Professional Documents
Culture Documents
PROPOSAL PENELITIAN
DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN MENCAPAI DERAJAT
SARJANA (S1)
DIAJUKAN OLEH:
HASRUL
R1C115044
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gerakan tanah merupakan jenis bencana alam yang paling sering terjadi di
Indonesia pada setiap musim penghujan. Potensi gerakan tanah sangat tinggi
terutama pada daerah-daerah yang memiliki curah hujan tinggi, kondisi geologis
terdiri batuan yang telah lapuk, dan kedalaman solum tanah cukup tebal, di bawah
tanah tebal itu terselip lapisan-lapisan batuan yang tidak tembus air (impermeable
layers) yang berfungsi sebagai bidang gelincir, serta mempunyai kemiringan lebih
dari 30 derajat (Sudibyakto, 2011).
Kabupaten Konawe Utara merupakan salah satu wilayah yang masuk dalam
zona rawan bencana pergerakan tanah tertingi di Sulawesi tenggara. Kabupaten
Konawe Utara memiliki topografi permukaan tanah yang pada umumnya
bergunung, bergelombang dan berbukit yang mengelilingi dataran rendah.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, dapat diambil
beberapa rumusan masalah diantaranya sebagai berikut.
1. Bagaimana pengaruh tingkat bahaya, kerentanan, dan kapasitas terhadap
terjadinya bencana gerakan tanah di wilayah Kecamatan Salaman?
2. Bagaimana tingkat dan sebaran risiko bencana gerakan tanah di wilayah
Kecamatan Salaman?
3. Bagaimana teknik mitigasi yang sesuai berdasarkan zonasi tingkat risiko yang
telah dibuat?
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini memiliki manfaat dalam dua bidang yaitu secara teoritis dan
praktis.
1. Manfaat Teoritis
a. Penelitian penerapan ini memberikan sumbangan pemikiran bagi ilmu
pengetahuan mengenai kajian kebencanaan khususnya yang berkaitan dengan
bencana gerakan tanah dan mitigasinya.
b. Dapat menjadi referensi bagi penelitian yang sejenis pada masa yang akan datang.
2. Manfaat Praktis
1) Bagi Masyarakat
Penelitian ini dapat menjadi pedoman dalam melakukan mitigasi terutama pada
tahap pencegahan dan kesiapsiagaan sehingga risiko kerugian dapat dikurangi.
2) Bagi Pemerintah
Menjadi pedoman dalam perencanaan tata ruang yang berbasis bencana karena
penelitian ini menyajikan tingkat risiko dan sebaran bencana. Selain itu, penelitian
ini dapat dijadikan pedoman dalam upaya pengurangan risiko bencana melalui
teknik mitigasi yang sesuai.
Halaman Persetujuan
Proposal Penelitian
Diajukan oleh:
HASRUL
R1C115044
Mengetahui,
Erzam S. Hasan,S.Si.,M.Si
NIP. 19700311199802 1 002
BAB II
KAJIANTEORI
A. Kajian Teori
1. Kajian Geografi
a. Pengertian Geografi
Menurut SEMLOK Tahun 1988 di Semarang, geografi merupakan
ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dengan
sudut pandang kelingkungan dan kewilayahan dalam konteks keruangan
(Suharyono dan Moch Amin,1994: 15).
Kajian geografi memusatkan pada perhatian pada gejala alam (fisis) dan kehidupan
di muka bumi, hubungan-hubungannya dan persebaran keruangannya (Suharyono
dan Moch Amin, 1994 : 19).
1) Pendekatan Geografi
Menurut Hadi Sabari Yunus (2010: 41), dalam studi geografi terdapat
3 pendekatan utama yaitu spatial approach, ecological approach, dan regional
complex approach.
a) Pendekatan Keruangan (Spatial Approach)
Adalah suatu metode untuk memahami gejala tertentu agar mempunyai
pengetahuan yang lebih mendalam melalui media ruang yang dalam hal ini
variabel ruang mendapat posisi utama dalam setiap analisis.
b) Pendekatan Kelingkungan (Ecological Approach) Adalah suatu metode
untuk memahami gejala tertentu yang menekankan pada hubungan antara
organisme dengan lingkungan. Dalam pendekatan ini dikenal istilah independent
variable dan dependent variable.
c) Pendekatan Kompleks wilayah (Regional ComplexApproach)
Suatu wilayah yang ada di permukaan bumi ini, di dalamnya terdapat
berbagai sub wilayah yang berbeda satu dengan lainnya. Sementara itu, berbagai
sub wilayah yang ada memiliki elemen wilayah yang berbeda-beda pula yang
terjalin sedemikian rupa dalam sistem keterkaitan yang kemudian dikenal
sebagai wilayah sistem. Masing-masing wilayah sistem berinteraksi dengan
wilayah sistem lainnya dan membentuk suatu sistem keterkaitan yang dikenal
dengan sistem wilayah. Pendekatan yang digunakan penulis dalam penelitian
iniadalah pendekatan keruangan (spatial approach). Hal ini dikarenakan,
penelitian ini mengkaji fenomena yang terjadi didalam ruang yaitu bencana
gerakan tanah di Kecamatan Salaman. Pengkajian dilakukan untuk mengetahui
zonasi dan tingkat sebaran risiko bencana kemudian menganalisa berbagai faktor
yang mempengaruhi serta penerapan teknik mitigasi yang sesuai dengan zonasi
tingkat risiko yang telah dibuat.
2) Prinsip-prinsip Geografi
Studi geografi menggunakan beberapa prinsip yang sebagai dasar
uraian, dasar pengkajian, dan dasar pengungkapan gejala. Menurut Nursid
Sumaatmadja (1981: 42-45) terdapat empat prinsip geografi diantara:
a) Prinsip penyebaran
Gejala dan fakta geografi tersebar tidak merata di permukaan bumi, baik yang
berkenaan dengan gejala alam maupun gejala kemanusiaan. Dengan melakukan
pengkajian dan menggambarkannya pada peta dapat diungkapkan hubungan gejala
satu dengan yang lain.
b) Prinsip interelasi
Sesudah memperhatikan penyebaran gejala dan fakta dalam ruang selanjutnya
dicari hubungannya satu sama lain. Diungkapkan hubungan antara faktor fisis
dengan faktor fisis, antara faktor fisis dengan manusia, serta hubungan antara faktor
manusia dengan faktor manusia. Dengan mengkaji hubungan dari berbagai faktor
yang terdapat di suatu tempat atau wilayah maka dapat diungkapkan karakteristik
gejala dan fakta geografi di suatu tempat tertentu di permukaan bumi.
c) Prinsip deskripsi
Penjelasan atau deskripsi merupakan gambaran lebih lanjut tentang gejala dan
fakta geografi yang sedang dipelajari. Untuk lebih memperjelas dan mempermudah
penggambaran berbagai fenomena geografis tersebut maka dapat digunakan peta,
diagram, grafik, tabel, dan sebagainya.
d) Prinsip korologi
Pada prinsip ini fenomena geografis diungkapkan penyebarannya, interelasinya,
dalam hubungan dengan terdapatnya di dalam ruang atau di tempat tertentu.
Menurut prinsip ini sebab akibat terjadinya suatu fenomena tidak dapat dipisahkan
dengan kondisi ruang terdapatnya gejala, karena ruang akan memberikan
karakteristik pada kesatuan gejala, kesatuan fungsi, dan kesatuan bentuk. Prinsip
korologi memperhatikan penyebaran, interelasi-interaksi segala komponen geografi
di suatu tempat atau wilayah tertentu di bumi.
2) Gerakan tanah tipe aliran cepat (rapid flowage) terdiri dari:a) Aliran Lumpur
(mudflows): perpindahan dari material lempung dan lanau yang jenuh air pada teras
yang berlereng landai.
b) Aliran massa tanah dan batuan (Earthflow): perpindahan secara cepat dari
amterial debris batuan yang jenuh air.
c) Aliran campuran masa tanah dan batuan (Debris avalanche): suatu aliran yang
meluncur dari debris batuan pada celah yang sempit dan berlereng terjal. 3)
Gerakan tanah tipe aliran luncuran (landslides) terdiri dari:
a) Nendatan (slump): luncuran ke bawah dari satu atau beberapa debris batuan,
umumnya membentuk gerakan rotasional.
b) Luncuran dari campuran masa tanah dan batuan (Debris slide): luncuran
yang sangat cepat ke arah kaki lereng dari material tanah yang tidak terkonsolidasi
(debris) dan hasil luncuran ini ditandai oleh suatu bidang rotasi pada bagian
belakang bidang luncurnya.
c) Gerakan jatuh bebas dari campuran massa tanah dan batuan (Debris fall):
luncuran material debris tanah secara vertikal akibat gravitasi.
d) Luncuran masa batuan (Rock slides): luncuran dari amsa batuan melalui
bidang perlapisan, joint (kekar), atau permukaan patahan/sesar.
e) Gerakan jatuh bebas masa batuan (Rock fall): luncuran jatuh bebas dari blok
batuan pada lereng-lereng yang sangat terjal.
f)Amblesan (Subsidence): penurunan permukaan tanah yang disebabkan oleh
pemadatan dan isostasi/garvitasi.
3. Kajian Kebencanaan
a. Pengertian Bencana
c. Bahaya
d. Kerentanan
Setidaknya ada lima satuan morfologi yang dapat dibedakan dari citra IFSAR
di bagian tengah dan ujung selatan Lengan Tenggara Sulawesi, yakni satuan pegunungan,
perbukitan tinggi, perbukitan rendah, dataran rendah dan karst .Uraian dibawah ini
merupakan perian secara singkat dari satuan morfologi daerah penelitian.
Satuan morfologi pebukitan tinggi menempati bagian selatan Lengan
Tenggara, terutama di selatan Kendari.Satuan ini terdiri atas bukit – bukit yang mencapai
ketinggian 500 mdpl dengan morfologi kasar. Batuan penyusun morfologi ini berupa batuan
sedimen klastika Mesozoikum dan Tersier.
Satuan morfologi pebukitan rendah melampar luas di utara Kendari dan ujung
selatan Lengan Tenggara.Satuan ini terdiri atas bukit kecil dan rendah dengan morfologi
yang bergelombang.Batuan penyusun satuan ini terutama batuan sedimen klastika
Mesozoikum dan Tersier.
2. Stratigrafi Regional
Peta geologi daerah penelitian berada pada bagian utara Peta Geologi Lembar
Lasusua-Kendari, Sulawesi (Rusmana dkk., 1993).
Kompleks Ofiolit di Lengan Tenggara Sulawesi merupakan bagian dari lajur
ofiolit Sulawesi Timur. Batuan pembentuk lajur ini di dominasi oleh batuan ultramafik dan
mafik serta sedimen pelagik. Batuan ultramafik terdiri atas harzburgit, dunit, werlit, lerzolit,
websterit, serpentinit dan piroksinit. Sementara batuan mafik terdiri atas gabro, basalt,
dolerite, mikrogabro dan amfobolit. Sedimen pelagiknya tersusun oleh batugamping laut
dalam dan rijang radiolaria. Radiolaria yang dijumpai di Lengan Timur menunjukkan umur
Senomanian. Penarikkan umur mutlak K/Ar dari Sembilan Sembilan percontoh yang diambil
dari Lengan Timur menunjukkan umur Senomanian – Eosen.
Formasi Meluhu (Trjm), formasi ini terdiri dari berbagai jenis batuan seperti batu
pasir, kuarsit, serpih hitam, serpih merah, filit, batu sabak, batu gamping, dan batu lanau.
Formasi ini berdasarkan fosil Halobia sp. dan Daonella sp, yang dikandungnya diduga
berumur Trias Tengah hingga Trias Akhir, dan terbentuk dalam lingkungan laut dangkal
hingga laguna. Tebal seluruhnya diperkirakan mencapai 1000 m bahkan lebih. Satuan ini
menindih secara tak selaras Batuan Malihan Mekongga dan Batuan Malihan Tamosi.
Hubungannya dengan batuan ofiolit berupa.
Selain Kompleks Ofiolit dan Formasi Meluhu terdapat formasi lainnya yang
berada pada daerah penelitian yaitu Formasi Pandua,serta formasi Aluvium.
3. Struktur Geologi Regional
Pulau Sulawesi pada umunya lineasi terdapat pada batuan offiolit, dan batuan
yang berumur lebih tua dari Miosen (satuan malihan). Batuan yang tergabung dalam Molasa
Sulawesi, dan batuan sedimen Kuarter jarang menampakan lineasi. Arah utama lineasi yaitu
barat laut dan timur laut yang relatif sejajar dengan arah sesar utama yang berkembang
dilengan tenggara Sistem sesar mayor lawanopo dan sesar lasolo. System sesar lawanopo
termasuk sesar-sesar berarah utama barat laut-tenggara yang memanjang sekitar 260 km
dari utara Malili sampai tanjung Toronipa. Ujung barat laut sesar ini menyambung dengan
sesar Matano,sementara ujung tenggaranya bersambung dengan sesar Hamilton,yang
memotong sesar naik Tolo.Sistem ini diberi nama sesar Lwanopo oleh Hamilton(1979)
berdasarkan dataran Lawanopo yang ditorehnya.Oleh sebab itu, sangat mungkin arah
utama barat laut ini berhubungan dengan sesar utama tersebut.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
2. Kerentanan
a. Kerentanan Fisik
1) Jumlah Rumah
Jumlah rumah adalah banyaknya tempat tinggal penduduk yang ada di
suatu wilayah. Banyaknya jumlah rumah dalam penelitian ini dinyatakan dalam
buah.
2) Jumlah Fasilitas Umum
Jumlah fasilitas umum adalah banyaknya fasilitas milik bersama yang
terdapat di suatu wilayah. Misalnya: Sekolah, fasilitas kesehatan, kantor
pemerintahan, pasar, terminal, tempat ibadah, dan SPBU. Banyaknya jumlah
fasilitas umum dalam penelitian ini dinyatakan dalam buah.
b. Kerentanan Sosial
1) Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk adalah banyaknya penduduk yang menempati suatu
wilayah tertentu yang dinyatakan dalam jiwa.
2) Tingkat Kepadatan Penduduk
Tingkat kepadatan penduduk merupakan perbandingan jumlah
2. Kerentanan
a. Kerentanan Fisik
1) Jumlah Rumah
suatu wilayah. Banyaknya jumlah rumah dalam penelitian ini dinyatakan dalam
buah.
1) Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk adalah banyaknya penduduk yang menempati suatu
perbandingan antara berbagai gejala yang dapat dinyatakan dengan angka. Rasio
dampak dari sesuatu. Rasio kelompok rentan dibagi menjadi tiga yaitu:
b) Jumlah penduduk usia anak-anak dan tua merupakan rasio kelompok rentan
berdasarkan kelompok umur anak-anak (0-14 tahun) dan tua (>64 tahun).
c. Kerentanan Ekonomi
masyarakat untuk kegiatan produktif seperti sawah, kebun, dan tegalan. Dalam
penelitian ini, luas lahan produktif dinyatakan dalam satuan hektar atau ha.
2) Jumlah Ternak
jenis penggunaan lahan. Jenis penggunaan lahan dapat berupa pemukiman, lahan
3. Kapasitas
yang dibentuk oleh pemerintah baik di tingkat daerah atau desa untuk
pada suatu tempat oleh lembaga yang berwenang. Jenis peringatan dini dapat
2. Kerentanan
a. Kerentanan Fisik
1) Jumlah Rumah