You are on page 1of 2

Guntur Wibowo Sosok Mengubah Limbah Menjadi Ladang Usaha Menjanjikan

Jika menurut kebanyakan orang limbah dipandang tidak bernilai, namun berbeda oleh
Guntur Wibowo ditanganya limbah memiliki nilai yang cukup tinggi. Kelahiran Banyumas
tersebut dibekali keinginan menjadi seorang pengusaha sejak kecil, dan keperihatinanya tehadapa
sampah menjadi modal utama memulai bisnis.

Cerita berawal saat ia masih menjadi seorang waratawan 6 atau 7 tahun yang lalu. Ketika
dirinya tengah meliput, Guntur melihat tumpukan sampah setiap harinya yang terbengkali di TPA.
Saat itu ia menanyakanya pada penjaga TPA keberlanjutan timbunan sampah tersebut dan jawaban
yang cukup mengecewakan di dapatnya. Sampah yang telah di tampung dalam sebuah TPA tidak
ada penangan lebih lanjut dari pihak terkait, gundukan sampah dibiarkan hingga waktu yang lama.

“TPA itu sebenarnya tidak bisa menjadi jalan keluar untuk penanganan sampah, di seluruh
wilayah. Karena memang TPA itu seberapa luasnya pun entah 5 hektar, 7 hektar, 11.an hektar
atau berapa puluh hektar hanya memperpanjang usia penampungan sampah, tidak bisa bagaimana
persoalaan sampah tertangani tetapi hanya menampung. Menunggu dimana sudah tidak dapat
ditanggung lagi oleh TPA”. Ungkapnya

Kenyataan itu tidak menyurutkan niatnya untuk mencari solusi dari permasalahan tersebut.
Sebagai seorang wartawan yang berjiwa kritis ia mencari tau lebih lanjut tentang penangan dan
pongalahan sampah, baik dari internet maupun dari teman-temanya yang memiliki ahli di bidang
lingkungan. Bekal berbagai informasi Guntur Wibowo mendapatkan sebuah peluang bisnis dari
Limbah.

Awal mula sebuah bisnis pasti ada rintangan yang menghalang. Begitupun yang di alami
pengusaha yang masih tergolong muda tersebut. Ide yang ia dapat baru direalisasikan setelah 2
hingga 3 tahun dan itupun ia mendapat bebagai masalah. Uang yang dipinjamnya dari bank untuk
pembelian mesin terkena tipu. Tak menyurutkan niat, Guntur meminjam sertifikat rumah
peninggalan ayah mertuanya untuk melanjutkan bisnis. Uang yang ia dapat digunakan memulai
dari pendirian pabrik hingga mencari peluang pasar.

Titik balik usaha sampah yang telah di bangun di daerah Kalibening saat ini sudah menjadi
kerajaan yang cukup besar dan mampu mempengaruhi harga pasar sampah. Pantura menjadi
wilayah pilihan untuk mendaptkan pundi-pundi sampah karena memang daerah tersebut
mencukupi kebutuhan bahan baku pengolahan usahanya sedangkan daerah terdekat seperti daerah
banjarnegara dan kalibening memang belum mampu memenuhi bahan baku yang di butuhkan.
Untuk wilayah penjualan pengusaha dengan satu anak ini menyuplai perusahan besar daerah jawa.

“kalo pasar penjualan di suluruh jawa dari jakarta, jawa barat, jawa tengah untuk jawa
tengah ada beberapa titik juga, jawa timur dan memasok biji plastik ke perusahaan-perusahaan
ekspor”.

Selain manfaat bentuk omset yang mencapai 240 juta perbulan. Gruntur wibowo juga
merasa mendapatkan manfaat lain yaitu mampu membantu mengurangi sampah sebesar 60 ton
perbulan. Dan memunculkan lapangan pekerjaan baru khususnya bagi masyarakat sekitar
perusahaan. Ia mempekerjakan 20 pegawai di beberapa bagian sortir, oprator mesin, ekspedisi,
administrasi, sopir, hingga keamanan.

Kepedulianya terhadap sampah tidak berhenti begitu saja dengan usaha yang telah ia
bangun namun ia juga memiliki projek kedepannya untuk bekerja sama dengan pemerintah
terhadap pengolahan sampah. Agar masalah sampah yang saat ini sangat memprihatinkan
tertangani dengan baik.

“Pemerintah itu jangan fokus hanya membuat TPA tetapi buatlah semacam pengolahan
sampah dengan titik-titik yang di perkecil. Ada titik pengolahan di masing-masing desa atau
kecamatan. Semakin kecil lingkup wilayah penangananya maka semakin tertangani”

Ia juga memiliki harapan kepada masyarakat untuk ikut berperan aktif seperti kesadaran
memilah sampah yang keluar dari rumah tangga dan memahami hal-hal terburuk yang
ditumbulklan dari sampah mulai dari sumber penyakit hingga polosi jika tidak memahami
penanganan sampah dengan baik.

You might also like