You are on page 1of 16

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Definisi Plasenta Previa


Plasenta previa adalah komplikasi kehamilan di mana plasenta terletak
dibagian bawah rahim, sebagian atau seluruhnya menutupi leher rahim. Hal ini
menyebabkan perdarahan vagina tanpa rasa sakit dan beberapa mengarah ke
perdarahan. Plasenta previa telah diklasifikasikan oleh tingkat perambahan
pada os. servikal internal. Dalam plasenta previa, perdarahan lebih mungkin
terjadi selama trimester ketiga, sebagai konsekuensi dari perkembangan
segmen bawah rahim dan pelebaran leher rahim yang disebabkan oleh
kontraksi uterus, pemeriksaan vagina juga dapat menyebabkan perdarahan
antepartum. Faktor risiko untuk pengembangan plasenta previa termasuk
pengiriman sebelum seksio sesarea, terminasi kehamilan, operasi intrauterine,
merokok, kehamilan multifetal, peningkatan paritas, usia ibu dan peningkatan
tingkat seksio caesar. Plasenta previa berhubungan dengan konsekuensi yang
merugikan bagi ibu dan anak, seperti Intra-Uterine Growth Restriction
(IUGR), kelahiran prematur, antenatal dan intra-partum perdarahan, transfusi
darah ibu dan histerektomi darurat.

B. Anatomi
Plasenta berbentuk bundar atau hampir setengah bundar dengan
diameter 15-20 cm dan tebal kurang lebih 2,5 cm, beratnya rata-rata 500 gram.
Tali pusat berhubungan dengan plasenta biasanya di tengah (insertion
sentralis). Umumnya plasenta berbentuk lengkap pada kehamilan ±16 minggu
dengan ruang amnion telah mengisi seluruh kavum uteri. Bila diteliti benar,
maka plasenta sebenarnya berasal dari sebagian besar dari janin, yaitu vili
koriales yang berasal dari korion, dan sebagian kecil dari bagian ibu yang
berasal dari desidua basalis.
Darah ibu yang berada di ruang interviller berasal dari spiral arteries
yang berada di desidua basalis. Pada systole darah disemprotkan dengan
tekanan 70-80 mmHg seperti air mancur ke dalam ruang interviller sampai
mencapai chorionic plate, pangkal dari kotiledon-kotiledon janin. Darah
tersebut membasahi semua vili koriales dan kembali perlahan-lahan dengan
tekanan 8 mmHg ke vena-vena di desidua.
Plasenta berfungsi sebagai alat yang memberi makan pada janin,
mengeluarkan sisa metabolisme janin, memberi zat asam dan mengeluarkan
CO2, membentuk hormone,serta penyalur berbagai antibody ke janin.

C. Etiologi Plasenta Previa


Faktor-faktor predisposisi meliputi:
1. Multiparitas (80% klien yang menderita adalah multipara)
2. Usia ibu lanjut (lebih dari 35 tahun pada 33% kasus)
3. Kehamilan multipel
4. Riwayat kelahiran sesar sebelumnya
5. Insisi uterus
6. Riwayat plasenta previa sebelumnya (insidennya adalah 12 kali
lebih besar pada wanita dengan riwayat plasenta previa
sebelumnya)
Penyebab dari plasenta previa belum diketahui secara pasti, namun ada
beberapa faktor yang diduga kuat menimbulkan kelainan ini. Salah satu
penyebab plasenta previa yaitu vaskularisasi desidua yang tidak memadai,
sebagai akibat dari proses radang atau atrofi. Multiparitas dan cacat rahim
juga berhubungan dengan kejadian plasenta previa. Hal ini berkaitan dengan
proses peradangan dan atrofi di endometrium, misalnya bekas bedah caesar,
kuretase, dan miomektomi. Cacat bekas bedah caesar bahkan dapat menaikkan
insiden dua sampai tiga kali lebih besar.
Usia lanjut juga meningkatkan angka kejadian plasenta previa.
Penelitian yang dilakukan di Parkland Hospital, Dallas, Amerika Serikat
terhadap 169.000 kelahiran yang terjadi pada tahun 1988-1999 menyimpulkan
bahwa insiden 1 : 1.500 pada ibu berusia 19 tahun atau lebih muda, dan 1 :
100 untuk ibu berusia 35 tahun atau lebih tua.
Insidensi plasenta previa meningkat hingga dua kali lipat pada wanita
perokok. Hipoksemia akibat zat karbon monoksida hasil pembakaran rokok
menyebabkan hipertrofi plasenta sebagai upaya kompensasi. Penyebab
lainnya antara lain plasenta yang terlalu besar, misalnya pada kehamilan ganda
dan kasus erotroblastosis fetalis. Kelainan tersebut menyebabkan
pertumbuhan plasenta melebar ke segmen bawah rahim, sehingga dapat
menutupi seluruh atau sebagian ostium uteri internum.

D. Patofisiologi Plasenta Previa


Letak plasenta biasanya umumnya di depan atau di belakang dinding
uterus, agak ke atas ke arah fundus uteri. Hal ini adalah fisiologis karena
permukaan bagian atas korpus uteri lebih luas, sehingga lebihbanyak tempat
untuk berimplantasi. Di tempat-tempat tertentu pada implantasi plasenta
terdapat vena-vena yang lebar (sinus) untuk menampung darah kembali. Pada
pinggir plasenta di beberapa tempat terdapat suatu ruang vena yang luas untuk
menampung darah yang berasal dari ruang interviller di atas.
Darah ibu yang mengalir di seluruh plasenta diperkirakan naik dari 300
ml tiap menit pada kehamilan 20 minggu sampai 600 ml tiap menit pada
kehamilan 40 minggu. Perubahan-perubahan terjadi pula pada jonjot-jonjot
selama kehamilan berlangsung. Pada kehamilan 24 minggu lapisan sinsitium
dari vili tidak berubah akan tetapi dari lapisan sitotropoblast sel-sel berkurang
dan hanya ditemukan sebagai kelompok-kelompok sel-sel; stroma jonjot
menjadi lebih padat, mengandung fagosit-fagosit, dan pembuluh-pembuluh
darahnya lebih besar dan lebih mendekati lapisan tropoblast (Kay, 2003).
Menurut Manuaba (2008) Implantasi plasenta di segmen bawah rahim
dapat disebabkan:
1. Endometrium di fundus uteri belum siap menerima implantasi
2. Endometrium yang tipis sehingga diperlukan perluasan plasenta
untuk mampu memberikan nutrisi janin
3. Villi korealis pada korion leave yang persisten
Dengan bertambah tuanya kehamilan, segmen bawah uterus akan lebih
melebar lagi, dan serviks mulai membuka. Apabila plasenta tumbuh pada
segmen bawah uterus, pelebaran segmen bawah uterus dan pembukaan
serviks tidak dapat diikuti oleh plasenta yang melekat disitu tanpa terlepasnya
sebagian plasenta dari dinding uterus. Pada saai itu mulailah terjadi
perdarahan. Darahnya berwarna merah segar berlainan dengan darah yang
disebabkan solusio plasenta yang berwarna kehitam-hitaman. Sumber
perdarahannya ialah sinus uterus yang terobek karena terlepasnya plasenta
dari dinding uterus, atau karena robekan sinus marginalis dari plasenta.
Perdarahannnya tak dapat dihindarkan karena ketidakmampuan serabut otot
segmen bawah uterus untuk berkontraksi menghentikan perdarahan itu, tidak
sebagaimana serabut otot uterus menghentikan perdarahan pada kala III
dengan plasenta yang letaknya normal. Makin rendah letak plasenta, makin
dini perdarahan terjadi. Oleh karena itu, perdarahan pada plasenta previa
totalis akan terjadi lebih dini daripada plasenta letak rendah yang mungkin
baru berdarah setelah persalinan mulai (Oxorn, 2003).
Terjadinya plasenta previa biasa terjadi pada tahap pertama setengah
dari kehamilan, dan persistensinya terhadap istilah akan tergantung padausia
kehamilan dan definisi yang digunakan untukhubungan yang tepat dari os
serviks interna ke plasenta di TVS. Dalam panduan ini, terminologi berikut
dianjurkan untuk menggambarkan hubungan ini: kapan tepi plasenta tidak
mencapai os internal, jaraknya dilaporkan dalam milimeter dari os internal;
ketika tepi plasenta tumpang tindih os internal dengan jumlah apapun, jarak
digambarkan sebagai milimeter tumpang tindih.
Sebuah tepi plasentayang persis mencapai os internal digambarkan
oleh pengukuran 0 mm.Untuk tepi plasenta mencapai atau tumpang tindih os
internal,Mustafa et al. menemukan dalam sebuah studi longitudinal sebuah
kejadian42% antara 11 dan 14 minggu, 3,9% antara 20 dan 24 minggu, dan
1,9% pada saat. Dengan tumpang tindih antara 23 mm11 dan 14 minggu,
mereka memperkirakan bahwa probabilitas plasenta previa pada saat itu
adalah 8%. Demikian pula Hill et al. Melaporkan kejadian 6,2% untuk
plasenta yang membentang di atasOs internal antara 9 dan 13 minggu. Dalam
seri mereka 1252pasien, 20 (1,6%) memiliki tumpang tindih tepi plasenta16
mm atau lebih, dan hanya 4 yang memiliki plasenta previa bertahan sampai
term (0,3%). Dua studi tambahan yang ada memeriksa berbagai jarak
tumpang tindih antara 9 dan16 minggu23,24 sepakat bahwa persistensi
plasenta previa adalahsangat tidak mungkin jika tingkat tumpang tindih
plasenta tidak lebih dari 10 mm.
Dua penelitian meneliti nilai cut-off di18 sampai 23 minggu
gestasi.25,26 Ini menemukan kejadian serupa dari plasenta mencapai atau
tumpang tindih internalOs hingga 2%, dan keseluruhan kurang dari 20% ini
bertahan sebagai plasenta previa Kemungkinan plasenta persisten previa
efektif nol saat tepi plasenta tercapainamun tidak tumpang tindih os (0 mm)
dan meningkat secara signifikan melebihi 15 mm tumpang tindih sehingga
jarak> 25 mm, tumpang tindih memiliki kemungkinan adanya plasenta previa
saat melahirkan antara 40% dan 100%.
E. Manifestasi Klinis Plasenta Previa
Kay (2003) menyebautkan bahwa gejala plasenta previa mencakup satu
atau kedua hal berikut:
1. Tiba-tiba, tanpa rasa sakit pendarahan vagina yang berkisar dari ringan
sampai berat. Darah sering berwarna merah terang. Pendarahan dapat
terjadi pada awal minggu ke-20 kehamilan tetapi yang paling umum
selama trimester ketiga.
2. Gejala persalinan prematur. Satu dari 5 wanita dengan tanda-tanda
plasenta previa juga memiliki kontraksi rahim.
Perdarahan plasenta previa mungkin taper off dan bahkan berhenti untuk
sementara. Tapi itu hampir selalu dimulai lagi hari atau minggu kemudian.
Beberapa wanita dengan plasenta previa tidak memiliki gejala apapun. Dalam
kasus ini, plasenta previa hanya dapat didiagnosis oleh USG dilakukan untuk
alasan lain (Kay, 2003).
Apabila janin dalam presentasi kepala, kepalanya akan di dapatkan belum
masuk ke dalam pintu-atas panggul yang mungkin karena plasenta previa
sentralis; mengolak ke samping karena plasenta previa posterior; atau bagian
terbawah janin sukar ditentukan karena plasenta previa anterior. Tidak jarang
terjadi kelainan letak, seperti letak lintang atau letak sungsang (Scearce,
2007).

Gejala klinis yang muncul :


1. Pendarahan tanpa sebab tanpa rasa nyeri
Perdarahan ini biasanya terjadi pada trimester ketiga, darah
biasanya berwarna merah segar. Dapat juga dipicu oleh trauma, coitus
(penetrasi penis), maupun pemeriksaan bimanual/spekulum. Pendarahan
pertama (first bleeding) biasanya tidak banyak dan tidak fatal, kecuali
bila dilakukan periksa dalam sebelumnya, sehingga pasien sempat
dikirim ke rumah sakit. Tetapi perdarahan berikutnya (reccurent
bleeding) biasanya lebih banyak.Perdarahan ini umumnya akan berhenti
tanpa penanganan khusus sebelum kembali terjadi pada beberapa hari
atau beberapa minggu kemudian
2. Bagian terdepan janin tinggi (floating). sering dijumpai kelainan letak
janin.
3. Janin biasanya masih baik
F. Penatalaksanaan Plasenta Previa
Penatalaksanaan plasenta previa dibagi dua, yaitu ekspektatif (konservatif)
dan aktif.
1. Konservatif : Dilakukan bila perdarahan sedikit, keadaan ibu dan janin
baik, berat janin < 2500 gram atau usia gestasi < 36 minggu. Bila terjadi
perdarahan banyak atau gawat janin, dilakukan tindakan aktif.
Pemberian tokolitik hanya pada kasus terpilih.
2. Aktif : Dilakukan bila TBJ ³ 2500 gram atau usia gestasi ³ 36
minggu. Bila terjadi perdarahan banyak lakukan resusitasi cairan, atasi
anemia (transfusi), dan PDMO. Plasenta yang terletak dua sentimeter
dari OUI merupakan indikasi kontra persalinan per vaginam (RCOG
Evidence Base Level III). Cara persalinan harus berdasarkan keputusan
klinik disesuaikan dengan fasilitas yang ada. Pada kasus sulit dengan
kemungkinan terjadi plasenta akreta, sebaiknya didampingi spesialis
obstetri dan ginekologi senior.

G. Penatalaksanaan/Terapi Spesifik
1. Terapi ekspektatif
Tujuan terapi ekspektatif adalah supaya janin tidak terlahir
prematur, pasien dirawat tanpa melakukan pemeriksaan dalam melaui
kanalis servisis. Upaya diagnosis dilakukan secara non invasif.
Pemantauan klinis dilaksanakan secara ketat dan baik.Syarat
pemberian terapi ekspektatif :
2. Kehamilan preterm dengan perdarahan sedikit yang kemudian
berhenti.
3. Belum ada tanda-tanda in partu.
4. Keadaan umum ibu cukup baik (kadar hemoglobin dalam batas
normal)
5. Janin masih hidup.
Penatalaksanaan yang dilakukan antara lain :
 Rawat inap, tirah baring, dan berikan antibiotik profilaksis.
 Lakukan pemeriksaan USG untuk mengetahui implantasi placenta,
usia kehamilan, profil biofisik, letak, dan presentasi janin.
 Berikan tokolitik bila ada kontriksi :
a) MgSO4 4 gr IV dosis awal dilanjutkan 4 gr tiap 6 jam
b) Nifedipin 3 x 20 mg/hari
c) Betamethason 24 mg IV dosis tunggal untuk pematangan
paru janin
 Uji pematangan paru janin dengan Tes Kocok (Bubble Test) dari
test amniosentesis.
 Bila setelah usia kehamilan di atas 34 minggu placenta masih
berada di sekitar ostinum uteri internum, maka dugaan plasenta
previa menjadi jelas sehingga perlu dilakukan observasi dan
konseling untuk menghadapi kemungkinan keadaan gawat darurat.
 Bila perdarahan berhenti dan waktu untuk mencapai 37 mingu
masih lama, pasien dapat dipulangkan untuk rawat jalan (kecuali
apabila rumah pasien di luar kota dan jarak untuk mencapai RS
lebih dari 2 jam) dengan pesan segera kembali ke RS apabila
terjadi perdarahan ulang.
H. Terapi aktif (tindakan segera)
Wanita hamil di atas 22 minggu dengan perdarahan pervaginam yang
aktif dan banyak harus segera ditatalaksana secara aktif tanpa memandang
maturitas janin.Untuk diagnosis placenta previa dan menentukan cara
menyelesaikan persalinan, setelah semua persyaratan dipenuhi, lakukan
PDOM jika :
 Infus / tranfusi telah terpasang, kamar dan tim operasi telah siap
 Kehamilan ≥ 37 minggu (BB ≥ 2500 gram) dan in partu
 Janin telah meninggal atau terdapat anomali kongenital mayor
(misal : anensefali)
 Perdarahan dengan bagian terbawah jsnin telah jauh melewati
PAP (2/5 atau 3/5 pada palpasi luar)
Cara menyelesaikan persalinan dengan placenta previa adalah :
1. Seksio Cesaria (SC)
Prinsip utama dalam melakukan SC adalah untuk
menyelamatkan ibu, sehingga walaupun janin meninggal atau tak
punya harapan hidup tindakan ini tetap dilakukan.Tujuan SC
antara lain :
a) Melahirkan janin dengan segera sehingga uterus dapat
segera berkontraksi dan menghentikan perdarahan
b) Menghindarkan kemungkinan terjadinya robekan pada
cervik uteri, jika janin dilahirkan pervaginam
c) Tempat implantasi plasenta previa terdapat banyak
vaskularisasi sehingga cervik uteri dan segmen bawah
rahim menjadi tipis dan mudah robek. Selain itu, bekas
tempat implantasi placenta sering menjadi sumber
perdarahan karena adanya perbedaan vaskularisasi dan
susunan serabut otot dengan korpus uteri. Pada saat
melakukan SC siapkan darah pengganti untuk stabilisasi
dan pemulihan kondisi ibu dan lakukan perawatan lanjut
pascabedah termasuk pemantauan perdarahan, infeksi,
dan keseimbangan cairan dan elektrolit.
2. Melahirkan pervaginam
Perdarahan akan berhenti jika ada penekanan pada placenta.
Penekanan tersebut dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai
berikut :
a) Amniotomi dan akselerasi
b) Umumnya dilakukan pada placenta previa lateralis /
marginalis dengan pembukaan > 3cm serta presentasi
kepala. Dengan memecah ketuban, placent akan
mengikuti segmen bawah rahim dan ditekan oleh kepala
janin. Jika kontraksi uterus belum ada atau masih lemah
akselerasi dengan infus oksitosin.
3. Versi Braxton Hicks
Tujuan melakukan versi Braxton Hicks adalah
mengadakan tamponade placenta dengan bokong (dan kaki) janin.
Versi Braxton Hicks tidak dilakukan pada janin yang masih hidup.
4. Traksi dengan Cunam Willet
Kulit kepala janin dijepit dengan Cunam Willet, kemudian
diberi beban secukupnya sampai perdarahan berhenti. Tindakan
ini kurang efektif untuk menekan placentadan seringkali
menyebabkan perdarahan pada kulit kepala. Tindakan ini
biasanya dikerjakan pada janin yang telah meninggal dan
perdarahan yang tidak aktif.
I. Pathway Plasenta Previa
A. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
 Pemeriksaan Fisik
a) Umum
Pemeriksaan fisik umum meliputi pemeriksaan pada ibu hamil :
1) Rambut dan kulit
Terjadi peningkatan pigmentasi pada areola, putting
susu dan linea nigra. Striae atau tanda guratan bisa
terjadi di daerah abdomen dan paha. Laju pertumbuhan
rambut berkurang.
2) Wajah
Mata : pucat, anemis, Hidung, Gigi dan mulut
3) Leher
4) Buah dada / payudara
- Peningkatan pigmentasi areola putting susu
- Bertambahnya ukuran dan noduler
5) Jantung dan paru
Volume darah meningkat, Peningkatan frekuensi
nadi, Penurunan resistensi pembuluh darah sistemik dan
pembuluh darah pulmonal, Terjadi hiperventilasi selama
kehamilan, Peningkatan volume tidal, penurunan
resistensi jalan nafas, Diafragma meningkat, Perubahan
pernapasan abdomen menjadi pernapasan dada.
6) Abdomen
Menentukan letak janin, Menentukan tinggi fundus
uteri
7) Vagina
Peningkatan vaskularisasi yang menimbulkan warna
kebiruan ( tanda Chandwick), Hipertropi epithelium

8) Sistem musculoskeletal
Persendian tulang pinggul yang mengendur, Gaya
berjalan yang canggung, Terjadi pemisahan otot rectum
abdominalis dinamakan dengan diastasis rectal
b) Khusus
1) Tinggi fundus uteri
2) Posisi dan persentasi janin
3) Panggul dan janin lahir
4) Denyut jantung janin
c) Pemeriksaan Penunjang
1) Laboratorium
2) Pemeriksaan USG, Hb, dan Hematokrit
Dengan USG dapat ditentukan implantasi plasenta
atau jarak tepi plasenta terhadap ostium. Bila jarak tepi
kurang dari 5 cm disebut plasenta letak rendah. Bila
tidak dijumpai plasenta previa, dilakukan pemeriksaan
inspekulo untuk melihat sumber perdarahan lain
(Oyelese, 2006).
3) Pemeriksaan inspekulo
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui apakah
perdarahan berasal dari ostium uetri eksternum atau dari
kelainan serviks dan vagina. Apabila perdarahan berasal
dari ostium uteri eksternum, adanya plasenta previa
harus dicurigai (Johnson, 2003).
4) Transvaginal sonography (TVS)
TVS digunakan untuk menyelidiki lokasi plasenta
kapan saja saat hamil dan saat lokasi plasenta berada
dianggap rendah. Sonographers didorong untuk
melaporkan jarak sebenarnya dari tepi plasenta ke os
serviks internal di TVS.
B. Diagnosa keperawatan
1. Penurunan cardiac output berhubungan dengan perdarahan dalam
jumlah yang besar.
2. Ansietas yang berhubungan dengan perdarahan kurangnya
pengetahuan mengenai efek perdarahan dan menejemennya.
3. Resiko tinggi cedera (janin) b/d Hipoksia jaringan / organ, profil
darah abnormal, kerusakan system imun.
C. Intervensi

No.
Tujuan/ Kriteria Hasil Intervensi Rasional
DX
1. Setelah dilakukanya 1. Kaji dan catat TTV, 1. Pengkajian yang
TD akurat mengenai
Tindakan keperawatan 2 X 24
serta jumlah perdara status hemodinamik me
han. rupakan dasar untuk pe
jam diharapkan penurunan
rencanaan, intervensi,
2. Bantu
kardiak output evaluasi.
pemberian pelayana
tidak terjadi atau teratasi dengan
n kesehatan atau mu 2. Memperbaiki volume
kriteria
lai sarankan vaskuler membutuhkan
hasil: Volume darah terapi cairan IV terapi IV
atau terapi dan intervensi farmakol
intravaskuler dan kardiak
transfuse darah ogi. Kehilangan
sesuai kebutuhan. volume
output dapat diperbaiki
darah harus diperbaiki
sampai nadi, tekanan darah, untuk mencegah kompl
ikasi seperti infeksi,
nilai hemodinamik, serta gangguan janin dan gan
gguan vital ibu
nilai laboratorium
nnnhamil
menunjukkan tanda normal.
2. Setelah dilakukan tindakan kepe 1. Terapi 1. Kehadiran perawat dan
rawatan selama 3 x 24 bersama pasangan d pemahaman secara emp
diharapkan ansietas dapat berkur an ati merupakan alat terap
ang dengan kriteria hasil: menyatakan perasaa i yang
n. potensial untuk mempe
Pasangan dapat
rsiapkan pasangan untu
mengungkapkan harapannya den 2. Menentukan tingkat
k menanggulangi situas
pemahaman pasanga
gan kata-kata
i
n tentang situasi dan
tentang manajemen yang sudah
yang tidak diharapkan.
direncanakan, sehingga manajemen yang
dapat mengurangi Hal yang diberikan
sudah direncanakan.
kecemasan pasangan.
perawat akan memperk
uat penjelasan dokter d
3. Berikan
an untuk memberitahu
pasangan informasi t
dokter jika ada penjelas
entang manajemen
an yang penting.
yang
sudah direncanakan. 2. Pendidikan pasien
yang diberikan merupa
kancara yang
efektif mencegah dan
menurunkan rasa
cemas.

3. Pengetahuan akan men


gurangi ketakutan akan
hal-hal
yang tidak diketahui.
. Setelah dilakukan tindakan kepe 1. Kaji jumlah darah 1. Hemoragi berlebihan d
rawatan selama 3 x 24 an menetap dapat meng
2. Catat suhu, hitung
diharapkan resiko tinggi cedera ancam hidup klien atau
SDP,
(janin) b/d Hipoksia jaringan / mengakibatkan infeksi
dan bau serta warna
organ, profil darah abnormal, pasca partum,
rabas vagina,
kerusakan system anemia pasca partum,
dapatkan kultur bila
imun dapat berkurang dengan kri KID, gagal ginjal,
dibutuhkan
teria hasil: atau nekrosis hipofisis
3. Catat masukan/ kelu yang disebabkan oleh h
Menunjukkan profil darah denga aran urin. Catat bera ipoksia jaringan dan ma
n hitung SDP, Hb, t jenis urin. lnutrisi.
dan pemeriksaan koagulasi DBN
4. Berikan heparin, 2. Kehilangan darah berle
normal.
bila diindikasikan bihan dengan penuruna
n Hb meningkatkan risi
5. Berikan antibiotic
ko klien untuk terkena i
nfeksi.
secara parenteral
3. Penurunan perfusi ginja
l mengakibatkan penur
unan haluaran urin.

4. Heparin
dapat digunakan pada
KID di
kasus kematian janin,
atau kematian satu jani
n pada kehamilan
multiple,
atau untuk memblok si
klus pembekuan denga
n melindungi factor-
faktor pembekuan dan
menurunkan hemoragi
sampai terjadi perbaika
n pembedahan

5. Mungkin diindikasikan
untuk mencegah atau m
eminimalkan infeksi.

You might also like