You are on page 1of 36

SOP / PROTAP

PENATALAKSANAAN HEACTING

Pengertian Heacting adalah penjahitan luka terbuka

Tujuan Sebagai acuan penatalaksanaan penjahitan sampai luka tertutup oleh


jahitan unutk menghindari infeksi lanjutanan

Kebijakan 1. Perawat yang sudah terlatih dalam melakukan heacting


2. Semua pasien dengan vulknus laceratum dan luka kurang dari 6 jam

Prosedur PERSIAPAN PERALATAN :


1. Hanscoen 11. Bak instrumen steril berisi :
2. Duk bolong steril Pinset chirugis
3. Kasa steril Pinset anatomi
4. Lidokain steril Mosquito (klem arteri kecil)
5. Supratul Naldvoulder
6. Spuit 3 cc Jarum kulit
7. Betadine solution Gunting
8. Alcohol 70 % 12.Cairan Na Cl
9. Benang silk untuk kulit
10.Benang catgut untuk 13.Cairan H2O2 hodrogen peroksida
pembuluh darah

PENATALAKSANAAN :
1. Perawat menyiapkan alat kedekat pasien dan menjelasakan kepasien
atau keluarga pasien (informed concern)
2. 2. Perawat memakaia handscoen
3. 3. Dep luka dengan kasa steril, kemudian bersihkan dengan cairan
NaCl. Apabila kotor siram dengan H2O2
4. Olesi daerah luka dengan betadine
5. Olesi dengan kapas alcohol, lalu suntikan lidokain injeksi 2 cc
disekitar pingiran luka tunggu 5 menit
6. Dep lagi luka dengan kasa steril kemudian bila ada pembuluh darah
yang terpotong diklem diikiat dengan benang catgut
7. Pegang bibir luka dengan pinset chirugis, kalau ada kotoran ambil
dengan pinset anatomi
8. Pasang jarum kulit dan benang kulit dinalvolder, lalu jahit bibir luka
dengan rapi, setelah luka ditutup olesi dengan betadine. Kemudian beri
supratul,lalu tutup dengan kasa steril dan verband.
9. Bersihkan daerah bekas luka
10. duk bolong dibuka
11. konseling pada pasien (anjuran untuk menjaga sterilitas didaerah luka)
Unit terkait Rawat Inap
SOP / PROTAP
INSTANSI PENATALAKSAAN PERAWATAN LUKA KLL

No Dokumen No Revisi Halaman

........ …. ……

SOP Tanggal Terbit Disetujui oleh,

UGD ………

Pengertian Memberikan tindakan pertolongan pada luka baru dengan cepat dan tepat
Tujuan Agar luka tidak terjadi infeksi lanjut
Kebijakan Seluruh perawat diijinklan melakukan penjahitan dan perawatan luka, tetapi
tidak pada luka putus tendon
Prosedur PERSIAPAN ALAT :
Streril
1. Bak instrumen
a. Spuit irigasi 50 cc
b. Soft koteker
c. Pinset anatomis
d. Pinset chirrugis
e. Gunting jaringan
f. Arteri klem
g. Knop sonde
h. Container untuk cairan irigasi
i. Naal foulder
2. Kassa dan depres dalam tromol
3. Handschone / gloves steril
4. Neerbeken (bengkok)
5. Kom kecil/ sedang
6. Heacting set
7. Spuit 3 cc
8. Pembalut sesuai kebutuhan
a. Kasa
b. Kasa gulung
c. Sufratul
9. Topical terapi
a. Oxytetraciclin salep /
b. Gentamicin salep 0,3 %
c. Lidokain ampul
10. Cairan pencuci luka dan disinfektan
a. Cairan NS / RL hangat sesuai suhu tubuh 34 0 -37 0 C
b. Betadine

Persiapan Alat :
Non Streril
1. Schort / Gown
2. Perlak + Alas Perlak / Underpad
3. Sketsel / Tirai
4. Gunting Verband
5. Neerbeken / Bengkok
6. Plester (Adhesive) Atau Hipafix Micropone
7. Tempat Sampah

Penatalaksaan Luka Kll.


1. Informed Concern Dan Penjelasan
2. Pemeriksaan Ttv
3. A. Penatalaksanaan Perawatan Luka Babras
1) Persiapan Alat : Bengkok Didekatkan Dan Kasa Didekatkan Cairan Ns
Dan Betadine
2) Pembersihan Dengan Ns
3) Setelah Itu Diberi Betadine / Sufratul
4) Bersihkan Peralatan
5) Observasi
6) Konseling

B. Penatalaksaan Perawatan Luka Robek


1) Persiapan Pasien Dan Informed Concern
2) Semua Alat Disiapkan
3) Suntikan Dengan Lidokain Merata
4) Dibersihkan Dengan Ns /Perhidrol
5) Diberikan Disinfektan Dengan Betadine
6) Heacting (Sesuai Sop Heacting)
7) Diberikan Tulle Atau Salep Oxitetraciclin
8) Ditutup Dengan Kasa Steril
9) Diplester / Hipafix
10) Bersihkan Kotoran/ Bekas Darah Disekitar Luka.
11) Bereskan Peralatan
12) Observasi
Konseling

Unit terkait IGD dan Rawat inap

SOP/ PROTAP

PENGUKURAN TEKANAN DARAH


No Dokumen No Revisi Halaman

...
PROTAP Tanggal Terbit Disetujui oleh,

RAWAT JALAN

Pengertian Tatacara mengukur tekanan darah dengan menggunakan Tensimeter


Untuk mengetahui ukuran tekanan darah pasien.
Tujuan Sebagai acuan untuk melakukan tindakan pengukuran tekanan darah.
KebijakanSe Bagai acuan untuk pengukuran tekanan darah.
Prosedur Pp Persiapan Alat :
1. Stetoskop
2. Tensimeter air raksa
3. Buku catatan
4. Alat tulis

Pe Penatalaksanaan :
1. Memberi tahu pasien
2. Lengan baju dibuka atau digulung.
3. Manset tensimeter dipasang pada lengan atas dengan pipa karetnya berada
disisi luar tangan
4. Pompa tensimeter dipasang.
5. Denyut arteri brachialis diraba lalu stetoskope ditempatkan pada daerah
tersebut.
6. Sekrup balon karet ditutup, pengunci air raksa dibuka, selanjutnya balon
dipompa sampai denyut arteri tidak terdengar lagi dan air raksa didalam pipa
gelas naik.
7. Sekrup balon dibuka perlahan-lahan sambil memperhatikan turunnya air
raksa, dengarkan bunyi denyutan pertama dan terakhir.
8. Hasil dicatat.

Unit KIA, BP, UGD, RAWAT INAP


terkait
SOP / PROTAP PEMERIKSAAN PERNAFASAN
Pemeriksaan pernapasan

Pengertian :

Merupakan tatacara pemeriksaan pernapasan. Pernapasan merupakan salah satu indikator untuk
mengetahui sistem pernapasan.

Tujuan :

1. Mengetahui irama, frekuensi, dan kedalaman pernapasan.


2. Menilai kemampuan fungsi pernapasan

Kebijakan :

Alat dan bahan:

1. Arloji (jam) atau stop-watch.


2. Buku catatan.
3. Pena

Prosedur :

1. Jelaskan prosedur pada klien.


2. Cuci tangan
3. Atur posisi pasien.
4. Hitung frekuensi dan irama pernapasan.
5. Catat hasil.
6. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.
.

SOP / PROTAP PENANGANAN PASIEN KEJANG DEMAM


Kejang Demam

a. Pengertian

Memberikan pertolongan bayi baru yang tidak segera menangis atau tidak segera bernafas.

b. Tujuan

Mengoptimalkan fungsi pernafasan dan oksigenasi paru

c. Indikasi

1) Bayi lahir tidak menangis

2) Ketuban pecah bercampur mekonium

3) Bayi tidak bernafas

d. Persiapan alat :

a) Alat pelindung diri (masker, hanscoen)

b) Deelic

c) Masker bayi

d) Bag resuscitator bayi

e) Oksigen lengkap
f) Thermometer

e. Pelaksanaan

1) Jika bayi tidak menangis dengan keras, bernafas dengan lemah, atau bernafas cepat dan
dangkal, pucat atau biru dan atau lemas, maka :

a) Baringkan terlentang dengan benar pada permukaan yang datar, kepala sedikit setengah
ekstensi agar jalan nafas terbuka, bayi harus tetap diselimuti. Hal ini penting sekali untuk
mencegah hypotermi pada bayi baru lahir.

b) Hisap mulai mulut, sedalam 5 cm dan kemudian hidung bayi sedalam 3 cm secara lembut
dengan menggunakan deelie (jangan memasukkan alat penghisap terlalu dalam pada
kerongkongan bayi). Karena dapat menyebabkan terjadinya bradikardi, denyut jantung yang
tidak teratur, spasme pada larink/tenggorokan bayi.

c) Berikan stimulasi taktil dengan lembut pada bayi (atau menyentil kaki bayi, keduanya aman
dan efektif untuk menstimulasi bayi)

d) Nila ulang keadaan bayi. Jika mulai menangis atau bernafas dengan normal, tidak diperlukan
tindakan lanjutan, lanjutkan perawatan pada bayi baru lahir normal.

e) Jika bayi tidak bernafas dengan normal atau menangis teruskan dengan ventilasi (40-60)
kali/permenit

f) Melakukan ventilasi pada bayi baru lahir

g) Letakkan bayi dipermukaan yang datar, diselimuti dengan baik.

h) Periksa kembali posisi bayi baru lahir, kepala harus sedikit ditengadahkan.

i) Pasang sungkup oksigen atau gunakan bag valve dan mask yang ukurannya sesuai

j) Periksa pelekatannya dan berikan ventilasi dengan kecepatan 40 s/d 60 kali / permenit

2) Jika dada bayi tidak mengembang :

a) Perbaiki posisi bayi dan tengadahkan kepala lebih jauh


b) Periksa hidung dan mulut apakahj ada darah, mucus atau cairan ketuban, lakukan penghisapan
jika perlu

c) Remas BVM lebih keras untuk meningkatkan tekanan ventilasi

d) Ventilasi bayi selama 1 menit, lalu hentikan, nilai dengan cepat apakah bayi bernafas dengan
spontan dan tidak ada pelekukan dada atau dengkuran, tidak diperlukan resusitasi lebih lanjut.
Teruskan dengan langkah awal perawatan bayi baru lahir.

3) Kompresi dada :

a) Jika memungkinkan 2 tenaga kesehatan terampil diperlukan untuk melakukan ventilasi dan
kompresi dada

b) Kebanyaka bayi akan membaik dengan ventilasi

c) Jika ada 2 tenaga kesehatan yang terampil dan pernafasan bayi lemah atau < 30 kali/menit dan
detak jantung kurang dari 60 kali/menit setelah ventilasi selama 1 menit, tenaga kesehatan yang
kedua dapat mulai melakukan kompresi dada dengan kecepatan 3 : 1

d) Harus berhati-hati pada saat melakukan kompresi dada, tulang rusuk bayi masih peka dan
mudah patah, jantung dan paru-parunya mudah terluka

e) Lakukan tekanan pda jantung dengan cara meletakkan kedua jari tepat di bawah garis putih
bayi, ditengah dada. Dengan jari-jaring lurus, tekan dada sedalam 1-1,5 cm

4) Setelah bayi bernafas normal periksa suhu, jika di bawah 36,50 celcius atau punggung sangat
dingin lakukan penghangatan yang memadai. Perhatikan warna kulit, pernafasan dan nadi bayi
selama 2 jam. Ukur suhu bayi setiap jam sehingga normal (36,50C – 370C)

5) Catat dengan seksama semua tindakan yang dilakukan


Memberikan Terapi Inhalasi

a. Pengertian

Suatu tindakan pemberian obat melalui inhalasi

b. Tujuan

Untuk melonggarkan jalan nafas

c. Indikasi

Pasien dengan serangan asthma bronchiale

d. Persiapan

1) Alat

a) Set terapi oksigen lengkap dan siap pakai

b) Flow meter oksigen tanpa humidifier (kering)

c) Alat inhalasi (neulator)

d) Slang oksigen binasal


e) Semprit 2,5 cc, 5 cc

2) Obat-obatan dan cairan

a) Bronchodilator

b) NaCl 0,9 %

3) Pasien

a) Pasien diberi penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan

b) Posisi pasien diatur fowler/semi fowler

4) Lingkungan

Bersih dan bebas dari asap

5) Petugas

e. Pelaksanaan

a) Memasukkan obat bronchodilator ke dalam alat inhalasi sesuai program pengobatan

b) Menyiapkan oksigen tanpa humidifier

c) Melatih pasien menggunakan alat inhalasi

d) Cara memegang alat

e) Cara menghisap obat melalui alat

f) Menyambung slang oksigen dengan alat inhalasi

g) Membimbing pasien cara menarik nafas dalam :

1) Tarik nafas dalam dan isap melalui mulut sampai terlihat asap keluar dari uhung sebelah
lainnya kemudian hembuskan

2) Tarik nafas dilakukan secara berulang sampai obat yang ada di dalam alat habis
h) Mencatat semua tindakan yang telah dilakukan pada catatan perawatan.

f. Hal-hal yang perlu diperhatikan

1. Perubahan pernafasan pasien

2. Posisi slang oksigen

SOP / CARA PENGENDALIAN INFEKSI


Pengertian

INFEKSI adalah invasi tubuh oleh pathogen atau mikrooraganisme yang mempu menyebakan
sakit

Adanya pathogen tidak berarti infeksi akan terjadi, perkembangan infeksi dlam siklus tergantung
pada elemen-elemen sebagai berikut :

1. Agens infeksius

Mikroorganisme : virus, bakteri, jamur dan protozoa.

Mikroorganisme untuk menyebabkan penyakit tergantung pada :

Oerganisme dalam tubuh

Virulensi atau kemampuan untuk menyebabkan sakit

Kemampuan untuk masuk dan bertahan hidup dalam penjamu

Penjamu yang rentan

2. Reservoir
Tempat pathogen mampu bertahan hidup tetapi dapat atau tidak berkembang biak makanan, air,
oksigen, dll.

3. Portal keluar

Mikroorganisme menmukan tampat berkembang biak, meraka harus menemukan jalan keluar,
jika mereka masuk ke penjamu lain penyakit

4. Cara penularan

Banyak cara penularan mikroorganisme dari reservoir ke perjamu (host)

Kontak : langsung, tidk langsung

Udara : droplet

Peralatan : makanan, alat

Vector : lalat, nyamuk dan kutu

5. Portal masuk

Organism dapat masuk kedalam tubuh melalui rute yang sama untuk keluar.

a. Jarum yang terkontaminasi kekulit

b. Aliran urine dan kateter keuretra

c. Kesalahan memakai balutan luka

6. Hospes rentan

Kerentanan bergantung pada derajat ketahanan individu terhadap pathogen.

c. Proses infeksi

1. Tahap inkubasi

Interval antara masuknya pathogen kedalam tubuh dan munculnya gejala pertama.

Misalnya : campak 2-3 minggu, pilek 1-2 hari, inflensa 1-2 hari, gondongan 2 minggus

2. Tahap prodomal
Interval dari mulai tanda dan gejala non spesifik.

Misalnya : demam ringan, keletihan, seperti gejala yang spesifik mikroorganisme bertumbuh
dan berkembang biak menyebar ke orang lain.

3. Tahap sakit

Interval saat klien memanifesrasikan tanda dan gejala yang spesifik terhadap infeksi.

Misalnya : demam manifestasikan dengan sakit tenggorok.

4. Tahap pemulihan

Interval saat munculnya gejala akut infeksi sampai dengan hilangnya gejala.

d. Tanda – tanda implamasi

Merah rubor

Panas color

Nyeri dolor

Bengkak tumor

Fungsi terganggu fangtio lease

Tanda- tanda infeksi

Tanda imflamasi + panas meningkat

- Neri hebat

e. Peranan professional pengendalian infeksi

1. Member pendidikan mengenai pencegahan ( pengendalian infeksi pada staf )

2. Membuat dan meninjau ulang kebijkan dan prosedur pencegahan dan pengendalian infeksi

3. Merekomendasikan prosedur isolasi yang tepat

4. Menyaring catatan clien terhadap infeksi yang didapat dari komunitas

5. Konsultasi dengan pekerjaan depkes mengenai rekomendasi untuk mencegah dan


mengendalikan penyebaran infeksi antara personel
6. Kumpulan statistic mengenai epidemiologi infeksi nosokomial

7. Beritahu depkes masyarakat tentang insiden penyakit menular

8. Rundingkan dengan semua departemen di RS untuk menyelidiki kejadian atau kelompok


infeksi yang tidak lazim terjadi.

9. Identifikasi masalah control infeksi pada peralatan

10. Pantau organism yang tahan antibiotic dalam institusi

f. Pencegahan dan pengendalian infeksi untuk petugas RS

1. Rencana control paparan

Institusi harus memiliki control paparan yang dirancang untuk mengeliminasi atau
meminimalkan paparan terhadap pegawai kapan harus menggunakan peralatan perlindungan.

2. Pemenuhan tindakan pencegahan standar pegawai harus melaksanakan tindakan pencegahan


untuk mencegah kontak dengan darah atau materi infeksius selama perawatan terhadap klien.

3. Housekeeping.

Tempat kerja harus terpelihara dalam kondisi bersih dan sehat. Pembersihan rutin dan prosdur
dekontaminasi harus ditetapkan

4. Resiko tinggi terpapar

Jika bekerja perawatan kesehatan terpapar secara parenteral ( stile jarum ) kecelakaan tesebut
harus segera dilaporkan HIV dan hepatitis B kritis

5. Pelatihan

Pimpinan harus memasukan bahwa semua pegawai yang beresiko terpapar di tempat kerja yang
beresiko terpapar ditempat kerja dalam program pelatihan.
SOP / TEKHNIK MENCUCI TANGAN STERIL
Pengertian Mencuci tangan secara steril (suci hama) khususnya bila akan
melakukan tindakan steril

Tujuan a) Mencegah infeksi silang

b) Membebaskan kuman dan mencegah kontaminasi tangan

Kebijakan Sebagai perlindungan terahdap tenaga medis maupun pasien dari


infeksi

Prosedur a) Peralatan
a) Wastafel/air mengalir

b) Sabun biasa/antiseptik

c) Sikat lembut DTT

d) Spon

e) Handuk steril/lab bersih dan kering


f) Watafel/air mengalir

b) Prosedur kerja
a) Siapkan peralatan dan bahan yang dibutuhkan
b) Lepaskan cincin, jam tangan dan gelang
c) Basahi kedua tangan dengan menggunakan air mengalir
sampai siku, gunakan sabun kearah lengan bawah, lakukan hal
yang sama pada sebelah tangan.
d) Bersihkan kuku dengan pembersih kuku atau sikat lembut
kearah luar, kemudian bersihkan jari hingga siku dengan gerakan
sirkular dengan spon. Mengulangi hal yang sama pada lengan
yang lain. Lakukan selama minimal 2 menit.
e) Membilas tangan dan lengan secara terpisah dengan air
mengalir, setelah bersih tahan kedua tangan mengarah ketas
sebatas siku. Jangan biarkan air bilasan mengalir ke area bersih.
f) Menggosok seluruh permukaan kedua belah tangan, jari dan
lengan bawah dengan antiseptik minimal selama 2 menit.
g) Membilas setiap tangan dan lengan secara terpisah dengan air
mengalir, setelah bersih tangan diarahkan keatas sebatas siku.
Jangan biarkan air bilasan mengalir ke area tangan.
h) Menegakkan kedua tangan kearah atas dan jauhkan dari badan,
jangan sentuh permukaan atau benda apapun.
i) Mengeringkan tangan menggunakan handuk steril atau
diangin-anginkan. Keringkan tangan mulai dari ujung jari sampai
dengan siku. Untuk tangan yang berbeda gunakan sisi handuk
yang berbeda.

Unit terkait Rawat Jalan, UGD


SOP / CARA PERAWATAN SELANG INFUS (DRESSING)
1. Jelaskan prosedur pada pasien

2. Cuci tangan

3. Gunakan cara aseptic dalam perawatan kateter

4. Ganti balutan tiap 24 -28 jam

5. Ganti set infuse maksimal 2 x 24 jam

6. Gantu posisi pemasangan infuse maksimal 3x24 jam

7. Perhatikan tanda flebitis, inflamasi, dan trombosit

8. Jangan gunakan untuk pengambilan sampel darah dan pemberian obat

9. Lakukan pemantauan selama pemberian nutrisi parental, antara lain :

- Pemerikasaan laboratium seperti urium kreatinin, gula darah, elektrolit, dan faal hepar

- Timbang berat badan pasien

- Periksa reduksi urine

- Observasi jumlah cairan yang masuk dan keluar

- Cairan jangan digantung lebih dari 24 jam


- Pemberian asam amino harus bersamaan dengan karbohidrat dengan harapan kalori yang
dibutuhkan akan dipenuhi karbohidrat

10. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan

SOP / CARA PEMBERIAN MAKAN MELALUI NGT


Pemberian Nutrisi

Alat dan Bahan

1. Corong

2. Spuit 20 cc/ 50 cc/ 10 cc untuk ngecek

3. Pengalas

4. Bengkok

5. Makanan dalam bentuk cair

6. Air matang

7. Obat – obatan ( bila ada )

8. Klem

9. Stetoskop

Prosedur Kerja

1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan 9. Masukan air matang 15 cc pada awal dengan
2. Cuci tangan cara dituangkan lewat pinggirannya

3. Atur posisi semi fowler 10. Berikan makanan dalam bentuk cair yang
tersedia, kemudian, bila ada obat-obatan
4. Pasang pengalas masukan dan beri minum lalu diklem pipa
penduga
5. Letakan bengkok
11. Catat hasilnya atau respon pasien selama
6. Periksa dahulu sisa makanan dilambung
pemberian makanan
dengan menggunakan spuit yang diaspirasikan
ke pipa lambung 12. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan
7. Buka klem/ penutup

8. Lakukan tindakan pemberi makan dengan


cara pasang corong/ spuit pada pangkal pipa

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)


PEMBERIAN OKSIGEN

Pengertian :
Kegiatan memberikan kebutuhan oksigen kedalam paru-paru melalui saluran pernapasan dengan
menggunakan alat khusus.

Tujuan :
Memenuhi kebutuhan oksigen pasien yang tidak dapat dipenuhi sendiri
A. Persiapan
Persiapan pasien
Pasien diberi penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan
Posisi pasien diatur sesuai kebutuhan
Persiapan alat
Satu set terapi oksigen lengkap, terdiri dari :
- Tabung oksigen lengkap dengan regulator
- Humidifier berisi aquades lengkap dengan flowmeter dan slang oksigen
- Masker oksigen (sungkup muka)
Plester
Gunting balutan
Lingkungan
Menghindari sumber api dekat dengan oksigen
Mengatur letak tabung oksigen untuk kelancaran kerja

B. Prosedur
Pemberian terapi oksigen dengan nasal kanul
Nasal kanul atau Kanula nasal merupakan peralatan sederhana. Kedua kanula dengan
panjang sekitar 1,5 cm, muncul dari bagian tengah selang sekali pakai dan diinsersikan ke dalam
hidung.
Membebaskan jalan napas dengan mengisap sekresi
Posisi pasien diatur dengan kepala ekstensi
Masukkan nasal kateter ke dalam hidung
Membuka regulator untuk menentukan tekanan oksigen sesuai kebutuhan
Mengatur volume oksigen sesuai kebutuhan
Memfiksasi nasal kanul kateter di belakang kepala melewati bagian atas telinga
Memberikan oksigen dengan nasal kateter dengan konsentrasi 2-5 liter/menit

Pemberian terapi oksigen dengan memasang sungkup (masker oksigen)


Masker oksigen merupakan peralatan yang digunakan untuk memberikan oksigen,
kelembaban atau kelembaban yang dipanaskan.
Membebaskan jalan napas dengan cara mengisap sekresi
Mengatur posisi pasien
Membuka regik9kk,uulator untuk menentukan tekanan oksigen sesuai kebutuhan
Mengatur aliran oksigen sesuai dengan kebutuhan
Memasang masker oksigen pada daerah lubang hidung dan mulut
Mengikat tali sungkup di belakang kepala melewati bagian atas telinga
Memasang kapas kering pada daerah yang tertekan sungkup dan tali pengikat untuk mencegah
iritasi kulit.
Memberikan terapi oksigen dengan masker oksigen mempunyai efektifitas aliran 5-8
liter/menit dengan konsentrasi oksigen yang didapat 40-60 %.
Pemberian terapi oksigen dengan nasal kateter
Kateter nasal lebih jarang digunakan daripada nasal kanula, tetapi bukan berarti kateter nasal
tidak digunakan. Prosedur pemasangan kateter ini meliputi insersi kateter oksigen ke dalam
hidung sampai nasofaring. Karena fiksasi kateter akan memberikan tekanan pada nostril, maka
kateter harus diganti setiap 8 jam dan di insersi ke dalam nostril lain. Karena alasan ini, kateter
nasal menjadi metode yang kurang diminati karena klien merasakan nyeri saat kateter melewati
nasofaring dan karena mukosa nasal akan mengalami trauma.

C. Indikasi

Pasien hipoksia
Oksigenasi kurang sedangkan paru normal
Oksigenasi cukup sedangkan paru tidak normal
Oksigenasi cukup dengan paru normal sedangkan sirkulasi tidak normal
Pasien yang membutuhkan pemberian oksigen dengan konsentrasi tinggi
Pasien yang membutuhkan pemberian oksigen dengan konsentrasi yang pasti
Pasien dengan tekanan parsial karbondioksida (CO2) rendah

D. Hal-hal yang perlu diperhatikan

Perhatikan reaksi pasien sebelum dan sesudah pemberian oksigen


Aliran yang sudah ditentukan dan tekanan oksigen dan lamanya pemberian harus tepat dan
benar sesuai dengan program pengobatan
Humidifier harus selalu terisi aquades sebatas garis bertulisan “batas aqua” dan harus
diganti/dibersihkan setiap hari
Setiap pemberian oksigen harus selalu memakai humidifier yang berisi aquades untuk
mencegah kekeringan mukosa pada saluran pernapasan.
Perhatikan kemungkinan adanya tanda-tanda sianosis pada bibir, ujung jari-jari tangan dan
ujung jari-jari kaki.

Pada pasien yang sadar, anjurkan untuk tidak banyak bicara selama pemberian oksigen

1. TUJUAN
Sebagai acuan dalam penatalaksanan pelanggan dengan ISPA di UPTD Puskesmas Ngasem.

2. RUANG LINGKUP
Tindakan dimulai dari anamnesa, pemeriksaan fisik, tindakan, sampai pencatatan

3. KRITERIA PENCAPAIAN
Penatalaksanaan kasus ISPA di UPTD Puskesmas Ngasem dapat dilaksanakan 100% sesuai
prosedur penatalaksanaan ISPA

4. DEFINISI
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah penyaki tinfeksi yang bersifat akut yang
melibatkan organ saluran pernapasan mulai dari hidung, sinus, laring hingga alveoli. Disebut
juga URI, singkatan dari Under Respiratory Infection.
5. URAIAN UMUM
5.1 Infeksi adalah invasi tubuh oleh pathogen atau mikro organisme yang mampu menyebabkan
sakit
5.2 Organ adalah kelompok jaringan yang melakukan beberapa fungsi.
5.3 Saluran pernafasan adalah organ tubuh yang memiliki fungsi menyalurkan udara atmosfer ke
paru-paru begitu pula sebaliknya. Saluran pernafasan dimulai dari hidung, rongga telinga tengah,
laring, trakea, bronkus, alveoli, termasuk pleura.
5.4 Hidung merupakan organ pertama yang dilalui oleh udara. Di dalam rongga hidung terdapat
rambut-rambut dan selaput lendir, yang berfungsi sebagai penyaring, penghangat, dan pengatur
kelembaban udara yang akan masuk ke paru-paru. Sebaiknya bernapas selalu melalui hidung.
5.5 Sinus adalah rongga berisi udara yang terdapat di sekitar hidung, mata dan pipi
5.6 Laring adalah pangkal tenggorokan, terdiri atas kepingan tulang rawan membentuk jakun dan
terdapat celah menuju batang tenggorok (trakea) disebut glotis, di dalamnya terdapat pita suara
dan beberapa otot yang mengatur ketegangan pita suara sehingga timbul bunyi.
5.7 Alveoli adalah kantung-kantung udara di paru-paru di mana oksigen dan karbondioksida
dipertukarkan

6. PERALATAN
6.1 Alat
6.1.1 Stetoskop
6.1.2 Senter atau pen light
6.1.3 Respirasi rate time
6.2 Bahan
6.2.1 Sepasang sarung tangan

7. ALUR PROSES
NO INSTRUKSI KERJA PETUGAS
1. Petugas menerima pelanggan dengan ramah Perawat
2. Petugas melakukan anamnesa Perawat
3. Petugas mencuci tangan dan persetujuan tindakan dan memakai Perawat
sarung tangan
4. Petugas melakukan pemeriksaan, dan menegakkan diagnosa Perawat
5. Petugas melakukan edukasi kepada pelanggan bahwa penyakit
tersebut disebabkan oleh virus dan dapat sembuh dengan sendiri dalam
Perawat
beberapa hari, cukup dengan istirahat yang baik, makanan yang
bergizi dan pengobatan simptomatis.
6. Apabila ada kecurigaan infeksi sekunder, petugas member pelanggan
resep dengan pengobatan simptomtis dan antibiotika.
Petugas mempersilahkan pelanggan untuk menuju ruang obat.
Obat yang dapat dipakai adalah paracetamol 3 – 4 x 500mg (10 – 15
mg/kgBB/ 3-4 kali dalam 24 jam), amoxicilin 4 x 500 mg (10 – 15 Dokter
mg/kgBB/ 24 jam), cotrimoxazole 2 x 960 mg (15 – 18 mg/kgBB/ 12
jam), dextromethorphan 3 x 10 mg, chloperheniraminmaletae 3 x 4 mg
(0.35 mg/kgBB/ 24 jam), gliserilguiakolat 3 x 100 mg dan
Erithromycins 4 x 500 mg ( 30 – 50mg/ kgBB/ 24jam)
7. Petugas membereskan alat dan cuci tangan Perawat
8. Petugas melakukan pencatatan Perawat

1. SOP IMUNISASI DPT

1 Nama Kegiatan
Pemberian Imunisasi DPT-Hb Combo
2 Tujuan
DPT agar anak mempunyai daya tahan terhadap penyakit Dipteri, Pertusis, Tetanus dan Hepatitis
B
3 Ruang Lingkup
Semua pasien yang akan melakukan imunisasi DPT di Posyandu pada anak berumur 2-11 bln
4 Keterampilan Petugas
a. Dokter
b. Bidan
c. Perawat
5 Alat dan Bahan
a. Vaksin DPT
b. Spuit disposible
c. Kapas alkohol
6 Langkah Kerja :

 Petugas mencuci tangan


 Pastikan vaksin yang akan di gunakan
 Jelaskan kepada ibu anak tersebut, umur anak (2-11 bulan) jumlah suntikan 3x untuk
imunisasi DPT.
 Ambil 0,5 cc vaksin DPT
 Bersihkan 1/3 paha bagian luar dengan kapas steril (air panas)
 Suntikan secara intra muskuler (im)
 Terangkan kepada ibu anak tersebut, tentang panas akibat DPT, berikan obat penurun
panas / antipiretik kepada ibu anak tersebut.
 Anjurkan kompres hangan di lokasi penyuntikan.
 Rapikan alat-alat
 Petugas mencuci tangan
 Mencatat dalam buku

7 Indikator Kinerja
Mendapatkan hasil yang tepat dan benar

2. SOP IMUNISASI POLIO

1. Nama pekerjaan
Pemberian Immunisai Polio
2. Tujuan
Sebagai acuan dalam pemberian imunisasi polio agar anak mempunyai daya tahan terhadap
penyakit polio.
3. Ruang Lingkup
Semua pasien yang akan melakukan imunisasi polio di unit pelayanan Posyandu pada anak
berumur 0 - 11 bln
4. Ketrampilan Petugas
a. Dokter
b. Bidan
c. Perawat
5. Uraian Umum
Imunisasi polio diberikan pada bayi mulai umur 0 – 11 bulan dalam ruang lingkup Posyandu dan
0 – 59 bulan untuk kegiatan Pekan Imunisasi Nasional (PIN)
Imunisasi polio di Puskesmas diberikan sampai 4 kali dengan selang waktu 1 bulan
6. Alat dan bahan
· Pinset
· Vaksin polio dan pipet
7. Langkah kerja
a. Petugas mencuci tangan
b. Pastikan vaksin polio dalam keadaan baik (perhatikan nomor , kadaluarsa dan vvm )
c. Buka tutup vaksin dengan menggunakan pinset / gunting kecil
d. Pasang pipet diatas botol vaksin
e. Letakkan anak pada posisi yang senyaman mungkin
f. Buka mulut anak dan teteskan vaksin volio sebanyak 2 tetes
g. Pastikan vaksin yang telah diberikan ditelan oleh anak yang diimunisasi
h. Jika di muntahkan atau di keluarkan oleh anak, ulangi lagi penetesan
i. Saat meneteskan vaksin ke mulut, pastikan agar vaksin tetap dalam kondisi steril
j. Rapikan Alat
k. Petugas mencui tangan

8. Indikator kiner
Mendapatkan hasil yang baik dan efektif

3. SOP IMUNISASI BCG

1. Nama Pekerjaan
Pemberian Imunisasi BCG
2. Tujuan
Sebagai acuan dalam pemberian imunisasi Bacillus Calmette Guerin (BCG ) agar anak
mempunyai daya tahan terhadap penyakit Tuberkulosis (TBC)
3. Ruang Lingkup
Semua pasien yang akan di imunisasi BCG di unit pelayanan statis pada anak berumur kurang
dari 2 bulan.
4. Ketrampilan Petugas
a. Dokter
b. Bidan
c. Perawat
5. Uraian Umum
· Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh Mycrobacterium tuberculosa.
· Vaksin yang sudah dilarutkan harus digunakan sebelum lewat 3 jam
6. Alat dan Bahan
a. Vaksin BCG
b. Pelarut vaksin
c. Spuit disposible 0,05 cc
d. Disposibel 5 cc untuk melarutkan
e. Kapas steril (air panas)
f. Kartu imunisasi
7. Langkah Kerja

 Petugas mencuci tangan


 Pastikan vaksin dan spuit yang akan di gunakan
 Larutkan vaksin dengan cairan pelarut BCG 1 ampul ( 4 cc )
 Pastikan anak belum pernah di BCG dengan menanyakan pada orang tua anak tersebut
 Ambil 0.05 cc vaksin BCG yang telah kita larutkan tadi
 Bersihkan lengan dengan kapas yang telah dibasahi air bersih, jangan menggunakan
alkohol / desinfektan sebab akan merusak vaksin tersebut
 Suntikan vaksin tersebut sepertiga bagian lengan kanan atas (tepatnya pada insertio
musculus deltoideus) secara intrakutan (ic) / dibawah kulit
 Rapikan alat-alat
 Petugas mencuci tangan
 Mencatat dalam buku

8. Indikator Kinerja
Mendapatkan hasil yang baik , tepat dan akurat

4. SOP IMUNISASI CAMPAK

1. Nama Pekerjaan
Imunisasi Campak
2. Tujuan
Sebagai acuan dalam pemberian imunmsasi campak agar anak mempunyai daya tahan terhad
penyakit campak.
3. Ruang Lingkup
Unit pelayanan posyandu padi anak berumur 9 bulan
4. Ketrampilan Petugas
a Dokter
b Bidan
c Perawat
5. Uraian Umum
Tidak ada
6. Alat dan Bahan
a Pinset
b Disposible spuit
c Vaksin Pelarut
7. Langkah kerja
a Petugas mencuci tangan
b Pastikan vaksin dalam keadaan baik
c Buka tutup vaksin denggunakan Pinset
d Larutkan dengan cairan pelarut campak yang sudah ada (5 cc)
e Pastikan umur anak tepat untuk di imunisasi campak (9 bulan)
f Ambil 0,5 cc vaksin campak yang telah dilarutkan tadi
g Bersihkan lengan kiri bagian atas anak dengan kapas steril (air panas).
h Suntikan secara sub (sc)
i Rapikan alat
j Cuci tangan petugas
8. Catatan Mutu
a Buku Status bayi
b Kartu Imunisasi

5. SOP IMUNISASI TT

1. Nama Pekerjaan
Pemberian Imunisasi Tetanus Toxoid
2. Tujuan
Sebagai acuan untuk melaksanakan suntikan TT untuk pemberian kekebalan aktif
terhadap tetanus.
3. Ruang lingkup
Petunjuk kerja ini mencakup unit pelayanan di ruang tindakan, unit pelayanan KIA yang
diberikan pada ibu hamil dan calon penganten.
4. Ketrampilan petugas
a Bidan terlatih.
b Dokter
c Perawat terlatih
5. Uraian Umum
a Imunisasi Tetanus Toxoid terbukti sebagai satu upaya pencegahan penyakit Tetanus.
b Diberikan pada usia kehamilan trimester pertama, dengan interval waktu 4 minggu.
c Disuntikan pada lengan atas secara intra muscular (im) sebanyak 0,5 ml, Intra Muskular atau
subcutan
d Sebelumnya lengan dibersihkan dengan kapas steril (air panas).
e Kontra indikasi : gejala –gejala berat karena dosis pertama TT
f Referensi : pedoman teknis Imunisasi tingkat Puskesmas.
6. Alat dan Bahan
a Vinset
b Kapas steril (air panas).
c Spuit 0,5 cc
d Vaksin TT
7. Instruksi Kerja
a Lakukan identifikasi dan anamnesa dengan menanyakan pada pasien :
· Nama, Umur dan alamat
· Apakah ada alergi terhadap obat-obatan
b Pastikan kondisi pasien dalam keadaan sehat
c Siapkan bahan dan alat suntik
d Ambil vaksin dengan jarum dan semprit disposible sebanyak 0,5 ml
e Persilahkan pasien duduk
f Oleskan kapas alkohol pada lengan kiri bagian atas
g Suntik pada lengan kiri bagian atas secara intra musculer
h Buang jarum bekas suntikan ke dalam kotak
i Persilahkan pasien menunggu 15 menit di luar, dan jika tidak terjadi efek samping pasien boleh
pulang
j Catat pada buku status dan KMS ibu hamil

8. Indikator Kinerja
Tidak dak terjadi tetanus toxoid pada saat melahirkan

Ekstraksi Kuku

Ekstraksi Kuku
Tujuan: mampu mengangkat kuku yang tumbuh ke arah dalam
Alat dan Bahan

- Pegangan scalpel

- Scalpel no 10

- Pinset anatomis

- Pinset chirurgis

- Needle holder

- Gunting lancip-lancip bengkok (bila diperlukan)

- Gunting lancip-tumpul (bila diperlukan)

- Benang jahit (bila diperlukan)

- Drape steril (bila diperlukan)

- Klem mosquito

- - Klem kocher

Teknik Pemeriksaan

1. Jelaskan kepada pasien tindakan yang akan dilakukan dan prosedurnya

2. Pada tindakan ada 3 pilihan, tergantung dengan kesembuhan pada setiap tahap:

- Tahap 1

· Rawat paronikia secara konservatif dengan soda baths

· Kurangi tekanan pada kuku dengan mengisi alur pada lengkungan kuku dengan kasa kecil
atau kapas

· Lakukan seperti ini dalam 3 bulan

- Tahap 2

· Ekstraksi kuku dan pada tahap berikutnya, eksisi bagian yang ada pus untuk
mengeluarkan pus atau

· Ekstraksi kuku parsial diikuti dab dengan phenol 80% dalam air dan dicuci dengan
alkohol 70%.

- Tahap 3

· Ekstraksi kuku parsial diikuti dab dengan phenol 80% dalam air dan dicuci dengan
alkohol 70%

· Eksisi bagian yang ada pus untuk mengeluarkan pus

Analisis Hasil Pemeriksaan

1. Penyebab kuku yang tumbuh ke dalam sering karena perawatan kuku yang tidak benar

- Ujung dari kuku dipotong terlalu pendek

- Tekanan lokal akibat sepatu yang sempit

- Hiperhidrosis juga menyebabkan kuku tumbuh ke arah dalam

2. Ada 3 stadium:

- Kemerahan dengan nyeri di ujung kuku (paronikia)

- Adanya pus yang muncul di bawah kuku

- Timbulnya jaringan granulasi di dinding kuku (granuloma)

3. Pengobatan dengan phenol kontraindikasi untuk pasien dengan sirkulasi perifer yang buruk

Referensi

Prof. Stapert J, Dr. Kunz M. Skills in Medicinie: Minor Surgery. Mediview: Maastricht
University, Netherlands, 2009, p 33-34

Pengertian Mengangkat Jahitan (Aff Hecting/ Hecting Up


adalah satu tindakan melepaskan jahitan yang
biasanya dilakukan hari ke 5-7 (atau sesuai
dengan penyembuhan luka yang terjadi)
Tujuan 1. Mempercepat proses penyembuhan luka
2. Mencegah terjadinya infeksi akibat adanya
corpus alinineum
Kebijakan Tindakan dilakukan pada klien yang telah
dilakukan tindakan heacting setelah hari ke 5-7
untuk diangkat jahitannya.

Persiapan Persiapan Alat :


1. Set heating up steril yang berisi: pinset
cirugis 2, pinset anatomis 2, gunting heating
up, kassa steril dalam bak instrumen steril.
2. Bengkok
3. Korentang
4. Gunting plester
5. Kassa dalam bak instrumen
6. Plester
7. betadin
8. Alkohol 70 %
9. Ember untuk wadah sampah infeksius
Prosedur A. Tahap preinteraksi:
1. Mengeksplorasi kemampuan diri
B. Tahap Orientasi
1. Megecek intruksi dari dokter
2. Memastikan identitas pasien
3. Perawat memberi salam
4. Perawat menjelaskan pada pasien tentang
tindakan yang akan dilakukan
5. Perawat melakukan kontrak waktu tindakan
pada pasien
6. Jaga privasi pasien
C. Tahap Kerja :
1. Memberitahu dan menjelaskan pada pasien
mengenai prosedur yang akan dilakukan
2. Mendekatkan alat di dekat pasien
3. Membantu pasien mengatur posisi sesuai
kebutuhan, sehingga luka mudah dirawat
4. Perawat cuci tangan
5. Meletakkan bak instrument steril ke dekat
pasien atau di darah yang mudah dijangkau
6. Membuka bak instrumen secara steril
7. Membuka balutan dengan hati-hati dan
balutan dimasukkan ke dalam ember bak
sampah
8. Bekas-bekas plester dibersihkan dengan
kapas alkohol
9. Mengolesi luka dan sekitarnya dengan
betadhin 10%
10. Melepaskan jahitan satu persatu selang seling
dengan cara:menjepit simpul jahitan dengan
pinset cirugis dan ditarik sedikit ke atas
kemudian menggunting benang tepat dibawah
simpul yang berdekatan dengan kulit atau
disisi lain yang tidak ada simpul
11. Mengolesi luka dengan kasa steril kering dan
di plester
12. Menutup luka dengan kassa steril kering dan
di plester
13. Merapikan klien
14. Membersihkan alat-alat dan mengembalikan
pada tempatnya
15. Perawat cuci tangan
16. Mencatat pada catatan perawatan

D. Tahap Evaluasi :
1. Evaluasi respon pasien
2. Upaya tindak lanjut di rumuskan
3. Salam teraupetik di ucapkan dalam
mengakhiri tindakan

E. Dokumentasi
1. respon klien selama dan setelah tindakan
dicatat dengan jelas dang ringkas
2. Waktu paraf, dan nama perawat dengan
jelas.

Unit terkait IGD, Instalasi bedah sentral, unit yang


melakukan bedah minor, IRNA, Laboratorium
Dokumentasi terkait

Kali ini admin ingin memberikan informasi mengenai SOP Pemasangan Infus , sebelumnya
sudah ada yang tau bagaimana SOP Pemasangan Infus ? Baiklah jika belum, admin akan berbagi
sedikit informasi tersebut. Sebelum kita berbicara lebih jauh mengenai SOP Pemasangan Infus ,
mari kita mulai dengan membahas dari pengertiannya.

A. Pengertian
Pemasangan Infus merupakan pemberian sejumlah cairan ke dalam tubuh lewat sebuah jarum ke
dalam pembuluh darah intra vena (pembuluh balik) untuk dapat menggantikan cairan atau zat-zat
makanan dari tubuh

B. Tujuan pemasangan infus


1. Mempertahankan dan mengganti cairan tubuh yg didalamnya mengandung air, vitamin,
elektrolit,lemak, protein ,& kalori yg tidak mampu untuk dapat dipertahankan secara
adekuat melalui oral
2. Agar dapat memperbaiki keseimbangan asam basa
3. Memperbaiki volume komponen-komponen darah Memberikan jalan/jalur masuk
dalam pemberian obat-obatan kedalam tubuh
4. Memonitor tekanan darah Intra Vena Central (CVP)
5. Memberikan nutrisi pada saat sistem pencernaan untuk di istirahatkan.

C. Indikasi pemasangan infus

1. Kondisi emergency (misalnya ketika tindakan RJP), yg memungkinkan untuk pemberian


obat secara langsung ke dalam pembuluh darah Intra Vena
2. Untuk dapat memberikan respon yg cepat terhadap pemberian obat (seperti furosemid,
digoxin)
3. Pasien yg mendapat terapi obat dalam jumlah dosis besar secara terus-menerus melalui
pembuluh darah Intra vena
4. Pasien yg membutuhkan pencegahan gangguan cairan & elektrolit
5. Untuk menurunkan ketidaknyamanan pasien dengan mengurangi kepentingan dgn injeksi
intramuskuler.
6. Pasien yg mendapatkan tranfusi darah
7. Upaya profilaksis (tindakan pencegahan) sebelum prosedur (contohnya pada operasi
besar dengan risiko perdarahan, dipasang jalur infus intravena untuk persiapan
seandainya berlangsung syok, juga untuk memudahkan pemberian obat)
8. Upaya profilaksis pada pasien-pasien yg tidak stabil, contohnya syok (meneror nyawa) &
risiko dehidrasi (kekurangan cairan) , sebelum pembuluh darah kolaps (tak teraba), maka
tak mampu dipasang pemasangan infus.

»» Lihat SOP Pemasangan EKG

D. Kontraindikasi

1. Inflamasi (bengkak, nyeri, demam) & infeksi di area pemasangan infus.


2. Daerah lengan bawah pada pasien gagal ginjal, lantaran lokasi ini dapat digunakan untuk
pemasangan fistula arteri-vena (A-V shunt) pada tindakan hemodialisis (cuci darah).
3. Obat-obatan yg berpotensi iritan pada pembuluh vena kecil yg aliran darahnya lambat
(contohnya pembuluh vena di tungkai & kaki).

E. Persiapan Alat

1. Standar infuse
2. Set infuse
3. Cairan sesuai program medic
4. Jarum infuse dengan ukuran yg tepat
5. Pengalas
6. Torniket
7. Kapas alcohol
8. Plester
9. Gunting Kasa steril
10. Betadin
11. Sarung tangan

»» Lihat Jenis jenis Cairan Infus

F. Prosedur Kerja :

1. Jelaskan prosedur yg akan dilakukan Pemasangan infus | dok. Aristianto


2. Cuci tangan
3. Hubungkan cairan & infus set dgn memasukkan ke bagian karet atau akses selang ke
botol infuse
4. Isi cairan ke dalam set infus dgn menekan ruang tetesan sampai terisi sebagian & buka
klem slang sampai cairan memenuhi selang & udara selang ke luar
5. Letakkan pangalas dibawah lokasi ( vena ) yg akan dilakukan penginfusan
6. Lakukan pembendungan dengan tornikut (karet pembendung) 10 sampai 12 cm di atas
tempat penusukan & anjurkan pasien untuk menggenggam dengan gerakan sirkular (
apabila sadar )
7. Gunakan sarung tangan steril
8. Disinfeksi daerah yg akan ditusuk dengan kapas alcohol
9. Lakukan penusukan pada pembuluh intra vena dengan meletakkan ibu jari di bagian
bawah vena da posisi jarum ( abocath ) mengarah ke atas
10. Perhatikan adanya keluar darah melalui jarum ( abocath / surflo ) maka tarik ke luar
bagian dalam ( jarum ) sambil melanjutkan tusukan ke dalam vena
11. Setelah jarum infus bagian dalam dilepaskan atau dikeluarkan, tahan bagian atas vena
dengan melakukan tekanan menggunakan jari tangan agar darah tidak ke luar. Seterusnya
bagian infus dihubungkan atau disambungkan dengan slang infuse
12. Buka pengatur tetesan & atur kecepatan sesuai dengan dosis yg diberikan
13. Jalankan fiksasi dengan kasa steril
14. Tuliskan tanggal & waktu pemasangan infus serta catat ukuran jarum
15. Lepaskan sarung tangan & cuci tangan

»» Lihat SOP Pemasangan Kateter

G. Dokumentasi Pendokumentasian keperawatan mesti jelas :

1. waktu pemasangan
2. type cairan
3. Tempat insersi (melalui IV)
4. Kecepatan aliran (tetesan/menit)
5. Respon klien sesudah dilakukan tindakan pemasangan infuse

You might also like