Program kesehatan Ibu dan Anak merupakan salah satu prioritas Kementerian Kesehatan dan keberhasilan program KIA menjadi salah satu indikator utama dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005 –2025. Tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia membuat pemerintah menempatkan upaya penurunan AKI sebagai program prioritas dalam pembangunan kesehatan. Menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia Angka Kematian Ibu saat ini telah menunjukkan terjadinya penurunan dari 307/00.00Kelahiran Hidup, ditahun 2002 menjadi 228/100.00 Kelahiran Hidup ditahun 2007 dan 226/100.00 Kelahiran Hidup ditahun 2009. Namun program percepatan penurunan AKI diupayakan terus untuk mencapai target Pembangunan Milenium (MDG) 102/100.000 KH pada tahun 2015. Masalah Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia. Hal ini dikarenakan masih tingginya angka kematian ibu dan angka kematian bayi yang ada di Indonesia. Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi di Indonesia merupakan yang tertinggi di ASEAN dengan jumlah kematian ibu tiap tahunnya mencapai 450 per seratus ribu kelahiran hidup yang jauh diatas angka kematian ibu di Filipina yang mencapai 170 per seratus ribu kelahiran hidup, Thailand 44 per seratus ribu kelahiran hidup (Profil Kesehatan Indonesia, 2010). Menurut data Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007, Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup, Angka Kematian Bayi (AKB) sebesar 34 per pada 1000 kelahiran hidup. Berdasarkan kesepakatan global (Millenium Develoment Goals/MDG’s 2000) untuk tahun 2015, diharapkan angka kematian ibu menurun dari 228 pada tahun 2007 menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup dan angka kematian bayi menurun dari 34 pada tahun 2007 menjadi 23 per 1000 kelahiran hidup (Depkes, 2011). Angka kematian bayi menunjukan banyaknya kematian bayi usia 0-11 tahun dari setiap 1000 kelahiran hidup pada tahun tertentu atau dapat dikatakan juga sebagai probabilitas bayi meninggal sebelum mencapai usia satu tahun. Angka kematian bayi merupakan indikator yang penting untuk mencerminkan keadaan derajat kesehatan disuatu masyarakat, karena bayi yang baru lahir sangat sensitive terhadap keadaan lingkungan tempat orang tua si bayi tinggal dan sangat erat kaitannya dengan status sosial orang tua si bayi. Kemajuan yang dicapai dalam bidang pencegahan dan pemberantasan berbagai penyakit penyebab kematian akan tercermin secara jelas dengan menurunnya tingkat AKB. Pada tahun 2014, jumlah kematian ibu di Kabupaten Indragiri Hilir adalah sebesar 23 orang dari jumlah kelahiran hidup atau selama masa kehamilan sampai dengan nifas. Yaitu kematian selama masa hamil, kematian disaat melahirkan dan kematian sewaktu masa nifas. Adapun penyebab kematian ibu ini 50% diantaranya akibat penyakit yang memperburuk semasa kehamilannya sampai dia melahirkan, (penyakit jantung, paru, ginjal, hepatitis dll). Sedangkan 50%nya adalah akibat perdarahan sewaktu melahirkan serta faktor resiko tinggi, preeklamsia dan sebagainya. Jumlah bayi yang meninggal dan dilaporkan peda tahun 2015 sebesar 85 orang dari 7.952 kelaran hidup. AKB dilaporkan sebesar 11 per 1.000 kelahiran hidup.Angka ini mengalami peningkatan dari tahun 2014 yaitu sebesar 5 per 1.000 kelahiran hidup.Berikut adalahgambaran angka kematian bayi yang dilaporkan per 1.000 kelahiran hidup (Profil Kesehatan Indragiri Hulu). Prevalensi penyakit tidak menular (PTM) di Indonesia terus meningkat dan semakin mengkhawatirkan. Kondisi ini dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya karena terjadinya perubahan gaya hidup masyarakat khususnya pola makan yang tidak sehat. Untuk menekan morbiditas dan mortalitas PTM tersebut, perlu dilakukan modifikasi faktor risiko, salah satunya pola makan yang sehat dan seimbang.Penyakit menular adalah penyakit yang dapat ditularkan melalui berbagai media. Penyakit jenis ini merupakan masalah kesehatan yang besar di hampir semua negara berkembang karena angka kesakitan dan kematiannya yang relatif tinggi dalam kurun waktu yang relatif singkat. Penyakit menular umumnya bersifat akut (mendadak) dan menyerang semua lapisan masyarakat. Penyakit jenis ini diprioritaskan mengingat sifat menularnya yang bisa menyebabkan wabah dan menimbulkan kerugian yang besar. Penyakit menular merupakan hasil perpaduan berbagai faktor yang saling mempengaruhi(Widoyono, 2011) Salah satu penyakit tidak menular ialah diare sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat. Penyakit ini sering menimbulkan KLB serta merupakan salah satu penyebab utama kematian bayi dan balita. Pada Tahun 2014 jumlah perkiraan penderita diare di Kabupaten Indragiri Hilir sebesar 26.213, sedangkan penderita diare yang ditangani di Puskesmas dan Rumah Sakit sebesar 15.079 penderita atau 58% Penyakit Tidak Menular (PTM) telah menjadi masalah kesehatan masyarakat yang cukup besar di Indonesia, hal ini ditandai dengan bergesernya pola penyakit secara epidemiologi dari penyakit menular kepenyakit tidak menular yang secara global meningkat, secara nasional telah menduduki sepuluh penyakit besar penyebab kematian dan kasus terbanyak diantaranya adalah penyakit Diabetes Melitus (Depkes,2009). Anggota masyarakat yang paling penting dijadikan sasaran dalam penerapan PHBS adalah anak SD. Hal ini karena pada masa tersebut merupakan masa yang paling eksploratif (bermain dengan lingkungan) serta merupakanmasa masa yang tepat untuk dapat menerima dan menyerap informasi dengan tepat (Pramono dan Paramita, 2011). Hal ini dikuatkan oleh pernyataan dari Drs.Thosim, MM, Kabid PKPL Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Tengah bahwa sasaran promosi PHBS adalah anak SD terutama siswa kelas 4 dan 5 SD. Sebab pada usia tersebut, mereka mudah menerima adanya inovasi baru dan mudah menyampaikannya kepada orang lain (Wati, 2011). Sanitasi dan tingkat hygienitas yang rendah menyebabkan sekitar 88 % kematian anak akibat diare. Berdasarkan data dari riskesdas tahun 2007, diare sebagai penyebab kematian anak pada usia 1 bulan hingga 1 tahun sebesar 31 % dan pada usia 1 tahun hingga 4 tahun sebesar 25 % (Unicef, 2012). Pembangunan kesehatan sebagai salah satu upaya pembagunan nasional diarahkan guna tercapainya kesadaran untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan kesehatan yang optimal. Adapun salah satu upaya untuk mencapai tujuan tersebut adalah dengan pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada individu, keluaga, dan merata pada masyarakat umum guna untuk mencapai tujuan yaitu mewujudkan kesejateraan merata. 1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menguasai dan mengaplikasikan ilmu pengetahuan
dan kesehatan secara langsung kepada masyarakat melalui kompetensi keilmuan dibidang kesehatan.
1.2.2 Tujuan Khusus
1) Mahasiswa mampu mengidentifikasi masalah terhadap sekumpulan data
yang berkaitan dengan kesehatan ibu dan anak 2) Mahasiswa mampu mengidentifikasi masalah terhadap sekumpulan data yang berkaitan dengan penyakit menular dan tidak menular 3) Mahasiswa mampu mengidentifikasi masalah terhadap sekumpulan data yang berkaitan dengan perilaku hidup bersih dan sehat 4) Mahasiswa mampu melakukan analisis masalah yaitu mampu memahami masalah secara jelas dan spesifik sehingga mempermudah alternatif pemecahannya. 5) Mahasiswa mampu menentukan kegiatan perbaikan kesehatan berdasarkan analisis masalah yang secara langsung maupun tidak langsung yang berkaitan dengan upaya peningkatan status gizi masyarakat. 6) Mahasiswa mampu melaksanakan suatu kegiatan program perbaikan kesehatan yang lebih baik di masyarakat. 7) Mahasiswa mampu melakukan pemantauan dan evaluasi yaitu melakukan suatu kegiatan pengawasan secara periodik terhadap pelaksanaan kegiatan program perbaikan gizi dalam menentukan besarnya input yang diberikan, proses yang berjalan maupun hasil yang dicapai (output ). 1.3 Manfaat 1. Manfaat bagi masyarakat dan Puskesmas atau pemerintah daerah setempat yaitu dapat melihat masalah gizi dan kesehatan di desa Candirejo lalu bisa diberikan intervensi sehingga jumlah permasalahan kesehatan dapat berkurang atau untuk meningkatkan status kesehatan balita, bumil dan lansia di daerah tersebut. 2. Manfaat bagi mahasiswa dapat mengaplikasikan antara konsep atau teori yang diperoleh dari perkuliahan dengan kenyataan operasional di lapangan kerja, untuk menambah pengetahuan yang lebih mendalam di bidang enumerator, pengalaman mengenai masalah yang ada di lapangan, serta penyesuaian sikap dengan orang lain dan lingkungan tempat PKN. 1.4 Sasaran
Sasaran pada praktek belajar lapangan (PKN) survey kesehatan ini, yaitu:
1. Anak usia 0-59 bulan
2. Anak Sekolah 3. Ibu hamil trimester 1 – 3 4. Dewasa 5. Lansia DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI, 2009. Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta
Depkes RI. 2011. Target Tujuan Pembangunan MDGs. Direktorat Jendral Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta Jurnal Kesehatan. Vol 4. No 3. Maret 2011 Surakarta, UMS. Pramono, M.S., dan Paramita, A., 2011, Peningkatan Pengetahuan Anak-anak tentang PHBS dan Penyakit Menular melalui Teknik KIE Berupa Permainan Elektronik, Naskah Publikasi, Balitbangkes Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Wati M. 2011.Berperilaku Cuci Tangan Menyimpulkan Terdapat Perubahan Sikap Siswa SD Bulukantil Surakarta. Widoyono. 2011. Penyakit Tropis: Epidemiologi, Penularan, Pencegahan, dan Pemberantasannya. Jakarta: Penerbit Erlangga