You are on page 1of 37

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN GIGI

FAKULTAS KEDOKTERAN

Penyakit Kelenjar Liur


Tugas Mata Kuliah Bedah Mulut 3
Velly Marzia (04071004023) Nuzul Izzati Fath (04081004025)
Yulyananda Firasti (04081004004) M. Haikal (04081004031)
A. Juliansyah (04081004007) Rifemi Gusyanti (04081004032)
Paramitha Ruwana (04081004009) Aulia Chandra D. (04081004042)
Ratna Sartika (04081004012) Annisa Amalia (04081004043)
Nessia Aidila Putri (04081004013) Dania Pebriana (04081004047)
Apriyanto (04081004056)

2011

UNIVERSITAS SRIWIJAYA
Tugas Mata Kuliah Bedah Mulut 3
_Penyakit Kelenjar Liur_

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 1:

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN GIGI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2011

BAB I
PENDAHULUAN

Saliva merupakan salah satu komponen penting di dalam rongga mulut yang
dihasilkan oleh kelenjar saliva. Kelenjar ini merupaka kelenjar eksokrin yang
menyalurkan sekresinya langsung ke dalam rongga mulut. Kelenjar saliva terbagi menjadi
beberapa macam sesuai dengan klasifikasinya. Berdasarkan ukuran, kelenjar saliva dibagi
menjadi dua, kelenjar saliva minor dan kelenjar saliva saliva mayor. Berdasarkan
sifatnya, kelenjar saliva dibagi menjadi tiga, kelenjar saliva bersifat serous, mucous,
ataupun campuran. Berdasarkan lokasi muara duktus sekretorinya, kelenjar saliva dibagi
menjadi dua, kelenjar saliva yang mensekresikan ke dalam vestibulum oral dan kavitas
oral.

Kelenjar saliva dapat mengalami kelainan karena berbagai etiologi, baik genetis,
infeksi, maupun berupa manifestasi dari penyakit-penyakit sistemik. Pasien dengan
penyakit kelenjar saliva biasanya akan mengeluhkan mulut kering, bengkak, atau pun
terdapat massa atau benjolan pada kelenjar saliva maupun saluran kelenjar saliva.

Makalah ini akan membahas mengenai kelainan dan penyakit yang terjadi pada
kelenjar saliva. Etiologi penyakit, gejala-gejala yang timbul hingga penetapan diagnose,
serta penatalaksanaan yang tepat akan dibahas pada bab selanjutnya.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Sialadenitis
1. Sialadenitis Akut
Definisi :

Sialadenitis akut merupakan inflamasi akut dari glandula saliva yang


umumnya terjadi pada kelenjar parotid. Keadaan sialadenitis akut berhubungan
dengan penurunan aliran saliva, disebabkan karena infeksi bakteri ataupun virus
dan umumnya akibat manifestasi penyakit seperti diabetes mellitus yang tidak
terkontrol atau gagal ginjal dan biasa terjadi pada pasien lanjut usia dan pasien
dengan kontrol oral hygiene yang buruk. 1

Etiologi :

Sialadenitis akut bisa disebabkan karena bakteri ataupun infeksi virus. 1


Gejala :

Sialadenitis akut akan terlihat secara klinis sebagai pembengkakan atau


pembesaran glandula dan seringkali kemerahan pada daerah kulit yang terinfeksi,
disertai rasa nyeri tekan pada regio yang terkena, rasa tidak nyaman, dan sering
juga dengan diikuti demam dan lesu2.

Pemeriksaan klinis :

Pada penderita sialadenitis akut, pasien biasanya demam dan seringkali


terjadi pembengkakan yang besar dari region yang terkena pada pemeriksaan
klinis disertai rasa sangat nyeri bila dipalpasi dan sedikit terasa lebih hangat
dibandingkan daerah didekatnya yang tidak terkena. Pemeriksaan muara duktus
akan menunjukkan adanya keradangan, dan jika terlihat ada aliran saliva, biasanya
keruh dan purulen2.

Pemeriksaan laboratorium :

Pemeriksaan lab yang biasa dilakukan antara lain hitung darah lengkap
(CBC) menunjukkan leukositosis yang merupakan tanda proses infeksi akut. Bila
terdapat bahan purulen, dilakukan kultur aerob dan aerob2.

Terapi :

Terapi yang dipilih adalah kultur saliva dari glandula yang terlibat dan
pemberian antibiotikyang sesuai serta koreksi proses dari penyakit yang dialami.
Probing atau pelebaran duktus akan sangat membantu jika sialolit menyebabkan
penyempitan duktus sehingga menghalangi aliran bebas dari saliva namun harus
selalu diperhatikan kemungkinan-kemungkinan yang terjadi seperti terjadinya
inokulasi yang lebih dalam atau masuknya organisma lain2.
Sialogogues (aroma-jeruk manis) sering diberikan untuk mendorong aliran
saliva. Jika berkembang sebuah abses dibutuhkan drainase secara eksternal.
Perhatian harus selalu diberikan untuk tidak merusak saraf fasial ketika kelenjar
parotis terinfeksi. 1
Pemijatan glandula/duktus (untuk mengeluarkan secret) tidak dibenarkan
dan tidak akan bisa ditolerir oleh pasien. Sialografi, yaitu pemeriksaan glandula
secara radiografis melalui medium kontras yang mengandung iodine, juga
sebaiknya ditunda2.

Gambar 1. Pasien dengan sialadenitis akut. Pembengkakan kelenjar parotid


diikuti rasa sakit saat palpasi dan mastikasi4
Sialadenitis Akut :
a. Parotitis Supurativa
Parotitis supuratif akut ditandai dengan rasa sakit yang mendadak,
kemerahan, dan pembengkakan pada regio parotis. Dapat timbul sebagai akibat
pasca bedah yang dilakukan pada penderita terbelakang mental dan lanjut usia,
khususnya apabila penggunaan anestesi umum lama dan adanya gangguan
dehidrasi. Infeksi retrograde melalui duktus dan Staphylococcus aureus seringkali
juga terlibat. Biasanya langsung dilakukan kultur walaupun pada awalnya
seringkali langsung diberikan terapi antibiotik intravena dengan jenis antibiotik
resisten penisilinase (methicilin, nafcilin, atau sodium oxacilin). Pemberian terapi
antibiotik dan perawatanpenunjang yang melipti penambahan cairan (rehidrasi),
kompres hangat, analgesik, dan perbaikan dalam 48 jam. Namun, apabila infeksi
malah berkembang, dibutuhkan penanganan secara bedah dengan cara insisi dan
drainase.

b. Parotitis Non Supurativa


Radang kelenjar parotis tanpa disertai abses. Parotis non supurative, dikaitkan
dengan pembesaran kelenjar saliva yang akibatkan oleh virus.3

c. Parotitis Epidemika / Mumps / Gondong


Definisi
Parotitis Epidemika (Gondongan, Mumps) adalah suatu infeksi virus menular
yang menyebabkan pembengkakan unilateral (satu sisi) atau bilateral (kedua sisi)
pada kelenjar liur disertai nyeri.
Mumps disebabkan oleh paramyxovirus. Virus ini ditularkan melalui percikan
ludah yang berasal dari bersin atau batuk penderita atau karena bersentuhan
langsung dengan benda- benda yang terkontaminasi oleh ludah penderita.
Penyakit ini tidak terlalu menular. Kebanyakan penyakit ini menyerang anak-
anak yang berumur 2-15 tahun, namun pada orang dewasa justru lebih berat.
Jarang ditemukan pada anak yang berumur kurang dari 2 tahun. Jika seseorang
pernah menderita gondongan, maka dia akan memiliki kekebalan seumur
hidupnya
Gejala dan tanda
 Nyeri pada salah satu atau kedua kelenjar liur, disertai bengkak
 Demam ringan, nyeri pada otot leher dan rasa lemas, sakit kepala
 Nafsu makan berkurang, merasa tidak enak badan
 Puncak bengkak pada 1-3 hari, dan berakhir pada 3-7 hari
 Sudut mandibula tidak jelas
 Posisi daun telinga meningkat
 Makanan denagn rasa asam menyebabkan rasa nyeri pada kelenjar liur

Mekanisme penularan
Parotitis Epidemika ditularkan sewaktu seseorang menyedot paramyxovirus
yang telah dibatukkan atau dibersinkan ke udara oleh seseorang yang dapat
menularkan penyakit. Virus ini juga ditularkan dari orang ke orang melalui kontak
langsung dengan air liur yang terinfeksi.

Penderita Parotitis Epidemika dapat menularkan penyakit sampai tujuh hari


sebelum dan sembilan hari setelah mulai pembengkakan kelenjar liur. Penularan
maksimum terjadi antara 2 hari sebelum dan 4 hari setelah gejala timbul.Waktu
dari saat eksposur pada virus ini dan jatuh sakit dapat berkisar antara 12 sampai 25
hari tetapi paling umum dari 16 sampai 18 hari.

Pemeriksaan penunjang
 Peningkatan serum amilase
 Pada cairan serebrospinal terdapat leukositotis
 leukopenia

Diagnosa
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik yang
menunjukkan adanya pembengkakan di daerah temporomandibuler (antara telinga
dan rahang).

Treatment / Perawatan
Tidak ada perawatan spesifik yang dapat dilakukan untuk penyakit mumps
ini. Antibiotik juga tidak berperan banyak karena penyakit ini dikibatkan oleh
infeksi virus. Perawatan dapat dilakukan dengan cara member Paracetamol atau
Acetaminophen pada anak yang menderita gejala demam ( tidak diberikan Aspirin,
karena ditakutkan dapat menyebabkan meningkatnya gejala Reyes Syndrome
pada anak- anak). Selain itu penderita juga dianjurkan untuk istirahat yang cukup,
minum air putih yang banyak, makan makanan yang lunak, dan berkumur
menggunakan obat kumur. Makanan yang bersifat asam dan jus buah harus
dihindari, karena jus buah dapat menstimulasi kelenjar parotid untuk
menghasilkan lebih banyak air liur yang dapat menyebabkan bertambahnya rasa
sakit. Bengkak pada kelenjar parotid hanya akan berlangsung selama 2-3 hari,
tetapi akan surut setelah itu dan suhu badan akan yang tinggi juga akan turun.

Pencegahan
Vaksinasi gondongan merupakan bagian dari imunisasi rutin pada masa
kanak-kanak.
Vaksin MMR melindungi terhadap gondong, campak dan rubela dan
merupakan bagian dari jadwal vaksinasi standar. Vaksin MMR harus diberikan
kepada anak-anak pada usia 12 bulan dan sekali lagi pada usia empat tahun.
d. Cytomegalic Inclusion Disease
Definisi
Cytomegalic inclusion disease adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh
infeksi Cytomegalovirus ( CMV ) nfeksi CMV dipopulerkan sebagai penyakit
yang berdampak negatif terhadap janin atau fetus yang dikandung oleh wanita
hamil yang terinfeksi. Pada infeksi CMV, infeksi maternal atau ibu hamil
kebanyakan bersifat silent , asimtomatik tanpa disertai keluhan klinik atau gejala,
atau hanya menimbulkan gejala yang minim bagi ibu, namun dapat memberi
akibat yang berat bagi fetus yang dikandung, dapat pula menyebabkan infeksi
kongenital, perinatal bagi bayi yang dilahirkan
Cytomegalic Inclusion disease, dengan gejala ptechiae, ikterus dan
hepatosplenomegali. Penemuan lainnya : mikrosefali, dengan / tanpa kalsifikasi
serebral, keterlambatan pertumbuhan intrauterin (IUGR)

Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium diperlukan untuk menunjang diagnosis infeksi
CMV. Bahan pemeriksaan atau spesimen yang dipakai ialah serum darah, urin,
cairan tubuh lain. Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan antara lain
ialah isolasi virus dari cairan tubuh (saliva, urin, cairan tubuh lain), kadar antibodi,
peningkatan enzim hepar dan petanda laboratorik lain dari organ yang
terinfeksi.20,52 Interpretasi terhadap hasil pemeriksaan tersebut diperlukan agar
dengan tepat dapat diterapkan sesuai dugaan klinik. Hasil pemeriksaan CMV
positif menunjukkan adanya infeksi, bukan penyakit.

Pencegahan
Obat-obat infeksi virus yaitu acyclovir, gancyclovir, dapat diberikan untuk
infeksi CMV. Pemberian imunisasi dengan plasma hiperimun dan globulin
dikemukakan telah memberi beberapa keberhasilan untuk mencegah infeksi
primer dan dapat diberikan kepada penderita yang akan menjalan cangkok organ.
Namun demikian, program imunisasi terhadap infeksi CMV, belum lazim
dijalankan di negeri kita.
Pada pemberian transfusi darah, resipien dengan CMV negatif idealnya harus
mendapat darah dari donor dengan CMV negatif pula.2 Deteksi laboratorik untuk
infeksi CMV, idealnya dilakukan pada setiap donor maupun resipien yang akan
mendapat transfusi darah atau cangkok organ. Apabila terdapat peningkatan kadar
IgG anti- CMV pada pemeriksaan serial yang dilakukan 2x dengan selang waktu
2-3 minggu,63 maka darah donor seharusnya tidak diberikan kepada resipien
mengingat dalam kondisi tersebut infeksi atau reinfeksi masih berlangsung.
Seorang calon ibu, hendaknya menunda untuk hamil apabila secara
laboratorik dinyatakan terinfeksi CMV primer akut. Bayi baru lahir dari ibu yang
menderita infeksi CMV, perlu dideteksi IgM anti-CMV untuk mengetahui infeksi
kongenital. Higiene dan sanitasi lingkungan perlu diperhatikan untuk mencegah
penularan atau penyebaran. Infeksi CMV tidak menimbulkan keluhan apabila
individu berada dalam kondisi kompetensi imun yang baik, oleh karena itu pola
hidup sehat dengan makan minum yang sehat dan bergizi, sangat diperlukan agar
sistem imun dapat bekerja dengan baik untuk meniadakan atau membasmi CMV.
Istirahat yang cukup juga sangat diperlukan, karena istirahat termasuk
”pengobatan terbaik” untuk infeksi virus pada umumnya

2. Sialadenitis kronis
Definisi

Sialadenitis kronik merupakan inflamasi kronik glandula saliva. Infeksi ini


biasanya terjadi dengan inflamasi persistent dan enlargement dari glandula yang
terkena. 4

Etiologi

Sialadenitis kronis memiliki beberapa kausa dan seringkali timbul apabila


infeksi akut telah menyebabkan kerusakan atau pembentukan jaringan parut atau
perubahan fibrotic pada glandula5. Sialadenitis kronis biasanya disebabkan karena
obstruksi dari duktus kelenjar liur oleh batu liur atau karena penyakit lain atau
bisa juga disebabkan karena lanjutan dari sialadenitis akut6. Sialadenitis kronik
umumnya terjadi pada pasien dengan parotitis rekurent, tuberculosis, sjogren’s
syndrome, sarkoidosis, dan akibat radiasi. 4

Gejala

Sialadenitis kronis atau sialodochitis kadang dapat menibulkan rasa tegang


yang tidak nyaman pada saat makan. Sumbatan kronis atau infeksi akan
menyebabkan berkurangnya serous acini/mucus. Bila hal itu terjadi maka aliran
saliva akan sangat berkurang. 5

Pemeriksaan klinis

Glandula saliva yang mengalami infeksi akan membentuk sekresi purulen


yang berwarna putih susu kental. Membutuhkan pemeriksaan yang lebih
menyeluruh, yang meliputi probing, pemijatan glandula dan pemeriksaan
radiografi. Palpasi pada glandula saliva major yang mengalami keradangan kronis
dan tidak nyeri merupakan indikasi dan seringkali menunjukkan adanya
perubahan atrofik, dan kadang-kadang fibrosis noduler pada glandula tersebut. 5

Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan histopatologi dilihat dari hilangnya asinus fungsional dan


penggantian parenkim normal dengan lemat dan fibrosis yang jelas. Pada gambar
2 terlihat lobules-lobulus yang atrophy dan dipisahkan oleh bantalan fibrosa,
terdapat inflamasi sel infiltrate yang menonjol di seluruh specimen dan
peningkatan penggantian parenkim dengan sel adipose.

Terapi

Terapi pada sialadenitis akut ialah dengan pemberian antibiotic, analgesic,


4
dan sialogogues. Bila kasus infeksi kronis ini berulang-ulang terjadi, maka
diperlukan sialografi dan pemerasan untuk mengevaluasi fungsi glandula. Jika
terlihat adanya kerusakan glandula yang cukup besar, perlu dilakukan ekstirpasi
glandula. Pengambilan glandula submandibularis tidak membawa tingkat
kesulitan bedah dan kemungkinan timbulnya rasa sakit sebagaimana pengambilan
glandula parotid. Karena kedekatannya dengan n.facialis dan kemungkinan cedera
selama pembedahan, maka glandula parotid yang mengalami gangguan biasanya
dipertahankan lebih lama daripada jika kerusakan mengenai glandula
submandibularis. 5

Gambar 2. Gambaran histologist sialadenitis kronis dalam kelenjar


submandibular7

Gambar 3. Sialadenitis kronis pada kelenjar parotid dengan sebukan padat


sel-sel MN3
Sialadenitis Kronis :

a. Sindrom Sjogren
Definisi
Sindrom Sjogren adalah suatu kondisi yang sering salah didiagnosis atau
tidak terdiagnosa. Pengetahuan danpengakuan terhadap sindrom Sjogren adalah
penting.
Para ahli percaya 1-4juta orang memiliki penyakit.
Dari kelompok ini, 90% adalah perempuan. Sindrom Sjogren dapat
terjadi pada semua usia, tetapi biasanya didiagnosis setelah usia 40 dan dapat
mempengaruhi orang dari semua ras dan latar belakang etnis. Sindrom Sjogren
jarang pada anak-anak, tetapi bisa terjadi.
Gejala

Peradangan kelenjar ludah dapat menyebabkan kekeringan mulut, kesulitan


menelan, gigi berlubang ,penyakit gusi , mulut luka dan bengkak, dan batu dan /
atau infeksi kelenjar parotis bagian dalam dari pipi. Bibir kering sering menyertai
kekeringan mulut. Mulut kering secara medis disebut sebagai xerostomia.
SindromSjogren dianggap:
-penyakit autoimun
-penyakit rheumatic
-gangguan jaringan ikat
produksi yang abnormal dari autoantibodi di dalam darah yang berbalik
melawan berbagai jaringan dalam tubuh menyebabkan penyakit.

Terapi

 biopsi kelenjar ludah8


 Meningkatkan produksi air liur.
Obat seperti pilokarpin (Salagen), cevimeline (Evoxac) dapat
meningkatkan produksi air liur,dan kadang-kadang air mata.
Efek samping dapat termasuk berkeringat, sakit perut, pembilasan
dan buang air kecil meningkat.9
 Pasien dengan mulut kering bisa minum sedikit air dan membawa air
kemasan untuk mereka di perjalanan.Mereka juga dapat menempatkan
segelas air di samping tempat tidur merek untuk digunakan dimalam hari
sesuai kebutuhan.
 Merangsang aliran air liur. Permen karet tanpa gula atau permen
keras dapat meningkatkan aliran air liur. Karena sindrom Sjogren
meningkatkan risiko gigi berlubang gigi, permen batas, terutama di antara
waktu makan. Berapa tetes lemon bebas gula juga dapat membantu
merangsang aliran air liur.
 Saliva buatan dapat digunakan sebagai dibutuhkan, meskipun toleransi
pasien bervariasi. Air liur produk pengganti sering bekerja lebih baik
daripada air biasa karena mengandung pelumas yang
membantu mulut tetap lembab lebih lama. Produk ini dapat datang sebagai
spray atau permen.10
 Gunakan semprotan hidung saline.
Sebuah semprot hidungsaline dapat membantu melembabkan saluran
hidung dan jelas sehingga Anda dapat bernapas dengan bebas melalui
hidung.
Hidung, kering tersumbat dapat meningkatkan pernapasan mulut.
 Pasien harus dilihat secara rutin oleh dokter gigi, yang mungkin
menyarankan pengobatan fluoride. Pasta gigi tanpa deterjen dapat
mengurangi iritasi mulut pada pasien dengan sindrom Sjögren. Merek
termasuk pasta gigi Biotene,obat kumur-kumur Biotene , dan pasta gigi
perawatan Gigi.
 Pasien harus menghindari obat dengan efek antikolinergik dan
antihistamin.
 Perhatikan untuk mengobati kandidiasis oral dan cheilitis angular dengan
obat antijamur topikal, seperti nistatin troches. Flukonazol oral kadang-
kadang mungkin diperlukan. Pasien juga perlu memastikan untuk
mensterilkan gigi palsu mereka.
 Sinusitis dan blokade sinus harus diobati karena masalah ini dapat
berkontribusi untuk pernapasan mulut. Menekankan penggunaan larutan
natrium klorida isotonik semprotan hidung untuk menghindari
menggunakan antihistamin.
 Penggunaan humidifier dapat membantu. Air suling yang terbaik pada
pasien yang tinggal di daerah dengan air keras.
 Pilocarpine atau cevimeline (lihat Obat) tablet adalah pilihan. Beberapa
penelitian kecil menunjukkan bahwa interferon alfa bisa menjadi terapi
yang berguna di masa depan.
 Kesehatan mulut
Mulut kering meningkatkan resiko gigi berlubang dan gigi.Tindakan berikut
dapat membantu mencegah jenis-jenis masalah.10

Sikat gigi dan floss setiap habis makan. Jadwal janji gigi teratur,
setidaknya setiap enam bulan.

Gunakan pengobatan fluoride setiap hari dan obat kumur
antimikroba topikal.10
 bedah perawatan8
 Melakukan biopsi kelenjar ludah minor untuk tujuan diagnostik.
 Melakukan biopsi pada kelenjar parotis jika keganasan disarankan.
 Melakukan biopsi pada kelenjar getah bening membesar untuk membantu
menyingkirkan pseudolymphoma atau limfoma.
 Oklusi dari puncta lacrimalis dapat dikoreksi melalui pembedahan. Teknik
elektrokauter dan lainnya dapat digunakan untuk oklusi punctal permanen.
 Selama operasi, ahli anestesi harus digunakan sebagai obat antikolinergik
sesedikit mungkin dan menggunakan oksigen dilembabkan untuk
membantu menghindari inspissation sekresi paru. Terapi pernapasan yang
baik pasca operasi juga harus disediakan. Pasien berisiko tinggi untuk lecet
kornea, sehingga pelumas okular harus dipertimbangkan

Gambar 4. Sindrome Sjogren

b. Mikulicz Heertfortd (Uveoparotid Fever)


Definisi
Penyakit Mikulicz itu (MD) adalah gangguan yang terkenal ditandai oleh
kelenjar lakrimal dan parotis membesar yang disebabkan oleh infiltrasi dengan
limfosit. 11
Kondisi ini dianggap sebagai varian dari kompleks gejala yang lebih besar,
sindrom Sjögren (SS), karena karakteristik patologis mereka serupa. 12 13 Kedua
kondisi yang ditandai dengan infiltrasi limfosit padat dengan kelenjar saliva dan
lacrimalis dan respon kekebalan ditingkatkan terkait dengan beberapa antibodi
serum yang abnormal seperti anti-Ro dan anti-La. 14

Etiologi
Menurut kriteria Schaffer dan Jacobsen, penyakit 11 Mikulicz adalah dari
etiologi tidak diketahui dan mengikuti suatu kasus yang berbahaya, sedangkan
sindrom Mikulicz adalah terkait dengan beberapa gangguan lain seperti leukemia,
lymphosarcoma, tuberkulosis, dan sarkoidosis. Kami hanya dianggap pasien
dengan penyakit Mikulicz, yang kita didiagnosis dengan adanya pembesaran
kelenjar simultan lacrimalis dan parotis . 11 12 13
Meskipun tanda non-spesifik, kekeringan (xerosis) dari selaput lendir dalam
konteks dengan kriteria diagnostik lainnya adalah komponen kunci untuk
menegakkan diagnosis penyakit ini multisistem. Xerosis dapat melibatkan tidak
hanya mulut ( xerostomia) dan mata, yang mengarah ke keratokonjungtivitis
sicca , tetapi juga vaginanya . Mengenai mulut, pasien biasanya mengeluhkan
sensasi kering, nyeri dan terbakar. Xerosis vagina juga dapat mengakibatkan
kekeringan, terbakar dan dispareunia, tetapi pasien sering tidak melaporkan
tentang mereka kecuali diminta secara spesifik.

Gambar 5. Perwakilan kasus penyakit Mikulicz itu. Perhatikan pembesaran


kelenjar lakrimal (pasien 1, 62 tahun wanita, mata kiri).

c. Kista Retensi Kelenjar Ludah :Mucocele dan Ranula


1.Mucocele
Lesi pada mukosa (jaringan lunak) mulut yang diakibatkan oleh pecahnya
saluran kelenjar liur dan keluarnya mucin ke jaringan lunak di sekitarnya.
Mucocele bukan kista, karena tidak dibatasi oleh sel epitel. Paling sering terjadi
pada bibir bawah (60% pada seluruh kasus), dan dapat terjadi juga di mukosa
bukal, anterior lidah, dan dasar mulut. Mucocele jarang terjadi pada bibir atas,
palatum (langit-langit) lunak.

Mekanisme terbentuknya mucocele

Mucocele terjadi karena pada saat air liur kita dialirkan dari kelenjar
air liur ke dalam mulut melalui suatu saluran kecil yang disebut duktus.
Terkadang bisa terjadi ujung duktus tersumbat atau karena trauma misalnya
bibir sering tergigit secara tidak sengaja, sehingga air liur menjadi tertahan tidak
dapat mengalir keluar dan menyebabkan pembengkakan (mucocele).21

Mucocele juga dapat terjadi jika kelenjar ludah terluka. Manusia


memiliki banyak kelenjar ludah dalam mulut yang menghasilkan ludah. Ludah
tesebut mengandung air, lendir, dan enzim. Ludah dikeluarkan dari kelenjar
ludah melalui saluran kecil yang disebut duct (pembuluh). Terkadang salah satu
saluran ini terpotong. Ludah kemudian mengumpul pada titik yang terpotong itu
dan menyebabkan pembengkakan, atau mucocele. Pada umumnya mucocele
didapati di bagian dalam bibir bawah. Namun dapat juga ditemukan di bagian
lain dalam mulut, termasuk langit-langit dan dasar mulut. Akan tetapi jarang
didapati di atas lidah. Pembengkakan dapat juga terjadi jika saluran ludah (duct)
tersumbat dan ludah mengumpul di dalam saluran. Jika pembengkakan terjadi
karena submandibular duct, mucocele tersebut dinamakan ranula. Sebuah
ranula mempunyai ukuran yang cukup besar dan muncul di bawah lidah21

Ada 2 tipe mukokel, yaitu:


1. Tipe mukus ekstravasasi, mukus escape reaction: trauma
menyebabkan duktus ruptur sehingga mukus keluar ke jaringan
submukosa disekitarnya
2. Tipe mukus retention; karena infeksi atau batu, mukus tertahan,
tekanan intraluminal meningkat menyebabkan duktus berdilatasi
sehingga terbentuk lesi mirip kista .Terapinya adalah ekstirpasi.22

Etiologi
- Umumnya disebabkan oleh trauma lokal, misalnya bibir yang sering
tergigit pada saat sedang makan, atau pukulan di wajah.
- Dapat juga disebabkan karena adanya penyumbatan pada duktus
(saluran) kelenjar liur minor.
- Mucocele Juga dapat disebabkan oleh obat-obatan yang mempunyai
efek mengentalkan ludah.21

Gambaran Klinis

- biasanya berbentuk kubah, dengan diameter 1-2 mm hingga lebih.


- paling sering terjadi pada anak-anak dan orang dewasa muda, namun
dapat terjadi di segala usia termasuk bayi yang baru lahir dan orang
lansia.
- Permukaan mukosa dapat terlihat kebiruan dan translusen.
- Ciri khas lesi ini adalah fluctuant, namun pada beberapa kasus
mucocele dapat terasa keras saat dipalpasi.
- Mucocele dapat hilang timbul, yang kadang-kadang pecah sehingga
cairannya keluar.
- Biasanya mucocele tidak disertai rasa sakit, namun cukup
mengganggu, terutama pada saat makan dan berbicara.
- Mucocele yang dangkal bisa pecah sendiri dan mengeluarkan cairan
berwarna kekuning-kuningan. Sedangkan yang lebih dalam bisa
bertahan lama.21

Gambar 8. Mucocele dan Histopatologi


Diagnosis

Mucocele dapat diagnosis dari riwayat penyakit, keadaan klinis dan


palpasi, pada anak dan dewasa muda, lesi fluktuan, tidak terasa nyeri, dapat
terjadi perubahan bentuk permukaan mukosa, benjolan biasanya kecil,
hanya berukuran 1 atau 2 cm. Secara klinis terlihat adanya pembengkakan
bulat berbatas tegas dan berwarna kuning kebiru-biruan.21

Penatalaksanaan

Mucocele adalah lesi yang tidak berumur panjang, bervariasi dari


beberapa hari hingga beberapa minggu, dan dapat hilang dengan sendirinya.
Namun banyak juga lesi yang sifatnya kronik dan membutuhkan
pembedahan eksisi. Pada saat di eksisi, dokter gigi sebaiknya mengangkat
semua kelenjar liur minor yang berdekatan, dan dilakukan pemeriksaan
mikroskopis untuk menegaskan diagnosa dan menentukan apakah ada
kemungkinan tumor kelenjar liur. Selain dengan pembedahan, mucocele
juga dapat diangkat dengan laser.21

Eksisi mucocele : di eksisi dengan memakai modifikasi teknik elips,


menebus mukosa, diluar batas permukaan dari lesi. Batas mucocele dengan
jaringan sehat mudah diidentifikasi, lesi dipotong dengan teknik gunting,
pengambilan gl.mukos asesoris, penutupan dengan jahitan terputus. 21

Terkadang mucocele dapat sembuh dengan sendirinya. Akan tetapi, jika


dibiarkan tanpa perawatan akan meninggalkan luka parut. Mucocele
biasanya harus diangkat, bisa dengan bedah maupun laser. Namun ada
kemungkinan pembedahan dapat menyebabkan munculnya mucocele lain. 21

Beberapa dokter saat ini ada juga yang menggunakan menggunakan


injeksi Kortikosteroid sebelum melakukan pembedahan, ini terkadang dapat
mengempiskan pembengkakan. Jika berhasil, maka tidak perlu dilakukan
pembedahan. 21
Komplikasi

Mucocele biasanya tidak menimbulkan keluhan bila kecil, namun jika


besar akan menimbulkan deformitas, penipisan korteks tulang, sehingga
timbul fenomena bola pingpong (pingpong phenomenon). Bila terus
membesar akan menembus tulang, sehingga akan ditutupi jaringan lunak.
Pada perabaan akan juga akan teraba fluktuasi. Bila kista ini terinfeksi akan
terasa sakit dan timbul pus (nanah). 21

2.Ranula
Ranula adalah kista retensi pada kelenjar berikut ini (kelenjar
sublingual, submandibula atau kelenjar ludah minor dasar mulut). Ciri khas
dari ranula adalah bentuknya yang mirip perut katak (Rana= katak) ranula
bersifat lunak, fluktuatif dan tidak sakit.
Ranula adalah istilah yang digunakan untuk menyebut mukokel yang
letaknya di dasar mulut. Kata ranula yang digunakan berasal dari bahasa
latin “RANA” yang berarti katak, karena pembengkakannya menyerupai
bentuk tenggorokan bagian bawah dari katak. Merupakan pembengkakan
dasar mulut yang berhubungan dan melibatkan glandula sublingualis, dapat
juga melibatkan glandula salivari minor. Ukuran ranula dapat membesar,
dan apabila tidak segera diatasi akan memberikan dampak yang buruk,
karena pembengkakannya dapat mengganggu fungsi bicara, mengunyah,
menelan, dan bernafas.22iii

Etiologi

Etiologinya tidak diketahui namun diduga ranula terjadi akibat trauma,


obstruksi kelenjar saliva, dan aneurisma duktus glandula saliva. Post
traumatic ranula terjadi akibat trauma pada glandula sublingual atau
submandibula yang menyebabkan ekstravasasi mukus, sehingga terbentuk
pseudokista. Ranula juga dikatakan berkaitan dengan penyakit kelenjar
saliva dan anomali kongenital dimana duktus saliva tidak terbuka.
Klasifikasi

Berdasarkan letaknya ranula dibedakan menjadi dua, yaitu ranula simpel


dan ranula plunging

- Ranula simpel yang juga disebut dengan oral ranula merupakan ranula
yang terbentuk karena obstruksi duktus glandula saliva tanpa diikuti
dengan rupturnya duktus tersebut. Letaknya tidak melewati ruang
submandibula, dengan kata lain tidak berpenetrasi ke otot
milohioideus.
- Ranula plunging atau sering disebut ranula diving merupakan massa
yang terbentuk akibat rupturnya glandula saliva tanpa diikuti rupturnya
ruang submandibula yang kemudian menimbulkan plug pseudokista
yang meluas hingga ke ruang submandibula atau dengan kata lain
berpenetrasi ke otot milohioideus. 3

Ranula juga dapat dibedakan atas fenomena ekstravasasi mukus dan


kista retensi mukus. Ekstravasasi mukus merupakan akibat dari trauma,
sedangkan kista retensi mukus terjadi akibat obstruksi duktus glandula
saliva.

Selain tipe ranula di atas, dikenal pula ranula kongenital, yaitu ranula
yang diakibatkan anomali kongenital, misalnya atresia duktus saliva atau
kegagalan pada proses pembentukan kanal/duktus ekskresi, tetapi kasus
seperti ini sangat jarang ditemui. 23

Gambaran Klinis, Radiografi, dan Histopatologi

- merupakan massa lunak yang berfluktusi dan berwarna translusen


kebiruan, yang membedakannya dengan mukokel adalah letaknya di
dasar mulut atau bagian bawah lidah
- Apabila dipalpasi, massa ini tidak akan berubah warna menjadi pucat.
Jika massa ini terletak agak jauh ke dasar mulut, maka massa ini tidak
lagi berwarna kebiruan melainkan berwarna normal seperti mukosa
mulut yang sehat.
- Diameternya mulai dari 1 sampai dengan beberapa sentimeter.
- tidak diikuti rasa sakit.
- Keluhan yang paling sering diungkapkan pasien adalah mulutnya terasa
penuh dan lidah terangkat ke atas.
- Ranula yang berukuran besar akan menekan duktus glandula saliva dan
menyebabkan aliran saliva menjadi terganggu. 23

Secara histopatologi, kebanyakan ranula tidak mempunyai lapisan epitel


dan dinding dari ranula terdiri dari jaringan ikat fibrous yang menyerupai
jaringan granulasi. Penemuan histopatologi menunjukkan ruang dalam kista
dan dindingnya didominasi oleh histiosit, dan juga dijumpai mucin. 23

Diagnosa

pemeriksaan ekstra oral mencakup pemeriksaan kelenjar limfe,


pemeriksaan keadaan abnormal dengan memperhatikan konsistensi, warna,
dan jenis keadaan abnormal. kemudian pemeriksaan intra oral yaitu secara
visual melihat pembengkakan pada rongga mulut yang dikeluhkan pasien
dan melakukan palpasi pada massa tersebut.

- Diperhatikan apakah ada perubahan warna pada saat dilakukan palpasi


pada massa.
- Ditanyakan kepada pasien apakah ada rasa sakit pada saat dilakukan
palpasi.
- Selanjutnya dilakukan pemeriksaan pendukung meliputi pemeriksaan
laboratorium dan pemeriksaan radiografi. 23

Diagnosa Banding

- kista dermoid
- sialolithiasis
- thyroglossal duct cyst
- cystic hygroma
- neoplastic thyroid disease, dan lain-lain. 23

Perawatan

Perawatan terhadap ranula dapat dilakukan dengan pembedahan,


biasanya menggunakan teknik eksisi dan marsupialisasi
 Menjelang operasi

 Penjelasan kepada penderita dan keluarganya mengenai tindakan


operasi yang akan dijalani serta resiko komplikasi disertai dengan
tandatangan persetujuan dan permohonan dari penderita untuk
dilakukan operasi. (Informed consent).
 Memeriksa dan melengkapi persiapan alat dan kelengkapan operasi.
 Penderita puasa minimal 6 jam sebelum operasi.
 Antibiotika profilaksis, Cefazolin atau Clindamycin kombinasi
dengan Garamycin, dosis menyesuaikan untuk profilaksis. 24

 Tahapan operasi

 Dilakukan dalam kamar operasi, penderita dalam narkose umum


dengan intubasi nasotrakheal kontralateral dari lesi, atau kalau
kesulitan bisa orotrakeal yang diletakkan pada sudut mulut serta
fiksasinya kesisi kontralateral, sehingga lapangan operasi bisa
bebas.
 Posisi penderita telentang sedikit “head-up” (20-25 0
) dan kepala
menoleh kearah kontralateral, ekstensi (perubahan posisi kepala
setelah didesinfeksi).
 Desinfensi intraoral dengan Hibicet setelah dipasang tampon steril
di orofaring.
 Desinfeksi lapangan operasi luar dengan Hibitane-alkohol 70%
1:1000
 Mulut dibuka dengan menggunakan spreader mulut, untuk
memudahkan mengeluarkan lidah/ dijulurkan maka bisa dipasang
teugel pada lidah dengan benang sutera 0/1.
 Lakukan eksisi bentuk elips pada mukosa dasar mulut yang
bombaan akibat kista tersebut dan pilih yang paling sedikit
vaskularisasinya, kemudian rawat perdarahan yang terjadi, lakukan
sondase atau palpasi, sebab kadang ada sedimentasi/sialolithiasis,
atau sebab lain sehingga menimbulkan sumbatan pada saluran
kelenjar liur sublingual. Tepi eksisi dijahit marsupialisasi dengan
Dexon 0/3 agar tidak menutup lagi.
 Apabila masih teraba kista maka bisa dilakukan memecahkan septa
yang ada sehingga isinya bisa ter-drainase. Pada kista yang cukup
besar setelah dievaluasi tidak ada kista lagi maka bisa dipasang
tampon pita sampai keujungnya dipertahankan sampai 5 hari
sebagai tuntunan epitelialisasi pada permukaan kista tadi dan tidak
obliterasi lagi. 24
 Apabila didapat sebagian ranula dibawah m. milohioid, maka
memerlukan pendekatan yang lebih bagus dari ekstra oral. Dan yang
perlu diperhatikan adalah preservasi n. hipoglossus, avn. lingualis.
Pasang redon drain apabila melakukan pendekatan ekstra oral.
 Evaluasi ulang untuk perdarahan yang terjadi.
 Lapangan operasi dicuci dengan kasa-PZ steril, luka operasi yang
diluar ditutup dengan kasa steril dan di hipafiks.
 Tampon orofaring diambil, sebelum ekstubasi.
 Buat laporan operasi dan surat pengantar untuk pemeriksaan PA. 24

 Komplikasi operasi

 Perdarahan
 Kerusakan n. hipoglosus atau n. lingualis
 Infeksi
 Fistel orokutan pada operasi yang pendekatannya intra dan extra
oral
 Residif 24

 Perawatan Pasca Bedah

 Infus Ringer Lactate dan Dextrose 5% dengan perbandingan 1 : 4


(sehari)
 Setelah sadar betul bisa dicoba minum sedikit-sedikit, setelah 6 jam
tidak mual bisa diberi makan.
 Pada penderita yang terpasang drain redon dilepas jika produksinya
< 10 cc/24 jam.
 Luka operasi dirawat ganti verban pada hari ke-3.iv
 Pada penderita yang dipasang kasa verband tampon steril pada saat
operasi pada bekas kista sublingual maka tampon dipertahankan
sampai hari ke 5, dan kemudian dicabut sehingga mengurang
kemungkinan tertutup lagi kista kelenjar liur tersebut.
 Penderita dipulangkan sehari setelah angkat drain dan tampon,
anjurkan kontrol di Poli Bedah. Angkat jahitan pada hari ke-7
setelah operasi. 24

Follow-Up Tiap minggu sampai luka operasi sembuh baik24

d. Sindrom Heerfordt

Definisi

Sindrom heerfordt, atau juga dikenal dengan istilah demam uveoparotis,


merupakan manifestasi langka dari sarkoidosis. Keadaan ini pertama kali
dijelaskan oleh seorang dokter spesialis mata berkebangsaan denmark bernama
Christian Frederic Heerfordt pada tahun 1909. Semula sindrom ini tergolong
kedalam mumps. Namun setelah penelitian lebih lanjut oleh dokter
berkebangsaan Swedia bernama Jan G. Waldenstrom pada tahun 1937, sindrom
heerfordt diklasifikasikan sebagai manifestasi lanjut dari sarkoidosis. 15

Sarkoidosis sendiri merupakan sejenis penyakit dimana sekumpulan sel


inflamasi kronis yang abnormal membentuk noduli pada beberapa organ tubuh.
Sarkoidosis berasal dari kata sarcoid (seperti daging) dan osis (suatu keadaan
abnormal). Penyebab dari sarkoidosis masih belum diketahui.16
Gambar 6. Sarkoidosis

Etiologi

Penyebab dari sindrom heerfordt belum diketahui secara pasti. Pada pasien
yang didiagnosa mempunyai sindrom ini, 15% nya memiliki kerabat yang juga
mengalami keadaan yang sama. Salah satu kemungkinan adalah bahwa sindrom
ini berasal dari kombinasi antara pengaruh lingkungan dan herediter. Spesies
Mycobacterium dan Propionibacteria dianggap sebagai agen dari lingkungan,
meskipun bukti ini masih belum meyakinkan.15

Prevalensi

Di Amerika Serikat, sarkoidosis terjadi sebanyak 10 kasus tiap 100.000


warga kulit putih dan 36 kasus tiap 100.000 warga kulit hitam.v Sindrom
heerfordt terjadi sebanyak 0.3% pada pengidap sarkoidosis.17

Faktor Resiko
 Dewasa muda – lebih cenderung terjadi pada rentang usia 20-40 tahun.
 lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pada pria17

Gejala

 Demam dan Kelemahan tubuh


 pasien bisa mengalami gejala paroksismal berupa demam atau keringat di
malam hari
 gejala-gejala lainnya seperti sakit kepala dan berat badan menurun17
 Gejala okular:
 ketidaknyamanan pada mata
 fotofobia
 pandangan kabur
 mata merah
 keterlibatan kelenjar lakrimal, menyebabkan kelopak mata bengkak20
 Pembengkakan Parotis
 bisa terjadi satu sisi ataupun kedua sisi.
 Pembengkakan yang difus dan tanpa rasa sakit pada parotis maupun juga
kelenjar saliva lainnya
 Bisa menyebabkan mulut kering.
Lumpuh Saraf Wajah

Gambar 7. Sindrom Heerfordt


Penatalaksanaan

Sarcoidosis cenderung mengalami penyembuhan total pada 50-60% kasus


dan tidak selalu memerlukam perawatan yang rutin. Penyakit ini sendiri lebih
bervariasi dan sulit diprediksi.19
Pertimbangan medis

 Hal yang paling sulit dalam penanganan sindrom ini adalah perawatan pada
uveitis nya yang bisa mengancam penglihatan dan membutuhkan
penanganan dan pengawasan dari spesialis mata. Kortikosteroid topikal
ataupun sistemik bisa digunakan sebagai penatalaksanaan sarkoidosis
okular.
 Terapi Steroid sistemik digunakan untuk merawat lumpuh saraf wajah jika
diperlukan.19

Pembedahan

Terapi pembedahan biasanya digunakan untuk menangani komplikasi seperti


katarak atau opasifikasi vitreous. Uveitis dapat meningkatkan resiko glaukoma,
sehingga pasien bisa memerlukan trabekulektomi ataupun alat drainase glaukoma
lainnya.19

Prognosis

Prognosis sangat bervariasi:


- Paralisis fasial dapat sembuh kembali dan merespon terhadap pemberian
steroid
- Sindrom heerfordt tidak dianggap dapat terjadi relaps
- Derajat perluasan dari sarkoidosis pada bagian tubuh yang lain akan
mempengaruhi prognosis keseluruhan
- Angka kematian jangka panjang keseluruhan sekitar 5-8%.5

B. Sialosis / Sialadenosis
Definisi:

'Sialadenosis' adalah istilah non-spesifik yang digunakan untuk


menggambarkan suatu pembesaran kelenjar ludah biasa, jinak, non-inflamasi, non-
neoplastik, biasanya terjadi pada kelenjar parotid tapi kadang-kadang mempengaruhi
kelenjar submandibula dan jarang pada kelenjar ludah minor. Pembesaran ini bersifat
bilateral dan simetris.25
Etiologi:

Secara umum, pembesaran ini asimtomatik dan penyebabnya adalah idiopatik.


Pada gangguan ini, baik kelenjar parotis dapat difus dan membesar dengan hanya
gejala sederhana. Sialadenosis terjadi pada Pasien berusia 30-69 tahun dan jenis
kelamin sama-sama terlibat.

Penyebab:

Causes of sialosis
Drugs-induced Endocrine/metabolic Nutritional
Antihypertensives Acromegaly Beriberi
Guanacline Alcoholism Bulimia
Iodine Diabetes insipidus Gastrointestinaldisease
Isoprenaline Diabetes mellitus Malnutrition
Lead Hypothyroidism Pellagra
Mercury Cirrhosis of the liver Amylophagia
Naproxen Uraemia Vitamin A
deficiency
Oxphenbutazone
Phenylbutazone
Sulfisoxazole
Thiocyanate
Thiouracil
Valproic acid

 Obat
Di antara berbagai macam obat yang dapat menyebabkan sialosis, agen anti-
hipertensi yang menonjol.

o Penyalahgunaan alkohol ± sirosis hati dan hepatitis alkoholik. (penelitian


sebelumnya menunjukkan bahwa antara 30% dan 80% pasien dengan
sirosis alkoholik telah sialosis.)
o Simpatomimetik seperti isoprenalin
o Fenilbutazon
o Anti-thyroids & fenotiasin
 Endokrin (hormonal)
o Diabetes Mellitus (prevalensi yang dilaporkan sialosis di
diabetes berkisar antara 10% sampai 80%)
o Kehamilan
o Akromegali
 Gangguan nutrisi
Setiap gangguan yang mempengaruhi pencernaan makanan atau yang
penyerapan selama periode yang berkepanjangan, dapat mengakibatkan sialosis,
dan kekurangan gizi dapat menyebabkan sialosis pada pecandu alkohol.

o Malnutrisi - pellagra atau kwashiorkor


o Cystic Fibrosis & pankreatitis
o Anorexia nervosa
o Bulimia
Pemeriksaan Klinis:

Lembut, tanpa rasa sakit,pembesaran umum pada parotids.

 Pemeriksaan LAB :
Tes Darah:

* ↑ tingkat glukosa

* Tes fungsi hati yang abnormal

Sialochemistry:

* ↑ kalium

* ↑ kalsium tingkat

USG, MRI & Sialography: Membantu membedakan penempatan ruang lesi

 Biopsi:
Jarang diindikasikan. Jika dilakukan, biopsi menunjukkan sel asinar yang akan
diperbesar hampir dua kali diameter yang normal dan sitoplasma dikemas dengan
butiran enzim.

Pengobatan:

Tidak diperlukan.
Sialosis dapat diselesaikan jika diabetes melitus-& alkoholisme- sialosis terkait
diperlakukan.26

Gambar 9 : pembengkakan bilateral yang terus-menerus dari kelenjar parotis akibat


alkoholisme.

Gambar 10: Mikroskopi menunjukkan hipertrofi sel asinar dengan sitoplasma granular
dan kompresi dari saluran lurik. (Hematoksilin dan eosin, pembesaran 150x.)

C. Sialolithiasis
Sialolithiasis adalah kalsifikasi dan dalam sistem sekresi membentuk bahan organik
dari kelenjar ludah utama.

Etiologi

Tidah diketahui, tetapi ada beberapa factor penyebab dari pembentukan batu
dalam kelenjar. Peradangan, kesalahan dalam sistem saluran, iritasi lokal, dan obat-
obatan antikolinergik dapat menyebabkan penyatuan air liur di dalam saluran, yang
diduga lebih banyak memacu pembentukan batu. Hal ini diyakini bahwa nidus saliva
bahan organik menjadi kalsifikasi dan secara bertahap membentuk sialolith. Peneliti
telah menyelidiki kemungkinan perubahan pH saliva, jumlah kalsium dan fosfor yang
abnormal dan diet sebagai penyebab pembentukan sialolith, tetapi perubahan yang
konsisten belum terdeteksi. Sering, tidak ada penjelasan jelas untuk pembentukan
batu. Karena penyebab yang mendasari tidak diketahui dan dikoreksi dalam
kebanyakan pasien, tingkat kekambuhan adalah sekitar 20%.

Hal ini diketahui bahwa struktur kristal dari sialoliths adalah


hidroksiapatit. Komposisi kimia kalsium fosfat dan karbon, dengan
jumlah magnesium, kalium klorida, dan amonium. Lima puluh persen dari sialoliths
kelenjar parotid dan 20% dari kalsifikasi sialoliths kelenjar submandibular yang
buruk. Gambaran radiografi tidak terdetek. Kelenjar submandibula adalah tempat
yang paling umum dari keterlibatan, 80 - 90% dari sialoliths terjadi pada kelenjar ini.
Kelenjar parotis 5 - 15% dari kasus, dan 2 - 5% kasus terjadi pada kelenjar ludah
sublingual. Hal ini memungkinkan bahwa tingkat tinggi pembentukan sialolith di
kelenjar submandibula karena

(1) duktus Wharton yang berliku-liku


(2) peningkatan jumlah kalsium dan fosfat
(3) lokasi kelenjar submandibula yang rentan
Gejala klinis

 nyeri, batu yang terbentuk menghambat produksi air liur


 bengkak.
 air liur dapat menyebabkan infeksi, fibrosis, dan atrofi kelenjar.
 Fistula, saluran sinus, atau ulserasi dapat terjadi batu dalam kasus-kasus kronis

Pemeriksaan
Pemeriksaan jaringan lunak sekitar saluran menunjukkan reaksi peradangan
parah. Palpasi untuk meraba saluran terdapat batu. Infeksi bakteri akan menjadi
kronis. Komplikasi lain dari sialoliths termasuk sialadenitis akut, striktur duktal, dan
dilatasi duktal.3
Pemeriksaan radiografi

pandangan oklusal dari kelenjar submandibula.


Suatu pandangan anteroposterior wajah berguna untuk visualisasi dari batu
parotis. Selain itu juga dapat menempatkan sebuah film oklusal intraorally berdekatan
dengan saluran. CT scan dapat digunakan untuk mendeteksi sialoliths dan telah 10
kali sensitivitas dari film radiografi untuk mendeteksi kalsifikasi. Phleboliths
kalsifikasi adalah batu yang terletak dalam pembuluh darah; dapat mudah keliru
radiografi untuk sialoliths. Phleboliths terjadi di luar struktur duktal, dan sialography.
Oleh karena itu dapat membantu dalam membedakan lesi ini. Stanley dan rekan
melaporkan menggunakan FNA dari kelenjar submandibular sebagai alat diagnostik
dalam 5 pasien tidak terdapat gejala klasik sialolithiasis. Dalam 3 dari 5 kasus,
fragmen batu telah diidentifikasi, dan pasien didiagnosis dengan sialolithiasis. Pada 2
pasien lainnya, FNA sampel tidak mengungkapkan fragmen batu tapi menunjukkan
sel-sel busa dan metaplastic skuamosa sel yang berlendir mirip dengan karsinoma
mucoepidermoid.

Pengbatan

Bedah eksisi kelenjar dilakukan, dan batu yang ditemukan,


yang menekankan bahwa FNA sitologi harus ditafsirkan
hati-hati dalam situasi ini.
BAB III

PENUTUP

Kelainan dan penyakit pada kelenjar saliva terbagi menjadi tiga bagian besar, yakni
sialadenitis baik yang bersifat akut maupun kronis, Sialosis, dan Sialolithiasis. Sialadenitis
merupakan suatu radang acinus kelenjar saliva yang dapat ditimbulkan oleh bakteri, virus,
maupun autoimun. Penyakit ini dapat bersifat akut maupun kronis. Sialosis adalah radang
akut pada kelenjar saliva yang disertai pembentukan ludah berlebihan. Dan sialolithiasis
merupakan proses pembentukan batu pada kelenjar ludah sehingga menyebabkan terjadinya
obstruksi.

Penyakit-penyakit yang telah disebutkan pada bab dua sebagian besar membutuhkan
tindakan berupa pembedahan yang dilakukan oleh spesialis bedah mulut.
Daftar pustaka

1. Radfar , L,Kleiner, DE, Fox, PC, Pillemer , SR. Prevalensi dan signifikansi
klinis limfositik fokus dalam kelenjar ludah kecil sukarelawan sehat. Arthritis
Rheum 2002; 47:520.
2. Morbini , P, Manzo , A , Caporali , R, et al. Pemeriksaan kelenjar kecil
bertingkat biopsi ludah untuk Sjogren sindrom secara signifikan meningkatkan
kinerja diagnostik AECG kriteria klasifikasi. Arthritis Res Ada 2005; 7: R343.
3. Margaret M.Gracius, Philip C.Fox.-. burket oral medicine: salivary gland.-.-
4. Wray, David DKK. Textbook Of General And Oral Surgery hal 115-116.
2003. Philadelphia: Elsevier
5. Pedersen, Gordon W. Buku Ajar Praktis Bedah Mulut hal 280-290. 1996.
Jakarta: EGC.
6. Sudiono, Janti DKK. Penuntun Praktikum Patologi Anatomi hal 38-39. 2001.
Jakarta: EGC
7. Witt, Robert L. Salivary Gland Diseases Surgical And Medical Management
hal 56-58. 2005. New York: Thieme
8. http://emedicine.medscape.com/article/332125-treatment#a1128
9. http://www.mayoclinic.com/health/sjogrens-
syndrome/DS00147/DSECTION=treatments-and-drugs
10. http://www.mayoclinic.com/health/sjogrens-
syndrome/DS00147/DSECTION=lifestyle-and-home-remedies
11. Schaffer A, A. Mikulicz Jacobsen 's sindrom: sebuah laporan dari sepuluh
kasus Am J Dis Child . 1927 ; 34 : 327 -346.
12. Morgan W, Castleman B. Sebuah studi klinikopatologi dari ". Penyakit
Mikulicz itu" Am J Pathol. . 1953 ; 29 : 471 -503.
13. Morgan W. Sifat kemungkinan penyakit sistemik Mikulicz dan hubungannya
dengan sindrom Sjögren N Engl J Med . 1954 ; 251 : 5 -10.
14. Talal N, Bunim J. pengembangan limfoma ganas dalam perjalanan sindrom
Sjögren Am J Med . 1964 ; 36 : 529 -540.
15. http://en.wikipedia.org/wiki/Heerfordt%27s_syndrome
16. http://en.wikipedia.org/wiki/Sarcoidosis
17. Iannuzzi, Michael C.; Rybicki, Benjamin A.; Teirstein, Alvin S. (22
November 2007). "Sarcoidosis". New England Journal of Medicine 357 (21):
2153–2165.
18. Sugawara, Yoshifumi et al (November 2005). "Heerfordt Syndrome Initially
Presenting With Subcutaneous Mass Lesions: Usefulness of Gallium-67 Scans
Before and After Treatment". Clinical Nuclear Medicine 30 (11): 732–733.
19. http://www.patient.co.uk/doctor/Heerfordt%27s-Syndrome.htm
20. Herrmann G; ; Dtsch Med Wochenschr. 1999 Feb 26;124(8):209-12. [abstract]
21. Daniels, TE, Whitcher , JP. Asosiasi pola peradangan kelenjar ludah labial
dengan keratokonjungtivitis sicca . Analisis dari 618 pasien dengan
dugaan Sjögrensindrom. Arthritis Rheum 1994; 37:869.
22. Daniels, TE. Labial biopsi kelenjar ludah di Sjögren sindrom. Arthritis
selesma 1984;27:147./2010/05/kelainan-kelenjar-ludah.html
23. repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20503/.../Chapter%20II.pdf
24. http://bedahunmuh..com/2010/05/18/eksisi-dan-marsupialisasi-ranula/
25. http://www.exodontia.info/Sialosis.html diakses tgl18oktober 2011
26. Crispian Scully , Jose V. Bag´an , John W. Eveson ,Neal Barnard d, Fiona M.
Turner. 2008. Sialosis: 35 cases of persistent parotid swelling from two
countries. British Journal of Oral and Maxillofacial Surgery volume 46, Hal
468–472.
,

You might also like