You are on page 1of 29

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN
POST OPERASI KATARAK PADA LANSIA
Disusun untuk memenuhi tugas Dokumentasi Keperawatan
Dosen Pengampu : Ulfah Agus Sukrillah, S.Kep., M.H.

Disusun oleh:

1. Alif Fahrunisa (P1337420217090)


2. Titania Agustin P P (P1337420217092)
3. Dewi Rarasati (P1337420217100)
4. Ismi Nurhafifah (P1337420217105)
5. Limas Phyetaloka N. (P1337420217107)
6. Sindy Kartika Putri (P1337420217118)

Tingkat 2C / Kelompok 6

POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENTERIAN KESEHATAN SEMARANG
PRODI D-III KEPERAWATAN PURWOKERTO
2018

i
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul Makalah Asuhan Keperawatan Katarak
pada Lansia.
Atas terselesaikannya makalah ini, ucapan terima kasih penulis sampaikan
kepada :
1. Ibu Walin, SST, M.Kes selaku Ketua Program Studi D-III
Keperawatan Purwokerto.
2. Ulfah Agus Sukrillah, S.Kep., M.H.selaku dosen pengampu mata
kuliah Dokumentasi Keperawatan.
3. Pihak - pihak yang turut berperan dalam penyusunan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu, dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang Makalah Asuhan
Keperawatan Katarak pada Lansia ini dapat memberikan manfaat maupun
inspirasi terhadap pembaca.

Purwokerto, 16 September 2018

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ...........................................................................................1


B. Rumusan Masalah ......................................................................................2
C. Tujuan Penulisan ........................................................................................2
D. Metode Penulisan .......................................................................................3
E. Manfaat Penulisan ......................................................................................3
BAB II : PEMBAHASAN

A. Definisi.......................................................................................................4
B. Etiologi .......................................................................................................4
C. Manifestasi Klinis ......................................................................................4
D. Patofisiologi ...............................................................................................5
E. Pathway ......................................................................................................6
F. Pemeriksaan Diagnostik .............................................................................7
G. Penataklasanaan .........................................................................................7
H. Komplikasi .................................................................................................8
I. Pengobatan .................................................................................................8
J. Asuhan Keperawatan pada Lansia ............................................................10
BAB III : PENUTUP

A. Kesimpulan ..............................................................................................22
B. Saran.........................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Katarak menjadi penyebab kebutaan nomor satu didunia karena


penyakit ini menyerang tanpa disadari oleh penderitanya. Katarak terjadi
secara perlahan - lahan. Katarak baru terasa mengganggu setelah tiga
sampai lima tahun menyerang lensa mata.

Pada tahun 2020 diperkirakan penderita penyakit mata dan


kebutaan meningkat dua kali lipat. Padahal 7,5% kebutaan didunia dapat
dicegah dan diobati. Kebutaan merupakan masalah kesehatan masyarakat
dan sosial ekonomi yang serius bagi setiap negara. Studi yang
dilakukan Eye Disease evalence Research Group (2004) memperkirakan,
pada 2020 jumlah penderita penyakit mata dan kebutaan didunia akan
mencapai 55 juta jiwa. Prediksi tersebut menyebutkan, penyakit mata dan
kebutaan meningkat terutama bagi mereka yang telah berumur diatas 65
tahun. Semakin tinggi usia, semakin tinggi pula resiko kesehatan mata.
WHO memiliki catatan mengejutkan mengenai kondisi kebutaan didunia,
khususnya dinegara berkembang.

Saat ini terdapat 45 juta penderita kebutaan di dunia, 60%


diantaranya berada di negara miskin atau berkembang. Ironisnya Indonesia
menjadi Negara tertinggi di Asia Tenggara dengan angka sebesar 1,5%.
Menurut Spesialis Mata dari RS Pondok Indah Dr Ratna Sitompul SpM,
tingginya angka kebutaan di Indonesiadisebabkan usia harapan hidup
orang Indonesia semakin meningkat. “karena beberapa penyakit mata
disebabkan proses penuaan. “Artinya semakin banyak jumlah penduduk
usia tua, semakin banyak pula penduduk yang berpotensi mengalami
penyakit mata.

1
Hingga kini penyakit mata yang banyak ditemui di Indonesia
adalah katarak (0,8%), glukoma (0,2%) serta kelainan refraksi (0,14%).
Katarak merupakan kelainan mata yang terjadi karena perubahan lensa
mata yang keruh. Dalam keadaan normal jernih dan tembus cahaya.
Selama ini katarak banyak diderita mereka yang berusia tua. Karena itu,
penyakit ini sering diremehkan kaum muda. Hal ini diperkuat berdasarkan
data dari Departemen Kesehatan Indonsia (Depkes) bahwa 1,5 juta orang
Indonesia mengalami kebutaan karena katarak dan rata - rata diderita yang
berusia 40 - 55 tahun.

Penderita rata - rata berasal dari ekonomi lemah sehingga banyak


diantara mereka tidak tersentuh pelayanan kesehatan. Dan kebanyakan
katarak terjadi karena proses degeneratif atau semakin bertambahnya usia
seseorang. Bahkan, dari data statistik lebih dari 90 persen orang berusia di
atas 65 tahun menderita katarak, sekitar 55 persen orang berusia 75 - 85
tahun daya penglihatannya berkurang akibat katarak (Irawan, 2008).

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep dasar dan asuhan keperawatan penderita katarak
padea lansia ?
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
2. Mengetahui konsep dasar dan asuhan keperawatan penderita katarak
pada lansia?
3. Tujuan Khusus
a. Mengetahui definisi Katarak.
b. Mengetahui penyebab Katarak.
c. Mengetahui Tanda dan gejala Katarak
d. Mengetahui Patofisiologi Katarak
e. Mengetahui Pathway Katarak
f. Mengetahui pemeriksaan diagnostic Katarak.
g. Mengetahui penatalaksanaan Katarak.
2
h. Mengetahui komplikasi Katarak
i. Mengetahui pengkajian asuhan keperawatan Katarak
j. Mengetahui diagnosa asuhan keperawatan Katarak.
k. Mengetahui intervensi asuhan keperawatan Katarak.
l. Mengetahui evaluasi asuhan keperawatan Katarak.
D. Metode Penulisan

Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah


dengan menggunakan metode tinjauan dari beberapa sumber mengenai
Katarak pada lansia.

E. Manfaat Penulisan
1. Bagi penulis
Merupakan bahan untuk memenuhi tugas dokumentasi keperawatan
kpada semester tiga tahun ajaran 2018/2019.
2. Bagi pembaca
Agar pembaca mengetahui tentang Katarak pada lansia.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Katarak
Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat
terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa
atau akibat keduanya (Ilyas, 2008).

Katarak adalah kekeruhan lensa mata atau kapsul lensa yang


mengubah gambaran yang di proyeksikan pada retina. Katarak merupakan
penyebab umum kehilangan pandangan secara bertahap (Istiqomah, 2003)

Katarak merupakan keadaan dimana terjadi kekeruhan pada serabut


atau bahan lensa didalam kapsul lensa. Umumnya terjadi akibat proses
penuaan yang terjadi pada semua orang yang berusia lebih dari 65 tahun.
(Muttaqin, 2008).

B. Etiologi

Katarak disebabkan oleh berbagai faktor seperti :


1. Fisik
2. Kimia
3. Penyakit predisposisi
4. Genetik dan gangguan perkembangan
5. Infeksi virus di masa pertumbuhan janin
6. Usia
(Tamsuri, 2008)

C. Manifestasi Klinis

Katarak didiagnosis terutama dengan gejala subjektif. Biasanya


pasien mengalami penurunan ketajaman penglihatan dan silau serta
gangguan fungsional sampai derajat tertentu yang diakibatkan karena
kehilangan penglihatan. Temuan objektif biasanya meliputi pengembunan
4
seperti mutiara keabuan pada pupil sehingga retina tak akan tampak
dengan oftalmoskop.
Ketika lensa sudah menjadi opak, cahaya akan dipendarkan dan
bukannya ditransmisikan dengan tajam menjadi bayangan terfokus pada
retina. Hasilnya adalah pandangan kabur atau redup, menyilaukan yang
menjengkelkan dengan distorsi bayangan dan susah melihat di malam hari.
Pupil yang normalnya hitam, akan tampak kekuningan, abu - abu atau
putih. Katarak biasanya terjadi bertahap selama bertahun - tahun, dan
ketika katarak sudah sangat memburuk, lensa koreksi yang lebih kuat pun
tak akan mampu memperbaiki penglihatan (Suddarth, 2001).

D. Patofisiologi
Lensa mata mengandung tiga komponen anatomis: nucleus,
korteks dan kapsul. Nukleus mengalami perubahan warna coklat
kekuningan seiring dengan bertambahnya usia. Disekitar opasitas terdapat
densitas seperti duri dianterior dan posterior nukleus. Opasitas pada kapsul
posterior merupakan bentuk katarak yang paling bermakna. Perubahan
fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya transparansi. Salah
satu teori menyebutkan terputusnya protein lensa normal terjadi disertai
infulks air kedalam lensa proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang
dan mengganggu transmisi sinar. Teori lain mengatakan bahwa suatu
enzim mempunyai peranan dalam melindungi lensa dari degenerasi.
Jumlah enzim akan menurun dengan bertambahnya usia dan tidak ada
pada kebanyakan pasien menderita katarak.
Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya
transparasi. Perubahan pada serabut halus multipel (zunula) yang
memanjangdari badan silier sekitar daerah di luar lensa, misalnya, dapat
menyebabkan penglihatan mengalami distorsi. Perubahan kimia dalam
protein lensa dapat menyebabkan kogulasi, sehingga mengabutkan
pandangan dengan menghambat jalannya cahaya ke retina. Salah satu teori

5
menyebutkan terputusnya protein lensa normal terjadi disertai influks air
ke dalam lensa. Proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang dan
mengganggu transmisi sinar. Teori lain mengatakan bahwa suatu enzim
mempunyai peran dalam melindungi lensa dari degenerasi. Jumlah enzim
akan menurun denga bertambahnya usia dan tidak ada pada kebanyakan
pasien yang menderita katarak.
Katarak biasanya terjadi bilateral, namun mempunyai kecepatan yang
berbeda. Dapat disebabkan oleh kejadian trauma maupun sistemis, seperti
diabetes, namun sebenarnya merupakan konsekwensi dari proses penuaan
yang normal. Kebanyakan katarak berkembang secara kronik dan
“matang” ketika orang memasuki dekadeke tujuh. Katarak dapat bersifat
kongenital dan harus diidentifikasi awal, karena bila tidak terdiagnosa
dapat menyebabkan ambliopia dan kehilangan penglihatan permanen.
Faktor yang paling sering yang berperan dalam terjadinya katarak meliputi
radiasi sinar ultraviolet B, obat-obatan, alkohol, merokok, diabetes, dan
asupan vitamin antioksidan yang kurang dalam jangka waktu lama.

F. Pathway

6
G. Pemeriksaan Diagnostik
1. Uji mata
2. Keratometri
3. Pemeriksaan lampu slit dan oftalmoskopis
4. A-scan ultrasound (echography)
5. Dan hitung sel endotel yang sangat berguna sebagai alat diagnostik,
khususnya bila dipertimbangkan akan dilakukan pembedahan
6. Darah putih: dibawah 10.000 normal

(Suddarth, 2001).

H. Penatalaksanaan
Tak ada terapi obat untuk katarak, dan tak dapat diambil dengan
pembedahan laser. Namun, masih terus dilakukan penelitian mengenai
kemajuan prosedur laser baru yang dapat digunakan untuk mencairkan
lensa sebelum dilakukan pengisapan keluar melalui kanula.

Bila penglihatan dapat dikoreksi dengan dilator pupil dan refraksi


kuat sampai ketitik dimana pasien melakukan aktivitas hidup sehari - hari,
maka penanganan biasanya konservatif. Penting dikaji efek katarak
terhadap kehidupan sehari - hari pasien. Mengkaji derajat gangguan fungsi
sehari - hari, aktivitas, kemampuan bekerja, ambulasi, dan lain - lain,
sangat penting untuk menentukan terapi mana yang paling cocok bagi
masing - masing penderita.

Pembedahan diindikasikan bagi mereka yang memerlukan


penglihatan akut untuk bekerja ataupun keamanan. Biasanya diindikasikan
bila koreksi tajam penglihatan yang terbaik yang dapat dicapai adalah
20/50 atau lebih buruk lagi. Pembedahan katarak adalah pembedahan yang
paling sering dilakukan pada orang berusia lebih dari 65 tahun keatas.
Kebanyakan operasi dilakukan dengan anastesia local (retrobulbar atau
peribulbar, yang dapat mengimobilisasi mata). Obat penghilang cemas

7
dapat diberikan untuk mengatasi perasaan klaustrofobia sehubungan
dengan draping bedah.

Ada dua macam teknik pembedahan tersedia untuk pengangkatan


katarak : ekstraksi intrakapsuler dan ekstrakapsuler. Indikasi intervensi
bedah adalah hilangnya penglihatan yang mempengaruhi aktivitas normal
pasien atau katarak yang menyebabkan glaukoma atau mempengaruhi
diagnosis dan terapi gangguan okuler lain, seperti retinopati diabetika
(Suddarth, 2001).

I. Komplikasi
Adapun komplikasi yang umumnya terjadi pada pasien yang
mengalami penyakit katarak adalah sebagai berikut :

1. Uveitis, terjadi karena masa lensa merupakan benda asing untuk


jaringan uvea, sehingga menimbulkan reaksi radang / alergi.

2. Glaukoma, terjadi karena masa lensa menyumbat sudut bilik mata


sehingga mengganggu aliran cairan bilik mata depan

(Istiqomah, 2003).

J. Pengobatan
Satu-satunya adalah dengan cara pembedahan ,yaitu lensa yang
telah keruh diangkat dan sekaligus ditanam lensa intraokuler sehingga
pasca operasi tidak perlu lagi memakai kaca mata khusus (kaca mata
aphakia). Setelah operasi harus dijaga jangan sampai terjadi infeksi.

Pembedahan dilakukan bila tajam penglihatan sudah menurun


sedemikian rupa sehingga mengganggu pekerjaan sehari-hari atau bila
telah menimbulkan penyulit seperi glaukoma dan uveitis. Teknik yang
umum dilakukan adalah ekstraksi katarak ekstrakapsular, dimana isi lensa
dikeluarkan melalui pemecahan atau perobekan kapsul lensa anterior
sehingga korteks dan nukleus lensa dapat dikeluarkan melalui robekan

8
tersebut. Namun dengan tekhnik ini dapat timbul penyulit katarak
sekunder. Dengan tekhnik ekstraksi katarak intrakapsuler tidak terjadi
katarak sekunder karenaseluruh lensa bersama kapsul dikeluarkan, dapat
dilakukan pada yang matur dan zonula zinn telah rapuh, namun tidak boleh
dilakukan pada pasien berusia kurang dari 40 tahun, katarak imatur, yang
masih memiliki zonula zinn. Dapat pula dilakukan tekhnik ekstrakapsuler
dengan fakoemulsifikasi yaitu fragmentasi nukleus lensa dengan
gelombang ultrasonik, sehingga hanya diperlukan insisi kecil, dimana
komplikasi pasca operasi lebih sedikit dan rehabilitasi penglihatan pasien
meningkat.

9
ASUHAN KEPERAWATAN LANSIA SEBAGAI INDIVIDU

1. Pengkajian
a. Identitas
1) Pasien
Nama : Ny. J
Umur : 87 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan Terakhir : Tidak sekolah
Gol. Darah :O
Agama : islam
Status Perkawinan : Janda
Alamat : Jl. Lettu Suprapto No.13 Kroya
2) Penanggung Jawab
Nama : Ny.I
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Jl. Lettu Suprapto No.13 Kroya
Hubungan Dengan Pasien : Anak
b. Riwayat Keluarga
1) Pasangan : Sudah meninggal dunia
2) Kesehatan :-
3) Umur : 75 tahun
4) Pekerjaan : buruh
5) Alamat : Idem
6) Kematian :-
7) Sebab Kematian : Riwayat Sakit Jantung
8) Tahun meninggal : 1998
9) Anak : Hidup

10
10) Nama : Ny. N
11) Alamat : Jl. Lettu Suprapto No.13
Kroya
c. Riwayat Pekerjaan Anak
1) Status pekerjaan saat ini : Buruh PT
2) Pekerjaan Sebelumnya :-
3) Sumber-sumber Pendapatan dan kecukupan terhadap kebutuhan :
dari anaknya
4) Alamat : Jl. Lettu Suprapto No.13
Kroya
5) Pekerjaan :-
6) Jarak tempat kerja ke rumah : Sekitar 30 km
7) Alat Transportasi :-
d. Riwayat Lingkungan Hidup
1) Tipe tempat tinggal/Panti : Rumah permanen
2) Jumlah kamar :2
3) Jumlah orang yang tinggal dirumah : -
4) Derajat Privacy : sedang
5) Tetangga terdekat : Ny. M
6) Alamat / Telepon : Jl. LettuSuprapto No.13
Kroya
7) Kondisi Panti :-
e. RiwayatRekreasi
1) Hobi / Minat :-
2) Keanggotaan organisasi :-
3) Liburan perjalan :-
4) Kegiatan di panti :-
f. Sumber/Sistem pendukung yang digunakan
1) Dokter/ Perawat/ Bidan/ Fisioterapi, dll : Posyandu
2) RS, Klinik, Yankes lain :-

11
3) Jarak dari rumah/panti :Keposyandu kira-kira
sejauh 3 Km
4) Makanan yang diantar :-
5) Perawatan sehari-hari oleh keluarga : dipenuhi kebutuhan
sehari-harinya
g. Kebiasaan Ritual
1) Agama : Islam
2) Istirahat tidur : cukup, siang sampai 2 Jam malam mulai jam
21.00-04.30 WIB
3) Kebiasaan Ibadah : Selalu melaksanakan sholat 5 waktu, rajin
sholat sunah
4) Kepercayaan : Pasien selalu percaya bahwa penyakit itu
merupakan cobaan dari Allah swt
5) Ritual makan : dengan anaknya, dan selalu berdoa
h. Status kesehatan saat ini
Status kesehatan selama 1 tahun dan 5 tahun yang lalu : Belum pernah
menderita sakit seperti sekarang.
Keluhan kesehatan utama
P : Nyeri pada mata sebelah kiri. Terutama setelah terpapar sinar
matahari langsung/ setelah tidur
Q : Seperti terasa panas, sampai kedaerah kepala disertai mata kiri
terasa panas dan berair
R : nyeri pada mata kiri menyebar sampai kepala
S : Bila nyeri sedang berlangsung, klien mengatakan sulit tidur ( skala
nyeri 5)
T : Saat bangun tidur dan setelah terpapar sinar matahari langsung
Klien operasi dua hari yang lalu dan sudah mendapat informasi tentang
perawatan luka post operasinya serta masih dalam perawatan di rumah
sakit. Luka sudah ditutup dan pantangan-pantangan makanan juga
sudah diketahuinya. Lukanya tidak boleh terkena air, untuk

12
pemenuhan aktivitas sehari-hari dilakukan ditempat tidur dengan
dibantu anaknya dan perawat masih terdapat secret dimata kanannya.
Pengetahuan atau pemahaman dan penatalaksanaan masalah kesehatan
: tidak tahu apa penyakit apa yang dirasakan sekarang
Derajat keseluruhan fungsi relative terhadap masalah kesehatan : yang
lain tidak ada keluhan.
Diagnosis medis : Post operasi katarak
1) Obat obatan : Salep Gentamycin 3 x 1, dan obat antibiotic
2) Status imunisasi : -
3) Alergi (Cacat agen dan rekasi spesifik) : tidak ada riwayat alergi
obat terhadap obat, maupun makanan tertentu.
4) Penyakit yang diderita : Baru sakit mata saat ini
5) Nutrisi : mengikuti diet dari rumah sakit
i. Status kesehatan masa lalu
Klien mengatakan penglihatannya mulai terasa kabur sejak lebih
kurang 3 tahun yang lalu klien juga mengatakan tidak ada riwayat sakit
yang lain, merasa sehat selama ini. Belum pernah melakukan operasi.
Akhir-akhir ini, mata seperti berair terus, untuk melihat kabur dan
buram, nyeri, serta seperti melihat bayangan hitam disekitar mata yang
melintas diudara.
j. Tinjauan Sistem
Kaji ada tidaknya tanda-tanda/ gejala berikut ini :
1) Keadaan umum :
Composmetis. Klien Nampak bersih, kulit tidak kotor, rambut
tersisir rapih, mulut tidak berbau, gigi sudah tanggal semua, tidak
terdapat kelelahan, tidak mengalami kesulitan kalau malam, nafsu
makan setiap hari baik, tingkat kesadaran baik, ADL sekarang
dibantu sebagian.
Pemeriksaan fisik : TTV = TD = 130/90 mmHg, N = 84 X/menit,
RR = 20 X/menit
2) Integumen
13
Elastisitas kulit : Cukup, karena ditandai dengan adanya keriput
tidak ada lesi atau luka, serta infeksi kulit yang lain, rambut sudah
beruban semua, tidak ada ketombe ataupun kutu rambut, disampo
dengan sabun mandi setiap seminggu sekali.
3) Hemopoetik
Tidak ada masalah
4) Kepala
Kalau terasa nyeri pada mata kepala ikut pusing
5) Mata
Keadaan mata kanan nampak penumpukan secret, penglihatan agak
kabur, dan aktivitas sehari-hari dibantu anaknya
6) Telinga
Pendengaran masih baik, tidak ada tinnitus, rabas, tidak ada
riwayat infeksi, kebiasaan membersihkan telinga saat berwudhu
atau mandi pada daun telinga yang ia lakukan
7) Hidung atau sinus
Tidak ada alergi terhadap rangsang bau masih cukup.
8) Mulut dan tenggorokan
Jarang mengalami sakit tenggorokan, tidak ada lesi atau ulkus
maupun kerak, perubahan suara, tidak ada kesulitan menelan, tidak
terdapat pendarahan gusi, Karies, tidak menggunakan alat-alat
protesa, tidak ada riwayat infeksi, tidak menggunakan gigi palsu.
9) Leher
Agak sedikit terasa kaku, tidak ada nyeri, tidak terdapat benjolan
atau masa terasa ada kertebatasan gerak untuk menoleh agak sakit,
tidak teraba benjolan kelenjar tiroid.
10) Payudara
Tidak ada benjolan, tidak ada perubahan disekitar payudara
11) Pernapasan

14
Tidak terdapat batuk, tidak ada sesak napas, tidak ada hemofisis,
tidak ada penumpukan sputum, tidak terdengar mengi, tidak ada
riwayat asma atau alergi tidak terdapat wheezing.
12) Kardiovaskuler
Tidak ada nyeri dada.
13) Gastrointestinal
Tidak ada nafsu makan, dirumah sakit terasa hambar untuk
merasakan makanan yang disajikan, tidak ada nyeri ulu hati.
14) Perkemihan
Sering ingin BAK baik siang maupun malam, namun masih bisa
menunggu anaknya untuk BAK, dan dilakukan diatas tempat tidur.
15) Genito reproduksi
Sudah menaupose.
16) Musculoskeletal
Tidak nyeri sendi, tidak terdapat kaku pada lutut, tidak ada
pembengkakan sendi.
17) System saraf pusat
Tidak terdapat kejang, tidak ada riwayat serangan jantung,
serangan jatuh.
18) System endokrin
Tidak ada keluhan :polifagia, polidipsi, polyuria.
19) System immune
Cukup.
20) System pengecapan
Berkurangnya rasa asin dan panas.
21) System penciuman
Cukup masih peka pada bau.
22) Psikososial
Merasa cemas terhadap operasi yang akan dilakukan pada matanya.
k. Pengkajian status fungsional, kognitif, afektif,sosial

15
Meliputi observasi kemampuan klien untuk melakukan
aktivitas kehidupan sehari-hari/activity daily leaving, fungsi kognitif,
afektif, dan sosial

A. Pengkajian status fungsional


Kemandirian pada aktivitas kehidupan sehari-hari berdasarkan
pada evaluasi fungsi mandiri/tergantung dari klien dalam
mandi,berpakaian, pergi kekamar mandi, berpindah, komitmen,
dan makan.
No Aktivitas Mandiri Tergantung

1 Mandi ✓

2 Berpakaian ✓

3 Ke kamar mandi ✓

4 Berpindah ✓

5 Eliminasi ✓

6 Makan ✓

Analisis Hasil :
Nilai A :Kemandirian dalam hal makan, kontinen ( BAK/BAB),
berpindah, kekamar kecil, mandi dan berpakaian.

Nilai B :Kemandirian dalam semua hal kecuali satu dari fungsi


tersebut

Nilai C : Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi dan satu


fungsi tambahan

Nilai D : Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi,


berpakaian, dan satu fungsi tambahan

16
Nilai E : Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi,
berpakaian, ke kamar kecil, dan satu fungsi tambahan.

Nilai F : Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi,


berpakaian, ke kamar kecil, berpindah dan satu fungsi
tambahan

Nilai G : Ketergantungan pada keenam fungsi tersebut

INDEKS KATZ

Skor Kriteria

D Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali


untuk ke kamar mandi dan mandi serta makan

B. Pengkajian status kognitif dan afektif


Menggunakan Short Portable Mental Questionnaire (SPMSQ) untuk
mendeteksi adanya dan tingkat kerusakan intelektual,terdiri dari 10
pertanyaan mengetes orientasi, memori dalam hubungannya dengan
kemampuan matematis.
Hasil SPMSQ klien =
Kesalahan 5-7 fungsi intelektual sedang
Pengkajian status fungsional
APGAR KELUARGA klien : 6 ( tidak terdapat disfungsi keluarga )
DATA PENUNJANG :
1. Hasil pemeriksaan :
IOL (+), Hipermis (+), klien mampu melihat dengan jarak
pandang 20 meter. Secret pada mata kliri (+), glukosa test (-)

17
C. Analisa Data
NO Data Etiologi Masalah

1. DS : Interupsi nyeri
- Klien masih pembedahan katarak
mengeluh pada mata kiri
myeri pada
mata kiri post
op menyebar ke
kepala saat
bangun tidur.
- Klien
mengatakan
nyeri, sehingga
sulit untuk
tidur.
DO :

Skala nyeri 5,
hipertermis (+),
IOL = (+)

2. DS : Nyeri Intoleransi aktivitas


- Klien sehari-hari (ADL)
mengatakan
masih terasa
nyeri pada
lukampost
operasi.
- Klien
mengatakan
untuk bangun

18
tidur masih
takut, dan
balum boleh
menunduk,
makan dan
buang air masih
ditempat tidur.
Mata masih
ditutup

DO =

- Luka bersih dan


tidak terkena
air , tertutup.
- Riwayat
operasi 2 hari
yang lalu.
- TTV
TD = 130/90
mmHg,
ND = 84x/menit,
RR = 20x/menit

19
D. Intervensi
Dx NOC/Tujuan NIC

Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan 1. Lakukan pengkajian


berhubungan keperawatan 3x perawatan, nyeri nyeri secara
dengan Interupsi klien hilang dengan kriteria hasil : komperhensif
pembedahan NOC : Kepuasan klien lokasi,karakteristik,
katarak pada Manajemen Nyeri ( hal 176, 3016) durasi , frekuensi,
mata kiri Indikator Awal Tujuan kualitas.
2. Observasi nonverbal dan
Nyeri 3 5
ketidaknyamanan.
terkontrol
3. Kontrol lingkungan yang
Tingkat 3 5
dapat mempengaruhi
nyeri
nyeri
dipantau
4. Ajarkan teknik non-
secara
farmakologi ( relaksasi,
regular
distraksi, dan
Mengambil 3 5
sebagainya).
tindakan
untuk
mengurangi
nyeri
Mengambil 3 5
tindakan
untuk
memberikan
kenyamanan
Manajemen 3 5
nyeri sesuai
dengan
keyakinan

20
budaya
Memberi 3 5
pilihan-
pilihan
untuk
manajemen
nyeri
setelah
kepulangan
Keterangan :
1 = Tidak puas
2 = Agak puas
3 = Cukup puas
4 = Sangat puas
5 = Sepenuhnya puas
Intoleransi Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor kebutuhan klien
Aktivitas keperawatan 2x24 jam, klien akan self care
sberhubungan terpenuhi ADL nya dengan 2. Sediakan bantuan sampai
dengan nyeri kriteria hasil : klien mampu memenuhi
NOC : Perawatan Diri Aktivitas kebutuhan sehari-hari
Sehari-hari (hal 435, 0300) 3. Dorong klien dan beri
Indikator Awal Tujuan pujian dalam
keberhasilan melakukan
Makan 3 5
aktivitas
Memakai baju 3 5

Ke toilet 3 5

Mandi 3 5

Berpakaian 3 5

21
Berjalan 3 5

Berpindah 3 5

Memposisikan 3 5
diri
Keterangan :
1 = Sangat Terganggu
2 = Banyak Terganggu
3 = Cukup Terganggu
4 = edikit Terganggu
5 = Tidak Terganggu

E. Implementasi
Dx Implementasi Evaluasi

1. Jam Mengkaji lokasi, durasi, Nyeri skala 5 pada mata


09.00 kualitas nyeri. sebelah kiri, post operasi
katarak.

Lingkungan nyaman dan


Jam Mengatur lingkungan yang tenang .
09.30 nyaman an tenang.
Relaksasi dapat dilakukan.
Mengajarkan teknik
mengurangi nyeri secara non-
farmakologi (menarik napas
dalam, relaksasi,distraksi).
2. Jam - Memonitor kebutuhan Kebersihan diri terpenuhi,
09.00 klien akan perawatan aktivitas sehari-hari terpenuhi.
diri. BAB, BAK dibantu sebagian.

22
- Membantu klien
memenuhi kebutuhan
sehari-hari dan
mengajarkan untuk
melakukan sendiri ASL skor B, dibantu beberapa
dengan bertahap. fungsi.
Jam
11.00 Memonitor
keberhasilan klien
dalam pemenuhan
kebutuhan sehari-hari
(ADL).

F. Evaluasi
DX EVALUASI

1. S= Klien mengatakan nyeri skala 4


O=klien nampak tenang, relaksasi yenag diajarkan secara rutin
A=masalah teratasoi sebagian
P=lanjutkan intervensi

2. S= klien mengatakan masih takut nyeri bertambah kalau beraktivitas, dan


membatasi untuk gerak terutama menunduk sesuai dengan anjuran perawat
O=klien ADL terpenuhi dengan bantuan
A=masalah teratasi sebagian
P=lanjutkan intervensi

23
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Katarak adalah mengeruhnya lensa. Katarak bisa disebabkan karena
konginental atau dapatan (acquired). Penyebab acquired cataract yang paling
umum adalah pertambahan usia, meskipun mekanisme yang pasti belum
diketahui. Pemakaian orticosteroid dan thorazine, DM, trauma pada mata
adalah penyebab acquired cataract yang lain. Congenital cataract terjadi pada
infeksi rubella pada periode kehamilan. Katarak terjadi pada kedua mata,
namun biasanya satu lensa lebih parah dibandingkan yang lain. Diagnosa
katarak mencakup menurunnya ketajaman penglihatan, hilangnya reflek
merah dan terlihat gambaran opaque pada lensa ketika dilakukan pemeriksaan.

Katarak dapat diklasifikasikan dalam golongan berikut :

1. Katarak perkembangan (developmenta!) dan degeneratif.


2. Katarak kongenital, juvenil, dan senil.
3. Katarak komplikata.
4. Katarak traumatik.

Pengobatan

Satu-satunya adalah dengan cara pembedahan ,yaitu lensa yang telah


keruh diangkat dan sekaligus ditanam lensa intraokuler sehingga pasca operasi
tidak perlu lagi memakai kaca mata khusus (kaca mata aphakia). Setelah
operasi harus dijaga jangan sampai terjadi infeksi.
Pembedahan dilakukan bila tajam penglihatan sudah menurun sedemikian
rupa sehingga mengganggu pekerjaan sehari-hari atau bila telah menimbulkan
penyulit seperi glaukoma dan uveitis.

24
B. Saran
Setelah membaca makalah ini diharapkan mahasiswa pada khususnya
dan pembaca pada umumnya mengetahui tentang penyakit katarak.Kritik dan
saran yang membangun sangat penulis harapkan demi tercapainya
kesempurnaan makalah selanjutnya.

25
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth, 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. EGC :
Jakarta
Doengoes A Marylin, 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC : Jakarta
Ilyas, 2008. Ilmu Penyakit Mata Edisi Ketiga. FKUI, Jakarta
Istiqomah, 2003. Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Mata. EGC : Jakarta
Muttaqin, 2009.Asuhan Keperawatan Perioperatif Konsep, Proses, dan Aplikasi.
Salemba Medika ; Jakarta
Nursalam, 2001.Proses & Dokumentasi Keperawatan . Salemba Medika : Jakarta
Tamsuri, 2008.Klien Gangguan Mata & Penglihatan Keperawatan Medikal
Bedah.EGC : Jakarta
Sunaryo, dkk.2016.Asuhan Keperawatan Gerontik. Andi : Yogyakarta

26

You might also like