You are on page 1of 35

DISCHARGE PLANNING

Tugas Mata Kuliah Manajemen Keperawatan

Dosen Pembimbing:

Duwi Basuki, M.Kep.

Disusun oleh:

Kelompok/kelas: 4/3D

1. Wahyu Aditya P.N (201601122)


2. Eni Yunita (201601133)
3. Galuh novia putri (201601135)
4. Yunis dwi kurniasari (201601136)
5. Lya shelviana (201601140)
6. Hanif akbar rudiansyah (201601141)
7. Nur gita kumalasari (201601143)

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


STIKES BINA SEHAT PPNI KABUPATEN MOJOKERTO
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan rahmat, taufik, tuntunan serta hidayah-Nya kepada penulis dalam
menyelesaikan makalah yang berjudul “Discharge Planning”. Dalam penulisan makalah ini,
penulis banyak mendapat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Maka sudah
sewajarnya pada kesempatan ini, penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada :

1. Dr. M. Sajidin, M. Kep, selaku ketua Stikes Bina Sehat PPNI Kab. Mojokerto
2. Ana Zakiyah M. Kep, selaku ketua Program studi S1 Ilmu keperawatan.
3. Duwi Basuki, M.Kep selaku pembimbing mata kuliah manajemen keperawatan.
4. Rekan-rekan kelas 3D S1 Ilmu Keperawatan Stikes Bina Sehat PPNI Kab.Mojokerto

Yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Penulis berharap semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Dan kami juga menyadari masih ada
kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu kritik dan saran yang sifatnya membangun
akan kami terima dengan senang hati.

Mojokerto, 6 Mei 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................................. I

DAFTAR ISI............................................................................................................................ II

BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang ......................................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................... 2

1.3 Tujuan ...................................................................................................................... 2

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................................. 3

2.1 Definisi ..................................................................................................................... 3

2.2 Tujuan ...................................................................................................................... 4

2.3 Manfaat Discharge Planning .................................................................................... 4

2.4 Jenis-Jenis Pemulangan ............................................................................................ 5

2.5 Struktur..................................................................................................................... 5

2.6 Prinsip-Prinsip Dalam Discharge Planning.............................................................. 5

2.7 Komponen-komponen Discharge Planning ............................................................. 6

2.8 Faktor-Faktor yang Perlu Dikaji Dalam Discharge Planning .................................. 6

2.9 Tindakan Keperawatan yang Dapat Diberikan Pada Pasien Sebelum Pasien
Diperbolehkan Pulang ............................................................................................. 7

2.10 Hal-hal yang Harus Dipertimbangkan Dalam Pelaksanaan Discharge Planning... 7

2.11 Proses Pelaksanaan Discharge Planning ................................................................ 8

2.12 Alur Discharge Planning ..................................................................................... 15

2.13 Format Discharge Planning .................................................................................. 16

BAB 3 TRIGGER CASE ....................................................................................................... 17

3.1 Kasus ...................................................................................................................... 17

3.2 Script Role Play ..................................................................................................... 17

BAB 4 PENUTUP .................................................................................................................. 29

4.1 Kesimpulan ............................................................................................................ 29


ii
4.2 Saran ....................................................................................................................... 29

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 30

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien dilakukan secara
berkesinambungan dimulai saat pasien masuk rumah sakit sampai dengan pasien pulang.
Rentang kesinambungan asuhan keperawatan merupakan keperawatan yang selalu
dibutuhkan pasien di manapun pasien berada. Rentang keperawatan kontinue (continous
of care) adalah integrasi sistem keperawatan yang berfokus kepada pasien terdiri atas
mekanisme pelayanan keperawatan yang membimbing dan mengarahkan pasien
sepanjang waktu. Oleh karena itu diperlukan adanya suatu perencanaan pasien pulang
(discharge planning), yang bertujuan untuk meningkatkan status kesehatan pasien secara
signifikan dan menurunkan biaya-biaya yang diperlukan untuk rehabilitasi lanjut.
Dengan adanya discharge planning, pasien diharapkan dapat mempertahankan
kesehatannya dan membantu pasien untuk lebih bertanggung jawab terhadap kesehatan
mereka sendiri.

Perawat adalah salah satu anggota team Discharge Planner, dan sebagai
discharge planner perawat mengkaji setiap pasien dengan mengumpulkan dan
menggunakan data yang berhubungan untuk mengidentifikasi masalah actual dan
potensial, menentukan tujuan dengan atau bersama pasien dan keluarga, memberikan
tindakan khusus untuk mengajarkan dan mengkaji secara individu dalam
mempertahankan atau memulihkan kembali kondisi pasien secara optimal dan
mengevaluasi kesinambungan Asuhan Keperawatan.
Oleh karena itu pasien perlu dipersiapkan untuk menghadapi pemulangan.
Orem (1985 dalam Alligood & Tomey, 2006) mengatakan bahwa intervensi
keperawatan dibutuhkan karena adanya ketidakmampuan untuk melakukan perawatan
diri sebagai akibat dari adanya keterbatasan. Salah satu bentuk intervensi keperawatan
yang dapat dilakukan adalah discharge planning (perencanaan pemulangan pasien)
untuk mempromosikan tahap kemandirian tertinggi kepada pasien, teman-teman, dan
keluarga dengan menyediakan, memandirikan aktivitas perawatan diri (The Royal
Marsden Hospital 2004).
Discharge planning yang tidak baik dapat menjadi salah satu faktor yang
memperlama proses penyembuhan di rumah (Wilson-Barnett dan Fordham, 1982
dalam Torrance, 1997). Kesuksesan tindakan discharge planning menjamin pasien
1
mampu melakukan tindakan perawatan lanjutan yang aman dan realistis setelah
meninggalkan rumah sakit (Hou, 2001 dalam Perry &Potter, 2006).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa definisi dari discharge planning?
2. Apa tujuan dari discharge planning?
3. Apa Manfaat dari discharge planning?
4. Apa saja jenis-jenis dari pemulangan?
5. Bagaimana struktur discharge planning?
6. Apa saja prinsip-prinsip dari discharge planning?
7. Apa saja komponen discharge planning?
8. Apa saja factor yang perlu dikaji dari discharge planning?
9. Apa saja tindakan keperawatan yang dapat diberikan pada pasien sebelum pasien
diperbolehkan pulang ?
10. Apa hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam pelaksanaan discharge planning?
11. Bagaimana proses pelaksanaan discharge planning?
12. Bagaimana alur dari discharge planning?
13. Bagaimana contoh format Discharge Planning?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari discharge planning.
2. Untuk mengetahui tujuan dari discharge planning.
3. Untuk mengetahui manfaat dari discharge planning.
4. Untuk mengetahui jenis-jenis dari pemulangan.
5. Untuk mengetahui struktur discharge planning.
6. Untuk mengetahui prinsip-prinsip dari discharge planning.
7. Untuk mengetahui komponen discharge planning.
8. Untuk mengetahui factor yang perlu dikaji dari discharge planning.
9. Untuk mengetahui tindakan keperawatan yang dapat diberikan pada pasien sebelum
pasien diperbolehkan pulang .
10. Untuk mengetahui hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam pelaksanaan discharge
planning.
11. Untuk mengetahui proses pelaksanaan discharge planning.
12. Untuk mengetahui alur dari discharge planning.
13. Untuk mengetahui Format Discharge Planning.
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Discharge Planning adalah suatu proses yang sistematis dalam pelayanan


kesehatan untuk membantu pasien dan keluarga dalam menetapkan kebutuhan,
mengimplementasikan serta mengkoordinasikan rencana perawatan yang akan dilakukan
setelah pasien pulang dari rumah sakit sehingga dapat meningkatkan atau
mempertahankan derajat kesehatannya. (Darliana, 2012)

Discharge planning adalah suatu proses yang dipakai sebagai pengambilan


keputusan dalam hal memenuhi kebutuhan pasien dari suatu tempat perawatan ke tempat
lainnya. Dalam perencanaan kepulangan, pasien dapat dipindahkan kerumahnya sendiri
atau keluarga, fasilitas rehabilitasi, nursing home atau tempat tempat lain diluar rumah
sakit. (Mugianti, 2016)

Perencanaan pulang (Discharge Planning) merupakan suatu proses yang dinamis


dan sistematis dari penilaian, persiapan, serta koordinasi yang dilakukan untuk
memberikan kemudahan pengawasan pelayanan kesehatan dan pelayanan sosial sebelum
dan sesudah pulang. Perencanaan pulang merupakan proses yang dinamis agar tim
kesehatan mendapatkan kesempatan yang cukup untuk menyiapkan pasien melakukan
perawatan mandiri di rumah. Perencanaan pulang didapatkan dari proses interaksi
ketika perawat profesional, pasien dan keluarga berkolaborasi untuk memberikan dan
mengatur kontinuitas keperawatan. Perencanaan pulang diperlukan oleh pasien dan harus
berpusat pada masalah pasien, yaitu pencegahan, terapeutik, rehabilitatif, serta perawatan
rutin yang sebenarnya. (Nursalam, 2014)

Discharge planning adalah suatu kegiatan perawat dalam asuhan keperawatan


untuk memberikan pendidikan dari pasien masuk rumah sakit sampai dengan kepulangan
pasien. Perawat mempunyai tanggung jawab utama untuk memberi instruksi kepada
pasien tentang sifat masalah kesehatan, hal-hal yang harus dihindari, penggunaan obat-
obatan di rumah, jenis komplikasi, dan sumber bantuan yang tersedia. (Pertiwiwati &
Rizany, 2016)

3
2.2 Tujuan
Tujuan Discharge Planning yaitu:

1. Menyiapkan pasien dan keluarga secara fisik, psikologis dan social untuk pulang dan
beradaptasi dengan lingkungan.
2. Meningkatkan kemandirian pasien dan keluarga untuk meningkatkan derajat
kesehatan pasien.
3. Meningkatkan perawatan yang berkelanjutan pada pasien.
4. Membantu rujukan pasien pada sistem pelayanan yang lain.
5. Membantu pasien dan keluarga memiliki pengetahuan dan keterampilan serta sikap
dalam memperbaiki serta mempertahankan status kesehatan pasien.
6. Melaksanakan rentang perawatan antara rumah sakit dan masyarakat.
7. Memberikan informasi pada pasien dan keluarga sesuai kebutuhan mereka baik secara
tertulis maupun secara verbal.
Perencanaan pulang bertujuan membantu pasien dan keluarga untuk dapat
memahami permasalahan dan upaya pencegahan yang harus ditempuh sehingga dapat
mengurangi risiko kambuh, serta menukar informasi antara pasien sebagai penerima
pelayanan dengan perawat dari pasien masuk sampai keluar rumah sakit.

2.3 Manfaat Discharge Planning


Menurut Spath (2003) perencanaan pulang mempunyai manfaat sebagai berikut:

1. Dapat memberi kesempatan untuk memperkuat pengajaran kepada klien yang dimulai
dari rumah sakit.
2. Dapat memberikan tindak lanjut secara sistematis yang digunakan untuk menjamin
kuantitas perawatan klien.
3. Mengevaluasi pengaruh dari intervensi yang terencana pada penyembuhan klien dan
mengidentifikasi kekambuhan atau kebutuhan perawatan baru.
4. Membantu kemandirian dan kesiapan klien dalam melakukan perawatan di rumah.
(Effendi, 2008)

4
2.4 Jenis-Jenis Pemulangan

Chesca (1982) mengklasifikasikan jenis pemulangan klien sebagai berikut:

1. Pulang sementara atau cuti (conditioning discharge)


Keadaaan pulang ini dilakukan apabila kondisi klien baik dan tidak terdapat
komplikasi. Klien untuk sementara dirawat di rumah namun harus ada pengawasan
dari pihak rumah sakit atau Puskesmas terdekat.
2. Pulang mutlak atau selamanya (absolute discharge)
Cara ini merupakan akhir dari hubungan klien dengan rumah sakit. Namun apabila
klien perlu dirawat kembali, maka prosedur perawatan dapat dilakukan kembali.
3. Pulang paksa (judicial discharge)
Kondisi ini klien diperbolehkan pulang walaupun kondisi kesehatan tidak
memungkinkan untuk pulang, tetapi klien harus dipantau dengan melakukan
kerjasama dengan perawat puskesmas terdekat. (Effendi, 2008)

2.5 Struktur

Menurut Mc.Kecnan dan Coulton (1970) yang dikutip oleh Jackson (1994)
menyatakan bahwa struktur dari perencanaan pemulangan terdiri dari struktur formal
dan informal. Model informal adalah model tradisional dimana perawat harus
berkonsultasi dengan dokter atau pekerja sosial dalam menyusun dalam sebuah
perencanaan pemulangan dan belum adanya suatu dokumentasi tertulis dalam
pelaksanaannya. Struktur formal dimana perencanaan pemulangan dibuat secara
tertulis yang berisikan tentang uraian peran, proses seleksi, penilaian sistem
dokumentasi serta metode evaluasi yang berkelanjutan.

Dugan dan Mossel (1992) yang dikutip oleh Jackson (1994) menyatakan bahwa
pada saat ini telah terjadi perubahan dalam pelaksanaan perencanaan pemulangan
dengan struktur tersendiri dimana perawat sebagai koordinasi dalam pelaksanaannya
dan selalu berkonsultasi dengan klien dan keluarga serta para profesional lainnya dalam
perencanaan pemulangan baik dalam pelaksanaannya.

2.6 Prinsip-Prinsip Dalam Discharge Planning

1. Pasien merupakan fokus dalam perencanaan pulang sehingga nilai keinginan dan
kebutuhan dari pasien perlu dikaji dan dievaluasi.

5
2. Kebutuhan dari pasien diidentifikasi lalu dikaitkan dengan masalah yang mungkin
timbul pada saat pasien pulang nanti, sehingga kemungkinan masalah yang timbul di
rumah dapat segera diantisipasi.
3. Perencanaan pulang dilakukan secara kolaboratif karena merupakan pelayanan
multidisiplin dan setiap tim harus saling bekerja sama.
4. Tindakan atau rencana yang akan dilakukan setelah pulang disesuaikan dengan
pengetahuan dari tenaga/sumber daya maupun fasilitas yang tersedia di masyarakat.
5. Perencanaan pulang dilakukan pada setiap system atau tatanan pelayanan kesehatan.
(Nursalam, 2014)

2.7 Komponen-komponen Discharge Planning

1. Perawatan di rumah meliputi pemberian pengajaran atau pendidikan kesehatan (health


education) mengenai diet, mobilisasi, waktu kontrol dan tempat control, pemberian
pelajaran disesuaikan dengan tingkat pemahaman dan keluarga mengenai perawatan
selama pasien di rumah nanti.
2. Obat-obatan yang masih diminum dan jumlahnya, meliputi dosis, cara pemberian dan
waktu yang tepat minum obat.
3. Obat-obat yang dihentikan, karena meskipun ada obat-obat tersebut sudah tidak
diminum lagi oleh pasien, obat-obat tersebut tetap dibawa pulang pasien.
4. Hasil pemeriksaan, termasuk hasil pemeriksaan luar sebelum MRS dan hasil
pemeriksaan selama MRS, semua diberikan ke pasien saat pulang.
5. Surat-surat seperti surat keterangan sakit, surat kontrol. (Nursalam, 2014)

2.8 Faktor-Faktor yang Perlu Dikaji Dalam Discharge Planning

1. Pengetahuan pasien dan keluarga tentang penyakit, terapi dan perawatan yang
diperlukan.
2. Kebutuhan psikologis dan hubungan interpersonal di dalam keluarga
3. Keinginan keluarga dan pasien menerima bantuan dan kemampuan mereka memberi
asuhan.
4. Bantuan yang diperlukan pasien.
5. Pemenuhan kebutuhan aktivitas hidup sehari-hari seperti makan, minum, eliminasi,
istirahat dan tidur, berpakaian, kebersihan diri, keamanan dari bahaya, komunikasi,
keagamaan, rekreasi dan sekolah.
6. Sumber dan sistem pendukung yang ada di masyarakat.

6
7. Sumber finansial dan pekerjaan.
8. Fasilitas yang ada di rumah dan harapan pasien setelah dirawat
9. Kebutuhan perawatan dan supervisi di rumah. (Nursalam, 2014)

2.9 Tindakan Keperawatan yang Dapat Diberikan Pada Pasien Sebelum Pasien
Diperbolehkan Pulang
1. Pendidikan kesehatan
Diharapkan bisa mengurangi angka kambuh atau komplikasi dan meningkatkan
pengetahuan pasien serta keluarga tentang perawatan pascarawat.
2. Program pulang bertahan
Berujuan untuk melatih pasien untuk kembali ke lingkungan keluarga dan
masyarakat. Program ini meliputi apa yang harus dilakukan pasien di rumah sakit
dan apa yang harus dilakukan oleh keluarga.
3. Rujukan
Integritas pelayanan kesehatan harus mempunyai hubungan langsung antara perawat
komunitas atau praktik mandiri perawat dengan rumah sakit sehingga dapat
mengetahui perkembangan pasien di rumah. (Nursalam, 2014)

2.10 Hal-hal yang Harus Dipertimbangkan Dalam Pelaksanaan Discharge Planning

Menurut Zwicker & Picariello, (2003), ada beberapa hal yang harus
dipertimbangkan dalam pelaksanaan discharge planning, yaitu :

1. Discharge planning merupakan proses multidisiplin dalam memenuhi kebutuhan


pasien.
2. Prosedur discharge planning dilaksanakan secara konsisten untuk semua pasien.
3. Pengkajian juga dilakukan terhadap keluarga sebagai orang yang akan melanjutkan
perawatan.
4. Meyakinkan bahwa pasien dipindahkan ke lingkungan yang aman dan memadai.
5. Menjamin adanya kontinuitas dalam perawatan setelah pulang dari rumah sakit.
6. Discharge planning dimulai saat kontak pertama dengan pasien.
7. Informasi tentang discharge planning disusun berdasarkan hasil diskusi dan
kesepakatan antara tenaga kesehatan dengan pasien atau keluarga.
8. Keyakinan/kepercayaan pasien harus dipertimbangkan dalam menyusun discharge
planning.

7
2.11 Proses Pelaksanaan Discharge Planning
Proses pelaksanaan discharge planning dilakukan melalui 5 tahap yaitu:

1. Seleksi pasien
Tahap ini meliputi identifikasi pasien yang membutuhkan discharge planning,
semua pasien membutuhkan pelayanan, tetapi pemberian discharge planning lebih
diprioritaskan bagi pasien yang mempunyai risiko lebih tinggi memiliki kebutuhan
akan pelayanan khusus. Slevin 1996 mendeskripsikan karakteristik pasien yang
membutuhkan discharge planning dan rujukan ke pelayanan kesehatan adalah pasien
yang kurang pengetahuan tentang rencana pengobatan, isolasi social, diagnosa baru
penyakit kronik, operasi besar, perpanjangan masa penyembuhan dari operasi besar
atau penyakit, ketidakstabilan mental atau emosi, penatalaksanaan perawatan
dirumah yang kompleks, kesulitan financial, ketidakmampuan menggunakan sumber-
sumber rujukan, serta pasien yang sakit pada tahap terminal.
Sedangkan menurut Cawthorn (2005), prioritas klien yang membutuhkan
discharge planning adalah : usia di atas 70 tahun, multiple diagnosis dan risiko
kematian yang tinggi, keterbatasan mobilitas fisik, keterbatasan kemampuan merawat
diri, penurunan status kognisi, risiko terjadinya cidera, tuna wisma dan fakir miskin,
menderita penyakit kronis, antisipasi perawatan jangka panjang pada penyakit stroke,
pasien DM baru, TBC paru, gangguan penyalahgunaan zat/obat, riwayat sering
menggunakan fasilitas emergensi seperti asma, alergi. Discharge planning juga
diindikasikan pada pasien yang berada pada perawatan khusus seperti nursing home
atau pusat rehabilitasi. Selain itu juga perlu dipertimbangkan kondisi sosial ekonomi
serta lingkungan pasien seperti kemampuan anggota keluarga untuk merawat serta
fasilitas lingkungan yang sesuai dengan kondisi pasien (Zwicker & Picariello, 2003)
2. Pengkajian
Pengkajian discharge planning berfokus pada 4 area, yaitu pengkajian fisik dan
psikososial, status fungsional, kebutuhan penkes dan konseling. Zwicker dan
Picariello (2003) mengemukakan bahwa prinsip-prinsip dalam pengkajian adalah :
a. Pengkajian dilakukan pada saat pasien masuk dan berlanjut selama perawatan.
b. Pengkajian berfokus pada pasien dewasa yang berisiko tinggi tidak tercapainya
hasil discharge

8
c. Pengkajian meliputi :
1) Status fungsional (kemampuan dalam aktivitas sehari-hari dan fungsi
kemandirian).
2) Status kognitif (kemampuan pasien dalam berpartisipasi dalam proses discharge
planning dan kemampuan mempelajari informasi baru).
3) Status psikologi pasien, khususnya pengkajian terhadap depresi.
4) Persepsi pasien terhadap kemampuan perawatan diri.
5) Kemampuan fisik dan psikologik keluarga dalam perawatan pasien.
6) Kurangnya pengetahuan berkaitan kebutuhan perawatan kesehatan setelah
pulang.
7) Faktor lingkungan setelah pulang dari rumah sakit.
8) Kebutuhan dukungan formal dan informal keluarga dalam memberikan
perawatan yang benar dan efektif.
9) Review pengobatan dan dampaknya.
10) Akses ke pelayanan setelah pulang dari rumah sakit.
Dalam mengkaji kebutuhan pendidikan kesehatan pasien, perawat harus
mempertimbangkan hal-hal berikut (Rankin & Stallings, 2001), yaitu: informasi
yang dibutuhkan oleh pasien dan keluarga, perilaku yang perlu evaluasi, ketrampilan
yang dibutuhkan pasien untuk menunjukkan perilaku sehat serta faktor-faktor
lingkungan pasien yang dapat dirubah untuk menunjukkan perilaku yang diinginkan.
Pengkajian dalam proses discharge planning ini harus dilakukan secara
komprehensif dan mempertimbangkan kriteria pasien yang membutuhkan discharge
planning baik pada pasien sendiri maupun keluarga yang akan melanjutkan
perawatan setelah pulang dari rumah sakit. Agar sasaran kontinuitas perawatan
tercapai, pasien dan keluarga harus dapat beradaptasi dengan kondisi kesehatan serta
beban keluarga dapat diminimalkan (Slevin, 1996).
Susan dalam Hoeman (1996) menyebutkan kriteria pasien yang siap untuk
dikaji kebutuhan penkes-nya ditunjukkan dalam 3 kategori sebagai berikut :
a. Secara fisik, pasien mampu berpartisipasi dalam proses pengkajian seperti tanda
vital yang sudah terkontrol, kecemasan menurun.
b. Tujuan dalam proses pengkajian dapat dimengerti oleh pasien serta sesuai dengan
kebutuhan pasien dan keluarga.
c. Pengkajian juga harus mempertimbangkan status emosional pasien dan keluarga
sehingga mereka dapat berpartisipasi aktif dalam mengungkapkan kebutuhannya.
9
3. Perencanaan
Dalam perencanaan diperlukan adanya kolaborasi dengan team kesehatan
lainnya, diskusi dengan keluarga dan pemberian penkes sesuai pengkajian.
Pendekatan yang digunakan pada discharge planning difokuskan pada 6 area penting
dari pemberian penkes yang dikenal dengan istilah ”METHOD” dan disesuaikan
dengan kebijakan masing-masing rumah sakit (Slevin, 1996).

a. Medication
Pasien diharapkan mengetahui tentang: nama obat, dosis yang harus di komsumsi,
waktu pemberiannya, tujuan penggunaan obat, efek obat, gejala yang mungkin
menyimpang dari efek obat dan hal-hal spesifik lain yang perlu dilaporkan.
b. Environment
Pasien akan dijamin tentang: instruksi yang adekuat mengenai keterampilan-
keterampilan penting yang diperlukan di rumah, investigasi dan koreksi berbagai
bahaya di lingkungan rumah, support emosional yang adekuat, investigasi
sumber - sumber dukungan ekonomi, investigasi transportasi yang akan digunakan
klien.
c. Treatment
Pasien dan keluarga dapat: mengetahui tujuan perawatan yang akan dilanjutkan di
rumah, serta mampu mendemonstrasikan cara perawatan secara benar.
d. Health
Pasien akan dapat: mendeskripsikan bagaimana penyakitnya atau kondisinya yang
terkait dengan fungsi tubuh, mendeskripsikan makna-makna penting untuk
memelihara derajat kesehatan, atau mencapai derajat kesehatan yang lebih tinggi.
e. Outpatient Referral
Pasien dapat: mengetahui waktu dan tempat untuk kontrol kesehatan, mengetahui
dimana dan siapa yang dapat dihubungi untuk membantu perawatan dan
pengobatannya.
f. Diet
Pasien diharapkan mampu: mendeskripsikan tujuan pemberian diet, merencanakan
jenis-jenis menu yang sesuai dengan dietnya.

10
4. Implementasi
Zwicker & Picariello (2003), menjelaskan bahwa dalam implementasi discharge
planning ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan, yaitu :
a. Prinsip umum dalam implementasi discharge planning.
b. Stategi untuk memastikan kontinuitas perawatan pasien.
Menurut Zwicker & Picariello (2003), Stategi untuk memastikan kontinuitas
perawatan pasien dikenal dengan 4 C yaitu Communication, Coordination,
Collaboration dan Continual Reassesment.
1) Communication
Komunikasi dilakukan secara multidisiplin melibatkan pasien dan keluarga saat
pertama pasien masuk rumah sakit, selama masa perawatan dan saat pasien
akan pulang. Komunikasi dapat dilakukan secara tertulis dan hasil dokumentasi
merupakan pengkajian kebutuhan perawatan pasien berupa ringkasan pasien
dirumah sakit. Komunikasi verbal dilakukan mengenai status kesehatan
dilakukan pada pasien, keluarga, profesional lain dan pelayanan kesehatan
untuk rujukan setelah pulang dari rumah sakit.
2) Coordination
Dalam proses discharge planning harus melakukan koordinasi dengan team
multidisiplin serta dengan unit pelayanan rujukan setelah pasien pulang dari
rumah sakit. Komunikasi harus jelas dan bisa meyakinkan bahwa pasien dan
keluarga memahami semua hal yang dikomunikasikan.
3) Collaboration
Kolaborasi dilakukan oleh perawat dengan seluruh team yang terlibat dalam
perawatan pasien, disamping itu adanya kolaborasi antara perawat dengan
keluarga dengan memberikan informasi tentang riwayat kesehatan masa lalu
pasien, kebutuhan biopsikososial serta hal – hal yang berpotensi menghambat
proses kontinuitas perawatan.
4) Continual Reassesment
Proses discharge planning bersifat dinamis, sehingga status kesehatan pasien
akan selalu berubah sesuai pengkajian yang dilakukan secara kontinyu dan
akurat.

Fokus pada tahap implementasi ini adalah memberikan penkes serta


pendokumentasian. Dalam pemberian penkes bukan hanya sekedar pemberian

11
informasi tetapi merupakan suatu proses yang mempengaruhi perilaku individu,
karena kesuksesan suatu pendidikan bisa diperlihatkan dengan adanya perubahan
perilaku. Terbentuknya pola perilaku baru dan berkembangnya kemampuan seseorang
dapat terjadi melalui tahapan yang diawali dari pembentukan pengetahuan, sikap dan
dimilikinya suatu ketrampilan baru. Bloom (1976, dalam Notoatmojo, 1997)
mengemukakan bahwa aspek perubahan perilaku yang berkembang dalam proses
pendidikan meliputi tiga ranah yaitu :

1) Ranah kognitif (pengetahuan), menunjukkan pemikiran yang rasional, berupa


dasar fakta atau konsep.
2) Ranah afektif (sikap), menunjukkan perasaan dan reaksi pasien terhadap
penyakitnya.
3) Ranah psikomotor (ketrampilan), menunjukkan kemampuan dalam
mendemonstrasikan suatu tindakan, keahlian dan lain-lain.

Notoatmojo (2002) mengemukakan bahwa terdapat aspek - aspek kebudayaan


yang dapat mempengaruhi perubahan tingkah laku seseorang dan mempengaruhi
status kesehatannya, yaitu :

1) Persepsi masyarakat terhadap sehat-sakit


Persepsi seseorang atau masyarakat terhadap sehat dan sakit berbeda-beda, seperti
penyebab keadaan sakit karena makhluk halus, guna-guna, dan lain-lain, dan bila
perawat tidak memahami persepsi tersebut dapat menghambat proses penkes yang
diberikan.
2) Kepercayaan
Kepercayaan atau agama seseorang dapat mempengaruhi tingkah laku mereka
terhadap status kesehatan, terkadang kepercayaan atau agama dapat memberi
pengaruh negative terhadap pendidikan kesehatan yang diberikan oleh petugas
kesehatan.
3) Pendidikan
Tingkat pendidikan seseorang sangat berpengaruh terhadap penerimaan
pendidikan kesehatan, karena itu perawat harus menyesuaikan metode pemberian
penkes dengan tingkat pendidikan pasien. Selain itu agar proses pendidikan yang
diberikan tidak terhambat, perawat harus memperhatikan bahasa yang dipakai,
sederhana dan dapat dimengerti oleh pasien.

12
4) Nilai kebudayaan
Perawat harus memahami bahwa faktor budaya sangat mempengaruhi proses
pembelajaran pasien. Asuhan keperawatan dan proses pembelajaran pasien harus
mempertimbangkan keanekaragaman budaya pasien dan keluarganya (Leininger,
1994 dalam Rankin & Stallings, 2001). Untuk mendesain intervensi dalam penkes
pada pasien, perawat perlu mengkaji informasi tentang bagaimana memberikan
intervensi dengan latar belakang budaya yang beraneka ragam.

Dalam memberikan penkes perawat harus menyesuaikan dengan tahap


perkembangan pasien, pendekatan yang dilakukan sangat berbeda untuk pasien anak-
anak, remaja dan dewasa. Informasi tentang usia akan memberi petunjuk mengenai
status perkembangan seseorang hingga dapat memberi arah mengenai materi penkes
dan pendekatan yang digunakan. Khusus bagi pasien dewasa, maka harus
dipertimbangkan pemberian penkes dengan pendekatan pada orang dewasa, yaitu
memulai aktivitas perawat harus dengan mendiskusikan terlebih dahulu apa yang
ingin mereka pelajari dan apa yang mereka butuhkan. Ketika kebutuhan mereka sudah
dikenali oleh perawat, proses pendidikan kesehatan yang diberikan baru akan menjadi
menyenangkan dan efektif, dan sebaliknya bila perawat salah dalam mengidentifikasi
kebutuhan mereka, maka akan muncul kendala bahwa proses pembelajaran untuk
tercapainya suatu perilaku yang baru akan terhambat (Iacono & Campbell, 1997
dalam Rankin & Stallings, 2001).

5. Evaluasi
Buick, et al (2000) menjelaskan bahwa dalam mengevalusi keefektifan suatu
discharge planning, terdapat 2 indikator penilaian yang perlu dipertimbangkan yaitu
kriteria proses dan kriteria hasil yang dapat diukur seperti adanya peningkatan status
fungsional, kunjungan berulang (readmission) akibat faktor risiko yang tidak
terkontrol.
Menurut Spath (2003) bahwa dalam mengevaluasi keefektifan proses
discharge planning perlu dilakukan follow-up setelah pasien pulang dari rumah sakit
yang dapat dilakukan melalui telepon atau kontak dengan keluarga serta pelayanan
kesehatan yang ikut memberikan perawatan pada pasien. Karena proses follow-up
merupakan kunci untuk menjamin kontinuitas perawatan pasien. Tujuan follow-up
adalah mengevalusi dampak intervensi yang telah diberikan selama perawatan pasien

13
dan mengidentifikasi kebutuhan perawatan yang baru, mengkaji efektifitas dan
efisiensi proses discharge planning.
Menurut Potter & Perry (2005) keberhasilan yang diharapkan setelah dilakukan
discharge planning ditunjukkan seperti :
a. Pasien dan keluarga memahami diagnosa, antisipasi tingkat fungsi, obat-obatan dan
tindakan pengobatan untuk proses transisi atau kepulangan, mengetahui cara
antisipasi kontinuitas perawatan serta tindakan yang akan dilakukan pada kondisi
kedaruratan.
b. Pendidikan diberikan kepada pasien dan keluarga untuk memastikan perawatan
yang tepat setelah pasien pulang sesuai dengan kebutuhan.
c. Koordinasi sistem pendukung dimasyarakat yang memungkinkan pasien untuk
membantu pasien dan keluarga kembali ke rumahnya dan memiliki koping yang
adaptif terhadap perubahan status kesehatan pasien.
d. Melakukan koordinasi system pendukung pelayanan kesehatan untuk kontinuitas
perawatannya. (Darliana, 2012)

14
2.12 Alur Discharge Planning
Perawat PP dibantu PA Perawat PP dibantu PA

Keadaan klien:
1. Klinis dan pemeriksaan
penunjang klien
2. Ketergantungan klien

Perencanaan Pulang (Discharge Planning)

Penyelesaian Program Health Education: Lain-lain


Administrasi 1. Kontrol,dan obat/perawatan
2. Nutrisi
3. Aktivitas dan istirahat
4. Perawatan diri

Monitor (sebagai program


service savety) oleh: keluarga
dan petugas

Keterangan:
1. Tugas Perawat Primer:
a. Membuat perencanaan pulang (discharge planning)
b. Membuat leaflet
c. Memberikan konseling
d. Memberikan pendidikan kesehatan
e. Menyediakan format discharge planning
f. Mendokumentasikan discharge planning
2. Tugas Perawat Associate
a. Melaksanakan agenda discharge planning (pada saat perawatan dan diakhiri
perawatan). (Effendi, 2008)

15
2.13 Format Discharge Planning
No. Reg :
Nama :
Jenis Kelamin :

Tanggal MRS : Tanggal KRS :


Bagian : Bagian :
Dipulangkan dari RS Y dengan keadaan:
Sembuh Pulang paksa
Meneruskan dengan obat jalan Lari
Pindah ke RS lain Meninggal
A. Kontrol
b. Waktu :
c. Tempat :
B. Lanjutan Perawatan di Rumah (luka operasi, pemasangan gips, pengobatan, dll)
C. Aturan diet/nutrisi:
D. Obat-obat yang masih di minum dan jumlahnya
E. Aktivitas dan Istirahat
Barang-barang yang dibawa pulang (hasil Lab, foto,ECG, Obat, lainnya):
Lain-lain…….

Mojokerto,…………………..

Klien/ keluarga Perawat

( ) ( )

(Effendi, 2008)

16
BAB 3
TRIGGER CASE

3.1 Kasus
Pada tanggal 5 Mei 2019 datang seorang pasien bernama An. W (10 tahun) di RS
Bina Sehat Mojokerto dengan keluhan panas sejak 7 hari yang lalu, tidak nafsu makan,
dan terdapat bintik-bintik kemerahan pada kulit. Setelah diperiksa dokter mendiagnosa
An. W dengan DHF dan dianjurkan untuk menjalani perawatan di rumah sakit selama 3
hari karena trombositnya menurun.

3.2 Script Role Play

A. Pelaksanaan kegiatan :
1. Topik : Discharge planning pada pasien dengan diagnose DHF
2. Hari/tanggal : Rabu, 8 Mei 2019
3. Waktu : 13.00
4. Tempat : Ruang Asoka
5. Pelaksana : Karu, Katim, PA
6. Sasaran : klien dan keluarga klien
B. Pengorganisasian
1. Karu :
2. Katim :
3. Perawat Pelaksana 1 :
4. Perawat Pelaksana 2 :
5. Dokter :
6. Pasien :
7. Keluarga Pasien :
C. Istrumen
1. Status klien
2. Format discharge planning (terlampir)
3. Leaflet (terlampir)
4. Obat-obatan, hasil laboratorium dan pemeriksaan penunjang
D. Naskah
Pada tanggal 5 Mei 2019 datang seorang pasien bernama An. W (10 tahun) di RS
Bina Sehat Mojokerto dengan keluhan panas sejak 7 hari yang lalu, tidak nafsu

17
makan, dan terdapat bintik-bintik kemerahan pada kulit. Setelah diperiksa dokter
mendiagnosa An. W dengan DHF dan dianjurkan untuk menjalani perawatan di
rumah sakit selama 3 hari karena trombositnya menurun.
Di ruang Rawat Inap Melati 3

Karu : “selamat pagi ?”

Pasien : “pagi sus”

Karu : “Selamat datang di RS Binas Sehat, saya Ns. X kepala ruangan di


ruangan ini dan ini Ns. L dan Ns. G yang bertugas pada pagi ini,
dengan adik W ya?

Pasien :”Iya sus”

Karu :“Baik bu, Ns. L dan Ns. G akan bertugas membantu adik W pada pagi
ini, kalau perlu bantuan atau keluhan langsung saja sampaikan kepada
Ns. L atau Ns. G, kalau begitu saya permisi dulu ya dik W dan ibu.

Pasien & Ibu :”Iya sus”

PP 1 :”Baik, adik W, apa yang dirasakan pagi ini? Apakah badanya masih
panas?”

Pasien : “ Iya sus”

Ibu Pasien :”Masih panas sus, belum turun-turun, tidak nafsu makan juga”

PP 1 :” ada lagi selain itu?

Ibu Pasien :” tidak ada sus”

PP 1 :”o.. Gitu ya bu, nanti dokter yang akan menangani adik W akan
segera datang. Sambil menunggu dokter, karena disini adik W baru
datang Ns. G akan mengenalkan ibu mengenai peraturan dan fasilitas
yang ada di ruangan ini. Tujuannya untuk menjaga kenyaman bapak
selama dirawat disini, apakah ibu bersedia?”

Ibu Pasien :”iya, boleh”

18
PP 2 :”Baiklah ibu, waktunya tidak lama sekitar 10 menit saja, sebelumnya
saya akan meemberitahukan peraturan untuk ruangan ini terlebih
dahulu, pertama mengenai jam kunjung, di rs ini, jam kunjungan
dibatasi karena untuk menjaga kenyamanan klien. Jam kunjungan pagi
jam 09.00 samapai jam 11.00, kunjungan sore dari jam 14.00 sampai
jam 21.00.Sebelum dilanjutkan ada yang ingin ditanyakan ?”

Ibu Pasien :” sementara tidak ada sus”

PP 2 :”Baiklah kalau begitu kita lanjut ya bu. Selanjutnya saya akan


mengenalkan lingkungan dan fasilitas yang ada diruangan ini. Tempat
tidur ini bisa dinaikkan bagian atas dan bawahnya, ini ada
pemutarannya yang sebelah kanan untuk menaikkan bagian kaki dan
yang kiri untuk menaikkan bagian kepala. Disebelah kanan TT ada
lemari kecil disana nanti bisa dipakai untuk menyimpan pakaian ganti
untuk bapak dan keluarga. Dibagian kiri dekat pintu ada kamar mandi,
jadi nantiadik W bisa mandi atau buang air disini. Diatas TT ada bel,
jika adik W membutuhkan sesuatu atau jika pada keadaan darurat
silahkan menekan bel. Selain itu diruangan ini tidak diperkenankan
merokok dan mohon bantuananya untuk memberi tahu keluarga yang
berkunjung untuk menjaga kebersihan ruangan untuk kenyamanan
bersama. Bagaimana ada yang ingin ditanyakan ?”

Ibu Pasien :”tidak ada sus, sudah cukup jelas”

PP 1 :”baiklah kalau begitu adik W istirahat dulu, nanti 10 menit lagi dokter
akan kesini untuk memeriksa keadaan adik W”

Ibu Pasien :”iya sus, terima kasih”

PP 1 ;”sama-sama bu, terima kasih atas kerjasamanya. Saya permisi dulu


ya bu?”

Pasien :”iya sus”

10 menit kemudian Dokter memeriksa keadaan an. W dan memberi resep pada an.W

19
Dokter : “Selamat pagi pak, saya dr. E yang akan memeriksa an. W hari ini,
apa yang dirasakan pada an. W bu?

Ibu Px : “Masih Panas, dan nafsu makan menurun sus”

Dokter : “Baik, saya periksa dulu ya bu”

Dokter memeriksa An. W

Dokter : “ Begini bu, karena anak ibu ini terkena DBD, sehingga tanda dan
gejalnaya itu panasnya tinggi dan nafsu makannya menurun nanti saya
kasih resep untuk menurunkan demamnya dan nafsu makannya ya buk,
kemudian hasil pemeriksaan darahnya untuk trombosit anak ibu
menurun, ibu bias datang ke ruang perawat untuk nanya berapa
trombosit anak ibu kalau misalnya sewaktu-wakti ibu ingin
mengetahui”

Ibu Px :” Iya dok”

Dokter :”Kalau begitu saya permisi dulu ya bu”

Ibu Px : “Iya dok”

Kemudian dokter meninggalkan ruangan. Beberapa jam kemudian An. Waktunya


mendapat injeksi

PP 1 : “Selamat Siang adik W, Ibu”

Ibu pasien : “Siang sus”

PP 1 : “Bu, saya suntik dulu ya untuk menurunkan demamnya, apa da yang


dikeluhkan an . W bu, saya suntik ya dek.”

Ibu Px : “ Tidak ada sus, Cuma saya khawatir sus dengan trombosit anak
saya ini kalau turun diberi apa ya sus, selain obat uuntuk
meningkatkan trombosit anak saya?”

PP 1 : “ Begini bu, trombosit anak ibu ini memang turun, ibu bias memberi
sari kurma untuk menaikkan trombosit anak ibu, selain didukung

20
dengan obat dari kami bu, kami akan terus memantau perkembangan
anak ibu, jadi ibu tidak usah cemas.”

Ibu Px : ‘Baik sus, terimakasih”

Setelah 3 hari di rumah sakit keadaan an W Sudah mulai membaik

(Tahap persiapan di ruang karu)

Karu :”Selamat pagi rekan-rekan, agenda kita pagi hari ini untuk pasien An.
W adalah melakukan discharge planning karena kondisi pasien sudah
membaik dan memungkinkan untuk perawatan dirumah dan dokter
juga sudah ACC kepulangan an. W, bagaimana persiapan katim/pp
dari An. W?”

katim 1 :”Baik, untuk persiapan discharge planning pada An. W sudah siap.
Status pasien dan format discharge planning sudah
dipersiapkan.Untuk masalah pada pasien saat ini pencegahan agar
tidak terkena penyakit DHF lagi”

Karu :”Baik, terima kasih untuk katim. Coba berkas-berkasnya saya periksa
dulu”

PP 2 :”Baik bu ini berkas-berkasnya beserta format discharge planningnya”

Setelah karu memeriksa kelengkapan berkas, katim beserta PP 1 & PP2 ke ruangan
pasien untuk melakukan discharge planning.

Tahap pelaksanaan

Katim :”selamat pagi An. W, bagaimana kabar bapak hari ini?”

Ibu Pasien :”Selamat pagi Bu. Alhamdulillah semakin baik”

Katim :”Alhamdulilah, hari ini ada kabar gembira untuk An. W Jadi hari ini
An. W diperbolehkan untuk pulang sesuai yang dijanjikan pak dokter
tadiamlam ya dek. Bu, mohon maaf sebelumnya untuk persyaratan
sebelum pulang keluarga harus mengurus administrasi di loket bawah”

21
Ibu Px :”Mohon maaf bu untuk administrasinya sudah diurus semua, ini
berkas-berkasnya”

Katim :” Baik bu, bagus sekali kalau begitu. Namun ada satu hal lagi yang
perlu dilakukan terkait dengan kepulangan an. W. Ini nanti Ns. G akan
menyampaikan hal-hal yang terkait dengan perawatan An. W dirumah,
bagaimana ibu apakah bersedia?”

Ibu px :”iya bu, boleh. Silahkan”

Katim : “ kalau begitu saya permisi dulu ya, bu, adek W”

Ibu px : “iya sus”

(Katim meninggalkan ruangan)

PP 2 :”baik bu disini sya akan menyampaikan beberapa hal, yaitu yang


pertama apakah ibu sudah tahu dengan jelas penyakit Demam
Berdarah?

Ibu Px : “Demam berdarah itu ya penyakit yang digigit nyamuk itu saja setahu
saya sus.”

PP 2 :” Baik, saya jelaskan untuk lebih jelasnya ya bu, demam berdarah


adalah penyakit yang di sebabkan oleh gigitan nyamuk dangue, dan
ciri-cirinya penyakit ini adalah suhu tubuh panas secara tiba – tiba
selama 2-7 hari tidak turun. Dan untuk mengetahui lebih jelasnya harus
menggunakan tes lab darah dan hasil lab yang menentukan, apakah ibu
tahu cara pencegahan demam berdarah?
Ibu Px : “Belum sus”
PP 2 : “. Melakukan kebiasaan baik, seperti An. W harus makan-makanan
bergizi, rutin olahraga, dan istirahat yang cukup, perhatikan kebersihan
lingkungan tempat tinggal dan melakukan 3M (menguras, menutup,
mengubur). Fogging atau pengasapan Sudahkah ibu dan keluarga
melakukan salah satu atau mungkin keseluruhan dari cara pencegahan
yang saya sebutkan tadi?
Ibu Px : “Belum sus, an. W juga ini jarang mau kalau disuruh amkan sayur”

22
PP 2 :” Adik w mulai sekarang harus maumakan sayur ya, istirahat yang
cukup, rajin berolah raga, dan sedikit dikurangi main mainnya,
gunakan waktu untuk istirahat.

An. W : “ Iya sus”

PP 2 : “Dan untuk perawatan an. W dirumah yaitu mulai menerapkan


Istirahat yang cukup, banyak minum air putih, makan makanan yang
lunak dan tidak boleh asam atau pedas, jangan lupa obatnya diminum
ya bu, dan 1 minggu lagi tepatnya hari kamis, jangan lupa an. W untuk
dijadwalkan control ya bu, sebelum saya akhiri apa ada pertanyaan
bu?”

Ibu Px : “ sudah sus”

PP 2 : “ Baik bu, saya permisi dulu ya, adik W, hati hati di jalan ya kalau
pulang, nanti kalau sudah beres-beres saya antarkan ya dek dengan
kursi roda.

Ibu Px : “ Iya sus.”

(Kemudian PP kembali keruangan)

Tahap penutup

Karu :”Terima kasih atas kerjasama rekan-rekan semua, saya kira untuk
kegiatan discharge planning pada pagi hari ini cukup bagus, namun
saya harap untuk kedepannya lebih ditingkatkan lagi untuk
kenyamanan dan kepuasan pasien dan kelurga”

Pp/katim :”Baik bu”.

Karu :”Baik selamat bertugas kembali, dan tetap jaga diri dan semangat”

PP/PA :” baik bu, terimakasih”

23
JURNAL PENELITIAN DISCHARGE PLANNING

No Nama Peneliti Tahun Judul Hasil Penelitian


1 Aria Wahyuni, 2012 Kesiapan Pulang Adanya pengaruh penerapan
Elly Pasien Penyakit Discharge Planning terhadap
Nurrachman, Jantung Koroner kesiapan pulang pasien penyakit
Dewi Gayatri Melalui Penerapan jantung coroner yang terdiri dari
Discaherge Planning status personal, pengetahuan,
kemampuan koping, dan
dukungan (p=0,001 ; α=0,05).
Penelitian ini merekomendasikan
Discharge Planning yang baik
dapat dilakukan untuk
meningkatkan kualitas asuhan
keperawatan dan kualitas hidup
pasien penyakit jantung koroner.
2 Nurul Fuady 2016 Pengaruh Pelaksanaan Terdapat pengaruh pelaksanaan
F.A, Elly L. Discharge Planning Discharge planning terhadap
Sjattar, Veni Terhadap Dukungan dukungan informasional
Hadju. Psikososial Keluarga (p=0,000), dukungan instrumental
Merawat Pasien (p=0,001), dukungan penilaian
Stroke Di Rsup Dr. (p=0,003), dukungan emosional
Wahidin (p=0,001). Implementasi
Sudirohusodo Discharge planning harus selalu
dilaksanakan oleh perawat untuk
membantu pasien dan keluarga
dalam menyiapkan kepulangan
pasien.
3 Erni Suprapti 2017 Pengaruh Discharge Setelah intervensi dengan
Planning Terstruktur discharge planning terstruktur,
Untuk Meningkatkan pengetahuan maupun
Kesiapan Pasien TB keterampilan pasien kelompok
Paru Menghadapi intervensi dalam menghadapi
Pemulangan (Studi pemulangan lebih tinggi secara

24
Eksperimental Di bermakna dibandingkan
RSUD Tugurejo Dan kelompok control (p = 0,0001).
RSUD Kota Discharge planning terstruktur
Semarang) terbukti efektif secara bermakna
meningkatkan kesiapan pasien
TB paru dalam menghadapi
pemulangan, baik dari aspek
pengetahuan maupun
keterampilan.
4 Ratna Agustin 2017 Optimalisasi Model Discharge planning
Pelaksanaan terintegrasi mempunyai pengaruh
Discharge Planning yang signifikan terhadap
Melalui kemampuan perawat dalam
Pengembangan pelaksanaan discharge planning
Model Discharge (p=0,004; α ≤ 0,05). Adanya
Planning Terintegrasi pengembangan model discharge
Pelayanan planning terintegrasi
Keperawatan menyebabkan penerapan
discharge planning dapat
terlaksananya sebagaimana
mestinya terutama pada tahapan
yang sering diabaikan oleh
perawat. Pengembangan model
discharge planning dapat
dilakukan penelitian lanjutan
tentang discharge planning
berkelanjutan pada rujukan
pelayanan kesehatan yang lain
maupun home care.
5 Wiwin 2016 Hubungan Adanya hubungan implementasi
Sulistyawati Implementasi asesmen kompetensi dengan
Asesmen Kompetensi pelaksanaan discharge planning (p
Dengan Pelaksanaan =0,001). Hasil penelitian ini

25
Discharge Planning. merekomendasikan perlunya
asesmen kompetensi yang
memuat discharge planning
sebagai upaya meningkatkan
pelaksanaan asuhan keperawatan
khususnya discharge planning.
6 Anis Azizah, 2017 Discharge Planning Pengaruh discharge planning
Dhina Mempengaruhi terhadap kualitas pelayanan
Widayati, Kualitas Pelayanan keperawatan didapatkan p
Diana Keperawatan value=0,025 (α<0,05) artinya ada
Rachmania. pengaruh yang signifikan.
Pengaruh discharge planning
terhadap kualitas pelayanan
keperawatan. Pemberian
discharge planning secara
terstruktur membuat responden
lebih memahami penyakitnya
dan tindakan keperawatan jika
sudah dirumah sehingga
responden merasa puas karena
kebutuhan akan pengetahuan
terpenuhi sehingga akan
menggambarkan kualitas
pelayanan keperawatan yang
diberikan baik.
7 Lilik Maslakha 2014 Analisa Pemahaman Hasil penelitian didapatkan
, Wesiana Discharge Planning bahwa dari 59 responden
Heris Santy dengan Tingkat sebagian besar 35 (59,3%)
Kepatuhan Pasien pemahaman discharge planning
Gagal Ginjal Kronik baik, tingkat kepatuhan pasien
(GGK) Dalam GGK dalam menjalani terapi
Menjalani Terapi hemodialysis sebagian besar
Hemodialisis Di 30(50,8%). Dengan adanya

26
Rumah Sakit Islam hubungan Discharge planning
Jemursari Surabaya. dengan tingkat kepatuhan pasien
GGK dalam menjalani terapi
hemodialisis, maka petugas
kesehatan dapat memberikan
informasi yang jelas terhadap
pasien dan berkesinambungan,
dalam bentuk discharge planning
yang sudah tersusun dengan baik
dan meningkatkan kualitas
interaksi kepada keluarga dan
pasien.
8 Nursalam, 2017 Discharge Planning Hasil penelitian menunjukkan
Sumiatun, Meningkatkan bahwa perencanaan kepulangan
Amirul Kepatuhan memiliki pengaruh signifikan
Musrini Pengobatan Pasien. terhadap kepatuhan pasien untuk
terapi (p = 0,028) yang meliputi
obat oral dan injeksi, nutrisi dan
aktifitas selama pasien dirawat.
9 Herniyatun, 2009 Efektivitas Program Kepuasan pasien terhadap
Nurlaila, Discharge Planning pelayanan keperawatan pada
Sudaryani Terhadap Tingkat dimensi pelayanan keperawatan
Kepuasan Pasien Di (pendidikan tentang nutrisi,
Rumah Sakit Umum aktifitas, tanda dan gejala dan
Daerah Kabupaten program terapi) pada kelompok
Kebumen Tahun intervensi dan kontrol terdapat
2009 perbedaan yang bermakna tingkat
kepuasan pasien dengan p value
yang sama yaitu 0,0001 dengan <
α = 0,05. Hal ini berarti program
persiapan pulang efektif terhadap
peningkatan kepuasan pasien
yang dirawat di rumah sakit.

27
10 Nurul 2006 Pengaruh Pemberian Tindakan berupa pemberian
Hidayati, Dwi Discharge Planning discharge planning terhadap
Harjanto, Terhadap Peningkatan pasien pascaoperasi katarak dan
Haryani Pasien Dan Keluarga keluarga di RSUD Banyumas
Tentang Perawatan memberikan pengaruh bermakna
Pascaoperasi Katarak terhadap peningkatan pengetahuan
tentang perawatan pascaoperasi
katarak.

28
BAB 4
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Discharge Planning adalah suatu proses yang sistematis dalam pelayanan


kesehatan untuk membantu pasien dan keluarga dalam menetapkan kebutuhan,
mengimplementasikan serta mengkoordinasikan rencana perawatan yang akan dilakukan
setelah pasien pulang dari rumah sakit sehingga dapat meningkatkan atau
mempertahankan derajat kesehatannya. Perencanaan pulang bertujuan membantu pasien
dan keluarga untuk dapat memahami permasalahan dan upaya pencegahan yang harus
ditempuh sehingga dapat mengurangi risiko kambuh, serta menukar informasi antara
pasien sebagai penerima pelayanan dengan perawat dari pasien masuk sampai keluar
rumah sakit.

Proses Discharge Planning ada 5 tahap yaitu seleksi pasien, pengkajian,


perencanaan, implementasi, evaluasi. Tindakan keperawatan sebelum pasien
diperbolehkan pulang yaitu pendidikan kesehatan, pengobatan bertahan, dan rujukan.

4.2 Saran

Diharapakan semua Rumah Sakit hendaknya memperhatikan benar tentang


pelaksanaan Discharge planning, seperti cara meminum obat, nutrisi, dan jadwal control,
untuk meningkatkan derajat kesehatan pasien setelah keluar dari Rumah Sakit.

29
DAFTAR PUSTAKA

Agustin, R. (2017). Optimalisasi Pelaksanaan Discharge Planning Melalui Pengembangan


Model Discharge Planning Terintegrasi Pelayanan Keperawatan. Jurnal Keperawatan
Muhammadiyah 2.

Azizah, A., Widayati, D., & Rachmania, D. (2017, Juni). Discharge Planning Mempengaruhi
Kualitas Pelayanan Keperawatan. Journals Of Ners Community, 8(1), 53-63.

Darliana, D. (2012). Discharge Planning Dalam Keperawatan. Idea Nursing Journal, III(2).

Effendi, N. d. (2008). Pendidikan Dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

F.A, N. F., Sjattar, E. L., & Hadju, V. (2016, April). Pengaruh Pelaksanaan Discharge
Planning Terhadap Dukungan Psikososial Keluarga Merawat Pasien Stroke Di Rsup
Dr. Wahidin Sudirohusodo. JST Kesehatan, 6(2), 172-178.

Herniyatun, Nurlaila, & Sudaryani. (2009). Efektivitas Program Discharge Planning


Terhadap Tingkat Kepuasan Pasien Di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten
Kebumen Tahun 2009. Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, 5(3).

Hidayati, N., Harjanto, D., & Haryani. (2006). Pengaruh Pemberian Discharge Planning
Terhadap Peningkatan Pasien Dan Keluarga Tentang Perawatan Pascaoperasi
Katarak. Jurnal Ilmu Keperawatan.

Maslakha, L., & Santy, W. H. (2014). Analisa Pemahaman Discharge Planning dengan
Tingkat Kepatuhan Pasien Gagal Ginjal Kronik (GGK) Dalam Menjalani Terapi
Hemodialisis Di Rumah Sakit Islam Jemursari Surabaya. Journal Of Health Sciences.

Mugianti, S. (2016). Manajemen Dan Kepemimpinan Dalam Praktek Keperawatan. Jakarta


Selatan: Pusdik SDM Kesehatan.

Nursalam. (2014). Manajemen Keperawatan Aplikasi Dalam Praktik Keperawatan


Profesional Edisi 4. Jakarta Selatan: Salemba Medika.

Nursalam, Sumiatun, & Musrini, A. (2017). Discharge Planning Meningkatkan Kepatuhan


Pengobatan Pasien.

30
Pertiwiwati, E., & Rizany, I. (2016). Peran Educator Perawat Dengan Pelaksanaan Discharge
Planning Pada Pasien Di Ruang Tulip 1C RSUD Ulin Banjarmasin. Dunia
Keperawatan, IV(2), 82-87.

Sulistiyawati, W. (2016). Hubungan Implementasi Asesmen Kompetensi Dengan


Pelaksanaan Discharge Planning. Jurnal Care, 4(3).

Suprapti, E. (2017, Juni). Pengaruh Discharge Planning Terstruktur Untuk Meningkatkan


Kesiapan Pasien TB Paru Menghadapi Pemulangan (Studi Eksperimental Di RSUD
Tugurejo Dan RSUD Kota Semarang). Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan
(JIKK), 3(1).

Wahyuni, A., Nurrachman, E., & Gayatri, D. (2012, November). Kesiapan Pulang Pasien
Penyakit Jantung Koroner Melalui Penerapan Discaherge Planning. Jurnal
Keperawatan Indonesia, 15(3), 151-158.

31

You might also like