Professional Documents
Culture Documents
FAKULTAS KEDOKTERAN
2011
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
Tugas Mata Kuliah Bedah Mulut 3
_Penyakit Kelenjar Liur_
DISUSUN OLEH
KELOMPOK 1:
BAB I
PENDAHULUAN
Saliva merupakan salah satu komponen penting di dalam rongga mulut yang
dihasilkan oleh kelenjar saliva. Kelenjar ini merupaka kelenjar eksokrin yang
menyalurkan sekresinya langsung ke dalam rongga mulut. Kelenjar saliva terbagi menjadi
beberapa macam sesuai dengan klasifikasinya. Berdasarkan ukuran, kelenjar saliva dibagi
menjadi dua, kelenjar saliva minor dan kelenjar saliva saliva mayor. Berdasarkan
sifatnya, kelenjar saliva dibagi menjadi tiga, kelenjar saliva bersifat serous, mucous,
ataupun campuran. Berdasarkan lokasi muara duktus sekretorinya, kelenjar saliva dibagi
menjadi dua, kelenjar saliva yang mensekresikan ke dalam vestibulum oral dan kavitas
oral.
Kelenjar saliva dapat mengalami kelainan karena berbagai etiologi, baik genetis,
infeksi, maupun berupa manifestasi dari penyakit-penyakit sistemik. Pasien dengan
penyakit kelenjar saliva biasanya akan mengeluhkan mulut kering, bengkak, atau pun
terdapat massa atau benjolan pada kelenjar saliva maupun saluran kelenjar saliva.
Makalah ini akan membahas mengenai kelainan dan penyakit yang terjadi pada
kelenjar saliva. Etiologi penyakit, gejala-gejala yang timbul hingga penetapan diagnose,
serta penatalaksanaan yang tepat akan dibahas pada bab selanjutnya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sialadenitis
1. Sialadenitis Akut
Definisi :
Etiologi :
Pemeriksaan klinis :
Pemeriksaan laboratorium :
Pemeriksaan lab yang biasa dilakukan antara lain hitung darah lengkap
(CBC) menunjukkan leukositosis yang merupakan tanda proses infeksi akut. Bila
terdapat bahan purulen, dilakukan kultur aerob dan aerob2.
Terapi :
Terapi yang dipilih adalah kultur saliva dari glandula yang terlibat dan
pemberian antibiotikyang sesuai serta koreksi proses dari penyakit yang dialami.
Probing atau pelebaran duktus akan sangat membantu jika sialolit menyebabkan
penyempitan duktus sehingga menghalangi aliran bebas dari saliva namun harus
selalu diperhatikan kemungkinan-kemungkinan yang terjadi seperti terjadinya
inokulasi yang lebih dalam atau masuknya organisma lain2.
Sialogogues (aroma-jeruk manis) sering diberikan untuk mendorong aliran
saliva. Jika berkembang sebuah abses dibutuhkan drainase secara eksternal.
Perhatian harus selalu diberikan untuk tidak merusak saraf fasial ketika kelenjar
parotis terinfeksi. 1
Pemijatan glandula/duktus (untuk mengeluarkan secret) tidak dibenarkan
dan tidak akan bisa ditolerir oleh pasien. Sialografi, yaitu pemeriksaan glandula
secara radiografis melalui medium kontras yang mengandung iodine, juga
sebaiknya ditunda2.
Mekanisme penularan
Parotitis Epidemika ditularkan sewaktu seseorang menyedot paramyxovirus
yang telah dibatukkan atau dibersinkan ke udara oleh seseorang yang dapat
menularkan penyakit. Virus ini juga ditularkan dari orang ke orang melalui kontak
langsung dengan air liur yang terinfeksi.
Pemeriksaan penunjang
Peningkatan serum amilase
Pada cairan serebrospinal terdapat leukositotis
leukopenia
Diagnosa
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik yang
menunjukkan adanya pembengkakan di daerah temporomandibuler (antara telinga
dan rahang).
Treatment / Perawatan
Tidak ada perawatan spesifik yang dapat dilakukan untuk penyakit mumps
ini. Antibiotik juga tidak berperan banyak karena penyakit ini dikibatkan oleh
infeksi virus. Perawatan dapat dilakukan dengan cara member Paracetamol atau
Acetaminophen pada anak yang menderita gejala demam ( tidak diberikan Aspirin,
karena ditakutkan dapat menyebabkan meningkatnya gejala Reyes Syndrome
pada anak- anak). Selain itu penderita juga dianjurkan untuk istirahat yang cukup,
minum air putih yang banyak, makan makanan yang lunak, dan berkumur
menggunakan obat kumur. Makanan yang bersifat asam dan jus buah harus
dihindari, karena jus buah dapat menstimulasi kelenjar parotid untuk
menghasilkan lebih banyak air liur yang dapat menyebabkan bertambahnya rasa
sakit. Bengkak pada kelenjar parotid hanya akan berlangsung selama 2-3 hari,
tetapi akan surut setelah itu dan suhu badan akan yang tinggi juga akan turun.
Pencegahan
Vaksinasi gondongan merupakan bagian dari imunisasi rutin pada masa
kanak-kanak.
Vaksin MMR melindungi terhadap gondong, campak dan rubela dan
merupakan bagian dari jadwal vaksinasi standar. Vaksin MMR harus diberikan
kepada anak-anak pada usia 12 bulan dan sekali lagi pada usia empat tahun.
d. Cytomegalic Inclusion Disease
Definisi
Cytomegalic inclusion disease adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh
infeksi Cytomegalovirus ( CMV ) nfeksi CMV dipopulerkan sebagai penyakit
yang berdampak negatif terhadap janin atau fetus yang dikandung oleh wanita
hamil yang terinfeksi. Pada infeksi CMV, infeksi maternal atau ibu hamil
kebanyakan bersifat silent , asimtomatik tanpa disertai keluhan klinik atau gejala,
atau hanya menimbulkan gejala yang minim bagi ibu, namun dapat memberi
akibat yang berat bagi fetus yang dikandung, dapat pula menyebabkan infeksi
kongenital, perinatal bagi bayi yang dilahirkan
Cytomegalic Inclusion disease, dengan gejala ptechiae, ikterus dan
hepatosplenomegali. Penemuan lainnya : mikrosefali, dengan / tanpa kalsifikasi
serebral, keterlambatan pertumbuhan intrauterin (IUGR)
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium diperlukan untuk menunjang diagnosis infeksi
CMV. Bahan pemeriksaan atau spesimen yang dipakai ialah serum darah, urin,
cairan tubuh lain. Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan antara lain
ialah isolasi virus dari cairan tubuh (saliva, urin, cairan tubuh lain), kadar antibodi,
peningkatan enzim hepar dan petanda laboratorik lain dari organ yang
terinfeksi.20,52 Interpretasi terhadap hasil pemeriksaan tersebut diperlukan agar
dengan tepat dapat diterapkan sesuai dugaan klinik. Hasil pemeriksaan CMV
positif menunjukkan adanya infeksi, bukan penyakit.
Pencegahan
Obat-obat infeksi virus yaitu acyclovir, gancyclovir, dapat diberikan untuk
infeksi CMV. Pemberian imunisasi dengan plasma hiperimun dan globulin
dikemukakan telah memberi beberapa keberhasilan untuk mencegah infeksi
primer dan dapat diberikan kepada penderita yang akan menjalan cangkok organ.
Namun demikian, program imunisasi terhadap infeksi CMV, belum lazim
dijalankan di negeri kita.
Pada pemberian transfusi darah, resipien dengan CMV negatif idealnya harus
mendapat darah dari donor dengan CMV negatif pula.2 Deteksi laboratorik untuk
infeksi CMV, idealnya dilakukan pada setiap donor maupun resipien yang akan
mendapat transfusi darah atau cangkok organ. Apabila terdapat peningkatan kadar
IgG anti- CMV pada pemeriksaan serial yang dilakukan 2x dengan selang waktu
2-3 minggu,63 maka darah donor seharusnya tidak diberikan kepada resipien
mengingat dalam kondisi tersebut infeksi atau reinfeksi masih berlangsung.
Seorang calon ibu, hendaknya menunda untuk hamil apabila secara
laboratorik dinyatakan terinfeksi CMV primer akut. Bayi baru lahir dari ibu yang
menderita infeksi CMV, perlu dideteksi IgM anti-CMV untuk mengetahui infeksi
kongenital. Higiene dan sanitasi lingkungan perlu diperhatikan untuk mencegah
penularan atau penyebaran. Infeksi CMV tidak menimbulkan keluhan apabila
individu berada dalam kondisi kompetensi imun yang baik, oleh karena itu pola
hidup sehat dengan makan minum yang sehat dan bergizi, sangat diperlukan agar
sistem imun dapat bekerja dengan baik untuk meniadakan atau membasmi CMV.
Istirahat yang cukup juga sangat diperlukan, karena istirahat termasuk
”pengobatan terbaik” untuk infeksi virus pada umumnya
2. Sialadenitis kronis
Definisi
Etiologi
Gejala
Pemeriksaan klinis
Pemeriksaan laboratorium
Terapi
a. Sindrom Sjogren
Definisi
Sindrom Sjogren adalah suatu kondisi yang sering salah didiagnosis atau
tidak terdiagnosa. Pengetahuan danpengakuan terhadap sindrom Sjogren adalah
penting.
Para ahli percaya 1-4juta orang memiliki penyakit.
Dari kelompok ini, 90% adalah perempuan. Sindrom Sjogren dapat
terjadi pada semua usia, tetapi biasanya didiagnosis setelah usia 40 dan dapat
mempengaruhi orang dari semua ras dan latar belakang etnis. Sindrom Sjogren
jarang pada anak-anak, tetapi bisa terjadi.
Gejala
Terapi
Etiologi
Menurut kriteria Schaffer dan Jacobsen, penyakit 11 Mikulicz adalah dari
etiologi tidak diketahui dan mengikuti suatu kasus yang berbahaya, sedangkan
sindrom Mikulicz adalah terkait dengan beberapa gangguan lain seperti leukemia,
lymphosarcoma, tuberkulosis, dan sarkoidosis. Kami hanya dianggap pasien
dengan penyakit Mikulicz, yang kita didiagnosis dengan adanya pembesaran
kelenjar simultan lacrimalis dan parotis . 11 12 13
Meskipun tanda non-spesifik, kekeringan (xerosis) dari selaput lendir dalam
konteks dengan kriteria diagnostik lainnya adalah komponen kunci untuk
menegakkan diagnosis penyakit ini multisistem. Xerosis dapat melibatkan tidak
hanya mulut ( xerostomia) dan mata, yang mengarah ke keratokonjungtivitis
sicca , tetapi juga vaginanya . Mengenai mulut, pasien biasanya mengeluhkan
sensasi kering, nyeri dan terbakar. Xerosis vagina juga dapat mengakibatkan
kekeringan, terbakar dan dispareunia, tetapi pasien sering tidak melaporkan
tentang mereka kecuali diminta secara spesifik.
Mucocele terjadi karena pada saat air liur kita dialirkan dari kelenjar
air liur ke dalam mulut melalui suatu saluran kecil yang disebut duktus.
Terkadang bisa terjadi ujung duktus tersumbat atau karena trauma misalnya
bibir sering tergigit secara tidak sengaja, sehingga air liur menjadi tertahan tidak
dapat mengalir keluar dan menyebabkan pembengkakan (mucocele).21
Etiologi
- Umumnya disebabkan oleh trauma lokal, misalnya bibir yang sering
tergigit pada saat sedang makan, atau pukulan di wajah.
- Dapat juga disebabkan karena adanya penyumbatan pada duktus
(saluran) kelenjar liur minor.
- Mucocele Juga dapat disebabkan oleh obat-obatan yang mempunyai
efek mengentalkan ludah.21
Gambaran Klinis
Penatalaksanaan
2.Ranula
Ranula adalah kista retensi pada kelenjar berikut ini (kelenjar
sublingual, submandibula atau kelenjar ludah minor dasar mulut). Ciri khas
dari ranula adalah bentuknya yang mirip perut katak (Rana= katak) ranula
bersifat lunak, fluktuatif dan tidak sakit.
Ranula adalah istilah yang digunakan untuk menyebut mukokel yang
letaknya di dasar mulut. Kata ranula yang digunakan berasal dari bahasa
latin “RANA” yang berarti katak, karena pembengkakannya menyerupai
bentuk tenggorokan bagian bawah dari katak. Merupakan pembengkakan
dasar mulut yang berhubungan dan melibatkan glandula sublingualis, dapat
juga melibatkan glandula salivari minor. Ukuran ranula dapat membesar,
dan apabila tidak segera diatasi akan memberikan dampak yang buruk,
karena pembengkakannya dapat mengganggu fungsi bicara, mengunyah,
menelan, dan bernafas.22iii
Etiologi
- Ranula simpel yang juga disebut dengan oral ranula merupakan ranula
yang terbentuk karena obstruksi duktus glandula saliva tanpa diikuti
dengan rupturnya duktus tersebut. Letaknya tidak melewati ruang
submandibula, dengan kata lain tidak berpenetrasi ke otot
milohioideus.
- Ranula plunging atau sering disebut ranula diving merupakan massa
yang terbentuk akibat rupturnya glandula saliva tanpa diikuti rupturnya
ruang submandibula yang kemudian menimbulkan plug pseudokista
yang meluas hingga ke ruang submandibula atau dengan kata lain
berpenetrasi ke otot milohioideus. 3
Selain tipe ranula di atas, dikenal pula ranula kongenital, yaitu ranula
yang diakibatkan anomali kongenital, misalnya atresia duktus saliva atau
kegagalan pada proses pembentukan kanal/duktus ekskresi, tetapi kasus
seperti ini sangat jarang ditemui. 23
Diagnosa
Diagnosa Banding
- kista dermoid
- sialolithiasis
- thyroglossal duct cyst
- cystic hygroma
- neoplastic thyroid disease, dan lain-lain. 23
Perawatan
Tahapan operasi
Komplikasi operasi
Perdarahan
Kerusakan n. hipoglosus atau n. lingualis
Infeksi
Fistel orokutan pada operasi yang pendekatannya intra dan extra
oral
Residif 24
d. Sindrom Heerfordt
Definisi
Etiologi
Penyebab dari sindrom heerfordt belum diketahui secara pasti. Pada pasien
yang didiagnosa mempunyai sindrom ini, 15% nya memiliki kerabat yang juga
mengalami keadaan yang sama. Salah satu kemungkinan adalah bahwa sindrom
ini berasal dari kombinasi antara pengaruh lingkungan dan herediter. Spesies
Mycobacterium dan Propionibacteria dianggap sebagai agen dari lingkungan,
meskipun bukti ini masih belum meyakinkan.15
Prevalensi
Faktor Resiko
Dewasa muda – lebih cenderung terjadi pada rentang usia 20-40 tahun.
lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pada pria17
Gejala
Hal yang paling sulit dalam penanganan sindrom ini adalah perawatan pada
uveitis nya yang bisa mengancam penglihatan dan membutuhkan
penanganan dan pengawasan dari spesialis mata. Kortikosteroid topikal
ataupun sistemik bisa digunakan sebagai penatalaksanaan sarkoidosis
okular.
Terapi Steroid sistemik digunakan untuk merawat lumpuh saraf wajah jika
diperlukan.19
Pembedahan
Prognosis
B. Sialosis / Sialadenosis
Definisi:
Penyebab:
Causes of sialosis
Drugs-induced Endocrine/metabolic Nutritional
Antihypertensives Acromegaly Beriberi
Guanacline Alcoholism Bulimia
Iodine Diabetes insipidus Gastrointestinaldisease
Isoprenaline Diabetes mellitus Malnutrition
Lead Hypothyroidism Pellagra
Mercury Cirrhosis of the liver Amylophagia
Naproxen Uraemia Vitamin A
deficiency
Oxphenbutazone
Phenylbutazone
Sulfisoxazole
Thiocyanate
Thiouracil
Valproic acid
Obat
Di antara berbagai macam obat yang dapat menyebabkan sialosis, agen anti-
hipertensi yang menonjol.
Pemeriksaan LAB :
Tes Darah:
* ↑ tingkat glukosa
Sialochemistry:
* ↑ kalium
* ↑ kalsium tingkat
Biopsi:
Jarang diindikasikan. Jika dilakukan, biopsi menunjukkan sel asinar yang akan
diperbesar hampir dua kali diameter yang normal dan sitoplasma dikemas dengan
butiran enzim.
Pengobatan:
Tidak diperlukan.
Sialosis dapat diselesaikan jika diabetes melitus-& alkoholisme- sialosis terkait
diperlakukan.26
Gambar 10: Mikroskopi menunjukkan hipertrofi sel asinar dengan sitoplasma granular
dan kompresi dari saluran lurik. (Hematoksilin dan eosin, pembesaran 150x.)
C. Sialolithiasis
Sialolithiasis adalah kalsifikasi dan dalam sistem sekresi membentuk bahan organik
dari kelenjar ludah utama.
Etiologi
Tidah diketahui, tetapi ada beberapa factor penyebab dari pembentukan batu
dalam kelenjar. Peradangan, kesalahan dalam sistem saluran, iritasi lokal, dan obat-
obatan antikolinergik dapat menyebabkan penyatuan air liur di dalam saluran, yang
diduga lebih banyak memacu pembentukan batu. Hal ini diyakini bahwa nidus saliva
bahan organik menjadi kalsifikasi dan secara bertahap membentuk sialolith. Peneliti
telah menyelidiki kemungkinan perubahan pH saliva, jumlah kalsium dan fosfor yang
abnormal dan diet sebagai penyebab pembentukan sialolith, tetapi perubahan yang
konsisten belum terdeteksi. Sering, tidak ada penjelasan jelas untuk pembentukan
batu. Karena penyebab yang mendasari tidak diketahui dan dikoreksi dalam
kebanyakan pasien, tingkat kekambuhan adalah sekitar 20%.
Pemeriksaan
Pemeriksaan jaringan lunak sekitar saluran menunjukkan reaksi peradangan
parah. Palpasi untuk meraba saluran terdapat batu. Infeksi bakteri akan menjadi
kronis. Komplikasi lain dari sialoliths termasuk sialadenitis akut, striktur duktal, dan
dilatasi duktal.3
Pemeriksaan radiografi
Pengbatan
PENUTUP
Kelainan dan penyakit pada kelenjar saliva terbagi menjadi tiga bagian besar, yakni
sialadenitis baik yang bersifat akut maupun kronis, Sialosis, dan Sialolithiasis. Sialadenitis
merupakan suatu radang acinus kelenjar saliva yang dapat ditimbulkan oleh bakteri, virus,
maupun autoimun. Penyakit ini dapat bersifat akut maupun kronis. Sialosis adalah radang
akut pada kelenjar saliva yang disertai pembentukan ludah berlebihan. Dan sialolithiasis
merupakan proses pembentukan batu pada kelenjar ludah sehingga menyebabkan terjadinya
obstruksi.
Penyakit-penyakit yang telah disebutkan pada bab dua sebagian besar membutuhkan
tindakan berupa pembedahan yang dilakukan oleh spesialis bedah mulut.
Daftar pustaka
1. Radfar , L,Kleiner, DE, Fox, PC, Pillemer , SR. Prevalensi dan signifikansi
klinis limfositik fokus dalam kelenjar ludah kecil sukarelawan sehat. Arthritis
Rheum 2002; 47:520.
2. Morbini , P, Manzo , A , Caporali , R, et al. Pemeriksaan kelenjar kecil
bertingkat biopsi ludah untuk Sjogren sindrom secara signifikan meningkatkan
kinerja diagnostik AECG kriteria klasifikasi. Arthritis Res Ada 2005; 7: R343.
3. Margaret M.Gracius, Philip C.Fox.-. burket oral medicine: salivary gland.-.-
4. Wray, David DKK. Textbook Of General And Oral Surgery hal 115-116.
2003. Philadelphia: Elsevier
5. Pedersen, Gordon W. Buku Ajar Praktis Bedah Mulut hal 280-290. 1996.
Jakarta: EGC.
6. Sudiono, Janti DKK. Penuntun Praktikum Patologi Anatomi hal 38-39. 2001.
Jakarta: EGC
7. Witt, Robert L. Salivary Gland Diseases Surgical And Medical Management
hal 56-58. 2005. New York: Thieme
8. http://emedicine.medscape.com/article/332125-treatment#a1128
9. http://www.mayoclinic.com/health/sjogrens-
syndrome/DS00147/DSECTION=treatments-and-drugs
10. http://www.mayoclinic.com/health/sjogrens-
syndrome/DS00147/DSECTION=lifestyle-and-home-remedies
11. Schaffer A, A. Mikulicz Jacobsen 's sindrom: sebuah laporan dari sepuluh
kasus Am J Dis Child . 1927 ; 34 : 327 -346.
12. Morgan W, Castleman B. Sebuah studi klinikopatologi dari ". Penyakit
Mikulicz itu" Am J Pathol. . 1953 ; 29 : 471 -503.
13. Morgan W. Sifat kemungkinan penyakit sistemik Mikulicz dan hubungannya
dengan sindrom Sjögren N Engl J Med . 1954 ; 251 : 5 -10.
14. Talal N, Bunim J. pengembangan limfoma ganas dalam perjalanan sindrom
Sjögren Am J Med . 1964 ; 36 : 529 -540.
15. http://en.wikipedia.org/wiki/Heerfordt%27s_syndrome
16. http://en.wikipedia.org/wiki/Sarcoidosis
17. Iannuzzi, Michael C.; Rybicki, Benjamin A.; Teirstein, Alvin S. (22
November 2007). "Sarcoidosis". New England Journal of Medicine 357 (21):
2153–2165.
18. Sugawara, Yoshifumi et al (November 2005). "Heerfordt Syndrome Initially
Presenting With Subcutaneous Mass Lesions: Usefulness of Gallium-67 Scans
Before and After Treatment". Clinical Nuclear Medicine 30 (11): 732–733.
19. http://www.patient.co.uk/doctor/Heerfordt%27s-Syndrome.htm
20. Herrmann G; ; Dtsch Med Wochenschr. 1999 Feb 26;124(8):209-12. [abstract]
21. Daniels, TE, Whitcher , JP. Asosiasi pola peradangan kelenjar ludah labial
dengan keratokonjungtivitis sicca . Analisis dari 618 pasien dengan
dugaan Sjögrensindrom. Arthritis Rheum 1994; 37:869.
22. Daniels, TE. Labial biopsi kelenjar ludah di Sjögren sindrom. Arthritis
selesma 1984;27:147./2010/05/kelainan-kelenjar-ludah.html
23. repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20503/.../Chapter%20II.pdf
24. http://bedahunmuh..com/2010/05/18/eksisi-dan-marsupialisasi-ranula/
25. http://www.exodontia.info/Sialosis.html diakses tgl18oktober 2011
26. Crispian Scully , Jose V. Bag´an , John W. Eveson ,Neal Barnard d, Fiona M.
Turner. 2008. Sialosis: 35 cases of persistent parotid swelling from two
countries. British Journal of Oral and Maxillofacial Surgery volume 46, Hal
468–472.
,