Professional Documents
Culture Documents
PEMBAHASAN
Penyakit Ispa
ISPA merupakan singkatan dari Infeksi Saluran Pernafasan Akut, istilah ini diadaptasi dari istilah dalam
bahasa Inggris Acute Respiratory Infections (ARI). Penyakit infeksi akut yang menyerang salah satu bagian
dan atau lebih dari saluran nafas mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah)
termasuk jaringan adneksanya seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura. Penyakit ISPA merupakan
penyakit yang sering terjadi pada anak, karena sistem pertahanan tubuh anak masih rendah. Kejadian
psenyakit batuk pilek pada balita di Indonesia diperkirakan 3 sampai 6 kali per tahun, yang berarti
seorang balita rata-rata mendapat serangan batuk pilek sebanyak 3 sampai 6 kali setahun. Istilah ISPA
meliputi tiga unsur yakni infeksi, saluran pernafasan dan akut,
1. Infeksi
Adalah masuknya kuman atau mikroorganisme ke dalam tubuh manusia dan berkembang biak sehingga
menimbulkan gejala penyakit.
2. Saluran pernafasan
Adalah organ mulai dari hidung hingga alveoli beserta organ adneksanya seperti sinus-sinus, rongga
telinga tengah dan pleura.
3. Infeksi Akut
Adalah Infeksi yang langsung sampai dengan 14 hari. batas 14 hari diambil untuk menunjukkan proses
akut meskipun untuk beberapa penyakit yang dapat digolongkan dalam ISPA proses ini dapat
berlangsung lebih dari 14 hari.
ISPA secara anatomis mencakup saluran pernafasan bagian atas, saluran pernafasan bagian bawah
(termasuk jaringan paru – paru) dan organ adneksa saluran pernafasan. dengan batasan ini, jaringan
paru termasuk dalam saluran pernafasan (respiratory tract). Sebagian besar dari infeksi saluran
pernafasan hanya bersifat ringan seperti batuk pilek dan tidak memerlukan pengobatan dengan
antibiotik, namun demikian anak akan menderita pneumoni bila infeksi paru ini tidak diobati dengan
antibiotik dapat mengakibat kematian. Program Pemberantasan Penyakit (P2) ISPA membagi penyakit
ISPA dalam 2 golongan yaitu :
Saluran pernafasan dari hidung sampai bronkhus dilapisi oleh membran mukosa bersilia, udara yang
masuk melalui rongga hidung disaring, dihangatkan dan dilembabkan. Partikel debu yang kasar dapat
disaring oleh rambut yang terdapat dalam hidung, sedangkan partikel debu yang halus akan terjerat
dalam lapisan mukosa. Gerakan silia mendorong lapisan mukosa ke posterior ke rongga hidung dan ke
arah superior menuju faring.
Secara umum efek pencemaran udara terhadap saluran pernafasan dapat menyebabkan pergerakan silia
hidung menjadi lambat dan kaku bahkan dapat berhenti sehingga tidak dapat membersihkan saluran
pernafasan akibat iritasi oleh bahan pencemar. Produksi lendir akan meningkat sehingga menyebabkan
penyempitan saluran pernafasan dan rusaknya sel pembunuh bakteri di saluran pernafasan. Akibat dari
hal tersebut akan menyebabkan kesulitan bernafas sehingga benda asing tertarik dan bakteri lain tidak
dapat dikeluarkan dari saluran pernafasan, hal ini akan memudahkan terjadinya infeksi saluran
pernafasan.
Menurut WHO, sekresi lendir atau gejala pilek terjadi juga pada penyakit common cold disebabkan
karena infeksi kelompok virus jenis rhinovirus dan atau coronavirus. Penyakit ini dapat disertai demam
pada anak selama beberapa jam sampai tiga hari. Sedangkan pencemaran udara diduga menjadi
pencetus infeksi virus pada saluran nafas bagian atas. ISPA dapat ditularkan melalui air ludah, darah,
bersin, udara pernafasan yang mengandung kuman yang terhirup oleh orang sehat kesaluran
pernafasannya.
Klasifikasi
WHO ( 1986) telah merekomendasikan pembagian ISPA menurut derajat keparahannya. Pembagian ini
dibuat berdasarkan gejala-gejala klinis yang timbul dan telah ditetapkan dalam lokakarya Nasional II ISPA
tahun 1988. Adapun pembagiannya sebagai berikut :
1. ISPA ringan
a. Batuk.
2. ISPA sedang
Meliputi gejala ISPA ringan ditambah satu atau lebih gejala berikut :
a. Pernapasan cepat.
1) Umur <>
2) Umur 1-4 tahun : 40 kali/menit atau lebih.
b. Wheezing(nafas menciut-ciut).
3. ISPA berat
Meliputi gejala sedang atau ringan ditambah satu atau lebih gejala berikut :
b. Kesadaran menurun.
Menurut Depkes RI (1991), Pembagian ISPA berdasarkan atas umur dan tanda-tanda klinis yang didapat
yaitu :
Untuk anak dalam berbagai golongan umur ini ISP diklasifikasikan menjadi 3 yaitu :
a) Pneumonia berat
Tanda utama :
• Adanya tanda bahaya yaitu tidak bisa minum, kejang, kesdaran menurun, stridor, serta gizi buruk.
• Adanya tarikan dinding dada kebelakang. Hal ini terjadi bilaparu-paru menjadi kaku dan mengakibatkan
perlunya tenaga untuk menarik nafas.
- Suara rintihan.
- Sianosis (pucat).
c) Bukan pneumonia
Tana utama :
a) Pneumonia berat
Tana utama :
• Adanya tanda bahaya yaitu kurang bisa minum, kejang, kesadaran menurun, stridor, wheezing, demm
atau dingin.
b) Bukan pneumonia
Tanda utama :
Etiologi
Etiologi ISPA lebih dari 300 jenis bakteri, virus, dan jamur. Mayoritas penyebab ISPA adalah virus dengan
frekuensi lebih dari 90% untuk ISPA bagian atas, sedangkan ISPA untuk bagian bawah frekuensinya lebih
kecil (WHO, 1995). Dalam Harrison’s Principle of Internal Medicine di sebutkan bahwa penyakit infeksi
saluran nafas akut bagian atas mulai dari hidung, nasofaring, sinus paranasalis sampai dengan laring
hampir 90% disebabkan oleh viral, sedangkan infeksi akut saluran nafas bagian bawah hamper 50 %
diakibatkan oleh bakteri streptococcus pneumonia adalah yang bertanggung jawab untuk kurang lebih
70-90%, sedangkan stafilococcus aureus dan H influenza sekitar 10-20%. Saat ini telah diketahui bahwa
infeksi saluran pernapasan akut ini melibatkan lebih dari 300 tipe antigen dari bakteri maupun virus
tersebut (WHO, 1995)
Beberapa faktor lain yang diperkirakan berkontribusi terhadap kejadian ISPA pada anak adalah
rendahnya asupan antioksidan, status gizi kurang, dan buruknya sanitasi lingkungan.
1. Tahap prepatogenesis : penyuebab telah ada tetapi belum menunjukkan reaksi apa-apa.
2. Tahap inkubasi : virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa. Tubuh menjadi lemah apalagi bila
keadaan gizi dan daya tahan sebelumnya rendah.
3. Tahap dini penyakit : dimulai dari munculnya gejala penyakit,timbul gejala demam dan batuk.
4. Tahap lanjut penyaklit,dibagi menjadi empat yaitu dapat sembuh sempurna,sembuh dengan
atelektasis,menjadi kronos dan meninggal akibat pneumonia.
Penyebaran Penyakit
1. Melalui areosol (partikel halus) yang lembut, terutama oleh karena batuk-batuk.
2. Melalui areosol yang lebih berat, terjadi pada waktu batuk-batuk dan bersin.
3. Melalui kontak langsung atau tidak langsung dari benda-benda yang telah dicemari oleh jasad renik.
Faktor Risiko
1. Usia
Anak yang usianya lebih muda, kemungkinan untuk menderita atau terkena penyakit ISPA lebih besar
bila dibandingkan dengan anak yang usianya lebih tua karena daya tahan tubuhnya lebih rendah.
2. Status Imunisasi
Annak dengan status imunisasi yang lengkap, daya tahan tubuhnya lebih baik dibandingkan dengan anak
yang status imunisasinya tidak lengkap.
3. Lingkungan
Lingkungan yang udaranya tidak baik, seperti polusi udara di kota-kota besar dan asap rokok dapat
menyebabkan timbulnya penyakit ISPA pada anak.
Penatalaksanaan
1. Suportif :
• Meningkatkan daya tahan tubuh berupa nutrisi yang adekuat, pemberian multivitamin, dll.
2. Antibiotik :
• Menurut WHO :
Pencegahan
Hal-hal yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya penyakit ISPA pada anak antara lain :
1. Mengusahakan agar anak memperoleh gizi yang baik, diantaranya dengan cara memberikan makanan
kepada anak yang mengandung cukup gizi.
2. Memberikan imunisasi yang lengkap kepada anak agar daya tahan tubuh terhadap penyakit baik.
4. Mencegah anak berhubungan dengan klien ISPA. Salah satu cara adalah memakai penutup hidung dan
mulut bila kontak langsung dengan anggota keluarga atau orang yang sedang menderita penyakit ISPA.