Professional Documents
Culture Documents
A. LATAR BELAKANG
Dalam perkembangannya, rumah sakit masa kini bukan lagi berfungsi sebagai
lembaga sosial semata, tetapi merupakan lembaga bisnis yang patut diperhitungkan
keberadaanya. Perubahan fungsi ini terjadi dengan banyak ditemukannya penyakit-penyakit
baru maupun teknologi pengobatan yang makin maju. Sehingga rumah sakit dituntut untuk
meningkatkan kinerja dan daya saing sebagai badan usaha dengan tidak mengurangi misi
sosial yang dibawanya. Rumah sakit harus merumuskan kebijakan-kebijakan strategis antara
lain efisiensi dari dalam (organisasi, manajemen, serta SDM) serta harus mampu secara
cepat dan tepat mengambil keputusan untuk peningkatan pelayanan kepada masyarakat agar
dapat menjadi organisasi yang responsif, inovatif, efektif, efisien dan menguntungkan.
Dalam meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit Departemen
Kesehatan RI telah mengeluarkan kebijakan yang menjadi pedoman bagi penyelenggaraan
pembangunan kesehatan yang dilaksanakan oleh pemerintah maupun swasta. Teknologi
informasi telah mempengaruhi pula pelayanan rumah sakit, antara lain dibutuhkan dalam
rangka memenuhi tuntutan masyarakat akan ketepatan dan kecepatan pelayanannya.
Teknologi yang dirancang khusus untuk membantu proses pengolahan data di rumah
sakit adalah teknologi informasi berupa Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit
(SIMRS). Informasi merupakan aktivita (asset) penting suatu rumah sakit dalam
meningkatkan efesiensi dan efektifitas pekerjaan.Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit
(SIMRS) berbasis komputer merupakan sarana pendukung yang sangat penting – bahkan
bisa dikatakan mutlak – untuk operasional rumah sakit. Sistem informasi rumah sakit
merupakan salah satu komponen yang penting dalam mewujudkan upaya peningkatan mutu
tersebut. Sistem informasi rumah sakit secara umum bertujuan untuk mengintegrasikan
sistem informasi dari berbagai subsistem dan mengolah informasi yang diperlukan sebagai
pengambilan keputusan. Selain itu, Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS)
adalah sistem komputerisasi yang memproses dan mengintegrasikan seluruh alur proses
bisnis layanan kesehatan dalam bentuk jaringan koordinasi, pelaporan dan prosedur
administrasi untuk mendukung kinerja dan memperoleh informasi secara cepat, tepat dan
akurat.
B. TUJUAN
Tersusunnya pedoman penyelenggaraan program Sistem Informasi Manajemen di Rumah
Sakit sebagai dasar acuan seluruh kebijakan, prosedur dan program kerja yang terkait
dengan kegiatan SIMRS di RS AKA Medika Sribhawono.
2. Action
a. Pelaksanaan penggunaan aplikasi SIMRS di semua unit pelayanan RS AKA Medika
Sribhawono.
b. Pendidikan dan pelatihan yang berkaitan dengan SIMRS bagi staf SIMRS.
c. Pelatihan penggunaan aplikasi SIMRS di tiap unit pelayanan yang menggunakan
aplikasi tersebut.
B. VISI
Menjadi pelopor terpercaya dalam penerapan sistem teknologi informasi dalam
mendukung pelayanan rumah sakit.
C. MISI
1. Memberikan dukungan pengelolaan informasi untuk mendukung kegiatan penelitian,
dan pemeliharaan kesehatan.
2. Mempelopori inovasi pengembangan sistem teknologi informasi rumah sakit.
3. Menciptakan lingkungan akademik sebagai pusat pembelajaran pengembangan sistem
teknologi informasi rumah sakit.
D. NILAI UNIT
Untuk mendukung perawatan pasien dan administrasinya, SIMRS mendukungpenyediaan
informasi, terutama tentang pasien, dalam cara yang benar, relevan terbarukan, mudah
diakses oleh orang yang tepat pada tempat/lokasi yang berbeda dan dalam format yang dapat
digunakan. Transaksi data pelayanan dikumpulkan, disimpan, diproses, dan
didokumentasikan untuk menghasilkan informasi tentang kualitas perawatan pasien dan
tentang kinerja rumah sakit serta biaya. Ini mengisyaratkan bahwa sistem informasi rumah
sakit harus mampu mengkomunikasikan data berkualitas tinggi antara berbagai unit di
rumah sakit.
E. KUALIFIKASI SDM
1. Pendidikan : Diploma III / Sarjana Komputer
2. Mampu mengoperasikan SIMRS
3. Dutamakan menguasai jaringan komputer
4. Menguasai database MySQL-SQL Server
5. Familiar/terbiasa dengan bahasa pemrograman Broland Delphi, Visual Basic, dan HTML
Direktur Utama
J. PELAPORAN
Laporan merupakan suatu bentuk penyampaian berita, keterangan, pemberitahuan
ataupun pertanggungjawaban baik secara lisan maupun secara tertulis dari bawahan
kepada atasan sesuai dengan hubungan wewenang (authority) dan tanggung jawab
(responsibility) yang ada antara mereka. Pelaporan yang ada di unit SIMRS RS AKA
Medika Sribhawono, yakni pelaporan bulanan.
BAB III
STANDAR KETENAGAAN
A. DISTRIBUSI KETENAGAAN
Distribusi ketenagaan mengenai jumlah staf di unit SIMRS menujukkan bahwa jumlah
staf yang ada di unit SIMRS sudah cukup dalam menunjang proses pengelolaan SIMRS RS
AKA Medika Sribhawono dan tugas-tugas yang dilakukan oleh petugas SIMRS Hal ini
dapat dilihat dari jumlah staf SIM-RS yang saat ini berjumlah 1 orang dengan jadwal kerja
Non-shift yang telah ditetapkan.
BAB IV
STANDAR FASILITAS
BAB V
TATA LAKSANA PENDIDIKAN, PELATIHAN, DAN PENELITIAN SERTA
PELAYANAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN RUMAH SAKIT (SIMRS)
A. PENGERTIAN
Keselamatan pasien rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat
asuhan pasien lebih aman yang meliputi asesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan hal
yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar
dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya
risiko dan mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan
suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil (Kemenkes RI,
2011).
Manajemen risiko adalah pendekatan proaktif untuk mengidentifikasi, menilai dan
menyusun prioritas risiko, dengan tujuan untuk menghilangkan atau meminimalkan
dampaknya. Manajemen risiko rumah sakit adalah kegiatan berupa identifikasi dan evaluasi
untuk mengurangi risiko cedera dan kerugian pada pasien, karyawan rumah sakit,
pengunjung dan organisasinya sendiri.
B. TUJUAN
Tujuan keselamatan pasien, yaitu membangun kesadaran terhadap keselamatan
pasien serta terlaksananya implementasi keselamatan pasien dalam setiap kegiatan
pelayanan di Rumah Sakit.
Tujuan adanya manajemen resiko, yaitu untuk menciptakan budaya keselamatan
pasien di rumah sakit, untuk mengurangi kejadian yang tidak diharapkan (KTD), serta untuk
melaksanakan program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan kejadian
yang tidak diharapkan.
BAB VII
PENGENDALIAN MUTU
Pengendalian mutu pada unit SIMRS RS AKA Medika Sribhawono akan mengarah pada
keakuratan data atau informasi yang ada di dalam sistem. Informasi yang terdapat dalam sistem
meliputi data pasien, seperti nama, alamat, tempat tanggal lahir, dan seterusnya. Juga data
pegawai RS juga memiliki data, seperti nama, unit kerja, pangkat, serta tagihan pasien, Rekam
Medis, pembukuan RS dan lain-lain.
A. Nilai Informasi
Menurut Burch dan Strater dalam buku mereka, Information Systems: Theory and Practice,
nilai informasi itu didasarkan atas sepuluh sifat sebagai berikut :
1. Mudahnya dapat diperoleh
Sifat ini menunjukan mudahnya dan cepatnya dapat diperoleh keluaran informasi.
Kecepatan memperolehnya dapat diukur, akan tetapi berapa nilainya bagi pemakai
informasi, sulit mengukurnya.
2. Sifat luas dan lengkapnya
Sifat ini menunjukkan lengkapnya isi informasi. Hal ini tidak berarti hanya mengenai
volumenya, akan tetapi juga mengenai keluaran informasinya. Sifatnya ini sangat kabur
dan oleh karena itu sulit mengukurnya.
3. Ketelitian
Sifat ini berhubungan dengan tingkat kebebasan dari kesalahan keluaran informasi.
Dalam hubungannya dengan volume data yang besar, maka biasanya terjasi dua jenis
kesalahan, yakni kesalahan pencatatan dan kesalahan perhitungan.
4. Kecocokan
Sifat ini menunjukan betapa baik keluaran informasi dalam hubungannya dengan
permintaan para pemakai. Isi informasi harus ada hubungannya dengan masalah yang
dihadapi. Semua keluaran lainnya tidak berguna akan tetapi masalah mempersiapkannya.
Sifat ini sulit mengukurnya.
5. Ketepatan waktu
Sifat ini berhubungan dengan waktu yang dilalui yang lebih pendek, daripada siklus
dapat diperolehnya informasi : masukan, pengolahan dan pelaporan keluaran kepada para
pemakai. Biasanya agar informasi itu tepat waktu, lamanya siklus ini harus dikurangi.
Dalam beberapa hal ketepatan waktu dapat diukur.
6. Kejelasan
Sifat ini menunjukan tingkat keluaran informasi, bebas dari istilah-istilah yang tidak
jelas. Membetulkan laporan dapat memakan biaya yang besar.
7. Keluwesan
Sifat ini berhubungan dengan dapat disesuaikannya keluaran informasi tidak hanya
dengan lebih dari satu keputusan akan tetapi juga dengan lebih dari seorang pengambilan
keputusan. Sifat ini sulit mengukurnya, akan tetapi dalam banyak hal dapat diberikan
nilai yang dapat diukur.
8. Dapat dibuktikan
Sifat ini menunjukan kemampuan beberapa pemakai informasi untuk menguji keluaran
informasi dan sampai pada kesimpulan yang sama.
9. Tidak ada prasangka
Sifat ini berhubungan dengan tidak adanya keinginan untuk mengubah informasi guna
mendapatkan kesimpulan yang telah dipertimbangkan sebelumnya.
10. Dapat diukur
Sifat ini menunjukan hakikat informasi yang dihasilkan dari sistem informasi formal.
meskipun kabar angin, desas-desus, dugaan-dugaan, klenik, dan sebagainya sering
dianggap sebagai informasi, hal-hal tersebut berada diluar lingkup pembicaraan kita.
Nilai informasi yang sempurna adalah bahwa mengambil keputusan diizinkan untuk memilih
keputusan optimal dalam setiap hal, dan bukan keputusan yang “rata-rata” akan menjadi optimal,
dan untuk menghindarkan kejadian-kejadian yang akan mengakibatkan suatu kerugian.
Informasi ini tidak sempurna karena lebih banyak memberikan perkiraan daripada memberikan
angka yang pasti.
B. Mutu Informasi
Informasi berbeda dalam mutunya disebagiankan oleh penyimpangan atau kesalahan.
Menurut Gordon B. Davis kesalahan dapat disebagiankan oleh :
1. Metode pengumpulan dan pengukuran data yang tidak tepat.
2. Tidak dapat mengikuti prosedur pengolahan yang benar.
3. Hilang atau tidak terolahnya data.
4. Pemeriksaan atau pencatatan data yang salah
5. Dokumen (induk) sejarah yang salah (atau penggunaan dokumen sejarah yang salah)
6. Kesalahan dalam prosedur pengolahan(misalnya kesalahan program komputer)
7. Kesalahan yang dilakukan dengan sengaja
Kesulitan karena peyimpangan dapat ditangani dalam pengolahan informasi melalui prosedur
untuk menemukan dan mengukur penyimpangan dan menyesuaikannya. Kesulitan karena
kesalahan dapat diatasi dengan :
1. Kontrol intern untuk menemukan kesalahan
2. Pemeriksaan intern dan extern
3. Penembahan “batas kepercayaan” kepada data,
4. Intruksi pemakai dalam prosedur pengolahan dan pengukuran agar para pemakai dapat
menilai kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi.
BAB VIII
PENUTUP