Professional Documents
Culture Documents
LATAR BELAKANG
Kawasan kumuh adalah sebuah kawasan dengan tingkat kepadatan populasi tinggi
disebuah kota yang umumnya dihuni oleh masyarakat miskin. Kawasan kumuh dapat
ditemui di berbagai kota besar di dunia. Kawasan kumuh umumnya
dihubunghubungkan dengan tingkat kemiskinan dan pengangguran tinggi. Kawasan
kumuh dapat pula menjadi sumber masalah sosial seperti kejahatan, obat-obatan
terlarang dan minuman keras. Di berbagai negara miskin, kawasan kumuh juga
menjadi pusat masalah kesehatan karena kondisinya yang tidak higienis.
Di berbagai kawasan kumuh, khususnya di negara-negara miskin, penduduk tinggal di
kawasan yang sangat berdekatan sehingga sangat sulit untuk dilewati kendaraan
seperti ambulans dan pemadam kebakaran. Kurangnya pelayanan pembuangan
sampah juga mengakibatkan sampah yang bertumpuk-tumpuk.
Beberapa indikator yang dapat dipakai untuk mengetahui apakah sebuah kawasan
tergolong kumuh atau tidak adalah diantaranya dengan melihat : tingkat kepadatan
kawasan, kepemilikan lahan dan bangunan serta kualitas sarana dan prasarana yang
ada dalam kawasan tersebut.
Namun kondisi kumuh tidak dapat digeneralisasi antara satu kawasan dengan
kawasan lain karena kumuh bersifat spesifik dan sangat bergantung pada penyebab
terjadinya kekumuhan. Tidak selamanya kawasan yang berpenduduk jarang atau
kawasan dengan mayoritas penghuni musiman/liar masuk dalam kategori kumuh.
Kerenanya penilaian tingkat kekumuhan harus terdiri dari kombinasi dari beberapa
indikator kumuh yang ada.
Permukiman kumuh merupakan salah satu masalah sosial di Indonesia yang tidak
mudah untuk diatasi. Beragam upaya dan program dilakukan untuk mengatasinya,
namun masih saja banyak kita jumpai permukiman masyarakat miskin di hampir setiap
sudut kota yang disertai dengan ketidaktertiban dalam hidup bermasyarakat di
perkotaan
Permukiman kumuh timbul karena penyebab dan kondisi yang berbeda-beda.
Perbedaan karakteristik permukiman kumuh seharusnya menjadi pertimbangan
utama dan “jalan masuk” (entry point) dalam merumuskan rencana penanganannya,
sebagai contoh : berdasarkan status tanahnya, beberapa permukiman kumuh berdiri
di atas tanah negara atau tanah milik. Dikaitkan dengan kemungkinan penanganan
kepemilikan tanahnya dan konsekuensi legal maupun biaya, maka penanganan
permukiman kumuh di atas tanah negara akan sangat berbeda dengan permukiman
kumuh di atas tanah milik. Berdasarkan perbedaan karakteristik dan
permasalahannya, maka dibutuhkan pendekatan dan penanganan yang berbeda.
Ketidaktepatan dalam pemilihan pola penanganan yang mengacu pada tipologi
permasalahan kumuh akan mengakibatkan kegagalan dalam penanganannya.
Sebagaimana amanat dari UU No. 1 tahun 2011 tentang perumahan dan kawasan
permukiman, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat melalui
Direktorat Jenderal Cipta Karya mengemban tugas dan amanah dalam mewujudkan
strategi penanganan dan pengurangan luasan kawasan permukiman kumuh melalui
peningkatan kualitas permukiman yang dapat dilakukan berupa Pemugaran,
Peremajaan, dan/atau melalui Pemukiman kembali sesuai dengan arahan tata ruang
dan syarat-prasyarat hunian permukiman yang layak yang bertujuan agar :
1. Percepatan penanganan permukiman kumuh perkotaan secara menyeluruh dan
tuntas bagi kawasan kumuh perkotaaan yang telah disepakati dalam SK Kumuh
Bupati dan Walikota.
2. Terwujudnya rencana dan strategi penanganan melalui pencegahan dan
peningkatan kualitas permukiman kumuh.
3. Keterpaduan program/kegiatan dalam penyelesaian permasalahan permukiman
kumuh perkotaan melalui semua peran sektor ke-Cipta Karya-an.
4. Meningkatkan kesadaran, pemahaman dan komitmen bersama tentang tugas dan
wewenang masing-masing pemangku kepentingan dalam upaya melakukan
pengurangan luasan kawasan permukiman kumuh perkotaan.
5. Perkuatan pemerintah kabupaten/kota melalui pelibatan aktif dalam proses
penanganan permukiman kumuh guna mewujudkan permukiman yang layak huni
bagi masyarakat.
6. Peningkatan kapasitas bagi komunitas permukiman kumuh (kelompok masyarakat
KSM/CBO’s/BKM) untuk dapat lebih terlibat dan memampukan diri dalam
menangani permukiman kumuh di lingkungannya melalui pola aksi partisipatif
(Community Action Plan/CAP).
7. Keberlanjutan penanganan kawasan kumuh perkotaan yang dapat diselenggarakan
sendiri oleh kelompok swadaya masyarakat bersama dengan pemerintah
kabupaten/kota setempat baik dalam skala lingkungan/kawasan dan skala kota.
Pada tahun 2017, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Direktorat
Jenderal Cipta Karya melalui Satuan Kerja Pengembangan Kawasan Permukiman
Provinsi Jawa Barat akan melakukan kegiatan bantuan fisik konstruksi untuk
Pembangunan Infrastruktur Permukiman Kumuh Kawasan Cimahpar Kecamatan
Mulyaharja Kota Bogor. Oleh karena itu dalam rangka untuk menjaga mutu dan
kualitas pelaksanaan pekerjaan fisik (konstruksi) di daerah kawasan tersebut
diperlukannya Pekerjaan Supervisi Pembangunan Infrastruktur Permukiman Kumuh
Kawasan Cimahpar Kecamatan Mulyaharja Kota Bogor.
II. MAKSUD, TUJUAN DAN SASARAN
2.1. Maksud
Maksud dari pengawasan pekerjaan fisik konstruksi yaitu dukungan
pengawasan pekerjaan prasarana lingkungan pada peningkatan infrastruktur
kawasan permukiman kumuh perkotaan, sehingga pelaksanaan pekerjaan fisik
tersebut sesuai dengan yang diharapkan atau sesuai dengan spesifikasi teknis
yang telah ditentukan oleh Pemberi Tugas.
2.2. Tujuan
Kegiatan ini bertujuan untuk melakukan pengawasan atau menciptakan kondisi
yang lebih kondusif bagi pelaksanaan bantuan pembangunan prasarana/sarana
lingkungan permukiman pada lokasi yang telah ditentukan, sehingga pekerjaan
konstruksi dapat dilaksanakan sesuai dengan yang direncanakan dan
secarakualitas maupun kuantitas dapat dipertanggungjawabkan.
2.3. Sasaran
Melakukan pengawasan pekerjaan peningkatan kualitas kawasan
permukiman kumuh perkotaan terhadap kegiatan fisik yang berjalan (fase
konstruksi) agar sesuai peraturan dan kontrak kerja yang sudah ditetapkan
guna mendukung terciptanya mutu bangunan atau agar sesuai dengan
spesifikasi teknis.
Melakukan pendampingan masyarakat di lokasi pelaksanaan fisik mulai
dari persiapan/perencanaan, pelaksanaan, pengawasan hingga
pemanfaatan/pengembangan prasarana dan sarana kawasan. Dengan
demikian masyarakat merasa memiliki dan sanggup berkontribusi pada
pembangunan prasarana dan sarana lingkungan permukiman di
kawasannya.
Terwujudnya buku laporan pengawasan (supervisi konstruksi) dari
kegiatan pengawasan fisik di lapangan dan pendampingan masyarakat
(perencanaan/review DED) sebagai panduan untuk evaluasi pelaksanaan
dan rencana kegiatan selanjutnya.
VI. METODOLOGI
Adapun tahap kegiatan pengawasan pekerjaan supervisi konstruksi peningkatan
infrastruktur kawasan permukiman perkotaan adalah :
a. Melakukan kajian teknis terhadap gambar rencana (gambar kerja) di dalam
dokumen kontrak pelaksanaan pekerjaan fisik konstruksi;
b. Bersama dengan Direksi Pekerjaan dan Pelaksana Kontraktor melakukan
pengukuran di lapangan pada saat Mutual Chek – 0 (MC-0) terhadap volume
pekerjaan dan spesifikasi teknis yang sesuai dengan kondisi terbaru pasca
pengadaan barang dan jasa, dan membuat dokumen perubahannya apabila terjadi
perubahan desain (setelah mendapat persetujuan dari Direksi Pekerjaan),
perubahan lokasi kegiatan, gambar kerja, volume dan spesifikasi teknis
berdasarkan atas hasil MC-0 tersebut dengan dilengkapi Justifikasi Teknis yang
dapat dipertanggungjawabkan.
c. Bersama dengan Direksi Pekerjaan dan Pelaksana Kontraktor melakukan
pengukuran di lapangan pada saat MC-100;
d. Melakukan pemantauan dan evaluasi selama masa pelaksanaan pekerjaan (fase
konstruksi), baik terhadap kondisi lapangan, kualitas dan kwantitas pekerjaan;
e. Melakukan pengukuran secara berkala selama masa pelaksanaan guna
mengetahui progres fisik dan permasalahan yang terjadi di lapangan;
f. Medokumentasikan hasil pelaksanaan/pengawasan sebagai bahan laporan, baik
dalam bentuk photo print atau compact disk;
g. Membuat gambar pelaksanaan (Shop drawing) dilengkapi dengan foto
pelaksanaan yang menunjukkan titik lokasi kegiatan;
h. Bertanggungjawab terhadap Kualitas dan Kuantitas pekerjaan fisik terpasang di
lapangan;
i. Membuat laporan kegiatan pengawasan secara berkala selama masa pelaksanaan
(Sekali dalam sebulan);
j. Membantu Fasilitasi (menyiapkan) Berita Acara Serah Terima Pengelolaan Hasil
Pelaksanaan Pekerjaan antara Pemerintah Daerah Setempat dengan Satuan Kerja
Pengembangan Kawasan Permukiman Provinsi Jawa Barat.