Professional Documents
Culture Documents
1 PENDAHULUAN
2.1 Apa itu pupuk organik dan bagaimana keterkaitannya dengan gulma ?
Pupuk organik adalah pupuk yang tersusun dari materi makhluk hidup,
seperti pelapukan sisa -sisa tanaman, hewan, dan manusia. Pupuk organik dapat
berbentuk padat atau cair yang digunakan untuk memperbaiki sifat fisik, kimia,
dan biologi tanah. Pupuk organik mengandung banyak bahan organik daripada
kadar haranya. Sumber bahan organik dapat berupa kompos, pupuk hijau, pupuk
kandang, sisa panen (jerami, brangkasan, tongkol jagung, bagas tebu, dan sabut
kelapa), limbah ternak, limbah industri yang menggunakan bahan pertanian, dan
limbah kota (sampah).
Gulma pada mulanya merupakan tumbuhan pengganggu yang merugikan
karena mengganggu pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang
dibudidayakan. Sebagai contoh, gulma kirinyu yang tumbuh diantara tanaman
budidaya dapat mengakibatkan persaingan pengambilan air, unsur hara dan sinar
matahari. Akan tetapi, biomassa gulma bila dikelola dengan benar dan optimal
akan meningkatkan produktifitas lahan. Pertanian modern dengan masukan
bahan-bahan kimia yang tinggi secara terus-menerus menyebabkan penurunan
kualitas tanah. keadaan ini disebabkan karena berkurangnya bahan organik yang
berakibat pada pengerasan tanah, terjadinya kekahatan hara, rendahnya daya ikat
tanah terhadap air, rendahnya populasi dan aktifitas mikroba, tanah mengalami
kejenuhan dan secara umum pada rendahnya tingkat kesuburan dan produktifitas
tanah (Notohardiprawiro, 2006). Mengacu pada pengaruh negatif akan
peningkatan penggunaan pupuk anorganik maka penggunaan pupuk organik
diharapkan dapat mengurangi pengaruh negatif tersebut. Alternatif penggunaan
pupuk organik yang terdapat di sekitar lingkungan dapat membantu petani
menaikan keuntungan karena biaya produksi yang lebih rendah dan juga karena
ramah lingkungan. Penggunaan bahan organik dalam tanah dapat memperbaiki
sifat-sifat tanah (sifat fisik, kimia dan biologi) sehingga kesehatan dan kelestarian
tanah dapat terpelihara dengan baik untuk kegiatan pertanian yang berkelanjutan
(Sutanto, 2003).
2.2 Uraikan jenis-jenis gulma yang dapat dimanfaatkan sebagai pupuk
organik
Gulma merupakan tumbuhan yang tumbuh di suatu tempat dalam waktu
tertentu dan tidak dikehendaki oleh manusia. Banyak spesies gulma yang tumbuh
di lahan kering, sehingga untuk mengenal dan menentukan cara pengendaliannya
perlu diketahui sifat-sifat dan biologi gulma terutama cara berkembang biak.
Disamping itu juga penggolongan yang mencirikan berbagai sifat
karakteristiknya. Assosiasi jenis gulma tertentu dengan tanaman pokok dan
habitat, perannya terhadap tanaman budidaya serta penggolongan yang dikaitkan
dengan responnya terhadap cara pengendalian Gulma tidak dikehendaki karena
bersaing dengan tanaman yang dibudidayakan dan dibutuhkan biaya pengendalian
yang cukup besar yaitu sekitar 25-30% dari biaya produksi (Soerjani et al. 1996).
Gulma pada mulanya merupakan tumbuhan pengganggu yang merugikan
karena mengganggu pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang
dibudidayakan. Salah satu gulma yang dapat digunakan adalah ki runyuh atau
semak bunga putih (Chromolaena odorata) dimana kehadirannya tidak
dikehendaki dalam suatu areal tertentu karena dianggap mengganggu tanaman
pertanian maupun rumput yang merupakan pakan ternak sehingga terus
diupayakan pemusnahannya. Karena sifat merugikan tersebut, maka di mana pun
gulma tumbuh selalu dicabut, disiang, dan bahkan dibakar. Sebenarnya bila
dikelola dengan benar dan optimal, gulma akan memberikan manfaat dan
meningkatkan produktivitas lahan. Di samping itu, beberapa jenis gulma dapat
dimanfaatkan sebagai pupuk organik atau untuk membuat kompos dengan status
ketersediaan hara sedang sampai tinggi.
2.2.1 Kirinyu/Komba-komba
Ki rinyuh berasal dari Amerika Tengah, tetapi kini telah tersebar di daerah-
daerah tropis dan subtropis. Gulma ini dapat tumbuh baik pada berbagai jenis
tanah dan akan tumbuh lebih baik lagi apabila mendapat cahaya matahari yang
cukup (Vanderwoude et al. 2005). Kondisi yang ideal bagi gulma ini adalah
wilayah dengan curah hujan > 1000 mm/tahun (Binggeli, 1997). Dengan
demikian, gulma ini tumbuh dengan baik di tempat-tempat yang terbuka seperti
padang rumput, tanah terlantar dan pinggir-pinggir jalan yang tidak terawat.
Mc Fadyen dalam Wilson dan Widayanto (2004) memperkirakan bahwa
Ki rinyuh menyebar di kepulauan Indonesia sejak Perang Dunia II. Dengan
penyebaran itu kini Ki rinyuh dapat dijumpai di semua pulau-pulau besar di
Indonesia. Di lain pihak Sipayung et al. (1991) memperkirakan Ki rinyuh telah
ada di Indonesia sebelum tahun 1912. Ki rinyuh tidak hanya ditemukan di Pulau
Jawa, tetapi juga ditemukan di seluruh Indonesia seperti di Sumatera (Sipayung et
al., 1991), di Kalimantan (De Chenon et al., 2003), di Lombok, Sumbawa, Flores,
Timor (Wilson Dan Widayanto, 2004; De Chenon et al., 2003; Mcfayden, 2004),
Sulawesi dan Irian Jaya (Sipayung et al., 1991; Wilson dan Widayanto, 2004).
Gulma Ki Rinyuh atau Semak Bunga Putih (Chromolaena odorata)
Ki rinyuh (Sunda) atau dalam bahasa Inggris disebut siam weed
(Chromolaena odorata (L) R.M. King and H. Robinson) merupakan salah satu
gulma padang rumput yang penting di Indonesia, di samping saliara (Lantana
camara). Gulma ini diperkirakan sudah tersebar di Indonesia sejak tahun 1910-an
(Sipayung et al., 1991), namun keberadaannya kurang mendapat perhatian,
kecuali oleh kalangan perkebunan karet, karena selain merupakan gulma di
padang rumput, Ki rinyuh juga gulma yang sangat merugikan perkebunan karet
(Sipayung et al., 1991).
Prawiradiputra (2008), tanaman ini dianggap suatu gulma yang sangat
merugikan karena: (1) dapat mengurangi kapasitas tampung padang
penggembalaan, (2) dapat menyebabkan keracunan, bahkan mungkin sekali
kematian ternak, (3) menimbulkan persaingan dengan rumput pakan, sehingga
mengurangi produktivitas padang rumput, dan (4) dapat menimbulkan bahaya
kebakaran terutama pada musim kemarau.
Biomassa kirinyu memiliki kandungan hara N 2.65 %, P 0.53 % dan K 1.9
% sehingga dapat dimanfaatkan sebagai sumber bahan organik yang potensial
untuk perbaikan kesuburan tanah (Chandrasekar dan Gajanana, 1998). Hasil
kajian kandungan hara pada kirinyu oleh Nguru dan Gandut (2007) adalah: a)
pada batang kandungan N 1.00 %, P 0.23 %, K 1.73 %, Ca 0.37 %, Mg 0.18 %,
Na 0.01. b) pada daun N 5.89 %, P 0.74%, K 3.13%, Ca 3.30 %, Mg 0.83 %, Na
0.01 %. Dengan demikian pemanfaatan biomassa gulma kirinyu sangat potensial
untuk dikembangkan sebagai sumber pupuk organik dalam perbaikan Sifat Fisik
Tanah
3.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
Alleyne, E.H. and F.O. Morrison. 1978. The lettuce root aphid, Pemphigus
bursaries L. Homothera:Aphidoidae) in Cquebec Cananada. Ann. Soc. Ent.
Quebec. 22:171-180.
Ardi, 1999. Potensi Alelopati Akar Rimpang Alang- Alang (Imperata cylindrica
( L.) Beauv. Terhadap Mimosa pudica L. Stigma., 7(1):66-68.
Baron, J.J. and S.F. Gorske. 1981. Soil carbon dioxide level as affected by plastic
mulches. Proc. Natl. Agr. Plastic Congress. 16:149-155.
Decoteau, D.R., M.J. Kasperbauer, D.D. Daniels and P.G. Hunt. 1988. Plastic
mulch color effects on reflected light and tomato plant growth. Scientia Hortic.
34:169-175.
Decoteau, D.R., M.J. Kasperbauer and P.G. Hunt. 1989. Mulch surface color
affects yield of fresh tomato. J. Amer. Soc.Hort. Sci 114:216-219.
Meek. B.F., L.E. Graham., T.J. Donovan, and K.S. Mayberry. 1979. Phosphorus
avaibility in acalcareous soil after high loadinbg rates of animal manure. Soil Sci.,
Am. J. 43: p.741-743.
Soerjani, M., M. Soendaru dan C. Anwar. 1996. Present Status of Weed Problems
and Their Control in Indonesia. Biotrop. Special Publication. No.24.
Sutanto, 2003. Ekologi Gulma. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta
Buckman, H.O. dan N.C. Brady. 1982. Ilmu Tanah. Brata karya aksara. Jakarta
Djaja, Willyan. 2008. Langkah Jitu Membuat Kompos Dari Kotoran Ternak:
Agromedia Pustaka, Jakarta.
Merah (Capsicum anuum L.) Varietas Hot Beauty. SkripsiInstitut Pertanian Bogor
Soetasad, A. Adi. 2000. Budidaya Terung Lokal dan Terung Jepang. Penebar
Swadaya. Jakarta