ عَ ة‬
Dari Abu Hurairah ia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam telah melarang dari dua
syarat dalam satu transaksi jual beli.
Sesungguhnya penjelasan terhadap makna ‫بَ يْ عَ تَ ْْيِ ِِف بَ يْ عَ ة‬ sudah diterangkan oleh

para ahli ilmu dalam Hadits Sunan Tirmidzi yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah.
Perhatikan hadits di bawah ini yang lebih lengkap.

‫اَّللُ عَ لَيْ هِ َو َس له َم عَ ْن بَ يْ عَ تَ ْْيِ ِِف‬


‫ص لهى ه‬ ِ‫ال ََنَى رس و ُل ه‬ َ َ‫عَ ْن أ َِِب ُه َريْ َرةَ ق‬
َ ‫اَّلل‬ َُ
‫ال أَبُو‬ َ َ‫اَّللِ بْ ِن عَ ْم ٍرو َوابْ ِن عُ َم َر َوابْ ِن َم ْس عُ ودٍ ق‬‫بَ يْ عَ ة َوِِف ا لْبَاب عَ ْن عَ بْ دِ ه‬
‫يح َوالْعَ َم لُ عَ لَى َه َذ ا عِ نْ َد‬ ِ ‫ث حسن‬ ِ ِ ِ‫ع‬
ٌ ‫صح‬ َ ٌ َ َ ٌ ‫يث أ َِِب ُه َريْ َرةَ َح د ي‬ ُ ‫يس ى َح د‬ َ
َ ُ‫ض أ َْه ِل ا لْعِلْ ِم قَا لُوا بَ يْ عَ تَ ْْيِ ِِف بَ يْ عَ ة أَ ْن يَ ق‬
‫ول‬ ِ
ُ ‫أ َْه ِل ا لْ ع لْ ِم َوقَ ْد فَ هس َر بَ ْع‬
‫ين َو ََل يُ َف ا ِرقُهُ عَ لَى‬ َ ِ‫ش ر‬ ْ ِ‫ش َرة َوبِنَ ِس يئَة بِع‬ َ َ‫ب بِنَ ْق د بِع‬
َ ‫َّو‬ْ ‫ك َه َذ ا الث‬ َ ُ‫أَبِيع‬
ِ ‫أَح ِد ا لْب ي ع ْيِ فَِإ ذَ ا فَارقَه ع لَى أَح ِد‬
‫ت ا لْعُ ْق َد ةُ عَ لَى‬ ْ َ‫س إِذَ ا َك ان‬ َ ْ‫َب‬
َ ‫َل‬َ َ‫ف‬ ‫ا‬ ‫ِه‬
َ َ َ ُ َ َْ َْ َ
‫َح د ِم نْ ُه َم ا‬َ‫أ‬
Dari Abu Hurairah ia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam telah melarang dari dua
syarat dalam satu transaksi jual beli. Dalam hal ini ada hadits serupa dari Abdullah bin Amru.
Ibnu Umar dan Ibnu Mas'ud. Abu Isa berkata; Hadits Abu Hurairah adalah hadits hasan shahih.
Para ahli ilmu mengamalkan hadits ini. Sebagian ahli ilmu menerangkan dengan mengatakan

bahwa yang dimaksud larangan ‫بَ يْ عَ تَ ْْيِ ِِف بَ يْ عَ ة‬ adalah: penjual berkata kepada pembeli:

pakaian ini aku jual kepadamu secara kontan seharga sepuluh dirham, dan jika secara tempo
(tunda) seharga dua puluh dirham, dan pembeli memisahi penjual tidak menentukan atas salah
satu dari dua harga tersebut (padahal keduanya sudah setuju atas penjualan tersebut). Ketika
pembeli memisahi penjual dengan menetapkan atas salah satu dari dua harga tersebut maka tidak
bahaya (boleh).

Berdasarkan hadits dan keterangan di atas, maka yang dimaksud larangan dua syarat
dalam satu jual beli, diantaranya adalah: bila penjual dalam akadnya mengatakan: saya
jual barang ini kepadamu secara kontan dengan harga sekian, sedangkan jika dibayar
secara hutang/tempo dengan harga sekian (lebih tinggi). Kemudian pembeli setuju
dengan akad tersebut, lalu dia menerima barang dengan belum menentukan dua syarat
yang diajukan oleh penjual dalam akad tersebut, sehingga akad tersebut terjadi tanpa
ada kepastian (gharar). Ini hukumnya haram. Tetapi kalau pada saat menawarkan
barang penjual memberikan pilihan harga barang berbeda, contoh: sepeda motor kalau
dibayar kontan harganya Rp10.000.000,00; kalau dibayar secara mengangsur (tempo)
satu tahun harganya Rp12.000.000,00; kalau dibayar secara mengangsur (tempo) dua
tahun harganya Rp14.000.000,00; kalau dibayar secara mengangsur (tempo) tiga tahun
harganya Rp16.000.000,00; kemudian pembeli memilih salah satu harga yang
ditawarkan, lalu akad jual beli tersebut dilakukan dengan satu harga dan persyaratan
yang ditentukan, maka demikian itu diperbolehkan, tidak termasuk riba, hukumnya
halal.

JUAL BELI DAN PROSES JUAL BELI


Jual beli secara istilah berarti saling tukar menukar harta dengan tujuan
kepemilikan. Di dalam salah satu proses menuju jual beli terdapat penawaran
barang/jasa dari penjual kepada pembeli. Sebagai contoh: Penjual berkata: “sepeda
motor ini harganya Rp10.000.000,00”. Kemudian pembeli menanyakan: “bolehkah saya
bayar dengan secara mengangsur satu tahun atau dua tahun?” Kemudian penjual
mengatakan: “boleh dibeli dengan kontan atau secara mengangsur, kalau dibayar kontan
harganya Rp10.000.000,00; kalau dibayar secara mengangsur (tempo) satu tahun
harganya Rp12.000.000,00; kalau dibayar secara mengangsur (tempo) dua tahun
harganya Rp14.000.000,00; kalau dibayar secara mengangsur (tempo) tiga tahun
harganya Rp16.000.000,00.”
Dialog antara penjual dan pembeli di atas adalah bagian dari proses menuju
transaksi jual beli. Selama penjual dan pembeli belum berpisah, maka terdapat hak
memilih diantara keduanya untuk melanjutkan atau membatalkan proses transaksi jual
beli tersebut. Namun ketika keduanya sudah berpisah, maka tidak ada lagi hak memilih
bagi keduanya. Berdasarkan hadits berikut ini.
ِ ‫ول هللاِ صلهى هللا علَي ِه وسلهم الْب يِع‬
‫ان‬ ُ ‫ال َر ُس‬ َ َ‫ال ق‬َ َ‫َع ْن َح ِكي ِم بْ ِن ِحَزٍام َر ِضي هللا َعْنهُ ق‬
َ َ َ ََ َْ ُ َ
‫ص َدقَا َوبَيهنَا بُوِرَك ََلَُما ِِف بَْيعِ ِه َما َوإِ ْن َكتَ َما‬ َ ‫ن‬ْ ِ
‫إ‬َ‫ف‬ ‫ا‬َ‫ق‬
‫ر‬‫ه‬ ‫ف‬
َ ‫ت‬
َ ‫ي‬ ‫َّت‬
َ َ‫ه‬ ‫ح‬ ‫ال‬
َ َ‫ق‬ ‫َو‬
ْ ‫أ‬ ‫ا‬َ‫ق‬
‫ر‬‫ه‬ ‫ف‬
َ ‫ت‬
َ ‫ي‬ ‫َل‬
َ ‫ا‬
َْ َ َ ‫م‬ ِ
‫ر‬ ‫ا‬ ‫ي‬ِ‫ِِب ْْل‬
ِ َ‫ رواه البخاري ِِف كِت‬.‫ت ب رَكةُ ب يعِ ِهما‬ ِ
‫اب الْبُيُوع‬ َ َْ ََ ْ ‫َوَك َذ َِب ُُم َق‬
Dari Hakim bin Hizam dia berkata, bersabda Rasululah SAW: ”Dua orang yang berjual beli itu
berhak memilih selama keduanya belum berpisah”, atau beliau bersabda: ”Sehingga keduanya
berpisah. ”Jika keduanya jujur dan terus-terang, maka keduanya mendapat barokah dalam jual-
belinya. Jika keduanya menyembunyikan (cacat) dan berdusta maka dihapuslah barokah jual-
belinya itu.
Apabila penjual dalam akadnya mengatakan: “saya jual barang ini kepadamu secara
kontan dengan harga sekian, sedangkan jika dibayar secara hutang/tempo dengan harga
sekian (lebih tinggi).” Kemudian pembeli setuju dengan akad tersebut, lalu dia menerima
barang dengan belum menentukan dua syarat yang diajukan oleh penjual dalam akad
tersebut, sehingga akad tersebut terjadi tanpa ada kepastian (gharar). Ini hukumnya
haram.
Penjelasan: ketika penjual menawarkan barangnya dengan berbagai pilihan harga, dan
pembeli menyepakatinya dan menerima barang tersebut, kemudian meninggalkan
majelis akad, maka akad jual beli keduanya sudah lengkap terpenuhi. Rukun jual beli
adalah adanya kedua belah pihak yang bertransaksi, adanya barang yang ditransaksikan,
dan adanya kesepakatan kedua belah pihak. Rukun jual beli telah terpenuhi, namun
syarat jual beli yang terkait dengan kesepakatan diantara keduanya menjadi rusak. Jual
beli menjadi rusak karena saat keduanya berpisah dan akad jual beli telah selesai
berlangsung, muncul gharar terkait harga barang. Pembeli belum memilih harga mana
yang diambil, apakah harga tunai atau harga kredit. Hal ini selain menimbulkan
ketidakpastian harga jual beli, juga akan menimbulkan perselisihan diantara kedua belah
pihak kelak ketika terjadi pembayaran. Islam telah melarang pintu-pintu yang menuju
kebatilan dengan melarang jual beli gharar dan perselisihan yang dapat menimbulkan
rugi merugikan. Perhatikan hadits berikut ini:

‫صاةِ َو َع ْن بَْي ِع الْغََرِر‬ ْ ‫صلهى هللاُ َعلَْي ِه َو َسله َم َع ْن بَْي ِع‬ ِ ُ ‫ال ََنَى رس‬
َ َ‫َع ْن أَِِب ُهَريْ َرَة ق‬
َ َ‫اْل‬ َ ‫ول هللا‬ َُ
‫رواه مسلم‬
Dari Abu Hurairah: Rasulullah SAW melarang dari jual beli hashah dan jual beli gharar.
ِ َ‫ضرر وَل‬ ِ ِ‫ول هللا‬ ِ ‫ص ِام‬
*.‫ضَر َار‬ َ َ َ َ َ‫َل‬ َ َ‫صلهى هللاُ َعلَْيه َو َسله ْم ق‬
‫ضى أَ ْن‬ َ َ ‫س‬‫ر‬
َُ ‫ه‬
‫ن‬ َ
‫أ‬ ‫ت‬ ‫َع ْن عُبَ َاد َة بْ ِن ال ه‬
‫صحيح‬:‫رواه ابن ماجه‬
Dari Ubadah bin Shamit, sesungguhnya Rasulullah SAW menghukumi bahwa tidak boleh
seseorang merusak (diri, harta, kehormatan) orang lain dan tidak boleh membalas pengrusakan
dengan pengrusakan.

َ‫ «َل‬:‫اَّللُ َعلَْي ِه َو َسله َم‬


‫صلهى ه‬ َ َ‫اْلُ ْد ِر ِي؛ ق‬ ٍ ِ‫عن أَِِب سع‬
َ ]٢٦٣:‫ال رسول هللا [ص‬ َ َ‫ ق‬:‫ال‬ ْ ‫يد‬ َ َْ
»‫اق َش هق هللاُ َعلَْي ِه‬
‫ َوَم ْن َش ه‬،‫ضهر هللاُ بِِه‬ َ ‫ َم ْن‬،‫ضَرَر َوَل ِضَر َار‬
َ ‫ضا هر‬ َ
. ]‫(اجملالسة وجواهر العلم للدينوري) [رجاله ثقات واْلديث صحيح‬
Dari Abu Said al-Khudriyi RA dia berkata: Rasulullah SAW bersabda: Tidak boleh seseorang
merusak (diri, harta, kehormatan) orang lain dan tidak boleh membalas pengrusakan dengan
pengrusakan, barang siapa merusak/merugikan orang lain maka Allah merusak kepadanya dan
barang siapa memberatkan orang lain maka Allah memberatkan kepadanya.

Berdasarkan dalil-dalil di atas menjadi jelas manakah yang sebetulnya dilarang dan

mengapa dilarang menurut pengertian hadits yang berkaitan dengan ‫بَ يْ عَ تَ ْْيِ ِِف بَ يْ عَ ة‬.
Tetapi kalau pada saat menawarkan barang penjual memberikan pilihan harga barang
berbeda, contoh: sepeda motor kalau dibayar kontan harganya Rp10.000.000,00; kalau
dibayar secara mengangsur (tempo) satu tahun harganya Rp12.000.000,00; kalau dibayar
secara mengangsur (tempo) dua tahun harganya Rp14.000.000,00; kalau dibayar secara
mengangsur (tempo) tiga tahun harganya Rp16.000.000,00; kemudian pembeli memilih
salah satu harga yang ditawarkan, lalu akad jual beli tersebut dilakukan dengan satu
harga dan persyaratan yang ditentukan, maka demikian itu diperbolehkan, tidak
termasuk riba, hukumnya halal. Semua rukun dan syarat jual beli telah terpenuhi dengan
baik. Tidak terdapat unsur gharar dan dharar. Juga tidak terdapat unsur riba.

RIBA NASI’AH DAN LEASING


Sesungguhnya terlampau jauh jika mengaitkan penawaran penjual ketika menyebutkan
berbagai pilihan harga kontan dan kredit dengan keharaman riba nasi’ah dan leasing.

‫َّسيئَ ِة»رواه‬
ِ ‫الربوا ِِف الن‬ َ َ‫ ق‬،‫صلهى هللاُ َعلَْي ِه َو َسله َم‬
ِ ‫ «إِ ََّّنَا‬:‫ال‬ َ ‫ه‬ ِ
‫هِب‬‫ن‬‫ال‬ ‫ه‬
‫ن‬ َ
‫أ‬ ، ٍ ‫عن أُسامةَ ب ِن زي‬
‫د‬ َْ ْ َ َ ْ َ
‫مسلم وابن ماجة صحيح‬
Dari Usamah bin Zaid sesungguhnya Nabi SAW bersabda: Sesungguhnya riba itu dalam
pinjam-meminjam.

‫ َوَزيْ َد بْ َن أ َْرقَ َم َر ِض َي ه‬،‫ب‬


‫اَّللُ َعْن ُه ْم َع ِن‬ ٍ ‫الَباء بْن َعا ِز‬ ‫ت‬ ‫ل‬
َْ‫أ‬‫س‬ : ‫ال‬
َ َ‫ق‬ ، ِ
‫ال‬ ‫ه‬ ِ‫عن أَِِب امل‬
‫ن‬
َ َ ََ ُ َ َ ْ َْ
ِ‫اَّلل‬
‫ول ه‬ ُ ‫ « ََنَى َر ُس‬:‫ول‬ ُ ‫ فَ ِكالَ ُُهَا يَ ُق‬،‫ َه َذا َخ ْْيٌ ِم ِّن‬:‫ول‬ُ ‫اح ٍد ِمْن ُه َما يَ ُق‬
ِ ‫ فَ ُك ُّل و‬،‫ف‬
َ
ِ ‫صر‬
ْ ‫ال ه‬
‫ب ِِب َلوِرِق َديْنًا»رواه البخاري‬ ِ ‫صلهى هللاُ َعلَْي ِه و َسلهم َع ْن بَْي ِع ال هذ َه‬ َ
َ َ
Dari Abil Minhal dia berkata: Aku bertanya kepada Barra’ bin ‘Azib dan Zaid bin Arqam RA dari
tukar-menukar mata uang,keduanya berkata orang ini lebih baik dariku dan keduanya berkata
Rasulullah SAW melarang menjual mata uang emas dibayar dengan mata uang perak secara
pinjaman .
‫ال َعْب ُد‬ َ َ‫صلهى هللاُ َعلَْي ِه َو َسله َم ق‬
ِ ‫ال إِهَّنَا‬
َ َ‫الربوا ِِف الدهيْ ِن ق‬ ِ‫ول هللا‬
َ ‫س‬‫ر‬ ‫ه‬
‫ن‬ َ‫أ‬ ‫د‬ٍ ‫عن أُسامةَ ب ِن زي‬
َ َُ َْ ْ َ َ ْ َ
‫ رواه الدارمي ِف كتاب البيوع‬.‫ي‬ ِ ْ َ‫هللاِ َم ْعنَاهُ ِد ْرَهم بِ ِد ْرَُه‬
ٌ
Dari Usamah bin Zaid, sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda: ”Sesungguhnya riba berada
pada pinjaman.” Abdillah berkata: yang dimaksud Nabi yaitu satu dirham (dibayar) dua dirham.

‫اهلِيه ِة أَ ْن يَ ُكو َن لِلهر ُج ِل َعلَى‬


ِ ‫اْل‬
َْ ‫الربوا ِِف‬ِ ‫ال َكا َن‬ ِ
ْ ‫ك َع ْن َزيْد بْ ِن أ‬
َ َ‫َسلَ َم أَنههُ ق‬ ٌ ِ‫َح هدثَِّن َمال‬
‫َخ َذ َوإَِله َز َادهُ ِِف‬ ِ ‫ال أَتَ ْق‬
َ َ‫ضي أ َْم تُْرِِب فَإِ ْن ق‬
َ ‫ضى أ‬ َ ‫َج ٍل فَِإذَا َح هل األ‬
َ َ‫َجلُ ق‬ َ ‫اْلَ ُّق إِ ََل أ‬
ْ ‫الهر ُج ِل‬
ِِ
‫ رواه مالك ِف كتاب البيوع‬.‫َج ِل‬ َ ‫َحقه َوأَ هخَر َعْنهُ ِِف األ‬
Malik telah bercerita padaku dari Zaid bin Aslam, ia berkata: Riba pada zaman jahiliyah yaitu
bahwa ada seorang laki-laki, memiliki suatu kewajiban (utang) pada laki-laki (yang lain) untuk
jangka waktu tertentu. Maka ketika telah jatuh tempo, yang memberikan pinjaman (kreditur)
berkata: Apakah kamu mau membayar atau memberi tambahan (pembayaran). Maka ketika debitur
membayar, kreditur menerima (pembayaran), dan jika tidak membayar, maka debitur menambah
haknya kreditur, dan kreditur memperpanjang sampai waktu tertentu.

Berdasarkan dalil-dalil di atas, riba nasi’ah memiliki pengertian riba yang muncul akibat
adanya jual-beli atau pertukaran barang ribawi tidak sejenis yang dilakukan secara
utangan (tempo), atau terdapat penambahan nilai transaksi yang diakibatkan oleh
perbedaan atau penangguhan waktu transaksi. Contoh: 1) mengambil keuntungan atau
tambahan atas pinjaman uang yang pengembaliannya ditunda, seperti A menjual
sepeda motor kepada B seharga Rp 10 juta rupiah lunas dalam tiga bulan, karena B
tidak bisa melunasi dalam tiga bulan, maka A memberi kelonggaran waktu tiga bulan
lagi dengan syarat utangnya menjadi Rp 12 juta; 2) tukar menukar dollar dengan rupiah
yang penyerahan salah satu atau keduanya di kemudian hari.
Adanya tambahan pembayaran utang ketika waktu pelunasan bertambah menjadi
sebab utama larangan yang terdapat dalam riba nasi’ah. Transaksi utang piutang telah
terjadi, kemudian pemberi pinjaman memberikan tambahan waktu pelunasan dengan
syarat pinjaman orang yang meminjam menjadi bertambah jumlahnya. Hukumnya jelas
riba dan haram.
Berbeda dengan pembahasan bab di awal. Penjual menawarkan kepada pembeli
berbagai harga antara yang kontan dan kredit terjadi pada saat akad jual beli belum
disepakati. Penawaran tersebut merupakan salah satu bagian menuju proses akad jual
beli.
Bagaimana kaitannya dengan keharaman leasing? Masyarakat awam ketika
datang ke dealer sepeda motor, mereka akan ditawari dengan berbagai macam harga
sepeda motor baik secara kontan maupun mengangsur. Setelah tertarik untuk membeli
sepeda motor dengan merek tertentu dan memilih membeli dengan cara mengangsur,
maka pihak dealer akan membatu pengurusan kreditnya kepada perusahaan leasing.
Selanjutnya pihak leasing yang akan melakukan transaksi dengan pembeli tersebut,
bukan lagi dengan dealer. Sehingga transaksi yang terjadi adalah transaksi pembeli
dengan pihak leasing bukan dengan dealer. Apakah sebenarnya leasing itu?
Leasing merupakan suatu akad untuk menyewa sesuatu barang dalam kurun
waktu tertentu. Leasing dalam pembiayaan sepeda motor ini dinamakan financial lease.
Financial lease merupakan suatu bentuk sewa di mana kepemilikan barang tersebut
berpindah dari pihak pemberi sewa kepada penyewa pada akhir perjanjian. Apabila
dalam masa akhir sewa pihak penyewa tidak dapat melunasi sewanya, barang tersebut
tetap merupakan milik pemberi sewa (perusahaan leasing). Akadnya dianggap sebagai
akad sewa. Sedangkan bila pada masa akhir sewa pihak penyewa dapat melunasi
cicilannya maka barang tersebut menjadi milik penyewa. Di dalam financial lease
terdapat dua proses akad sekaligus: sewa sekaligus beli. Leasing bentuk ini disebut
sebagai sewa-beli.
Merujuk pada kenyataan di atas, nampak bahwa dalam sewa-beli terdapat dua
bentuk muamalah yang berbeda dalam satu proses yang bersamaan., yaitu sewa
sekaligus beli. Hal inilah yang secara jelas dilarang menurut dalil-dalil yang telah kita
pahami sebelumnya. Dalil yang menyatakan tidak boleh ada dua syarat dalam satu jual
ِ َ‫وََل َشرط‬. Leasing dengan demikian hukumnya jelas haram.
‫ان ِِف بَ ْيع‬
beli
ْ َ
Dengan demikian terdapat perbedaan antara penawaran yang merupakan salah
proses menuju jual beli, riba nasi’ah, dan leasing. Mudah-mudahan penjelasan singkat
ini dapat memperjelas pembahasan mengenai Hukum Larangan Dua Syarat dalam Satu
Jual Beli. Wallahu a’lamu.

You might also like