You are on page 1of 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Keterampilan menjahit adalah keterampilan yang mempelajari teknik
membuat busana dan lenan rumahtangga mulai dari mendesain, menjahit, hingga
melakukan penyelesaian. Keterampilan menjahit merupakan salah satu
keterampilan yang penting dalam kehidupan sehari-hari, karena berhubungan
dengan kebutuhan manusia akan busana. Keterampilan menjahit juga dapat
menjadi bekal keterampilan untuk bekerja ataupun membuka usaha seperti yang
dikemukakan Sheldon Shaeffer (dalam Departemen Pendidikan Nasional, 2007,
hlm.7) bahwa “keterampilan merupakan bekal bagi tenaga kerja untuk mandiri
secara ekonomi dan sosial, dan dapat memberi masa depan yang lebih baik untuk
memasuki arus utama masyarakat”.
Keterampilan menjahit dapat dipelajari diantaranya melalui jalur pendidikan
nonformal seperti kursus dan pelatihan. Kursus dan pelatihan dapat diikuti oleh
berbagai kelompok peserta seperti ibu rumah tangga, dan masyarakat umum.
Warga Belajar yang telah melaksanakan Keterampilan Menjahit Tailor
diharapkan mengalami perubahan tingkah laku yang tetap baik secara
pengetahuan, sikap, dan keterampilan menuju kesiapan bekerja di usaha
Tailor.Akan tetapi ada beberapa kendala yang dihadapi didalam pembelajaran
yang telah dilakukan oleh warga belajar khususnya di LKP ANUGRAH
Sigumpar,adapun beberapa kendala yang dihadapi diantaranya adalah : Tingkat
kehadiran yang sering absen karena adat dan kepentingan pribadi.Karena kami
berada dilingkungan adat yang masih kental sering sekali peserta belajar tidak
dapat mengelakkan diri dari kondisi pesta yang berlangsung dimasyarakat dan
dilingkungannya.
Ada hal lain yang tidak kalah penting dalam pembuatan busana yaitu memadu
padankan warna yang sesuai antara warna busana dan warna hiasannya atau warna
kombinasi busana tersebut.Sering sekali perpaduan suatu busana sangat ranju
kelihatan sehingga dapat merusak pemandangan mata saat melihatnya.Satu lagi
yang sering menjadi kendala dalam penyesuaian busana ialah Menyesuaikan
mode busana dengan bentuk tubuh pelanggan.Sebagai seorang pembuat busana
tentu kita harus faham tentag kesesuaian bentuk tubuh seseorang dengan busana
yang dipakainya sehingga kita dapat memberikan masukan tentang busana yang
akan dikenakannya dalam hal bagus tidaknya busana tersebut.
Tingkat kemampuan menghafal ukuran,membuat pola, dan perhitungan secara
matematika.Hal ini merupakan hal penting dalam prosesnya pembelajaran bahkan
hal ini merupakan hal yang sangat utama yang harus diatasi agar dalam
pembuatan busana baik pengukuran,pembuatan pola hingga menjahit dan
finishing akan menghasilkan suatu busana yang baik dan bagus.Inilah sebenarnya
yang menjadi rumusan masalah yang harus dihadapi di lapangan dan cara
mengatasi nya.hal yang menjadi penyebab dari susahnya mengingat ukuran mana
saja yang diperlukan untuk pembuatan sebuah pola hingga pembuatan pola
dengan berbagai rumus pembagian matematika serta penalaran yang tinggi atas
titik titik yang harus digabungkan dalam pembuatan pola.Disadari atau tidak
banyak faktor penyebab nya al :kemampuan awal (karakteritik intelekyual dan
kempuan berfikir),latar belakang atau status sosial,perbedaan kepribadian (seprt:
sikap,minat dll)tingkat pengetahuan dan gaya belajar.
Keinginan yang tinggi akan pentingnya ilmu pengetahuan dan manfaatnya
baik untuk pribadi maupun untuk pekerjaan yang akan diampu kelak membuat
semangat mereka tidak pernah menyerah dalam meningkatkan ilmu pengetahuan
setiap pertemuan pembelajaran menjahit di LKP ANUGRAH SIGUMPAR.

B. Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini yaitu untuk mendapatkan solusi bagaimana cara
mudah untuk mengambil ukuran hingga membuat pola busana sesuai dengan
mode busana yang diinginkan.Berbagai cara yang telah dilakukan untuk
mengatasi masalah ini oleh instruktur LKP ANUGRAH SIGUMPAR salah
satunya dengan menggunakan metode pembelajaran SAVI yakni Somatic, belajar
Auditory, belajar Visual, dan belajar Intellectual. Jika keempat unsur SAVI ada
dalam setiap pembelajaran diharapkan siswa dapat belajar secara optimal.
C. Manfaat Hasil Karya
Manfaat dari penelitian yang akan dilaksanakan dapat ditinjau dari :
a) Manfaat Teoritis bagi instruktur tata busana
Memberikan tambahan pengetahuan tentang model pembelajaran
di Lembaga Kursusnya masing masing, Sebagai bahan informasi bagi
instruktur lain yang mempunyai masalah yang sama dengan yang dihadapi
Instruktur tata busana di LKP Anugrah Sigumpar
b) Manfaat bagi satuan PAUD dan DIKMAS
Sebagai bahan masukan berupa informasi kepada satuan PAUD
dan DIKMAS agar dapat menambah kekayaan perbendaharaan
kepustakaan tentang data lulusan lembaga dan model pembelajaran bagi
setiap instruktur tata busana yang ingin mengembangkan pengetahuan
tentang cara dan tehnik mengajar di lembaga kursus dan pelatihan yang
ditanganinya.
c) Bagi masyarakat
Sebagai bahan bacaan untuk menambah wawasan tentang model
pembelajaran di LKP Anugrah Sigumpar dan panduan bagi yang ingin
menambah pengetahuan tentang menjahit di LKP Anugrah
d) Bagi Pemerintah
Sebagai tolak ukur keberhasilan program lembaga kursus binaan
Pemerintah dalam memajukan keterampilan dan minat masyarakat.

BAB II

PEMBAHASAN
SAVI merupakan singkatan dari Somatic, Auditory, Visual dan Intellectual.
SAVI adalah model pembelajaran yang menekankan bahwa belajar haruslah
memanfaatkan semua alat indra yang dimiliki peserta didik. Terdapat empat unsur
dalam pembelajaran SAVI yaitu Somatis (belajar dengan bergerak dan berbuat),
Auditori (belajar dengan mendengar dan berbicara), Visual (belajar dengan
mengamati dan menggambarkan) dan Intelektual (belajar memecahkan masalah).
Teori yang mendukung model pembelajaran Somatis Auditori Visual dan
Intelektual (SAVI) adalah model pembelajaran Accelerated Learning (AL), yaitu:
teori otak kanan/kiri, teori otak three in one, pilihan modalitas (visual, auditorial
dan kinestik). Model pembelajaran SAVI menganut aliran kognitif modern yang
menyatakan belajar yang paling baik adalah melibatkan emosi, seluruh tubuh, dan
semua indra.

Unsur-unsur Model Pembelajaran SAVI

Unsur-unsur pembelajaran SAVI adalah belajar Somatic, belajar Auditory, belajar


Visual, dan belajar Intellectual. Jika keempat unsur SAVI ada dalam setiap
pembelajaran, maka siswa dapat belajar secara optimal. Menurut Meier (2002:92),
penjelasan unsur-unsur model pembelajaran SAVI adalah sebagai berikut:

a. Somatis

Somatic berasal dari bahasa yunani yang berarti tubuh. Belajar somatis berarti
belajar dengan indera peraba, kinestetis, praktis melibatkan fisik dan
menggunakan tubuh sewaktu belajar secara berkala. Meier juga menguatkan
pendapatnya dengan menyampaikan hasil penelitian neurologis yang menemukan
bahwa pikiran tersebut diseluruh tubuh. Jadi dari temuan tersebut dapat
disimpulkan bahwa dengan pembelajaran somatis mereka menggunakan tubuh
sepenuhnya.

b. Auditory

Pikiran auditory lebih kuat dari apa yang kita sadari. Telinga bekerja terus
menerus menangkap dan menyimpan informasi auditory. Dan ketika membuat
suara sendiri dengan berbicara, maka beberapa area penting di otak pun menjadi
aktif. Dalam merancang pelajaran yang menarik bagi saluran auditory yang kuat
dalam diri pembelajar, maka dengan cara mendorong pembelajaran untuk
mengungkapkan dengan suara. Pembelajaran auditory merupakan belajar paling
baik jika mendengar dan mengungkapkan kata-kata.

c. Visual

Ketajaman setiap orang itu kuat, disebabkan oleh pikiran manusia lebih
merupakan prosesor citra dari prosesor kata. Citra karena konkrit mudah untuk di
ingat dan kata, karena abstrak sehingga sulit untuk di simpan. Di dalam otak
banyak perangkat untuk memproses informasi visual daripada semua indera yang
lain. Pembelajaran visual belajar paling baik jika dapat melihat contoh dari dunia
nyata, diagram, peta gagasan, ikon, gambar dan gambar dari segala macam hal
ketika sedang belajar. Dengan membuat yang visual paling tidak sejajar dengan
yang verbal sehingga dapat membantu pembelajar untuk belajar lebih cepat dan
baik.

d. Intelektual

Intelektual adalah bagian dari yang merenung, mencipta, memecahkan


masalah yang membangun makna. Intelektual adalah pencipta makna dalam
pikiran, sarana yang digunakan manusia untuk berfikir, menyatukan pengalaman,
menciptakan jaringan saraf baru dan belajar. Pada intelektual identik dengan
melibatkan pikiran untuk menciptakan pembelajarannya sendiri. Belajar bukanlah
menyimpan informasi tetapi menciptakan makna., pengetahuan dan nilai yang
dapat dipraktikkan oleh pikiran belajar.

You might also like