You are on page 1of 21

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Tidak semua unsur yang ada di Alam terdapat dalam bentuk Oksida atau
Senyawa Murni. Ada juga membentuk Ikatan dengan Air Kristal. Hal ini tidak
diinginkan dalam industri karena akan membentukkan energi dan biaya lebih
besar lagi. Oleh karena itu, untuk menghilangkan Ikatan Air Kristal pada Senyawa
Karbonat dan Hidrat diadakan Proses Kalsinasi. Proses kalsinasi adalah Proses
dekomposisi senyawa karbonat dan hydrat. Contoh: MgCO3, CaCO3, MnCO3,
FeCO3, Mg(OH)2. Dalam praktikum kali ini diujikan reaksi kalsinasi untuk
senyawa karbonat batu kapur ( CaCO3 ). Selain karena banyak ditemukan dialam,
juga diperlukan dalam industri peleburan baja
Besi di alam ditemukan dalam bentuk senyawa hematit ( Fe2O3 ) dan magnetit
(Fe3O4). Selain berikatan dengan oksigen membentuk oksida besi, besi juga
tercampur dengan pengotor- pengotor seperti sulfur, posfor dan lain- lain.
Sewaktu dilebur pengotor - pengotor tersebut terpisah dari besi membentuk terak,
untuk mengikat dan menghasilkan terak diperlukan batu kapur ( CaCO3 ) selain
itu juga digunakan untuk menjaga kebasaan furnace.
Batu kapur tidak dapat langsung bereaksi dengan terak di furnace, sehingga
harus diubah menjadi oksida (CaO), dengan jalan di panggang. Di alam batu
kapur berikatan dengan air secara kimia (CaCO3. nH2O) sehingga harus
dihilangkan, karena selain tidak diperlukan juga memerlukan energi besar untuk
memisahkannya sehingga dalam proses peleburan besi memerlukan cost yang
lebih besar. Proses penghilangan air kristal tersebut dinamakan kalsinasi.

1.2 Tujuan percobaan


Tujuan dari percobaan ini adalah mempelajari pengaruh variasi temperatur dan
waktu pada reaksi kalsinasi.

Fakultas Teknik
1 Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
2

1.3 Batasan Masalah


Proses kalsinasi adalah proses dekomposisi senyawa karbonat dan hydrat.
Seperti MgCO3, CaCO3, MnCO3, FeCO3, Mg(OH)2. Dalam praktikum kali ini
diujikan reaksi kalsinasi untuk senya karbonat batu kapur (CaCO3). Selain karena
banyak ditemukan dialam, juga diperlukan dalam industri peleburan baja.

1.4. Sistematika Penulisan


Sistematika penulisan laporan ini terdiri dari enam bab. BAB I menjelaskan
mengenai latar belakang, tujuan percobaan, batasan masalah, sistematika
penulisan. BAB II menjelaskan mengenai tinjauan pustaka yang berisi mengenai
teori singkat dari percobaan yang dilakukan oleh praktikan. BAB III menjelaskan
mengenai metode penelitian yang praktikan lakukan. BAB IV menjelaskan
mengenai data percobaan, BAB V menjelaskan mengenai pembahasan yang
praktikan paparkan secara keseluruhan dengan sebaik-baiknya dan BAB VI
menjelaskan mengenai kesimpulan dari percobaan. Selain itu juga di akhir laporan
terdapat lampiran yang memuat contoh perhitungan, jawaban pertanyaan dan
tugas serta terdapat juga blangko percobaaan.

Fakultas Teknik
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Kalsinasi


Kalsinasi adalah proses penghilangan air, karbon dioksida atau gas lain yang
mempunyai ikatan kimia dengan bijih sehingga akan didapat produk yang
bernama kalsin (CaO). Kalsinasi adalah thermal treatment yang dilakukan
terhadap bijih dalam hal ini batu kapur agar terjadi dekomposisi dan juga untuk
mengeleminasi senyawa yang berikatan secara kimia dengan batu kapur yaitu
karbon dioksida dan air. Proses yang dilakukan adalah pemanggangan dengan
temperatur yang bervariasi bergantung dari jenis senyawa karbonat. Tetapi untuk
kalsium karbonat diperlukan suhu 900oC untuk melakukan dekomposisi hal ini
dikarenakan ikatan kimia yang cukup kuat pada air kristal.
Kalsinasi adalah proses yang endotermik, yaitu memerlukan panas hal ini
dapat dilihat dari nilai ΔHo yang postif. Panas diperlukan untuk melepas ikatan
kimia dari air kristal karena dengan panas maka ikatan kimia akan menjadi
renggang dan pada temperatur tertentu atom-atom yang berikatan akan bergerak
sangat bebas menyebabkan terputusnya ikatan kimia. Panas juga diperlukan untuk
mengoksidasi batu kapur menjadi oksidanya.
Reaksinya :

CaCO3 = CaO + CO2 ................................................................................. (1)

Panas mengalir secara konduksi ke seluruh bagian batu kapur. Laju kalsinasi
batu kapur memiliki persamaan dengan reaksi yang dikendalikan oleh difusi.
Dengan ukuran dan bentuk butiran yang sama, semakin tinggi temperatur semakin
cepat proses dekomposisi. Waktu yang diperlukan dalam proses kalsinasi
bergantung pada ukuran dan bentuk dari butiran batu kapur. Dengan temperatur

Fakultas Teknik
3 Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
4

yang sama semakin kecil ukuran semakin cepat proses kalsinasi, bentuk yang
bulat akan mempercepat proses kalsinasi.

2.2 Kinetika Reaksi Kalsinasi Batu Kapur


Batu kapur dipanaskan hingga mencapai 900oC. Energi panas yang dihasilkan
oleh furnace mngalir secara konduksi ke seluruh bagian permukaan batu kapur.
Panas tersebut cukup untuk menguraikan batu kapur menjadi oksidanya dan gas
karbon dioksida. Proses penguraian tersebut menyebabkan massa dari batu kapur
berkurang akibat kehilangan massa air dan karbondioksida. Panas tidak hanya
bergerak ke permukaan tetapi juga berdifusi ke dalam batu kapur.
Laju dari kalsinasi batu kapur sangat bergantung pada bentuk dan ukuran dari
butiran batu kapur serta temperatur dan lama pemanasan yang digunakan. Semaki
bulat bentuk butiran maka proses pemanasan akan semakin efektif karena panas
dapat berdifusi secara bebas dari segala sudut permukaan butir sehingga distribusi
panas merata dan reaksi kalsinasi dapat maksimal. Semakin tinggi suhu maka
waktu yang diperlukan untuk reaksi dekomposisi semakin cepat. Dalam
aplikasinya di industri, kalsinasi dilakukan dalam berbagai jenis furnace:
1. Untuk kuarsa, CaCO3 digunakan shaft furnace
2. Untuk lumps digunakan rotary kiln
3. Untuk material of uniform, dengan ukuran kecil digunakan fluidized bed.
Dalam furnace ada tiga zone pemanasan dalam kalsinasi yakni :
1. The preheating zone
Batu kapur dipanaskan sampai 800oC, belum terjadi reaksi kalsinasi.
2. The reaction zone
Batu kapur dipanaskan dengan suhu 900oC, temperatur efektif untuk proses
kalsinasi batu kapur. Dalam zone ini terjadi reaksi kalsinasi.
3. The cooling zone
Batu kapur yang dipanaskan, dalam zone ini didinginkan sampai suhu 100oC.

2.2 Termodinamika dari Kalsinasi


Secara termodinamika, reaksi kimia yang terjadi adalah sebagai berikut

Fakultas Teknik
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
5

GT  42,490  37,7T ....................................(2)


o
CaCO3 = CaO + CO2

Dari suatu padatan batu kapur (CaCO3) dihasilkan suatu padatan oksida kapur
bakar (CaO) dan gas karbondioksida. Dalam keadaan kesetimbangan didapatkan
suatu ketetapan kesetimbangan:

K=
CaOCO2  ......................................................................................(3)
CaCO3 
dimisalkan aktifitas dari padatan adalah satu ( a = 1). Maka persamaan menjadi,
K = CO2  , gas dinyatakan dalam bentuk tekanan
K= PCO , jadi tetapan kesetimbangan dari reaksi kalsinasi batu kapur adalah PCO .
2 2

Untuk menentukan apakah reaksi kalsinasi batu kapur dapat berlangsung


atau tidak dapat dilihat dari nilai ΔGo dari reaksi, jika nilainya adalah negatif
maka reaksi dapat berlangsung.

2.4 Kinetika Reaksi Kalsinasi Batu Kapur


Temperatur Pada saat proses kalsinasi, batu kapur dipanaskan hingga
mencapai 900oC. Energi panas yang dihasilkan oleh furnace mngalir secara
konduksi ke seluruh bagian permukaan batu kapur. Panas tersebut cukup untuk
menguraikan batu kapur menjadi oksidanya dan gas karbon dioksida. Proses
penguraian tersebut menyebabkan massa dari batu kapur berkurang.

Gambar 1. Zone Kalsinasi dalam Furnace dan Temperature Kalsinasi

Fakultas Teknik
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
6

Dalam furnace ada tiga zone pemanasan dalam kalsinasi :


1. The preheating zone
Batu kapur dipanaskan sampai 800oC, belum terjadi reaksi kalsinasi.
2. The reaction zone
Batu kapur dipanaskan dengan suhu 900oC, temperatur efektif untuk proses
kalsinasi batu kapur. Dalam zone ini terjadi reaksi kalsinasi.
3. The cooling zone
Batu kapur yang dipanskan, dalam zone ini didinginkan sampai suhu 100oC.
Proses kalsinasi banyak digunakan dalam industri, seperti pada industri semen
dan pembuatan serbuk nikel ferit.

Panas tidak hanya bergerak kepermukaan tetapi juga berdifusi kedalam batu
kapur. Laju dari kalsinasi batu kapur sangat bergantung pada bentuk dan ukuran
dari butiran batu kapur serta temperatur dan lama pemanasan yang digunakan.
Semakin bulat bentuk butiran maka proses pemanasan akan semakin efektif
karena panas dapat berdifusi secara bebas dari segala sudut permukaan butir
sehingga distribusi panas merata dan reaksi kalsinasi dapat maksimal. Semakin
tinggi suhu maka waktu yang diperlukan untuk reaksi dekomposisi semakin cepat.

Arah difusi

d= 2 cm

Gambar 2. Batu Kapur Bentuk Bola

Fakultas Teknik
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
7

Laju reaksi berdasarkan fraksi yang bereaksi :


Wo  W
R ...................................................................................................(4)
Wo

ro   r 3 
3


ro 
3
..............................................................................................(5)
r3
R  1 3
ro ......................................................................................................(6)

r  ro  1  R 3 ........................................................................................... (7)
1

Untuk memplot garis dalam grafik digunakan persamaan:

1  1  R 3 
1 2kC
t
ro  .............................................................. .........................(8)

Fakultas Teknik
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
8

BAB III
METODE PERCOBAAN

3.1 Diagram Alir Percobaan


Percobaan ini secara umum digambarkan dalam bentuk diagram alir
sehingga memudahkan pelaksanaan percobaan yang dilakukan seperti gambar 3.

Persiapkan 3 sampel Batu kapur

Penggerindaan batu kapur untuk membuat bentuk


bola, kubus, dan balok

Penimbangan sampel batu kapur yang sudah dibentuk


mengunkan
Sebelum Pemanasan

Proses Pemanasan di Muffle Furnace


selama 15 menit pada suhu 900oC

Pengeluaran sampel dan pendinginan, kemudian


penimbangan berat akhir sampel
Setelah Pemansan

Data Literatur
Pembahasan

Pembahasan

Kesimpulan

Gambar 3. Diagram Alir Percobaan

Fakultas Teknik
8 Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
9

3.2 Alat dan Bahan


3.2.1 Alat yang digunakan
1. Muffle Furnace
2. Neraca Teknis
3. Penjepit
4. Mesin Grinda
5. Sarung Tangan
6. Stopwatch
7. Jangka Sorong
8. Crucible Baja (tempat sampel untuk kalsinasi)
3.2.2 Bahan yang digunakan
1. Batu kapur 3 buah

3.3 Prosedur Percobaan


1. Mempersiapkan 3 buah batu kapur yang akan digunakan.
2. Membentuk batu kapur tersebut menjadi bentuk kubus, bola, dan balok
3. Menimbang berat dan ukuran batu kapur.
4. Memanaskan batu kapur pada 900o selama 15 menit.
5. Setelah dilakukan pemanasan, mengeluarkan sampel batu kapur
dengan penjepit dan mendinginkan batu kapur tersebut kemudian
ditimbang kembali.
6. Melakukan pengamatan dan pembahasan data hasil berat dan ukuran
batu kapur tersebut.
7. Membuat kesimpulan.

Fakultas Teknik
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
10

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Percobaan


Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, diperoleh data percobaan
yang ditunjukkan dalam tabel 1.

Tabel 1. Hasil Kalsinasi Batu Kapur pada Temperatur 900OC selama 15 menit.

Berat (Gram)
Sampel PCO2
Sebelum Pemanasan Setelah Pemanasan
Bola

16,5 15 1,044

Kubus

30 29 1,044

Balok

10,5 9,5 1,044

4.2 Pembahasan
Dari ketiga data di atas, dapat dilihat bahwa terjadi kehilangan berat sampel
beberapa gram, itu dikarenakan senyawa air kristal dan karbondioksida yang
berikatan dengan kapur mengalami pemisahan dengan senyawa kapur.
Dalam kinetika reaksi kalsinasi dijelaskan bahwa, kalsinasi bergantung pada
ukuran, bentuk butiran batu kapur, waktu pemanasan dan temperatur pemanasan.
Panas yang dihasilkan oleh furnace mengalir secara konduksi ke seluruh
permukaan batu kapur, panas tersebut mempengaruhi ikatan atom-atom air kristal
yang berikatan dengan CaCO3. Semakin bulat bentuk butiran maka proses

Fakultas Teknik
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
10
11

pemanasan akan semakin efektif karena panas dapat berdifusi secara bebas dari
segala sudut permukaan butir sehingga distribusi panas merata dan reaksi
kalsinasi dapat maksimal. Semakin tinggi suhu maka waktu yang diperlukan
untuk reaksi dekomposisi semakin cepat.
Dengan adanya panas maka ikatan antar molekul dan senyawa menjadi
renggang akibat atom-atom yang menjadi aktif bergerak, ikatan kimia air kristal
batu kapur akan terlepas pada saat temperatur mencapai kritisnya. Menurut aspek
termodinamikanya, nilai PCO2 hanya bergantung pada variabel temperatur dan
berbanding lurus. Dengan bentuk butiran yang sama, semakin tinggi temperatur
semakin cepat proses dekomposisi. Semakin tinggi suhu maka waktu yang
diperlukan untuk reaksi dekomposisi semakin cepat.
Setelah ketiga sample tersebut selesai didinginkan dari muffle furnace
kemudian ditimbang dan dibandingkan selisih berat sample sebelum dan sesudah
pemanasan. Hal terakhir yang harus diamati yaitu ketiga sample tersebut dibelah
dengan menggunakan palu, kemudian terlihat butir – butir kristal yang
terperangkap di dalam sample tersebut.

Fakultas Teknik
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
12

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Setelah melakukan praktikum Kalsinasi di Laboratorium Metalurgi I didapat
kesimpulan sebagai berikut :
1. Sampel berbentuk bola lebih mudah bereaksi dibandingkan dengan sampel
berbentuk kubus atau prisma, hal ini ditunjukkan dengan nilai fraksi yang
bereaksi pada sampel bentuk bola memiliki nilai yang paling tinggi, dengan
catatan bahwa temperatur dan waktu proses kalsinasi dibuat sama untuk
semua jenis bentuk sampel.
2. Perbandingan pengurangan berat sampel terhadap berat awal memiliki nilai
paling besar pada sampel bentuk bola yaitu sebesar sehingga dapat dikatakan
bentuk bola lebih mudah bereaksi dibandingkan sampel dengan bentuk kubus
ataupun balok.

5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan untuk praktikum kalsinasi pada kesempatan
selanjutnya, yaitu membuat bentuk sampel batu kapur dengan benar sehingga
ukuran geometrinya dapat diukur dengan teliti dan menggunakan variasi waktu
agar praktikan dapat mengetahui pengaruhnya terhadap kehilangan berat setelah
proses kalsinasi. Untuk lebih memahami pemahaman tentang kalsinasi, maka
dapat juga dilakukan praktikum kalsinasi dengan jenis sampel yang berbeda,
selain batu kapur untuk menghilangkan kandungan karbonat, misalnya dengan
menggunakan sampel yang mengandung air kristal (hidrat) sehingga dapat
diketahui sampel jenis apa yang lebih cepat bereaksi dengan proses kalsinasi
dengan waktu dan temperatur tertentu.

Fakultas Teknik
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
12
13

DAFTAR PUSTAKA

Gilchrist, J.D. “ Extraction Metallurgy “, The University of Newcastle, Upon


Tyne, England, 1999.
Rosenquist, Terkel. Principles of Extractive Metallurgy. Tokyo. Mc.Graww-Hill
Kogukusha. 1974.
Setiawan, Wawan. Diktat Perkuliahan Pengolahan Mineral. FT UNTIRTA.
Cilegon. 2011.
http://id.wordpress.com/tag/artikel-tambang/

Fakultas Teknik
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
13
14

LAMPIRAN

Fakultas Teknik
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
14
15

Lampiran 1. Contoh Perhitungan

Bentuk bola,
Wo = Berat CaCO3 = 16,5 g
W = Berat CaO = 15 g

Wo  W
R
Wo
R = 0,09

Jadi fraksi CaCO3 yang bereaksi adalah 0,09

Lampiran 2. Jawaban Pertanyaan dan Tugas


1. Hitung berat CaO yang terjadi ?
Jawab :
Sampel 1 (Bentuk Bola)
Wo = Berat CaCO3 = 16,5 g
W = Berat CaO = 15 g

Wo  W
R
Wo
R = 0,09

Sampel 2 (Bentuk Kubus)


Wo = Berat CaCO3 = 30 g
W = Berat CaO = 29 g

Wo  W
R
Wo
R = 0,03

Sampel 3 (Bentuk Prisma Segitiga)


Wo = Berat CaCO3 = 10,5 g
W = Berat CaO = 9,5 g

Wo  W
R
Wo
R = 0,095

2. Hitung PCO2 proses ?


Jawab :

Fakultas Teknik
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
16

T = 900oC = 1173K
GTo  40.250  34,4T Kal mol

GTo  40.250  34,4(1173) Kal mol

GTo  101,2 Kal mol

  G o 
PCO2  exp  
 RT 
 101,2 
PCO2  exp   PCO2  1.045atm
 (1,987 )(1173) 
3. Plot PCO2 terhadap temperatur?
Jawab :
Tabel 2. Data Plot Temperatur terhadap PCO2
Temperatur (oC) PCO2
900 1,044
900 1,044
900 1,044

1000
900
800
Temperature oC

700
600
500
400
300
200
100
0
SAMPLE 1 SAMPLE 2 SAMPLE 3

PCO2

Gambar 5. Hubungan antara Temperatur Kalsinasi terhadap PCO2

Fakultas Teknik
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
17

4. Buat kesimpulan dari pengamatan saudara?


Jawab :

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan


bahwa Berat awal batu kapur (CaCO3) baik dalam bentuk bulat dan CaCO3
tadi berubah menjadi CaO (oksida kapur), hal itu menandakan ada sesuatu
yang hilang pada batu kapur tersebut, yaitu ikatan kristal air dan gas-gas
terutama karbondioksida (CO2). Bentuk benda berpengaruh terhadap laju
reaksi yang terjadi, seperti pada bentuk bulat lebih cepat bereaksi karena
memiliki pori – pori yang terbuka lebih banyak dibandingkan bentuk yang
lainnya

Fakultas Teknik
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
18

Lampiran 3. Gambar Alat dan Bahan

Gambar 6. Muffle Furnace Gambar 7. Batu Kapur

Gambar 8. Mesin Gerinda Gambar 9. Jangka Sorong

Gambar 10. Sarung Tangan Gambar 11. Neraca Teknis

Fakultas Teknik
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
19

Lampiran 4 Tugas Khusus


Soal :
1. Jelaskan proses kalsinasi secara kinetika dan secara termodinamika !
2. Sebutkan dan jelaskan 4 proses pra olahan !
3. Jelaskan kegunaan proses kalsinasi di dunia industri !
Jawab :
1. Secara Kinetika :
Temperatur Pada saat proses kalsinasi, batu kapur dipanaskan hingga
mencapai 900oC. Energi panas yang dihasilkan oleh furnace mngalir
secara konduksi ke seluruh bagian permukaan batu kapur. Panas tersebut
cukup untuk menguraikan batu kapur menjadi oksidanya dan gas karbon
dioksida. Proses penguraian tersebut menyebabkan massa dari batu kapur
berkurang.
Dalam furnace ada tiga zone pemanasan dalam kalsinasi :
a. The preheating zone
Batu kapur dipanaskan sampai 800oC, belum terjadi reaksi kalsinasi.
b. The reaction zone
Batu kapur dipanaskan dengan suhu 900oC, temperatur efektif untuk
proses kalsinasi batu kapur. Dalam zone ini terjadi reaksi kalsinasi.
c. The cooling zone
Batu kapur yang dipanskan, dalam zone ini didinginkan sampai suhu
100oC. Proses kalsinasi banyak digunakan dalam industri, seperti pada
industri semen dan pembuatan serbuk nikel ferit.
Secara Termodinamika :

K=
CaOCO2  ,dimisalkan aktifitas dari padatan adalah satu ( a = 1).
CaCO3 
Maka persamaan menjadi :
K = CO2  , gas dinyatakan dalam bentuk tekanan
K= PCO , jadi tetapan kesetimbangan dari reaksi kalsinasi batu kapur
2

adalah PCO . 2

Fakultas Teknik
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
20

Untuk menentukan apakah reaksi kalsinasi batu kapur dapat berlangsung


atau tidak dapat dilihat dari nilai ΔGo dari reaksi, jika nilainya adalah
negatif maka reaksi dapat berlangsung.
2. A. Aglomerasi
Proses penyatuan atau perekatan bijih menjadi bentuk bola – bola
pejal yang di rekatkan oleh biender kemudian dimasukan ke mesin
aglomerasi dengan sudut kemiringan tertentu.
B. Drying
Proses pemindahan panas kelembapan cairan dari material.
Pengeringan biasanya sering terjadi oleh kontak padatan lembap
denganpembakaran gas yang panas oleh pembakaran bahan bakar
fosil. Pada beberapa kasus, panas pada pengeringan bisa disediakan
oleh udara panas gas yang secara tidak langsung memanaskan.
Biasanya suhu pengeringan di atur pada nilai diatas titik didih air
sekitar 120ºC.pada kasus tertentu, seperti pengeringan air garam yang
dapat larut, suhu pengeringan yang lebih tinggi diperlukan.

C. Kalsinasi
Kalsinasi adalah proses penghilangan air, karbon dioksida atau gas
lain yang mempunyai ikatan kimia dengan bijih sehingga akan didapat
produk yang bernama kalsin (CaO). Kalsinasi adalah thermal
treatment yang dilakukan terhadap bijih dalam hal ini batu kapur agar
terjadi dekomposisi dan juga untuk mengeleminasi senyawa yang
berikatan secara kimia dengan batu kapur yaitu karbon dioksida dan
air.
D. Roasting
Pemanasan dengan kelebihan udara dimana udara dihembuskan
pada bijih yang dipanaskan disertai penambahan regen kimia dan
pemanasan ini tidak mencapai titik leleh (didih).
Kegunaan Roasting adalah :

Fakultas Teknik
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
21

- Mengeluarkan sulfur, Arsen, Antimon dari persenyawaannya


- Merubah mineral sulfida menjadi oksida dan sulfur
- Menguapkan impurity yang foltair

3. Tidak semua unsur yang ada di Alam terdapat dalam bentuk Oksida atau
Senyawa Murni. Ada juga membentuk Ikatan dengan Air Kristal. Hal ini
tidak diinginkan dalam industri karena akan membentukkan energi dan
biaya lebih besar lagi.Oleh karena itu, untuk menghilangkan Ikatan Air
Kristal pada Senyawa Karbonat dan Hidrat diadakan Proses Kalsinasi.
Contoh: MgCO3, CaCO3, MnCO3, FeCO3, Mg(OH)2.

Fakultas Teknik
Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

You might also like