You are on page 1of 16

PROSEDUR KAMAR BEDAH

DAN BANGSAL BEDAH MULUT

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 2 :

Velly Marzia (04071004023) Nuzul Izzati Fath (04081004025)

Yulyananda Firasti (04081004004) M. Haikal (04081004031)

A. Juliansyah (04081004007) Rifemi Gusyanti (04081004031)

Paramitha Ruwana (04081004009) Aulia Chandra Dahana (04081004042)

Ratna Sartika (04081004012) Annisa Amalia (04081004043)

Nessia Aidila Putri (04081004013) Dania Pebriana (04081004047)

Apriyanto (04081004056)

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN GIGI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2011
BAB I
PENDAHULUAN

Banyak prosedur bedah mulut yang bisa dilakukan dengan aman di tempat
praktek dokter gigi, beberapa prosedur dan beberapa pasien tertentu membutuhkan
penanganan di rumah sakit, baik untuk pembedahan itu sendiri maupun untuk
keselamatan penderita. Pembedahan yang harus dilakukan di rumah sakit adalah
pembedahan yang membutuhkan kondisi asepsis yang sangat tinggi atau prosedur
pembedahan yang membutuhkan pemberian antibiotic secara intravena, misalnya graft
tulang dan kulit, penanganan infeksi parah, dan kasus-kasus yang membutuhkan anestesi
umum dalam jangka waktu lama. Pasien yang mengalami gangguan kesehatan mungkin
membutuhkan penanganan di rumah sakit, untuk prosedur yang relatif minor. Keputusan
untuk merawatinapkan pasien didasarkan atas penilaian perorangan, dan biasanya
dilakukan bersama dengan dokter umum yang merawat pasien tersebut.
Penatalaksanaan bedah mulut yang harus dilakukan pada kamar operasi menuntut
praktisi kedokteran gigi mengetahui prosedur di kamar operasi terutama di bangsal bedah
mulut yang dapat menunjang keberhasilan penatalaksaan bedah mulut yang dilakukan
oleh dokter gigi.
BAB II

PEMBAHASAN

1. Prosedur Kamar Operasi


A. PENGERTIAN
Kamar operasi adalah suatu unit khusus di rumah sakit, tempat untuk
melakukan tindakan pembedahan, baik elektif maupun akut, yang
membutuhkan keadaan suci hama (steril).1

B. BAGIAN KAMAR OPERASI


Secara umum lingkungan kamar operasi terdiri dari 3 area.
a. Area bebas terbatas (unrestricted area)
Pada area ini petugas dan pasien tidak perlu menggunakan pakaian khusus
kamar operasi.
b. Area semi ketat (semi restricted area)
Pada area ini petugas wajib mengenakan pakaian khusus kamar operasi yang
terdiri atas topi, masker, baju dan celana operasi.
c. Area ketat/terbatas (restricted area).
Pada area ini petugas wajib mengenakan pakaian khusus kamar operasi
lengkap dan melaksanakan prosedur aseptic.
Pada area ini petugas wajib mengenakan pakaian khusus kamar operasi
lengkap yaitu : topi, masker, baju dan celana operasi serta melaksanakan
prosedur aseptic.

C. ALUR PASIEN, PETUGAS DAN PERALATAN


1. Alur Pasien
a. Pintu masuk pasien pre dan pasca bedah berbeda.
b. Pintu masuk pasien dan petugas berbeda.

2. Alur Petugas

Pintu masuk dan keluar petugas melalui satu pintu.


3. Alur Peralatan
Pintu keluar masuknya peralatan bersih dan kotor berbeda.

D. PERSYARATAN
Kamar operasi yang baik harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
1. Letak
Letak kamar operasi berada ditengah-tengah rumah sakit berdekatan
dengan unit gawat darurat (IRD), ICU dan unit radiology.
2. Bentuk dan Ukuran
a. Bentuk
1) Kamar operasi tidak bersudut tajam, lantai, dinding, langit-langit
berbentuk lengkung, warna tidak mencolok.
2) Lantai dan dinding harus terbuat dari bahan yang rata, kedap air,
mudah dibersihkan dan menampung debu.
b. Ukuran kamar operasi
1) Minimal 5,6 m x 5,6 m (=29,1 m2)
2) Khusus/besar 7,2 m x 7,8 (=56 m2)
3. Sistem Ventilasi
a. Ventilasi kamar operasi harus dapat diatur dengan alat control dan
penyaringan udara dengan menggunaKan filter. Idealnya menggunakan
sentral AC.
b. Pertukaran dan sirkulasi udara harus berbeda.
4. Suhu dan Kelembaban.
a. Suhu ruangan antara 190 – 220 C.
b. Kelembaban 55 %
5. Sistem Penerangan
a. Lampu Operasi
Menggunakan lampu khusus, sehingga tidak menimbulkan panas, cahaya
terang, tidak menyilaukan dan arah sinar mudah diatur posisinya.
b. Lampu Penerangan
Menggunakan lampu pijar putih dan mudah dibersihkan.
6. Peralatan
a. Semua peralatan yang ada di dalam kamar operasi harus beroda dan
mudah dibersihkan.
b. Untuk alat elektrik, petunjuk penggunaaanya harus menempel pada
alat tersebut agar mudah dibaca.
c. Sistem pelistrikan dijamin aman dan dilengkapi dengan elektroda
untuk memusatkan arus listrik mencegah bahaya gas anestesi.
7. Sistem Instalasi Gas Medis
Pipa (out let) dan konektor N2O dan oksigen, dibedakan warnanya, dan
dijamin tidak bocor serta dilengkapi dengan system pembuangan/penghisap
udara untuk mencegah penimbunan gas anestesi.
8. Pintu
a. Pintu masuk dan keluar pasien harus berbeda.
b. Pintu masuk dan keluar petugas tersendiri
c. Setiap pintu menggunakan door closer (bila memungkinkan)
d. Setiap pintu diberi kaca pengintai untuk melihat kegiatan kamar tanpa
membuka pintu.
9. Pembagian Area
a. Ada batas tegas antara area bebas terbatas, semi ketat dan area ketat.
b. Ada ruangan persiapan untuk serah terima pasien dari perawat
ruangan kepada perawat kamar operasi.
10. Air Bersih
Air bersih harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a. Tidak berwarna, berbau dan berasa.
b. Tidak mengandung kuman pathogen.
c. Tidak mengandung zat kimia.
d. Tidak mengandung zat beracun.

E. PEMBERSIHAN KAMAR OPERASI


Pemeliharaan kamar operasi merupakan proses pembersihan ruang beserta alat-
alat standar yang ada dikamar operasi. Dilakukan teratur sesuai jadwal, tujuannya
untuk mencegah infeksi silang dari atau kepada pasien serta mempertahankan
sterilitas.
Pembersihan kamar operasi ada 5 macam1 :
1. Pembersihan rutin/harian
2. Pembersihan mingguan

3. Pembersihan sewaktu.

4. Sterilisasi ruangan

5. Perawatan perlengkapan kamar operasi

1. Pembersihan Harian
Pembersihan rutin yaitu pembersihan sebelum dan sesudah penggunaan
kamar operasi agar siap pakai dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Semua permukaaan peralatan yang terdapat didalam kamar operasi harus
dibersihkan dengan menggunakan desinfektan atau dapat juga
menggunakan air sabun.
b. Permukaan meja operasi dan matras harus diperiksa dan dibersihkan.

c. Ember tempat sampah harus dibersihkan setiap selesai dipakai, kemudian


pasang plastic yang baru.

d. Semua peralatan yang digunakan untuk pembedahan dibersihkan, antara


lain :

1) Slang suction dibilas.


2) Cairan yang ada dalam botol suction dibuang bak penampung tidak
boleh dibuang di ember agar sampah yang ada tidak tercampur dengan
cairan yang berasal dari pasien.
3) Alat anestesi dibersihkan, alat yang terbuat dari karet setelah
dibersihkan direndam dalam cairan desinfektan.

e. Noda-noda yang ada pada dinding harus dibersihkan.

f. Lantai dibersihkan kemudian dipel dengan menggunakan cairan


desinfektan. Air pembilas dalam ember setiap kotor harus diganti dan
tidak boleh untuk kamar operasi yang lain.
g. Lubang angin, kaca jendela dan kusen, harus dibersihkan.

h. Alat tenun bekas pasien dikeluarkan dari kamar operasi. Jika alat tenun
tersebut bekas pasien infeksi, maka penanganannya sesuai prosedur yang
berlaku.

i. Lampu operasi harus dibersihkan setiap hari. Pada waktu membersihkan,


lampu harus dalam keadaan dingin.

j. Alas kaki (sandal) khusus kamar operasi harus dibersihkan setiap hari.

2. Pembersihan Mingguan

a. Dilakukan secara teratur setiap minggu sekali.


b. Semua peralatan yang ada di dalam kamar bedah dikeluarkan dan
diletakkan di koridor/didepan kamar bedah.

c. Peralatan kamar bedah harus dibersihkan /dicuci dengan memakai cairan


desinfektan atau cairan sabun. Perhatian harus ditujukan pada bagian
peralatan yang dapat menjadi tempat berakumulasinya sisa organis, seperti
bagian dari meja operasi, dibawah matras.

d. Permukaan dinding dicuci dengan menggunakan air mengalir.

e. Lantai disemprot dengan menggunakan deterjen, kemudian permukaan


lantai disikat. Setelah bersih dikeringkan.

f. Setelah lantai bersih dan kering, peralatan yang sudah dibersihkan dapat
dipindahkan kembali dan diatur kedalam kamar operasi.

3. Pembersihan Sewaktu
Pembersihan sewaktu dilakukan bila kamar operasi digunakan untuk tindakan
pembedahan pada kasus infeksi, dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Pembersihan kamar operasi secara menyeluruh, meliputi dinding, meja
operasi, meja instrument dan semua peralatan yang ada di kamar operasi.
b. Instruemen dan alat bekas pakai harus dipindahkan/tidak boleh campur
dengan alat yang lain sebelum didesinfektan.
c. Pemakaian kamar operasi untuk pasien berikutnya diijinkan setelah
pembersihan secara menyeluruh dan sterilisasi ruangan selesai.
Sterilisasi kamar operasi dapat dengan cara :
1) Pemakaian sinar ultra violet, yang dinyalakan selama 24 jam.
2) Memakai desinfektan yang disemprotkan dengan memakai alat
(foging). Waktu yang dibutuhkan lebih pendek dibandingkan dengan
pemakaian ultra violet, yaitu kurang lebih 1 jam untuk menyemprotkan
cairan, dan 1 jam kemudian baru dapat dipakai.
d. Hal-hal yang harus diperhatikan pada penanganan pada kasus infeksi dan
penyakit menular adalah :
1) Keluarga pasien diberi tahu tentang penyakit pasien dan perawatan
yang harus dilaksanakan terhadap pasien tersebut.
2) Petugas yang menolong pasien harus :
a) memakai sarung tangan
b) Tidak luka atau goresan dikulit atau tergores alat bekas pasien
(seperti jarum suntik dsb.)
c) Memahamai cara penularan penyakit tersebut.
d) Memperhatikan teknik isolasi dan tekhnik aseptic.
e) Jumlah tenaga yang kontak dengan pasien dibatasi/tertentu dan
selama menangani pasien tidak boleh menolong pasien lain dalam
waktu bersamaan.
3) Pasang pengumuman didepan kamar operasi yang sedang dipakai
yang menyatakan bahwa dilarang masuk karena ada kasus infeksi.
4) Bagian anggota tubuh yang akan dan sudah diamputasi dibungkus
rapat dengan kantong plastic tebal yang cukup besar agar bau tidak
menyebar dan menimbulkan infeksi silang.
5) Ruang tindakan secara periodic dan teratur dilakukan uji mikrobiologi
terhadap debu, maupun terhadap kesehatan yang ada.
4. Sterilisasi ruangan

5. Perawatan perlengkapan kamar operasi


a. meja operasi
b. meja instrumen
c. mesin anestesi dengan kelengkapan
d. meja mayo
e. lampu operasi
f. suction pump
g. diathermi
h. standard infus
i. monitor ECG
j. tempat sampah dengan kelengkapan

F. PENANGANAN LIMBAH
Pembuangan limbah dan penanganan limbah kamar operasi, tergantung jenis
limbah dengan prinsip, limbah padat ditangani terpisah dengan limbah cair :
1. Limbah cair dibuang ditempat khusus yang berisi larutan desinfektan yang
selanjutnya mengalir ketempat pengelolaan limbah cair rumah sakit.
2. Limbah pada/anggota tubuh ditempatlkan dalam kantong/tempat tertutup
yang selanjutnya dibakar atau dikubur dirumah sakit sesuai ketentuan yang
berlaku, atau diserahterimakan kepada keluarga pasien bila memungkinkan.

3. Limbah non infeksi yang kering dan basah ditempatkan pada tempat yang
tertutup serta tidak mudah bertebaran dan selanjutnya dibuang ke tempat
pembuangan rumah sakit.

4. Limbah infeksi ditempatkan pada tempat yang tertutup dan tidak mudah
bocor serta diberi label warna merah”untuk dimusnahkan”.
2. Penatalaksanaan Bangsal Bedah

Ruang operasi di rumah sakit umumnya dibuat dengan design yang simpel,
dinding dan furniture dari bahan yang mudah dibersihkan dan peralatan yang
biasa digunakan sudah tersusun rapi. Ruangan dengan ventilasi dan suhu
ruangan dijaga tetap 18-21° C, tetapi ruangan jangan lembab. Ruang operasi di
rumah sakit harus menggunakan AC untuk mencegah kontaminasi dari luar. Di
sebelah ruang operasi seharusnya terdapat ruang perawatan dengan staf perawat
yang berpengalaman dimana pasien diletakkan pada tempat tidur yang bisa
didorong sehingga jika terjadi sesuatu langsung bisa dibawa ke ruang operasi.
Sinar yang digunakan menghasilkan penerangan yang adekuat tanpa
menghasilkan panas dan sinarnya mudah diarahkan ke dalam mulut. Di kepala
handpiece juga terdapat sinar sehingga operator dengan mudah dapat melihat
palatum, cavitas seperti kista atau antrum.2
Radiographic viewing box
Diletakkan di depan meja operator sehingga dokter dapat melihat hasilnya
tanpa pindah dari meja operator. Dengan menggunakan cahaya, titik dapat
menunjukkan hasil roentgen pada pasien.
Dental engine
Dental engine yang digunakan adalah berupa sterilisable surgical motors
and handpiece. Untuk membersihkan dan mempercepat pemotongan tulang
tanpa panas yang berlebihan, digunakan bur yang telah dicuci dengan air steril
mengalir secara terus menerus.
Peralatan elektrik
Peralatan elektrik di ruang operasi harus dipastikan dalam keadaan baik dan
dapat bekerja secara maksimal. Periksa kembali apakah kabel-kabel sudah
tersambung seluruhnya agar tidak terjadi kesalahan fatal saat operasi akibat ada
suatu alat yang ternyata tidak bekerja karena tidak tersambung dengan listrik.
Periksa pula seluruh selubung kabel, jangan sampai ada yang terbuka dan
mengakibatkan korsleting atau bahkan ledakan di dalam ruang operasi.
Lasers
Laser modern memberikan hasil yang baik untuk diseksi jaringan lunak. Sel
pada daerah yang dipotong diuapkan dengan hanya sedikit kerusakan di bagian
lain. Pada eksisi di dalam mulut dengan laser, relatif menurunkan rasa sakit
setelah operasi dan menurunkan pembengkakan jaringan. Setiap individu di
dalam ruang operasi seharusnya mengenakan laser proof glasses untuk
melindungi mata selama penggunaan laser. Endotracheal tube juga harus
dilindungi untuk menghindari kebocoran, dan metal instrument harus dihindari
untuk menurunkan kemungkinan refleksi sinar.

Beberapa hal yang dilakukan dalam penatalaksanaan bedah mulut pada ruang
bedah, yakni 3:

a. Penjadwalan
Jadwal waktu penggunaan ruang bedah biasanya padat. Untuk membagi
sumber yang terbatas ini, suatu sistem penentuan atau hari prioritas seringkali
digunakan. Departemen-departemen yang besar (bedah umum atau bedah
ortoped) biasanya mengambil sebagian besar jadwal operasi yang ada. Dalam
menjadwalkan kasus bedah mulut digunakan hari penentuan. Namun, untuk
kasus-kasus gawat darurat, dapat dijadwalkan secara harian, yang biasanya pada
jadwal waktu terakhir atau menggeser kasus-kasus tertentu jika keadaan
mendesak.
Informasi penjadwalan juga harus jelas, didata mengenai mendesak atau
tidaknya, diagnosis, prosedur, jenis anastesi (lokal, lokal terkontrol dengan
sedasi atau umum,oro- atau nasoendotrakeal), perkiraan lama waktu operasi, dan
pertimbangan khusus (kasus sepsis, penderita dengan gangguan kesehatan yang
serius, dan sebagainya). Dengan berdasar pada beban pembedahan, penjadwalan
secara per waktu merupakan hal yang menguntungkan bagi pasien, petugas
anastesi/kamar operasi, dan pelayanan operasi. Bila selain bedah mulut, juga
dilibatkan berbagai bidang pelayanan (bedah saraf atau bedah umum) dalam
penanganan satu penderita, penjadwalannya akan lebih kritis, karena harus
dipastikan kehadiran para operatornya. Untuk itu, merupakan tindakan yang
bijaksana untuk memeriksa daftar prosedur yang diminta dengan cara
memeriksa jadwal pembedahan, yang biasanya ditentukan pada sore hari
sebelumnya.

b. Personel
Tim kamar bedah; staf perawatan kamar bedah terdiri dari “scrub nurse”
dan seorang sirkulator. “Scrub nurse” merupakan anggota dari tim sterilisasi
operasi dan bertanggung jawab memberikan peralatan yang digunakan,
mempersiapkan penjahitan dan melakukan tugas-tugas lain yang membutuhkan
asisten yang berpakaian steril dan memakai sarung tangan. “Scrub nurse”
seringkali berperan serta secara langsung dalam pembedahan, dengan
melakukan retraksi, mengirigasi, atau menjalankan peralatan suction (penyedot).
Sirkulator adalah anggota tim non-steril yang melengkapi tim dalam hal
peralatan dan bahan-bahan yang tidak memungkinkan dilakukan oleh tim steril.
Sirkulator bertugas memasang lampu kepala dan menghubungkan peralatan –
peralatan tertentu seperti henpis, gergaji, dermatom, dan kauter. Secara bersama-
sama, sirkulator dan “scrub nurse” menjaga sediaan spons, jarum, dan
instrumen. Mereka juga menghitung jumlah cairan irigasi yang digunakan dan
menghitung volume darah yang hilang melalui botol penyedot. “Scrub nurse”
dan sirkulator bekerja mempertahankan rantai sterilitas dengan cara melengkapi
teknik kamar bedah yang baik.

c. Anestesi
Tanggungjawab ahli anestesi; biasanya terdapat hubungan khusus antara
ahli anestesi dengan ahli bedah mulut, yang berdasar atas pelatihan dibagian oral
dan maklofacial secara khusus. Ahli anastesi bertanggung jawab penuh dalam
mempertahankan jalan napas selama pembedahan. Selain, jalan napas kondisi
pasian dikontrol lebih jauh secara intravena dan dengan peralatan elektronik
canggih untuk memantau tanda-tanda vital serta parameter fisiologis lainnya.
Ahli anestesi dapat memperoleh data laboratorium lain selama pelaksanaan
pembedahan, yaitu misalnya kadar gas darah arteri (ABG).
Komunikasi antara ahli anestesi dengan ahli bedah, kode etik
mengharuskan ahli bedah untuk memberitahu ahli anestesi tentang semua obat
yang disuntikan (bahan anestesi lokal dengan vasokontriktor), komplilkasi
tertentu yang timbul, misalnya kehilangan darah akut, dan perkiraan waktu
penyelesaian prosedur. Ahli anestesi juga bertanggung jawab atas pemberian
cairan selama pelaksanaan pembedahan dan dapat memilih antara pemberian
darah atau “plasma expander” berdasar perhitungan kehilangan darah, tanda-
tanda vital, hasil pemeriksaan laboratoris, misalnya ABG atau kombinasi dari
faktor-faktor tersebut.

d. Tindakan Prabedah
Sebelum memasuki ruang bedah, ahli bedah melepas pakaian luar dan
memakai pakaian bedah yang steril, termasuk penutup sepatu dan penutup
kepala. Ruang steril atau ruang substeril terletak berdekatan dengan ruang
bedah. Ruangan tersebut dilengkapi dengan masker, sikat dan bak penyikat
dengan wadah sabun dan air yang dikontrol menggunakan kaki atau lutut. Ahli
bedah memasang masker dan pelindung mata dan menyesuaikan agar tidak
mengganggu. Kemudian dilakukan penyikatan selama 5 sampai 10 menit untuk
mengurangi bakteri pada tangan sekecil mungkin sebelum mengenakan sarung
tangan . dengan menggunakan sabun bedah atau sabun antibakteri dan sikat
steril, dan tangan dan lengan bawah disikat hingga mencapai tepat diatas siku.
Setelah penyabunan, tangan dan lengan dibilas hingga air menetes dari siku.
Kuku jari tangan dibersihkan menggunakan kikir kuku dibawah guyunan air.
Instruksi prosedur yang tepat atau anjuran biasanya dipasang di atas bak
penyikat.

e. Persiapan dan Penutupan


Persiapan; setelah penyikatan selesai, ahli bedah sudah keadaan steril dan
tidak diperkenankan menurunkan tangannya dibawah atas pinggang atau
menyentuh sesuatu kecuali baju operasi dan sarung tangan yang steril.
Dibutuhkan meja penyangga (mayo stand) yang tertutup kain steril, diatasnya
diletakkan sarung tangan, sabun, larutan saline, handuk, spons dan barang-
barang-barang lain yang dibuituhkan, yang kesemuanya steril, untuk
mempermudah penyiapan daerah operasi. Rambut pada daerah pembedahan
biasanya dicukur sebelum pasien masuk keruang bedah karena tidak
diperbolehkan adanya rambut pada daerah bedah yang steril (kecuali alis mata).
Petugas ruang bedah mempersiapkan, menyelubungi dan mengisolasi daerah
yang akan dibedah dengan handuk steril. Sabun bedah dicairkan dengan saline
steril, dan pada wadah cairan tersebut ditambahkan spons. Untuk prosedur yang
dilakukan dirongga mulut, muka bagian bawah dan daerah servikal atas,
pertama-tama digosok. Setelah memberitahu ahli anestesi, anggota tim bedah
menyedot cairan rongga mulut dan faring dan memasukkan throat pack
(biasanya berupa vaginal pack yang basah). Rongga mulut kemudian digosok
dengan kuat. Irigasi saline dan penyedotan juga bisa digunakan. Jika persiapan
dilakukan untuk prosedur bedah pada kulit, maka mulut dianggap sebagai daerah
yang terkontaminasi, sehingga ditutup dari daerah operasi.
Pentup, daerah pembedahan ditutup oleh seorang anggota tim bedah yang
telah menggunakan gaun dan sarung tangan bedah. Langkah awal, daerah
operasi diisolir dengan menggunakan handuk, kain atau kertas. Bila operasi yang
dilakukan terbatas pada prosedur dirongga mulut saja, seringkali hanya mulut
yang dibiarkan terbuka. Kemudian ditempatkan kertas penutup sepanjang tubuh
dengan ujung terpisah, diikuti oleh penutup kepala berukuran pendek. Kertas
pentup seringkali dilengkapi dengan tepi berperekat, sehingga mempermudah
stabilisasinya. Kadang digunakan penutup plastik, opak, bila akan dilakukan
insisi kulit. Pentup dapat diberi stabilisasi tambahan menggunakan penjepit
handuk atau dengan cara menjahitnya ke kulit dibawahnya. Bila dibawah
penutup merupakan bagian mata, mata dilindungi dengan salep mata dan
merekatkan pelupuk mata, untuk mencegah abrasi kornea.

f. Gaun dan Sarung Tangan Bedah


operator bisa memakai sendiri gaun bedah atau dengan dibantu “scrub
nurse” demikian juga dengan pemakaian sarung tangan. Tangan dikeringkan
menggunakan handuk dengan bantuan “scrub nurse” atau diletakkan didekat
gaun. Gaun dari kertas saat ini merupakan standar dan dipakai dengan bagian
dalam menghadap keluar. Operator dapat memakainya sendiri dengan cara
memegang gaun dan memasukkan bagian lengan llebih dahulu. Gaun bedah
dikancingkan dengan bantuan sirkulator non steril. Kemudian ahli bedah
memakai sarung tangan seperti biasa. Jika pemakaian gaun dibantu oleh seorang
“scrub nurse”, maka gaun dipegang sedimikian rupa, sehingga memungkinkan
operator untuk memasukkan tangan ke dalamnya, dan dengan bantuan sirkulator
gaun tersebut dikancingkan. “scrub nurse” kemudian memegang sarung tangan
sehingga operator dapat memasukkan tangannya ke dalam sarung tangan
tersebut.

g. Pertimbangan Khusus
ada pertimbangan-pertimbangan khusus dalam prosedur bedah mulut.
Sebagi contoh, kepala harus stabil. Keadaan ini dicapai dengan menempatkan
satu penyangga kepala berbentuk seperti donat (gulungan spons) atau bantalan
karet busa. Ahli bedah harus bisa melakukan operasi dari kedua sisi wajah
pasien, yang mengharuskan penempatan kedua lengan atas meja di bawah
penutup. Untuk mendapatkan jalan masuk ke lambung, dimasukkan tabung
nasogaster, yang berfungsi untuk evakuasi isi lambung atau sebagai jalan
pemberian makan nantinya. Meski tidak terbatas hanya pada prosedur bedah
mulut, kateter kandung kemih harus dipasang jika lama operasi diperkirakan
melebihi 3-4 jam.

h. Akhir Prosedur
pada akhir pembedahan, dipasang pembalut dan penutup dilepas. Anggota
tim steril melepas gaun bedah terlebih dahulu, dan meletakannya dalam
keranjang yang telah disediakan. Sarung tangan kemudian dilepas tanpa
menyentuh bagian luar, permukaan operasi, dan kemudian dibuang. Alat
pemantau dilepas, selang iv dilepas, dan kantung atau botol cairan intravena dan
kantung kateter urine dipindah ke kereta. Pasien dipindah ke kereta dorong
dengan ahli anestesi selalu berada di sebelah kepala pasien. Salah seorang ahli
bedah biasanya di bagian kaki untuk membantu memindahkan pasien ke ruang
pemulihan.

BAB III
PENUTUPAN

Kamar operasi adalah suatu unit khusus di rumah sakit, tempat untuk melakukan
tindakan pembedahan, baik elektif maupun akut, yang membutuhkan keadaan suci hama
(steril). Kamar operasi di rumah sakit umumnya dibuat dengan design yang simpel,
dinding dan furniture dari bahan yang mudah dibersihkan dan peralatan yang biasa
digunakan sudah tersusun rapi. Penatalaksanaan bedah mulut yang harus dilakukan pada
kamar operasi menuntut praktisi kedokteran gigi mengetahui prosedur di kamar operasi
terutama di bangsal bedah mulut yang dapat menunjang keberhasilan penatalaksaan
bedah mulut yang dilakukan oleh dokter gigi.
DAFTAR PUSTAKA
1.http://www.scribd.com/doc/48788413/KONSEP-DASAR-KAMAR-BEDAH ,
diakses pada tanggal 8 September 2011

2. Miloro, Michael. 2004. Peterson’s Principles of oral and Maxillofacial


Surgery -2nd ed.-. London : BC Decker.

3. Pedersen, Gordon W. 1996. Buku Ajar Praktis Bedah Mulut. Jakarta : EGC.

You might also like