Professional Documents
Culture Documents
KOEFISIEN DISTRIBUSI
Keterangan :
αA1 : aktivitas A dalam pelarut 1
αA2 : aktivitas A dalam pelarut 2
KDA : koefisien distribusi (Underwood, 1999).
Persamaan ”hukum distribusi” adalah
cA,cairan 1 = KcA,cairan 2............................................................(3.2)
dimana cA adalah kosentrasi zat terlarut A dalam fasa cair, dan K adalah koefisien
partisi atau distribusi (Welty, 2004). Sedangkan koefisien partisi dapat dirumuskan
sebagai berikut:
[A]2
KD ..........................................................................(3.3)
[A]1
20
21
Atau
[A]org
KD
[A]air
.........................................................................(3.4)
Keterangan:
KD : koefisien distribusi
[A]org : kosentrasi analit dalam fase organik
[A]air : kosentrasi analit dalam fase air (Aloisia, 2017).
Jenis-jenis ekstraksi:
1. Ekstraksi padat-cair (Leaching)
Merupakan proses transfer analit dari sampel yang berwujud padat ke dalam
pelarutnya. Pada prinsip ini pemisahan didasarkan pada daya larut analit. Secara
maksimal dengan demikan pelarut yang digunakan harus menarik komponen analit
dari sampel.
2. Ekstraksi cair-cair (ekstraksi pelarut)
Merupakan proses pemisahan yang berdasar pada fenomena distribusi dua larutan
yang tidak bercampur. Prinsip dasar yang digunakan adalah perbedaan kelarutan dan
perbedaan pemisahan (Aloisia, 2017).
Faktor ekstraksi merupakan suatu cara yang digunakan untuk mereduksi dari
beberapa indikator untuk menghasilkan faktor yang sedikit. Beberapa metodenya
adalah:
a. Analisis komponen utama merupakan metode paling sederhana dengan menghitung
secara maksimum dalam data dan menentukan banyaknya faktor minimum
b. Faktorisasi poros utama merupakan metode untuk mengenali dimensi yang
mendasarinya secara umum
c. Metode untuk meminimumkan jumlah perbedaan matriks
d. Metode yang meminimumkan Error
e. Maximum likelihood merupakan faktor yang menghasilkan estimasi parameter
(Sutopo, 2017).
Prinsip dasar ekstraksi atau pemisahan zat adalah dengan perbedaan kelarutan
suatu zat. Terdapat dua jenis pelarut, pelarut polar dan pelarut non polar. Pelarut polar
adalah pelarut yang dapat bercampur dengan air, contohnya air dan alkohol. Pelarut
22
non polar adalah pelarut yang tidak dapat bercampur dengan lemak/minyak, contohnya
eter dan aseton (Yusa, 2006).
Faktor yang mempengaruhi distribusi adalah temperatur. Jika temperatur naik
akan menurunkan koefisen distribusi (K) karena menaikkan suhu akan mengeluarkan
kelarutan gas pada cairan. Jika K menurun maka akan menurun waktu dan volume
retensi. Pengaruh bergantung pada keadaan/sifat zat terlarut, fase cair, dan temperatur
(Underwood, 1999).
Aplikasi ekstraksi selain digunakan di dunia industri juga bisa digunakan di
bidang farmasi, karena melibatkan pemisahan bagian aktif obat dari jaringan tanaman
dengan menggunakan pelarut selektif. Selama ekstraksi, pelarut menyebar ke dalam
bahan tanaman padat dan senyawa solubilise dengan polaritas yang sama (Pandey,
2014).
3.3. Tinjauan Bahan
A. Aquadest
- rumus molekul : H2O
- bentuk : cair
- berat molekul : 18,02 g/mol
- pH :7
- titik didih : 100 °C
- titik lebur : 0 °C
- warna : tidak berwarna
B. Asam Asetat
- rumus molekul : CH3COOH
- bentuk : cair
- berat molekul : 60,05 g/mol
- pH :2
- titik didih : 118,1 °C
- titik lebur : 16,6 °C
- warna : tidak berwarna
C. Asam Oksalat Dihidrat
- rumus molekul : H2C2O4.2H2O
- bentuk : padat
23
- Erlenmeyer
- gelas arloji
- gelas ukur
- karet penghisap
- labu ukur
- pipet tetes
- pipet volume
- statif dan klem
- termometer
- Shaker
3.5. Prosedur Percobaan
A. Preparasi larutan
- Membuat 500 mL larutan natrium hidrosida 0,2 N
- Membuat 100 mL larutan asam oksalat 0,2 N
- Membuat larutan asam asetat 1 N sebanyak 100 mL
B. Standarisasi larutan natrium hidrokida dengan larutan standar asam oksalat
- Memipet 10 mL larutan asam oksalat ke dalam Erlenmeyer dan tambahkan
indikator fenolftalein sebanyak 3 tetes
- Menstandarisasi dengan larutan natrium hidrosida sampai warna larutan
berubah dari tidak berwarna menjadi merah muda, dan ulangi percobaan
sampai 3 kali.
25
Tabel 3.2. Titrasi antara Asam Asetat dalam air dan Asam Asetat dalam
Klorofrom
Lapisan bawah Lapisan atas
Volume Volume Volume (CH3COOH dan (CH3COOH dan
H2O CH3COOH CHCl3 CHCl3) H2O)
(mL) (mL) (mL) V lapisan V titrasi V lapisan V titrasi
(mL) (mL) (mL) (mL)
10 2 10 8,5 6 12 12,2
8 4 10 8 2,3 12,5 18,3
6 6 10 7,5 2 13 25,9
4 8 10 9 3 10 25
2 10 10 9 4 12,5 27
26
3.7. Dokumentasi
hidroksida ini 14,3 mL. Pada saat praktikum, kosentrasi NaOH sebesar 0,139
N sedangkan pada teori kosentrasi NaOH sebesar 0,2 N. Faktor yang
mempengaruhi adalah kurang akuratnya pada saat penimbangan, sifat NaOH
yang mudah menguap, dan pembacaan volume buret yang kurang teliti.
C. Penentuan koefisien distribusi
Percobaan pertama larutan asam asetat sebanyak 2 mL ditambahkan Aquadest
sebanyak 10 mL dan kloroform 10 mL, setelah dipisahkan pada corong
pemisah didapatkan volume lapisan bawah sebanyak 8,5 mL dan volume
titrasi sebanyak 6 mL dengan normalitas lapisan bawah sebanyak 0, 098 N.
Lapisan atas didapatkan volume 12 mL dengan volume titrasi 12,2 mL dan
jumlah normalitas sebanyak 0,141 N. pada titrasi antara asam asetat dalam air
dan asam asetat dalam kloroform menghasilkan volume titrasi lapisan bawah 6
mL, karena terdapat kesalahan pada penetesan indikator.
Percobaan kedua larutan asam asetat sebanyak 4 mL ditambahkan Aquadest 8
mL dan kloroform 10 mL. Didapatkan volume lapisan bawah sebanyak 8 mL
dengan volume titrasi 2,3 mL dan jumlah normalitas sebanyak 0,040 N. Untuk
lapisan atas sebanyak 12,5 mL dengan volume tritrasi 18,5 mL dan jumlah
normalitas sebanyak 0,205 N.
Percobaan ketiga larutan asam asetat sebanyak 6 mL ditambahkan Aquadest 6
mL dan kloroform 10 mL. Didapatkan volume lapisan bawah sebanyak 7,5
mL dengan volume titrasi 2 mL dan jumlah normalitas sebanyak 0,037 N.
Untuk lapisan atas sebanyak 13 mL dengan volume tritrasi 26,9 mL dan
jumlah normalitas sebanyak 0,287 N.
Percobaan keempat larutan asam asetat sebanyak 4 mL ditambahkan Aquadest
8 mL dan kloroform 10 mL. Didapatkan volume lapisan bawah sebanyak 9
mL dengan volume titrasi 3 mL dan jumlah normalitas sebanyak 0,046 N.
Untuk lapisan atas sebanyak 10 mL dengan volume tritrasi 25 mL dan jumlah
normalitas sebanyak 0,347 N.
Percobaan kelima larutan asam asetat sebanyak 2 mL ditambahkan Aquadest
10 mL dan kloroform 10 mL. Didapatkan volume lapisan bawah sebanyak 9
mL dengan volume titrasi 4 mL dan jumlah normalitas sebanyak 0,061 N.
28