You are on page 1of 13

LAMPIRAN

KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT


AKA MEDIKA SRIBHAWONO
NOMOR.:
003/SK/DIR/ORG/RSAKA/IV/2018
TENTANG
PEMBENTUKAN UNIT TEKNOLOGI
INFORMASI DAN KOMUNIKASI
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Dalam perkembangannya, rumah sakit masa kini bukan lagi berfungsi sebagai
lembaga sosial semata, tetapi merupakan lembaga bisnis yang patut diperhitungkan
keberadaanya. Perubahan fungsi ini terjadi dengan banyak ditemukannya penyakit-penyakit
baru maupun teknologi pengobatan yang makin maju. Sehingga rumah sakit dituntut untuk
meningkatkan kinerja dan daya saing sebagai badan usaha dengan tidak mengurangi misi
sosial yang dibawanya. Rumah sakit harus merumuskan kebijakan-kebijakan strategis antara
lain efisiensi dari dalam (organisasi, manajemen, serta SDM) serta harus mampu secara
cepat dan tepat mengambil keputusan untuk peningkatan pelayanan kepada masyarakat agar
dapat menjadi organisasi yang responsif, inovatif, efektif, efisien dan menguntungkan.
Dalam meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit Departemen
Kesehatan RI telah mengeluarkan kebijakan yang menjadi pedoman bagi penyelenggaraan
pembangunan kesehatan yang dilaksanakan oleh pemerintah maupun swasta. Teknologi
informasi telah mempengaruhi pula pelayanan rumah sakit, antara lain dibutuhkan dalam
rangka memenuhi tuntutan masyarakat akan ketepatan dan kecepatan pelayanannya.
Teknologi yang dirancang khusus untuk membantu proses pengolahan data di rumah
sakit adalah teknologi informasi berupa Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit
(SIMRS). Informasi merupakan aktivita (asset) penting suatu rumah sakit dalam
meningkatkan efesiensi dan efektifitas pekerjaan.Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit
(SIMRS) berbasis komputer merupakan sarana pendukung yang sangat penting – bahkan
bisa dikatakan mutlak – untuk operasional rumah sakit. Sistem informasi rumah sakit
merupakan salah satu komponen yang penting dalam mewujudkan upaya peningkatan mutu
tersebut. Sistem informasi rumah sakit secara umum bertujuan untuk mengintegrasikan
sistem informasi dari berbagai subsistem dan mengolah informasi yang diperlukan sebagai
pengambilan keputusan. Selain itu, Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS)
adalah sistem komputerisasi yang memproses dan mengintegrasikan seluruh alur proses
bisnis layanan kesehatan dalam bentuk jaringan koordinasi, pelaporan dan prosedur
administrasi untuk mendukung kinerja dan memperoleh informasi secara cepat, tepat dan
akurat.
B. TUJUAN
Tersusunnya pedoman penyelenggaraan program Sistem Informasi Manajemen di Rumah
Sakit sebagai dasar acuan seluruh kebijakan, prosedur dan program kerja yang terkait
dengan kegiatan SIMRS di RS AKA Medika Sribhawono.

C. RUANG LINGKUP PELAYANAN


Pedoman Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS) ini juga menyediakan
panduan bagi pengembangan sistem informasi secara keseluruhan.
1. Planning
a. Penyusunan Pedoman Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit.
b. Penyusunan berbagai Kebijakan dan Prosedur.
c. Penyusunan berbagai program kerjaSIM.
d. Pengorganisasian kegiatan dan aktivitas.

2. Action
a. Pelaksanaan penggunaan aplikasi SIMRS di semua unit pelayanan RS AKA Medika
Sribhawono.
b. Pendidikan dan pelatihan yang berkaitan dengan SIMRS bagi staf SIMRS.
c. Pelatihan penggunaan aplikasi SIMRS di tiap unit pelayanan yang menggunakan
aplikasi tersebut.

3. Monitoring dan Evaluation


SIMRS RS AKA Medika Sribhawono me-monitoring penggunaan aplikasi SIMRS, me-
maintenance aplikasi SIMRS, dan mendiskusikan dengan pihak ketiga apabila ada
permintaan yang berkaitan dengan fungsi-fungsi pada aplikasi SIMRS.

4. Analysis and Recommendation


Pada prinsipnya menganalisis data dan upaya pengolahan data hasil monitoring yang
dilakukan oleh SIMRS. Hasil analisis data tersebut kemudian berdiskusi dengan seluruh
instalasi/unit kerja terkait untuk mencari solusi dan rekomendasi perbaikan sistem
pelayanan.

5. Continuous Improvement Plan


Adalahmonitoring rencana pelaksanaan tindak lanjut atau kegiatan perbaikan agar sesuai
dengan perencanaan untuk mengarah pada kemajuan yang lebih baik atau unggul.

D. BATASAN OPERASIONAL (DEFINISI OPERASIONAL)


1. Sistem
Sistem adalah suatu kumpulan atau himpunan dari unsur, komponen, atau variable yang
teroganisir, saling berinteraksi, saling tergantung satu sama lain, dan terpadu.
2. Informasi
Informasi adalah data yang telah diklasifikasikan atau diolah atau diinterpretasi untuk
digunakan dalam proses pengambilan keputusan.
3. Sistem Informasi
Sistem informasi adalah suatu sistem dalam suatu organisasi yang mempertemukan
kebutuhan pengolahan transaksi harian yang mendukung fungsi operasi organisasi yang
bersifat manajerial dengan kegiatan strategi dari suatu organisasi untuk dapat
menyediakan kepada pihak luar tertentu dengan informasi yang diperlukan untuk
pengambilan keputusan.
4. Sistem Informasi Manajemen
Sistem informasi manajemen Rumah Sakit (SIMRS) adalah sistem perencanaan bagian
dari pengendalian internal suatu bisnis yang meliputi pemanfaatan manusia, dokumen,
teknologi, dan prosedur oleh akuntansi manajemen untuk memecahkan masalah bisnis
seperti biaya produk, layanan, atau suatu strategi bisnis.
5. Website
Website adalah kumpulan dari halaman-halaman situs, yang terangkum dalam sebuah
domain atau subdomain, yang tepatnya berada di dalam World Wide Web (WWW) di
dalam internet.
6. Jaringan
Jaringan adalah sebuah sistem yang terdiri atas komputer-komputer yang didesain untuk
dapat berbagi sumber daya (printer, CPU), berkomunikasi, dan dapat mengakses
informasi.

E. LANDASAN HUKUM (REFERENSI)


1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Rumah Sakit Bab I
Pasal 1 ayat 4 berisi tentang Dokumen Elektronik adalah setiap Informasi Elektronik
yang dibuat, diteruskan, dikirimkan, diterima, atau disimpan dalam bentuk analog,
digital, elektromagnetik, optikal, atau sejenisnya, yang dapat dilihat, ditampilkan,
dan/atau didengar melalui Komputer atau Sistem Elektronik, termasuk tetapi tidak
terbatas pada tulisan, suara, gambar, peta, rancangan, foto atau sejenisnya, huruf, tanda,
angka, Kode Akses, simbol atau perforasi yang memiliki makna atau arti atau dapat
dipahami oleh orang yang mampu memahaminya.
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Rumah Sakit Bab I
Pasal 1 ayat 5 berisi tentang Sistem Elektronik adalah serangkaian perangkat dan
prosedur elektronik yang berfungsi mempersiapkan, mengumpulkan, mengolah,
menganalisis, menyimpan,menampilkan, mengumumkan, mengirimkan, dan/atau
menyebarkan Informasi Elektronik.
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Rumah Sakit Bab I
Pasal 1 ayat 6 berisi tentang Penyelenggaraan Sistem Elektronik adalah
pemanfaatanSistem Elektronik oleh penyelenggara negara, Orang, Badan Usaha,
dan/atau masyarakat.
4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit Bab
XI Pasal 52 ayat 1 berisi tentang Setiap Rumah Sakit wajib melakukan pencatatan dan
pelaporan tentang semua kegiatan penyelenggaraan Rumah Sakit dalam bentuk Sistem
Informasi Manajemen Rumah Sakit.
BAB II
PENGORGANISASIAN UNIT KERJA SISTEM INFORMASI MANAJEMEN RUMAH
SAKIT

A. GAMBARAN UMUM UNIT KERJA


SIM RS adalah sebuah Unit Kerja yang berguna untuk menata manajemen RS yang
baik dan dapat dipertanggungjawabkan. Tiga poin penting dari sebuah Rumah Sakit adalah
pasien dan pegawai sebagai subjek, serta segala aktivitas di Rumah Sakit.
Pasien yang datang memiliki data pasien, seperti nama, alamat, tempat tanggal lahir,
dan seterusnya.Pegawai RS juga memiliki data, seperti nama, unit kerja, pangkat, dan
seterusnya. Informasi-informasi yang demikian itu harus valid dan konsisten. Karena itulah
diperlukan sebuah sistem untuk menjaga kondisi yang demikian itu.
Informasi ini bukan hanya terkait antara pasien dan karyawan tapi juga kepada
tagihan pasien, Rekam Medis, pembukuan RS dan lain-lain. Sumber informasi ini harus
dikelola dengan rapi dan baik agar pengelolaan Rumah Sakit bisa ditingkatkan menjadi
Rumah Sakit yang unggul dan profesional.
1. Unit kerja Sistem Informasi Manajemen (SIM) Rumah Sakit Aka Medika Sribhawono
bertanggung jawab dalam pengelolaan aplikasi SIM RS, seperti yang berhubungan
dengan hak akses user, data pasien, tarif rumah sakit, dan pemasangan SIM pada unit
pelayanan terkait.
2. Unit kerja Sistem Informasi Manajemen (SIM) Rumah Sakit Aka Medika Sribhawono
bertanggung jawab dalam pengelolaan mesin absensi fingerprint dan pendaftaran sidik
jari pegawai serta pelaporan data kehadiran pegawai Rumah Sakit Umum Daerah
Balangan setiap bulannya.
3. Unit kerja Sistem Informasi Manajemen (SIM) Rumah Sakit Aka Medika Sribhawono
bertanggung jawab pengelolaan dan pengembangan website Rumah Sakit. Website
merupakan sarana untuk berbagi informasi. Informasi-informasi yang dibagikan tersebut
ada yang bersifat statis dan dinamis.

B. VISI
Menjadi pelopor terpercaya dalam penerapan sistem teknologi informasi dalam
mendukung pelayanan rumah sakit.

C. MISI
1. Memberikan dukungan pengelolaan informasi untuk mendukung kegiatan penelitian,
dan pemeliharaan kesehatan.
2. Mempelopori inovasi pengembangan sistem teknologi informasi rumah sakit.
3. Menciptakan lingkungan akademik sebagai pusat pembelajaran pengembangan sistem
teknologi informasi rumah sakit.
D. NILAI UNIT
Untuk mendukung perawatan pasien dan administrasinya, SIMRS mendukungpenyediaan
informasi, terutama tentang pasien, dalam cara yang benar, relevan terbarukan, mudah
diakses oleh orang yang tepat pada tempat/lokasi yang berbeda dan dalam format yang dapat
digunakan. Transaksi data pelayanan dikumpulkan, disimpan, diproses, dan
didokumentasikan untuk menghasilkan informasi tentang kualitas perawatan pasien dan
tentang kinerja rumah sakit serta biaya. Ini mengisyaratkan bahwa sistem informasi rumah
sakit harus mampu mengkomunikasikan data berkualitas tinggi antara berbagai unit di
rumah sakit.

E. KUALIFIKASI SDM
1. Pendidikan : Diploma III / Sarjana Komputer
2. Mampu mengoperasikan SIMRS
3. Dutamakan menguasai jaringan komputer
4. Menguasai database MySQL-SQL Server
5. Familiar/terbiasa dengan bahasa pemrograman Broland Delphi, Visual Basic, dan HTML

F. STRUKTUR ORGANISASI UNIT

Direktur Utama

Direktur Keuangan dan Umum

Manager Keuangan dan IT

Staf Keuangan dan Staf IT


kasir

G. TUPOKSI DAN URAIAN TUGAS


1. Manager Keuangan dan IT di Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS) RS
AKA Medika Sribhawono
a. Tupoksi
Mengkoordinir pelaksanaan kegiatan di unit kerja SIMRS
b. Uraian Tugas
1. Membuat perencanaan kegiatan SIMRS di RS AKA Medika Sribhawono
2. Mengkoordinir pelaksanaan kegiatan di unit kerja SIM Rumah Sakit Aka Medika
Sribhawono
3. Melakukan monitoring dan mengevaluasi pelaksanaan kegitan di unit kerja SIM
Rumah Sakit Aka Medika Sribhawono
2. Staf IT Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit(SIMRS) RS AKA Medika
Sribhawono
a. Tupoksi
1. Mengelola aplikasi SIMRS
2. Mengelola dan mengembangkan website RS AKA Medika Sribhawono
b. Uraian Tugas Staf IT Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS) RS AKA
Medika Sribhawono:
1. Melakukan proses Input, Edit, dan Void tindakan pada aplikasi SIMRS jika
diperlukan.
2. Input master tarif tindakan pada aplikasi SIMRS
3. Update master data Kelurahan, Kecamatan, dan Kabupaten/Kota seluruh
Indonesia pada aplikasi SIMRS
4. Melakukan penanganan komplain / keluhan penggunaan aplikasi SIMRS pada
tiap-tiap unit pelayanan.
5. Melakukan Service dan Maintenance Program Sistem Informasi Manajemen
Rumah Sakit berupa Penginstalan dan Upgrade SIMRS RS AKA Medika
Sribhawono.
6. Maintenance dan Update Data Website Rumah Sakit AKA Medika Sribhawono
7. Maintenance dan Repair PC Sistem Operasi serta Update defenition pada
Komputer Unit RS AKA Medika Sribhawono.
8. Setup dan Maintenance Internet Information di Instalasi SIMRS AKA Medika
Sribhawono
9. Training On the Job pada tiap-tiap unit pelayanan.
10. Update defenition Anti Virus pada komputer/PC pada tiap-tiap unit pelayanan.
11. Membuat Laporan Bulanan
12. Mengikuti rapat

H. TATA HUBUNGAN KERJA


a. Tata Hubungan KerjaInternal
Pengaturan hubungan kerja yang menyangkut unit-unit kerja di dalam suatu
organisasi merupakan tata hubungan kerja internal. Berdasarkan pengertian tersebut tata
hubungan kerja perlu dibuat untuk unit-unit kerja yang cenderung tumpang tindih atau
memang memerlukan kerjasama yang harus diatur dengan tata hubungan kerja. tata
hubungan kerja perlu dibuat terutama untuk tugas-tugas yang bersifat strategis yang
memerlukan kejelasan peran, wewenang dan tanggung jawab dari masing-masing unit
kerja.
Langkah-langkah yang harus dilaksanakan dalam penyusunan tata hubungan kerja
internal adalah :
1. Mengidentifikasi tugas-tugas yang cenderung tumpang tindih atau benar-
benarmemerlukan pengaturan kerja sama.
2. Menetapkan unit kerja yang menjadi pelaku utama dari setiap tugas.
3. Menetapkan peran unit-unit terkait dalam pelaksanaan setiap tugas.
4. Menetapkan urutan kegiatan yang harus dilakukan untuk melaksanakan/
menyelesaikan setiap tugas, sesuai dengan peran masing-masing unit.
b. Tata Hubungan Kerja Eksternal
Tata hubungan kerja eksternal adalah pengaturan hubungan kerja antara unit-unit
kerja dalam suatu organisasi dengan unit kerja di luar organisasi tersebut. Hubungan
kerja dengan unit organisasi lain tersebut dapat berupa kerjasama lintas program ataupun
lintas sektor.
Adapun bentuk hubungan dengan unit-unit kerja di luar organisasi dapat berbentuk:
1. Hubungan teknis fungsional yaitu hubungan yang serasi, selaras dan seimbang
antara dua atau lebih unit organisasi yang secara teknis mempunyai fungsi yang
sama.
2. Hubungan koordinatif yaitu hubungan dalam rangka penyatuan upaya dan daya
dengan unit kerja lain untuk mencapai tujuan bersama.

I. PERTEMUAN/RAPAT (RAPAT RUTIN,INSIDENTIL)


Rapat merupakan bentuk komunikasi yang dihadiri oleh beberapa orang untuk
membicarakan dan memecahkan permasalahan tertentu, dimana melalui rapat berbagai
permasalahan dapat dipecahkan dan berbagai kebijaksanaan organisasi dapat dirumuskan.
Pada unit kerja SIMRS RS AKA Medika Sribhawono, rapat internal dilakukan setiap
bulan dengan tujuan untuk membahas dan mengevaluasi kerja staf SIMRS. Selain itu,
dalam rapat tersebut membahas tentang masalah-masalah yang terjadi selama satu bulan
dan mencari pemecahan masalahnya. Rapat internal tersebut dihadiri oleh kepala unit
kerja SIMRS RS AKA Medika Sribhawono, staf SIMRS, maupun staf dari unit terkait
yang berkaitan dengan pembahasan pada saat rapat.

J. PELAPORAN
Laporan merupakan suatu bentuk penyampaian berita, keterangan, pemberitahuan
ataupun pertanggungjawaban baik secara lisan maupun secara tertulis dari bawahan
kepada atasan sesuai dengan hubungan wewenang (authority) dan tanggung jawab
(responsibility) yang ada antara mereka. Pelaporan yang ada di unit SIMRS RS AKA
Medika Sribhawono, yakni pelaporan bulanan.
BAB III
STANDAR KETENAGAAN

A. DISTRIBUSI KETENAGAAN
Distribusi ketenagaan mengenai jumlah staf di unit SIMRS menujukkan bahwa jumlah
staf yang ada di unit SIMRS sudah cukup dalam menunjang proses pengelolaan SIMRS RS
AKA Medika Sribhawono dan tugas-tugas yang dilakukan oleh petugas SIMRS Hal ini
dapat dilihat dari jumlah staf SIM-RS yang saat ini berjumlah 1 orang dengan jadwal kerja
Non-shift yang telah ditetapkan.

B. JADWAL KERJA NON-SHIFT


Jadwal : Senin – Jum'at: 08.00 – 17.00

BAB IV
STANDAR FASILITAS

A. STANDAR RUANGAN DAN DENAH


Ruangan Server
Ruangan Server adalah ruang khusus bagi pegawai SIMRS untuk memonitoring
berjalannya aplikasi di seluruh area Rumah Sakit yang menggunakannya. Melalui ruangan
ini, pegawai SIM RS selain memonitoring, juga melakukan maintenance, perbaikan data,
dan seluruh tugas pokok dan fungsi yang telah diuraikan sebelumnya.
Karena di ruangan ini terdapat data-data penting dan rahasia bagi Rumah Sakit, maka
letaknya seharusnya tidak berdekatan dengan area publik yang biasa diakses dengan mudah
oleh siapa saja, bahkan bagi yang tidak berkepentingan. Biasanya ruangan SIMRS
berdekatan dengan ruang direksi ataupun tempat-tempat yang tidak terlalu strategis lainnya.
Ruang server tentu saja menyimpan komputer server yang menyimpan seluruh data milik
rumah sakit. Selain itu, di dalam ruangan server perangkat elektronik yang ada harus tetap
menyala 24 jam. Karena itu untuk mencegah kerusakan perangkat akibat suhu yang panas,
ruangan harus tertutup dan dingin.

B. STANDAR SARANA DAN PRASARANA


Standar sarana dan prasarana SIMRS adalah memiliki komponen-komponen berikut ini:
a. Komponen input dan output
Komponen input adalah media untuk menangkap data yang akan dimasukkan ke dalam
sistem, seperti seperangkat komputer, printer, dan scanner.
b. Komponen teknologi
Teknologi merupakan aplikasi yang digunakan dalam sistem informasi. Teknologi
digunakan untuk menerima input, menyimpan dan mengakses data, menghasilkan dan
mengirimkan output, dan membantu pengendalian dari sistem secara keseluruhan.
c. Komponen basis data
Basis data (database) merupakan kumpulan data yang saling berkaitan dan
berhubungan satu dengan yang lain, tersimpan di peranagkat keras komputer dan
menggunakan perangkat lunak untuk memanipulasinya. Data perlu disimpan dalam
basis data untuk keperluan penyediaan informasi lebih lanjut. Data di dalam basis
data perlu diorganisasikan sedemikian rupa supaya informasi yang dihasilkan
berkualitas. Organisasi basis data yang baik juga berguna untuk efisiensi kapasitas
penyimpanannya. Basis data diakses atau dimanipulasi menggunakan perangkat lunak
paket yang disebut DBMS (Database Management System).
d. Komponen kontrol
Banyak hal yang dapat merusak sistem informasi, seperti bencana alam, api, temperatur,
air,debu, kecurangan-kecurangan, kegagalan-kegagalan sistem itu sendiri, ketidak-
efisienan, sabotase dan lainsebagainya. Beberapa pengendalian perlu dirancang dan
diterapkan untuk meyakinkan bahwa hal-hal yang dapat merusak sistem dapat
dicegah ataupun bila terlanjur terjadi kesalahan-kesalahan dapat langsung cepat diatasi.

BAB V
TATA LAKSANA PENDIDIKAN, PELATIHAN, DAN PENELITIAN SERTA
PELAYANAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN RUMAH SAKIT (SIMRS)

A. TATA LAKSANA DIKLAT &PENELITIAN DI INSTALASI SIMRS


Pelatihan dan pendidikan bagi pegawai RS AKA Medika Sribhawono secara keseluruhan
dilakukan secara bertahap dengan berbagai kualifikasi. Sebelum mulai bekerja, pegawai RS
AKA Medika Sribhawono yang baru wajib mengikuti orientasi selama 3 hari. Orientasi
Pegawai Baru ini diberikan sebagai pengenalan awal mengenai rumah sakit, mulai dari
orientasi ruangan, budaya rumah sakit, direksi dan staf rumah sakit dan tentu saja sesama
pegawai rumah sakit yang baru.
Selanjutnya pegawai rumah sakit secara berkala diberikan berbagai jenis pelatihan.
Materi-materi pelatihan yang harus diikuti merupakan kualifikasi standar yang harus
dimiliki oleh seseorang yang bekerja di area rumah sakit, seperti pelatihan, Pencegahan
Infeksi, Budaya Cuci Tangan dan sebagainya.
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN DAN MANAJEMEN RISIKO

A. PENGERTIAN
Keselamatan pasien rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat
asuhan pasien lebih aman yang meliputi asesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan hal
yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar
dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya
risiko dan mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan
suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil (Kemenkes RI,
2011).
Manajemen risiko adalah pendekatan proaktif untuk mengidentifikasi, menilai dan
menyusun prioritas risiko, dengan tujuan untuk menghilangkan atau meminimalkan
dampaknya. Manajemen risiko rumah sakit adalah kegiatan berupa identifikasi dan evaluasi
untuk mengurangi risiko cedera dan kerugian pada pasien, karyawan rumah sakit,
pengunjung dan organisasinya sendiri.

B. TUJUAN
Tujuan keselamatan pasien, yaitu membangun kesadaran terhadap keselamatan
pasien serta terlaksananya implementasi keselamatan pasien dalam setiap kegiatan
pelayanan di Rumah Sakit.
Tujuan adanya manajemen resiko, yaitu untuk menciptakan budaya keselamatan
pasien di rumah sakit, untuk mengurangi kejadian yang tidak diharapkan (KTD), serta untuk
melaksanakan program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan kejadian
yang tidak diharapkan.

BAB VII
PENGENDALIAN MUTU

Pengendalian mutu pada unit SIMRS RS AKA Medika Sribhawono akan mengarah pada
keakuratan data atau informasi yang ada di dalam sistem. Informasi yang terdapat dalam sistem
meliputi data pasien, seperti nama, alamat, tempat tanggal lahir, dan seterusnya. Juga data
pegawai RS juga memiliki data, seperti nama, unit kerja, pangkat, serta tagihan pasien, Rekam
Medis, pembukuan RS dan lain-lain.
A. Nilai Informasi

Menurut Burch dan Strater dalam buku mereka, Information Systems: Theory and Practice,
nilai informasi itu didasarkan atas sepuluh sifat sebagai berikut :
1. Mudahnya dapat diperoleh
Sifat ini menunjukan mudahnya dan cepatnya dapat diperoleh keluaran informasi.
Kecepatan memperolehnya dapat diukur, akan tetapi berapa nilainya bagi pemakai
informasi, sulit mengukurnya.
2. Sifat luas dan lengkapnya
Sifat ini menunjukkan lengkapnya isi informasi. Hal ini tidak berarti hanya mengenai
volumenya, akan tetapi juga mengenai keluaran informasinya. Sifatnya ini sangat kabur
dan oleh karena itu sulit mengukurnya.
3. Ketelitian
Sifat ini berhubungan dengan tingkat kebebasan dari kesalahan keluaran informasi.
Dalam hubungannya dengan volume data yang besar, maka biasanya terjasi dua jenis
kesalahan, yakni kesalahan pencatatan dan kesalahan perhitungan.
4. Kecocokan
Sifat ini menunjukan betapa baik keluaran informasi dalam hubungannya dengan
permintaan para pemakai. Isi informasi harus ada hubungannya dengan masalah yang
dihadapi. Semua keluaran lainnya tidak berguna akan tetapi masalah mempersiapkannya.
Sifat ini sulit mengukurnya.
5. Ketepatan waktu
Sifat ini berhubungan dengan waktu yang dilalui yang lebih pendek, daripada siklus
dapat diperolehnya informasi : masukan, pengolahan dan pelaporan keluaran kepada para
pemakai. Biasanya agar informasi itu tepat waktu, lamanya siklus ini harus dikurangi.
Dalam beberapa hal ketepatan waktu dapat diukur.
6. Kejelasan
Sifat ini menunjukan tingkat keluaran informasi, bebas dari istilah-istilah yang tidak
jelas. Membetulkan laporan dapat memakan biaya yang besar.
7. Keluwesan
Sifat ini berhubungan dengan dapat disesuaikannya keluaran informasi tidak hanya
dengan lebih dari satu keputusan akan tetapi juga dengan lebih dari seorang pengambilan
keputusan. Sifat ini sulit mengukurnya, akan tetapi dalam banyak hal dapat diberikan
nilai yang dapat diukur.
8. Dapat dibuktikan
Sifat ini menunjukan kemampuan beberapa pemakai informasi untuk menguji keluaran
informasi dan sampai pada kesimpulan yang sama.
9. Tidak ada prasangka
Sifat ini berhubungan dengan tidak adanya keinginan untuk mengubah informasi guna
mendapatkan kesimpulan yang telah dipertimbangkan sebelumnya.
10. Dapat diukur
Sifat ini menunjukan hakikat informasi yang dihasilkan dari sistem informasi formal.
meskipun kabar angin, desas-desus, dugaan-dugaan, klenik, dan sebagainya sering
dianggap sebagai informasi, hal-hal tersebut berada diluar lingkup pembicaraan kita.
Nilai informasi yang sempurna adalah bahwa mengambil keputusan diizinkan untuk memilih
keputusan optimal dalam setiap hal, dan bukan keputusan yang “rata-rata” akan menjadi optimal,
dan untuk menghindarkan kejadian-kejadian yang akan mengakibatkan suatu kerugian.
Informasi ini tidak sempurna karena lebih banyak memberikan perkiraan daripada memberikan
angka yang pasti.

Langkah-langkah dalam proses pengambilan keputusan, menurut Gordon B. Davis, adalah


sebagai berikut :

1. Tentukan tindakan-tindakan yang terbaik yang didasarkan atas kemungkinan-


kemungkinan sebelumnya.
2. Tentukan apakah tindakan itu akan berguna untuk memperoleh informasi sampel.
3. Tentukan ukuran sampel yang optimal.
4. Sampel
5. Perbaiki kemungkinan-kemungkinan sebelumnya didasarkan data sampel.

B. Mutu Informasi
Informasi berbeda dalam mutunya disebagiankan oleh penyimpangan atau kesalahan.
Menurut Gordon B. Davis kesalahan dapat disebagiankan oleh :
1. Metode pengumpulan dan pengukuran data yang tidak tepat.
2. Tidak dapat mengikuti prosedur pengolahan yang benar.
3. Hilang atau tidak terolahnya data.
4. Pemeriksaan atau pencatatan data yang salah
5. Dokumen (induk) sejarah yang salah (atau penggunaan dokumen sejarah yang salah)
6. Kesalahan dalam prosedur pengolahan(misalnya kesalahan program komputer)
7. Kesalahan yang dilakukan dengan sengaja

Kesulitan karena peyimpangan dapat ditangani dalam pengolahan informasi melalui prosedur
untuk menemukan dan mengukur penyimpangan dan menyesuaikannya. Kesulitan karena
kesalahan dapat diatasi dengan :
1. Kontrol intern untuk menemukan kesalahan
2. Pemeriksaan intern dan extern
3. Penembahan “batas kepercayaan” kepada data,
4. Intruksi pemakai dalam prosedur pengolahan dan pengukuran agar para pemakai dapat
menilai kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi.
BAB VIII
PENUTUP

Pedoman pengorganisasian unit kerja SIMRS RS AKA Medika Sribhawono diharapkan


dapat memberikan kejelasan peran, fungsi dan kewenangan unitkerja SIMRS sehingga dapat
meningkatkan kinerja dari unit ini.
Pedoman ini bukanlah sesuatu yang permanen, akan tetapi akan berubah mengikuti
perubahan peraturan yang berlaku, struktur organisasi, tugas pokok dan fungsi, kebijakan
pimpinan serta kondisi dan situasi lingkungan . Untuk itu pedoman ini harus dievaluasi secara
berkala.
Diharapkan pedoman ini dapat dijadikan sebagai acuan bagi unit terkait dalam
melaksanakan tugas pokok dan fungsi khususnya dalam penyusunan rencana kebijakan dan
program di lingkungan RS AKA Medika Sribhawono.

You might also like