You are on page 1of 4

PANDUAN PRAKTEK KLINIS

SMF ILMU KESEHATAN ANAK


CROUP (Laringotrakeobronkitis)
2016
RSUP SANGLAH
DENPASAR No. Dokumen No. Revisi Halaman
00 1/4

Ditetapkan oleh:
Direktur Utama
PPK Tanggal terbit:
Dr. I Wayan Sudana, M.Kes
NIP 19650409 199509 1 001
No. ICD 10 J05.0
Diagnosis Croup / laringotrakeobronkitis
Croup adalah terminologi umum mencakup suatu grup
Pengertian penyakit inflamasi akibat infeksi viral yang mengenai
laring, infra/subglotis, trakea, dan bronkus.
1. Batuk ringan kemudian menjadi batuk nyaring dan
menggonggong
2. Suara serak
3. Stridor inspirasi
Anamnesis 4. Sesak napas
5. Demam
6. Nyeri menelan
7. Hidung berair
8. Tampak lemah /malaise, tapi tidak tampak toksik
1. Penilaian keadaan umum: kesadaran dan
kemampuan makan & minum.
2. Demam
3. Takipnea, takikardia
Pemeriksaan 4. Stridor inspirasi
Fisik 5. Inspeksi langsung area laring terutama bila ada
dugaan epiglotitis.
6. Gejala distres pernapasan akibat obstruksi saluran
respiratori atas
7. Retraksi suprasternal, epigastrium.
Kriteria Sesuai klinis
Diagnosis
1. Epiglotitis akut
2. Trakeitis bakterial
3. Abses retrofaring
Diagnosis
4. Laringitis difteri
Banding
5. Laringotrakeitis akut
6. Aspirasi benda asing
7. Edema angioneurotik akut
Pemeriksaan 1. Pemeriksaan penunjang tidak diperlukan bila
Penunjang anamnesis, gejala klinis, dan pemeriksaan fisik
sudah jelas.
2. Pemeriksaan radiologis foto leher posisi postero-
PANDUAN PRAKTEK KLINIS
SMF ILMU KESEHATAN ANAK
CROUP (Laringotrakeobronkitis)
2016
RSUP SANGLAH
DENPASAR No. Dokumen No. Revisi Halaman
00 2/4
anterior didapatkan gambaran steeple sign (seperti
puncak menara atau ujung pensil) pada 50%
kasus. Pemeriksaan foto jaringan lunak saluran
respiratori atas dapat membedakan dengan
diagnosis banding trakeitis, epiglotitis, dan abses
retrofaring.
3. Pemeriksaan CT-scan leher dapat lebih jelas
menggambarkan penyebab obstruksi pada kasus
yang berat dan kecurigaan adanya massa.
4. Pemeriksaan darah rutin bila menemukan leukosit
>20.000/mm3 dan dimoninasi PMN menunjukkan
kemungkinan adanya superinfeksi misalnya
epiglotitis.
1. Pediatri gawat darurat pada kasus berat
Konsultasi 2. Ilmu penyakit THT pada obstruksi laring derajat 2
ke atas
Pasien diindikasikan rawat inap bila terdapat salah satu
gejala berikut:
1. Usia di bawah 6 bulan
2. Stridor progresif atau stridor terdengar saat
istirahat
Perawatan
3. Ada gejala gawat napas
Rumah Sakit
4. Hipoksemia / sianosis
5. Gelisah atau gangguan kesadaran
6. Demam tinggi
7. Anak tampak toksik
8. Tidak ada respons terhadap terapi
Tatalaksana 1. Pasien croup ditangani dengan tindakan seminimal
mungkin.
2. Jangan mengubah posisi pasien, karena pasien
akan berusaha dalam posisi yang mengurangi
obstruksi saluran respiratori.
3. Pemasangan akses vena ditunda dulu.
4. Prinsip utama adalah mengatasi obstruksi jalan
napas.
5. Terapi inhalasi dengan adrenalin / epinefrin 1:1000
digunakan pada anak dengan sindrom croup
sedang-berat atau yang terindikasi. Dosis 0,5
mL/kgBB, maksimal 5 mL
6. Terapi kortikosteroid sistemik akan mengurangi
edema pada mukosa laring. Steroid yang dapat
digunakan deksametason (oral/intravena),
prednison, metilprednisolon.
7. Intubasi dilakukan pada pasien sindrom croup
PANDUAN PRAKTEK KLINIS
SMF ILMU KESEHATAN ANAK
CROUP (Laringotrakeobronkitis)
2016
RSUP SANGLAH
DENPASAR No. Dokumen No. Revisi Halaman
00 3/4
yang berat dan tidak responsif terhadap terapi lain.
Intubasi hanya diperlukan dalam waktu singkat
yaitu hingga edema laring teratasi.
8. Terapi antibiotik tidak diperlukan pada sindrom
croup, kecuali ada bukti infeksi bakteri. Terapi awal
menggunakan sefalosporin generasi ke-2 atau ke-
3 sambil menunggu hasil biakan.
9. Terapi dengan sedatif dan dekongestan oral tidak
dianjurkan.
Tempat UGD, ruang rawat inap anak, PICU
pelayanan
Penyulit Gagal napas akibat obstruksi laring berat
Informed consent Tertulis pada tindakan invasive
Dokter spesialis anak konsultan respirologi, dokter
Tenaga standar
spesialis anak, residen madya dan senior.
Lama perawatan Pada kasus sedang 3 hari, pada kasus berat 5 hari
Masa pemulihan 1 minggu
Sembuh sempurna pada kasus berat-sedang, meninggal
Hasil
bila terdapat obstruksi laring berat
Patologi Tidak diperlukan
Otopsi Tidak diperlukan
Ad vitam : dubia ad bonam
Prognosis Ad sanationam : dubia ad bonam
Ad fungsionam : dubia ad bonam
Kontrol ke poliklinik anak pada hari ke-3 setelah keluar
Tindak lanjut
dari RS
Tingkat evidens
& rekomendasi
Kriteria pulang:
1. Gejala dan tanda croup menghilang, dalam 4 jam
setelah nebulisasi adrenalin
Indikator Medis
2. Asupan per-oral adekuat
3. Kondisi rumah / keluarga memungkinkan untuk
perawatan lanjutan di rumah
1. Penjelasan tentang penyakit yang dialami
2. Penjelasan tentang rencana pengobatan
Edukasi
3. Penjelasan tentang kemungkinan komplikasi
4. Penjelasan tentang rencana pemeriksaan
diagnostic
Kepustakaan 1. The Royal Children Hospital Melbourne. Croup
(laryngotracheobronchitis). [diakses tanggal 15
Oktober 2016]. 2011. Diunduh dari
http://www.rch.org.au/clinicalguide/guideline_index/
PANDUAN PRAKTEK KLINIS
SMF ILMU KESEHATAN ANAK
CROUP (Laringotrakeobronkitis)
2016
RSUP SANGLAH
DENPASAR No. Dokumen No. Revisi Halaman
00 4/4
Croup_Laryngotracheobronchitis/
2. Yangtjik K, Dadiyanto DW. Croup
(laringotrakeobronkitis akut) Dalam: Rahajoe NN,
Supriyatno B, Setyanto DB, penyunting. Buku ajar
Respirologi Anak, Edisi pertama. Badan Penerbit
Ikatan DOkter Anak Indonesia, 2008. h.320-329
3. Zoorob R, Sidani M, Murray J. Croup. Am Fam
Physician. 2011;83(9):1067-1073

You might also like