You are on page 1of 5

PANDUAN PRAKTEK KLINIS

SMF ILMU KESEHATAN ANAK


TUBERKULOSIS EKSTRA PARU
2016
RSUP SANGLAH
DENPASAR
No. Dokumen No. Revisi Halaman
00 1/5
Ditetapkan oleh:
Direktur Utama

PPK Tanggal terbit:


Dr. I Wayan Sudana, M.Kes
NIP 19650409 199509 1 001
A15.6 TB pleura
A18.01 TB vertebrae (spondilitis TB)
A18.03 TB tulang
A18.13 TB saluran kemih
No. ICD 10
A18.31 TB peritoneum
A18.4 TB kulit
A18.5 TB mata
A18.84 TB jantung
Tuberkulosis ekstra paru mencakup antara lain TB
Pengertian tulang/sendi, TB kulit, TB abdomen, TB saluran kemih, TB
mata, TB pleura, dan TB jantung.
1. Gejala yang sering dijumpai adalah sesuai gejala TB
secara umum yaitu keluhan kronik yang tidak khas
seperti:
a. Anoreksia.
b. Gagal tumbuh; BB turun, tidak naik, atau naik
namun tidak sesuai grafik tumbuh.
c. Demam subfebris yang kronik atau berulang,
Anamnesis dengan penyebab yang tidak jelas.
d. Malaise kronik
2. Batuk kronik >2 minggu.
3. Riwayat kontak dengan pasien TB dewasa yang
infeksius (sputum BTA positif) menjadi salah satu
dasar diagnosis.
4. Keluhan spesifik organ yang muncul sesuai dengan
organ yang terkena TB.
Pemeriksaan 1. Penilaian keadaan umum antara lain meliputi
Fisis kesadaran dan kemampuan makan & minum.
2. Status nutrisi
3. Demam
4. Kelainan pada pemeriksaan fisis baru dijumpai jika
TB mengenai organ tertentu.
a. TB vertebra: gibus, kifosis, paraparesis, atau
paraplegia.
b. TB koksae atau TB genu: jalan pincang, nyeri
pada pangkal paha atau lutut.
PANDUAN PRAKTEK KLINIS
SMF ILMU KESEHATAN ANAK
TUBERKULOSIS EKSTRA PARU
2016
RSUP SANGLAH
DENPASAR
No. Dokumen No. Revisi Halaman
00 2/5
c. Konjungtivitis fliktenularis yaitu bintik putih di
limbus kornea yang sangat nyeri.
d. TB abdomen: peritonitis TB
e. TB jantung: perikarditis TB
f. TB Ginjal : IS
1. Sesuai dengan anamnesis, pemeriksaan fisis, dan
pemeriksaan penunjang.
2. Diagnosis dibuat berdasarkan riwayat kontak
dengan pasien TB dewasa, gambaran radiologis
yang khas, gambaran klinis, serta uji tuberkulin
Kriteria Diagnosis yang positif.
3. Uji Tuberkulin yang negatif belum tentu
menunjukkan tidak ada infeksi atau penyakit TB,
atau sebaliknya.
4. Pemeriksaan analisis cairan dan histopatologis
yang sesuai
Diagnosis 1. Keganasan
Banding 2. Penyakit autoimun
1. Uji tuberkulin dengan cara Mantoux (V74.1) atau
pemeriksaan IGRA (Interferon gamma release
assay) untuk membuktikan adanya infeksi TB.
2. Pemeriksaan mikrobiologi pulasan BTA dari bahan
sputum yang didapat melalui induksi atau bilasan
lambung.
3. Dapat dilakukan pemeriksaan geneXpert,
Adenosine Deaminase (ADA) cairan pleura, asites,
efusi pericardium dan cairan LCS.
4. Pemeriksaan histopatologi dari spesimen organ
yang terkena
5. Pemeriksaan penunjang lainnya disesuaikan
Pemeriksaan
dengan lokasi organ yang terkena.
Penunjang
a. Tuberkulosis pleura: pungsi pleura, analisis
cairan pleura
b. Tuberkulosis tulang / sendi: pencitraan dan
histopatologis sesuai lokasi
c. Tuberkulosis kulit, hati, ginjal: dan
pemeriksaan histopatologis dan mikrobiologi
dari biopsi organ terkait
d. Tuberkulosis jantung: perikardiosentesis dan
analisis cairan perikardium
6. Rontgen toraks AP-Lateral kanan
7. CT-scan organ terkait bila ada indikasi
8. Darah rutin
PANDUAN PRAKTEK KLINIS
SMF ILMU KESEHATAN ANAK
TUBERKULOSIS EKSTRA PARU
2016
RSUP SANGLAH
DENPASAR
No. Dokumen No. Revisi Halaman
00 3/5
1. Ilmu Penyakit Bedah untuk melakukan pengambilan
jaringan untuk biopsi
2. Ilmu Penyakit Bedah Tulang pada kasus
tuberkulosis tulang/sendi
3. Ilmu Penyakit Mata untuk penelusuran TB Mata
4. Sub bagian Neurologi anak untuk penelusuran ke
arah Meningitis TB
5. Sub bagian Nefrologi anak untuk penelusuran ke
Konsultasi arah TB Ginjal
6. Sub bagian Kardiologi anak untuk penelusuran ke
arah TB Jantung
7. Sub bagian Gastro-hepatologi untuk penelusuran ke
arah Peritonitis TB
8. Sub bagian Alergi-Imunologi untuk penelusuran ke
arah infeksi HIV
9. Sub bagian Pediatri Gawat Darurat bila terdapat
ancaman henti napas
Semua TB ekstra paru yang membutuhkan tindakan
Perawatan RS
diagnostik ekstensif memerlukan perawatan RS
Terapi/tindakan 1. Terapi medikamentosa TB ekstra paru adalah
pemberian 4-5 macam obat anti tuberkulosis (OAT),
kombinasi dari isoniazid, rifampisin, pirazinamid,
dan etambutol atau streptomisin selama 2 bulan
pertama. Lalu dilanjutkan dengan isoniazid dan
rifampisin sampai 9-12 bulan sesuai perkembangan
klinis.
Untuk TB kelenjar limfe terapi OAT cukup 6 bulan.
Dosis OAT:
a. isoniazid (H) – 10 mg/kg (10–15 mg/kg); dosis
maksimum 300 mg/hr
b. rifampisin (R) – 15 mg/kg (10–20 mg/kg); dosis
maks 600 mg/hr
c. pirazinamid (Z) – 35 mg/kg (30–40 mg/kg)
d. etambutol (E) – 20 mg/kg (15–25 mg/kg)
e. Pemberian piridoksin dengan dosis 25-50mg
sekali sehari atau 10mg piridoksin setiap 100mg
isoniazid untuk mencegah neuritis perifer akibat
inhibisi kompetitif karena metabolisme
piridoksin.
2. Untuk TB ekstraparu tertentu diberikan steroid yaitu
prednison dengan dosis 1-2mg/kgBB/hari selama 2-
4 minggu selanjutnya diturunkan perlahan-lahan
hingga 2-6 minggu. Yang memerlukan pemberian
PANDUAN PRAKTEK KLINIS
SMF ILMU KESEHATAN ANAK
TUBERKULOSIS EKSTRA PARU
2016
RSUP SANGLAH
DENPASAR
No. Dokumen No. Revisi Halaman
00 4/5
steroid yaitu meningitis TB, efusi pleura TB,
perikarditis TB, peritonitis TB.
3. Pasien menjalani terapi rawat inap selama 2 minggu
untuk memantau respons terapi dan memonitor
kemungkinan komplikasi penyakit.
4. Terapi suportif nutrisi diberikan secara adekuat
untuk membantu kesembuhan.
5. Pelacakan sentripetal yaitu mencari sumber
penularan infeksi dilakukan dengan pemeriksaan
radiologi dan sputum BTA terhadap orang dewasa
yang kontak erat dengan pasien terutama yang
menunjukkan gejala yang mengarah ke TB. Bila
hasil pelacakan menemukan pasien TB dewasa
aktif, maka selanjutnya dilakukan pelacakan kasus
TB pada anak lain di sekitarnya (pelacakan
sentrifugal).
Tempat pelayanan Ruang rawat inap anak
Penyulit TB milier, gagal tumbuh
Informed consent Tertulis pada tindakan invasif
Dokter spesialis anak konsultan respirologi, dokter
Tenaga standar
spesialis anak, residen madya dan senior.
Lama perawatan 2 minggu
Masa pemulihan 2 minggu – 4 minggu
Hasil Sesuai kronisitas penyakit dan organ yang terkena
Patologi Pemeriksaan histopatologi organ yang terlibat
Otopsi Tidak diperlukan
Ad vitam : dubia ad malam
Prognosis Ad sanationam : dubia ad malam
Ad fungsionam : dubia ad malam
Tindak lanjut Kontrol ke poliklinik anak dalam 3 hari setelah keluar RS
Tingkat evidens &
rekomendasi
Respons keberhasilan terapi antara lain hilangnya berbagai
gejala umum setelah 2-4 minggu pengobatan. Pasien
mengalami peningkatan nafsu makan, kenaikan berat
badan dan perbaikan kualitas hidup.
Kriteria dapat rawat jalan :
Indikator Medis
1. Perawatan 2-4 minggu
2. Perbaikan klinis dan radiologis
3. Asupan per-oral adekuat
4. Kondisi rumah / keluarga memungkinkan untuk
perawatan lanjutan di rumah
Edukasi 1. Penjelasan tentang penyakit yang dialami.
PANDUAN PRAKTEK KLINIS
SMF ILMU KESEHATAN ANAK
TUBERKULOSIS EKSTRA PARU
2016
RSUP SANGLAH
DENPASAR
No. Dokumen No. Revisi Halaman
00 5/5
2. Penjelasan tentang rencana pemeriksaan diagnostik
3. Penjelasan tentang rencana pengobatan selama 9-
12 bulan yang tidak boleh terputus dan harus kontrol
teratur tiap bulan. Obat rifampisin dapat
menyebabkan cairan tubuh (air seni, air mata,
keringat, ludah) berwarna merah.
4. Secara umum obat sebaiknya diminum dalam
keadaan perut kosong yaitu 1 jam sebelum makan/
minum susu, atau 2 jam setelah makan. Khusus
untuk rifampisin harus diminum dalam keadaan
(Pediatric Health
perut kosong.
Promotion)
5. Penjelasan tentang kemungkinan reaksi sipang
obat. Bila timbul keluhan kuning pada mata, atau
mual dan muntah, segera periksa ke dokter walau
belum waktunya kontrol.
6. Penjelasan bahwa TB anak umumnya tidak menular
sehingga pasien jangan sampai dikucilkan.
7. Penjelasan tentang adanya orang dewasa sebagai
sumber penularan yang perlu dilacak dan jika
ditemukan segera diobati agar tidak terus menulari
orang lain terutama anak-anak yang kontak erat.
1. Basir D, Yani FF. Tuberkulosis dengan keadaan
khusus. Dalam: Rahajoe NN, Supriyatno B,
Setyanto DB, penyunting. Buku ajar Respirologi
Anak, Edisi pertama. Badan Penerbit Ikatan DOkter
Anak Indonesia, 2008. h.228-245
2. Rahajoe NN, Setiawati L. Tatalaksana Tuberkulosis.
Kepustakaan
Dalam: Rahajoe NN, Supriyatno B, Setyanto DB,
penyunting. Buku ajar Respirologi Anak, Edisi
pertama. Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak
Indonesia, 2008. h.214-227
3. World Health Organization. Rapid Advice, Treatment
of tuberculosis in children. 2010.

You might also like