Dr. I Wayan Sudana, M.Kes NIP 19650409 199509 1 001 A15.6 TB pleura A18.01 TB vertebrae (spondilitis TB) A18.03 TB tulang A18.13 TB saluran kemih No. ICD 10 A18.31 TB peritoneum A18.4 TB kulit A18.5 TB mata A18.84 TB jantung Tuberkulosis ekstra paru mencakup antara lain TB Pengertian tulang/sendi, TB kulit, TB abdomen, TB saluran kemih, TB mata, TB pleura, dan TB jantung. 1. Gejala yang sering dijumpai adalah sesuai gejala TB secara umum yaitu keluhan kronik yang tidak khas seperti: a. Anoreksia. b. Gagal tumbuh; BB turun, tidak naik, atau naik namun tidak sesuai grafik tumbuh. c. Demam subfebris yang kronik atau berulang, Anamnesis dengan penyebab yang tidak jelas. d. Malaise kronik 2. Batuk kronik >2 minggu. 3. Riwayat kontak dengan pasien TB dewasa yang infeksius (sputum BTA positif) menjadi salah satu dasar diagnosis. 4. Keluhan spesifik organ yang muncul sesuai dengan organ yang terkena TB. Pemeriksaan 1. Penilaian keadaan umum antara lain meliputi Fisis kesadaran dan kemampuan makan & minum. 2. Status nutrisi 3. Demam 4. Kelainan pada pemeriksaan fisis baru dijumpai jika TB mengenai organ tertentu. a. TB vertebra: gibus, kifosis, paraparesis, atau paraplegia. b. TB koksae atau TB genu: jalan pincang, nyeri pada pangkal paha atau lutut. PANDUAN PRAKTEK KLINIS SMF ILMU KESEHATAN ANAK TUBERKULOSIS EKSTRA PARU 2016 RSUP SANGLAH DENPASAR No. Dokumen No. Revisi Halaman 00 2/5 c. Konjungtivitis fliktenularis yaitu bintik putih di limbus kornea yang sangat nyeri. d. TB abdomen: peritonitis TB e. TB jantung: perikarditis TB f. TB Ginjal : IS 1. Sesuai dengan anamnesis, pemeriksaan fisis, dan pemeriksaan penunjang. 2. Diagnosis dibuat berdasarkan riwayat kontak dengan pasien TB dewasa, gambaran radiologis yang khas, gambaran klinis, serta uji tuberkulin Kriteria Diagnosis yang positif. 3. Uji Tuberkulin yang negatif belum tentu menunjukkan tidak ada infeksi atau penyakit TB, atau sebaliknya. 4. Pemeriksaan analisis cairan dan histopatologis yang sesuai Diagnosis 1. Keganasan Banding 2. Penyakit autoimun 1. Uji tuberkulin dengan cara Mantoux (V74.1) atau pemeriksaan IGRA (Interferon gamma release assay) untuk membuktikan adanya infeksi TB. 2. Pemeriksaan mikrobiologi pulasan BTA dari bahan sputum yang didapat melalui induksi atau bilasan lambung. 3. Dapat dilakukan pemeriksaan geneXpert, Adenosine Deaminase (ADA) cairan pleura, asites, efusi pericardium dan cairan LCS. 4. Pemeriksaan histopatologi dari spesimen organ yang terkena 5. Pemeriksaan penunjang lainnya disesuaikan Pemeriksaan dengan lokasi organ yang terkena. Penunjang a. Tuberkulosis pleura: pungsi pleura, analisis cairan pleura b. Tuberkulosis tulang / sendi: pencitraan dan histopatologis sesuai lokasi c. Tuberkulosis kulit, hati, ginjal: dan pemeriksaan histopatologis dan mikrobiologi dari biopsi organ terkait d. Tuberkulosis jantung: perikardiosentesis dan analisis cairan perikardium 6. Rontgen toraks AP-Lateral kanan 7. CT-scan organ terkait bila ada indikasi 8. Darah rutin PANDUAN PRAKTEK KLINIS SMF ILMU KESEHATAN ANAK TUBERKULOSIS EKSTRA PARU 2016 RSUP SANGLAH DENPASAR No. Dokumen No. Revisi Halaman 00 3/5 1. Ilmu Penyakit Bedah untuk melakukan pengambilan jaringan untuk biopsi 2. Ilmu Penyakit Bedah Tulang pada kasus tuberkulosis tulang/sendi 3. Ilmu Penyakit Mata untuk penelusuran TB Mata 4. Sub bagian Neurologi anak untuk penelusuran ke arah Meningitis TB 5. Sub bagian Nefrologi anak untuk penelusuran ke Konsultasi arah TB Ginjal 6. Sub bagian Kardiologi anak untuk penelusuran ke arah TB Jantung 7. Sub bagian Gastro-hepatologi untuk penelusuran ke arah Peritonitis TB 8. Sub bagian Alergi-Imunologi untuk penelusuran ke arah infeksi HIV 9. Sub bagian Pediatri Gawat Darurat bila terdapat ancaman henti napas Semua TB ekstra paru yang membutuhkan tindakan Perawatan RS diagnostik ekstensif memerlukan perawatan RS Terapi/tindakan 1. Terapi medikamentosa TB ekstra paru adalah pemberian 4-5 macam obat anti tuberkulosis (OAT), kombinasi dari isoniazid, rifampisin, pirazinamid, dan etambutol atau streptomisin selama 2 bulan pertama. Lalu dilanjutkan dengan isoniazid dan rifampisin sampai 9-12 bulan sesuai perkembangan klinis. Untuk TB kelenjar limfe terapi OAT cukup 6 bulan. Dosis OAT: a. isoniazid (H) – 10 mg/kg (10–15 mg/kg); dosis maksimum 300 mg/hr b. rifampisin (R) – 15 mg/kg (10–20 mg/kg); dosis maks 600 mg/hr c. pirazinamid (Z) – 35 mg/kg (30–40 mg/kg) d. etambutol (E) – 20 mg/kg (15–25 mg/kg) e. Pemberian piridoksin dengan dosis 25-50mg sekali sehari atau 10mg piridoksin setiap 100mg isoniazid untuk mencegah neuritis perifer akibat inhibisi kompetitif karena metabolisme piridoksin. 2. Untuk TB ekstraparu tertentu diberikan steroid yaitu prednison dengan dosis 1-2mg/kgBB/hari selama 2- 4 minggu selanjutnya diturunkan perlahan-lahan hingga 2-6 minggu. Yang memerlukan pemberian PANDUAN PRAKTEK KLINIS SMF ILMU KESEHATAN ANAK TUBERKULOSIS EKSTRA PARU 2016 RSUP SANGLAH DENPASAR No. Dokumen No. Revisi Halaman 00 4/5 steroid yaitu meningitis TB, efusi pleura TB, perikarditis TB, peritonitis TB. 3. Pasien menjalani terapi rawat inap selama 2 minggu untuk memantau respons terapi dan memonitor kemungkinan komplikasi penyakit. 4. Terapi suportif nutrisi diberikan secara adekuat untuk membantu kesembuhan. 5. Pelacakan sentripetal yaitu mencari sumber penularan infeksi dilakukan dengan pemeriksaan radiologi dan sputum BTA terhadap orang dewasa yang kontak erat dengan pasien terutama yang menunjukkan gejala yang mengarah ke TB. Bila hasil pelacakan menemukan pasien TB dewasa aktif, maka selanjutnya dilakukan pelacakan kasus TB pada anak lain di sekitarnya (pelacakan sentrifugal). Tempat pelayanan Ruang rawat inap anak Penyulit TB milier, gagal tumbuh Informed consent Tertulis pada tindakan invasif Dokter spesialis anak konsultan respirologi, dokter Tenaga standar spesialis anak, residen madya dan senior. Lama perawatan 2 minggu Masa pemulihan 2 minggu – 4 minggu Hasil Sesuai kronisitas penyakit dan organ yang terkena Patologi Pemeriksaan histopatologi organ yang terlibat Otopsi Tidak diperlukan Ad vitam : dubia ad malam Prognosis Ad sanationam : dubia ad malam Ad fungsionam : dubia ad malam Tindak lanjut Kontrol ke poliklinik anak dalam 3 hari setelah keluar RS Tingkat evidens & rekomendasi Respons keberhasilan terapi antara lain hilangnya berbagai gejala umum setelah 2-4 minggu pengobatan. Pasien mengalami peningkatan nafsu makan, kenaikan berat badan dan perbaikan kualitas hidup. Kriteria dapat rawat jalan : Indikator Medis 1. Perawatan 2-4 minggu 2. Perbaikan klinis dan radiologis 3. Asupan per-oral adekuat 4. Kondisi rumah / keluarga memungkinkan untuk perawatan lanjutan di rumah Edukasi 1. Penjelasan tentang penyakit yang dialami. PANDUAN PRAKTEK KLINIS SMF ILMU KESEHATAN ANAK TUBERKULOSIS EKSTRA PARU 2016 RSUP SANGLAH DENPASAR No. Dokumen No. Revisi Halaman 00 5/5 2. Penjelasan tentang rencana pemeriksaan diagnostik 3. Penjelasan tentang rencana pengobatan selama 9- 12 bulan yang tidak boleh terputus dan harus kontrol teratur tiap bulan. Obat rifampisin dapat menyebabkan cairan tubuh (air seni, air mata, keringat, ludah) berwarna merah. 4. Secara umum obat sebaiknya diminum dalam keadaan perut kosong yaitu 1 jam sebelum makan/ minum susu, atau 2 jam setelah makan. Khusus untuk rifampisin harus diminum dalam keadaan (Pediatric Health perut kosong. Promotion) 5. Penjelasan tentang kemungkinan reaksi sipang obat. Bila timbul keluhan kuning pada mata, atau mual dan muntah, segera periksa ke dokter walau belum waktunya kontrol. 6. Penjelasan bahwa TB anak umumnya tidak menular sehingga pasien jangan sampai dikucilkan. 7. Penjelasan tentang adanya orang dewasa sebagai sumber penularan yang perlu dilacak dan jika ditemukan segera diobati agar tidak terus menulari orang lain terutama anak-anak yang kontak erat. 1. Basir D, Yani FF. Tuberkulosis dengan keadaan khusus. Dalam: Rahajoe NN, Supriyatno B, Setyanto DB, penyunting. Buku ajar Respirologi Anak, Edisi pertama. Badan Penerbit Ikatan DOkter Anak Indonesia, 2008. h.228-245 2. Rahajoe NN, Setiawati L. Tatalaksana Tuberkulosis. Kepustakaan Dalam: Rahajoe NN, Supriyatno B, Setyanto DB, penyunting. Buku ajar Respirologi Anak, Edisi pertama. Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2008. h.214-227 3. World Health Organization. Rapid Advice, Treatment of tuberculosis in children. 2010.