Professional Documents
Culture Documents
Oleh:
Maria Benedikta Prematirosari
A44102052
Menyetujui,
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II
Mengetahui,
Dekan Fakultas Pertanian
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan YME karena atas
berkat dan kehendak-Nyalah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. KuasaMu
yang besar tak terelakkan begitu terasa selama penulis hidup, pun selama
menyelesaikan tugas akhir ini. Terima kasih Tuhan.
Tugas akhir ini dilakukan sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan
gelar Sarjana Pertanian pada Program Studi Hama dan Penyakit Tumbuhan,
Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberikan informasi mengenai pengendalian penyakit hawar daun
(Helminthosporium turcicum) dengan menggunakan bakteri pemacu pertumbuhan
tanaman sehingga dapat menambah informasi akademik pengendalian pertanian
terutama untuk jagung manis.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Ir. Suryo Wiyono, MSc.Agr
dan Dr. Ir. Widodo, MS yang telah membimbing penulis dalam menyelesaikan
tugas akhir ini. Terima kasih kepada Dra. Dewi Sartiami, MSi sebagai dosen
penguji sarjana dan kepada Dr. Ir. Swastiko Priyambodo, MSi atas peminjaman
ovennya serta untuk semua dosen HPT yang telah memberi banyak ilmu baik
akademik maupun kehidupan pada penulis. Terima kasih yang setulusnya kepada
keluarga yang sangat penulis sayangi (Mami Mahar, Ci’ Dewi, Cecil, Rani, Mas
Anggit) atas semua pengorbanan, kasih dan sayang hingga saat ini, Bu’lek Mus
dan Bu’lek Ning. Terima kasih pula penulis ucapkan kepada Yayasan Perguruan
Budhaya, all team Lab cendawan dan klintan, kawan-kawan seperjuangan
angkatan 39, HPT’ers, Kemaki’ers, IPB’ers, teman hidup di kosan Wisma Sas,
dan semua teman yang pernah singgah dalam hidup penulis yang telah
memberikan dukungan baik materi maupun saran, doa, senyuman dan semangat
kepada penulis. Semoga Tuhan memberkati Anda sekalian.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangannya, oleh
karena itu penulis mengharapkan kemakluman pembaca. Semoga tugas akhir ini
dapat bermanfaat bagi para pembaca. Atas perhatiannya penulis mengucap terima
kasih. Tuhan memberkati.
Halaman
Latar Belakang
Jagung manis merupakan tanaman pangan yang diminati oleh masyarakat
Indonesia. Tanaman ini biasa dikonsumsi sebagai makanan ringan karena
mengandung kadar gula yang relatif tinggi dan biasanya dipanen muda untuk
direbus atau dibakar sehingga masyarakat menyukainya (Anonim 1992).
Permintaan pasar yang meningkat, harga yang baik, umur yang relatif pendek dan
iklim Indonesia yang sesuai untuk budidaya jagung manis mendorong petani
untuk mengembangkan usahatani tanaman ini (Mukhlis & Widajati 2002).
Ekspor jagung manis pada tahun 2003 mencapai angka 807.737 kg dengan
nilai sebesar 170.841 US$. Sedangkan jumlah impor jagung manis pada tahun
2003 adalah 1.245.045 kg dengan nilai sebesar 779.604 US$ (Deptan 2004). Hal
ini menunjukkan besarnya konsumsi masyarakat Indonesia maupun dunia pada
produksi jagung manis. Data di atas menunjukkan bahwa permintaan konsumen
akan jagung manis tersebut belum dapat terpenuhi oleh produksi dalam negeri.
Hal tersebut salah satunya diakibatkan oleh adanya beberapa faktor kendala
produksi tanaman jagung manis. Salah satu hal yang dapat menyebabkan
penurunan produksi jagung manis adalah penyakit hawar daun.
Salah satu penyebab penyakit hawar daun adalah Helminthosporium
turcicum. Penyakit hawar daun (H. turcicum) ini mampu menyebabkan
kehilangan hasil hingga 50% bahkan dapat menyebabkan bencana besar bila
serangan patogen terjadi sebelum pemunculan bunga jantan (Robert 1953). Hasil
pengamatan di Kebun Percobaan IPB Cikarawang, luas serangan penyakit ini rata-
rata mencapai 100% (Dharma 1993). Beberapa cara pengendalian penyakit hawar
daun yang sudah umum dilakukan oleh petani jagung manis adalah dengan
menghindari menanam jagung manis secara terus menerus, penggunaan fungisida,
penggunaan tanaman yang resisten, dan sanitasi lapang (Semangun 1991;
Suprapto 1998).
Pengendalian hayati merupakan salah satu cara untuk mengendalikan
penyakit tanaman. Penggunaan bakteri pemacu pertumbuhan merupakan salah
satu pengendalian hayati baru yang akhir-akhir ini banyak diteliti untuk
pengendalian patogen yang menyerang bagian tanaman di atas permukaan tanah.
Contoh penggunaan bakteri pemacu pertumbuhan tanaman adalah penggunaan
Bacillus polymyxa secara signifikan menaikkan hasil produksi, kandungan
nitrogen, dan kandungan fosfor secara cepat pada tanaman shorgum, B. subtilis
mampu mengendalikan cendawan Alternaria spp., dan Pseudomonas fluorescens
mampu menekan Rhizoctonia solani dan Pythium ultimum (Glick et al 1999).
Penggunaan bakteri pemacu pertumbuhan tanaman ini diharapkan dapat
mengurangi keparahan penyakit tanaman jagung manis yang disebabkan oleh H.
turcicum.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk menguji keefektifan penggunaan bakteri
perakaran pemacu pertumbuhan tanaman Bacillus polymyxa BG25, B. subtilis
SB3, dan Pseudomonas fluorescens ES32 dalam pengendalian penyakit hawar
daun (H. turcicum) pada jagung manis.
Manfaat
Penelitian penyakit hawar daun (H. turcicum) dengan bakteri pemacu
pertumbuhan tanaman ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai ada
atau tidaknya pengaruh pemberian bakteri pemacu pertumbuhan tanaman pada
tanaman jagung manis di lapang.
TINJAUAN PUSTAKA
Gejala penyakit
Gejala penyakit pertama kali tampak pada tanaman yang berumur sekitar
dua minggu. Mula- mula daun yang diserang H. turcicum adalah daun bagian
bawah (White 1999). Gejala awal adanya penyakit ini adalah terjadinya bercak
bercak kecil, jorong, hijau tua atau hijau kelabu kebasahan. Gejala tersebut
berkembang menjadi bercak yang membesar dan mempunyai bentuk yang khas
yaitu berbentuk kumparan atau perahu. Di tengah-tengah bercak sering terdapat
tepung berwarna hitam yang terdiri dari konidia dan konidiofor cendawan
patogen. Gejala tersebut bermula pada permukaan ujung daun kemudian meluas
sampai ke pangkal daun. Bercak-bercak tersebut sebagian besar terdapat pada
daun pertama dan kedua terutama pada bagian ujung daun. Beberapa bercak dapat
bersatu membentuk bercak yang sangat besar yang dapat membunuh seluruh daun
(Semangun 1991).
Cendawan H. turcicum telah menyebar luas ke selur uh dunia dan biasanya
tidak pernah menyerang tongkol jagung. Gejala dapat timbul pada bunga jantan di
ujung batang tanaman sehingga bunga tersebut akan tampak hitam berbulu.
Ukuran bercak yang timbul pada daun dapat mencapai 3-15 cm (White 1999).
Patogen
Pengendalian penyakit
Usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk menekan luas serangan patogen
di lapang antara lain melakukan pengolahan tanah yang baik karena patogen dapat
bertahan pada permukaan tanah, sanitasi lapang dengan membersihkan gulma dan
membuang sisa-sisa tanaman jagung manis yang terserang karena patogen dapat
bertahan pada sisa tanaman sakit yang terdapat di permukaan tanah tetapi tidak
pada sisa tanaman sakit yang dipendam dalam tanah (Semangun 1991). Pergiliran
tanaman, penyemprotan fungisida berbahan aktif mankozeb pada awal musim
hujan, karena pada saat itu kemungkinan penyebaran dan perkembangan patogen
lebih cepat dapat pula dilakukan dalam usaha mengendalikan penyakit ini
(Suprapto 1998).
Aplikasi fungisida sejak awal gejala timbul dan menghindari penanaman
terus- menerus serta perlakuan benih dapat mengurangi gejala penyakit pada
pertanaman jagung manis dengan thiram dan karboxin atau dengan perawatan
udara panas selama 17 menit dengan suhu 54-55 ºC (Anonim 1992). Penggunaan
varietas yang resistan seperti tanaman yang bukan hibrida menunjukkan hasil
yang nyata (Robert 1953).
Bacillus
Struktur Bacillus sangat berlimpah di dalam tanah. Bakteri ini mampu
membentuk dorman yang disebut spora (endospora). Kelebihan dari genus ini
adalah bentuk dormannya merupakan suatu ketahanan hidupnya dalam tanah
sehingga dapat hidup di berbagai situasi bahkan yang tidak menguntungkan bagi
bakteri tersebut (Driks 2004).
Pengujian mengenai sistem penginduksi ketahanan tanaman yang dimiliki
Bacillus sudah banyak diteliti (Kloepper et al 2004). Hasil proteksi dari
mekanis me penginduksi ketahanan tanaman yang ditimbulkan Bacillus spp. telah
dilaporkan dapat melawan cendawan dan bakteri penyebab bercak daun, virus
sistemik, nematoda perusak akar, cendawan penyebab busuk mahkota, dan
cendawan penyebab hawar pada batang seperti damping off, blue mold, dan
penyakit late blight (Kloepper et al 2004).
Dalam banyak kasus, Bacillus spp. pemacu pertumbuhan tanaman juga
menimbulkan efek pertumbuhan yang baik pada tanaman. Studi yang mempelajari
mekanisme Bacillus spp mengindikasikan bahwa sistem penginduksi ketahanan
tanaman dari bakteri ini berasosiasi dengan ultrastruktur tanaman yang berubah
pada waktu patogen menyerang dengan mengubah sitokimia tanaman. Lebih
dijelaskan lagi bahwa Bacillus PGPR memiliki keuntungan lebih dari
pseudomonad PGPR. Keuntungan tersebut adalah saat mekanisme penginduksi
ketahanan tanaman mulai muncul pada tanaman, tanaman pun mulai lebih
bertambah tinggi (Kloepper et al 2004).
BAHAN dan METODE
Bahan
Bahan tanaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih jagung
manis varietas SD II yang didapat dari Darmaga Tani. Tanah yang dipergunakan
adalah tanah rumput yang diambil dari Kebun Percobaan Cikabayan.
Medium yang digunakan adalah media agar air, potato dextrose agar
(PDA), TSA, agar CaCO3 dan King’s B. Cendawan patogen yang digunakan
diambil langsung dari lapang yang ada di Bubulak dan Sawah Baru. Sedangkan
bakteri pemacu pertumbuhan tanaman yang akan diuji didapat dari koleksi
laboratorium Klinik Tanaman. Bakteri yang digunakan adalah Pseudomonas
fluorescens ES32, Bacillus polymyxa BG25, dan B. subtilis SB3.
Metode
Percobaan di Rumah Kaca
Pembuatan suspensi bakteri pemacu pertumbuhan tanaman (BPPT)
Masing- masing bakteri uji dari isolat koleksi Klinik Tanaman digores
sebanyak 15 loop dengan diameter 5 mm, lalu dikocok perlahan dengan larutan
NaCl 0,85% sebanyak 100 ml, kemudian dilakukan pengenceran berseri sehingga
ketiga suspensi bakteri tersebut memiliki konsentrasi 109 cfu/ml.
Inokulasi patogen
Pada daun tanaman yang sudah berumur 18 HST disemprotkan suspensi
patogen tersebut dengan menggunakan alat semprot yang tangan bervolume 100
ml. Aplikasi dilakukan pada sore menjelang malam hari dengan kelembaban
relatif 92%, kemudian tanaman yang telah diinokulasi patogen ditutup dengan
kantong hitam selama satu malam (±11 jam).
Pengamatan
Pengamatan dimulai dari hari pertama setelah inokulasi patogen sampai
gejala pertama muncul. Setelah muncul gejala, pengamatan dilakukan satu kali
setiap minggu di rumah kaca Cikabayan untuk melihat perkembangan keparahan
penyakit dan pertumbuhan tanaman.
Skala keparahan penyakit ditentukan berdasarkan metode yang
dikemukakan oleh James (1971) (gambar lampiran 1) dengan modifikasi. Semua
daun pada tanaman percobaan di lapang diamati keparahan penyakitnya.
Penghitungan keparahan penyakit sesuai dengan persentase keparahan penyakit
semua daun tanaman ya ng diamati di lapang kemudian dijumlahkan lalu dirata-
rata untuk mendapatkan nilai keparahan penyakit per tanaman.
Pengamatan pertumbuhan tanaman yang dilakukan adalah mengukur
ketinggian dan jumlah daun tanaman. Pada saat setelah panen (70 HST),
dilakukan penimbangan bobot basah tongkol yang masih berkelobot dan setelah
kelobotnya dibuang, berat kering brangkasan (batang+daun dan akar).
Pemindahan tanaman
Penyakit tidak dapat berkembang dengan baik di dalam rumah kaca hingga
29 HST, maka tanaman dipindahkan ke luar yakni sepetak lahan berumput yang
terletak di antara dua rumah kaca Cikabayan. Hal ini dimaksudkan agar penyakit
dapat berkembang dengan baik karena terkena hujan dan udara lebih lembab
dibanding di dalam rumah kaca.
Pemanenan
Panen jagung manis dilakukan 70 HST. Jagung manis yang dipanen
adalah jagung manis yang berbuah sempurna maupun belum (sama hari panen
untuk semua perlakuan). Jagung dikemas per perlakuan kemudian ditimbang
dengan neraca timbangan.
Uji antibiosis
Uji koloni ganda. Uji antibiosis bakteri perlakuan menggunakan metode
koloni ganda. Bakteri P. fluorescens ES32, B. polymyxa BG25, dan B. subtilis
SB3 dibiakkan dari biakan murni selama dua hari. Bacillus dibiakkan pada
medium TSA. Pseudomonas fluorescens dibiakkan pada medium King’s B.
Potongan koloni H. turcicum diambil dengan pengebor gabus berdiameter 4 mm
ditumbuhkan pada medium TSA dan PDA. Sementara itu bakteri uji digoreskan
pada cawan petri yang sama tepat di tengah cawan petri sehingga jarak goresan
bakteri dengan cendawan H. turcicum ± 3 cm. Setiap bakteri uji dilakukan
pengulangan 10 kali pada medium TSA dan PDA. Pengamatan zona
penghambatan dilakukan 4-6 hari setelah perlakuan.
Uji perkecambahan konidia. Daun jagung manis yang terserang penyakit
hawar daun dilembabkan selama satu malam di dalam ruang inkubasi yang
dilengkapi dengan lampu near ultra violet (NUV). Kemudian cendawan H.
turcicum yang ada di permukaan daun jagung manis dimasukkan ke dalam 15 ml
suspensi bakteri yang konsentrasinya 109 cfu/ml baik P. fluorescens ES32, B.
polymyxa BG25, B. subtilis SB3, dan campuran dari ketiga bakteri tersebut lalu
dikocok pelan. Lalu dari campuran suspensi cendawan dan bakteri tersebut
diambil masing- masing 0,3 ml dan diletakkan di atas kaca praparat kemudian
ditutup dengan gelas penutup. Kaca-kaca preparat perlakuan tersebut dilembabkan
semalam dalam cawan petri berdiameter 18 cm yang diberi tisu basah kemudian
dilakukan pengamatan perkecambahan konidia. Penghitungan persentase
perkecambahan konidia dilakukan dengan rumus:
Pengolahan Data
Setelah terkumpul semua data yang diamati, maka pengolahan data
dilakukan dengan analisis ragam dilanjutkan dengan uji perbandingan nilai tengah
DMRT (Duncan Multiple Range Test) dengan selang kepercayaan 95%.
Pengolahan data dilakukan dengan program paket SAS versi 6.12. Rancangan
percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan
perlakuan adalah sebagai berikut:
1. Perendaman benih dengan bakteri Bacillus polymyxa BG25
2. Perendaman benih dengan bakteri Bacillus subtilis SB3
3. Perendaman benih dengan bakteri Pseudomonas fluorescens ES32
4. Perendaman benih dengan kombinasi tiga bakteri yang diuji (B. polymyxa
BG25, B. subtilis SB3, dan P. fluorescens ES32)
5. Perendaman benih dengan bakteri Bacillus polymyxa BG25 + penyiraman
B. polymyxa BG25.
6. Perendaman benih dengan bakteri Bacillus subtilis SB3 + penyiraman B.
subtilis SB3
7. Perendaman benih dengan bakteri Pseudomonas fluorescens ES32 +
penyiraman P. fluorescens ES32
8. Perendaman benih dengan kombinasi tiga bakteri yang diuji (B. polymyxa
BG25, B. subtilis SB3, dan P. fluorescens ES32) + penyiraman dengan
kombinasi tiga bakteri yang diuji (B. polymyxa BG25, B. subtilis SB3, dan
P. fluorescens ES32)
9. Tanpa perlakuan bakteri penginduksi ketahanan tanaman.
Setiap perlakuan diulang 5 kali dan masing- masing ulangan 5 tanaman.
HASIL dan PEMBAHASAN
Uji Lapang
Pengujian perlakuan bakteri pemacu pertumbuhan tanaman terhadap
intensitas penyakit hawar daun (H. turcicum) menunjukkan hasil yang berbeda
nyata pada minggu keempat dan kelima. Perlakuan ES32+siram mampu
mengendalikan penyakit hingga 52,17% bila dibandingkan dengan kontrol (tabel
1).
Tabel 1 Pengaruh perlakuan bakteri terhadap persen keparaha n penyakit hawar
daun
Keparahan Penyakit (%) pada pengamatan minggu ke- 1)
Perlakuan 4 5 6 7 8 9
BG25+siram 0,17abc 0,17abc 0,39a 0,46a 6,11a 5,23a
BG25 0,18abc 0,18abc 0,34a 0,39a 5,47a 6,78a
SB3 + siram 0,16abc 0,16abc 0,45a 0,52a 4,89a 5,16a
SB3 0,15abc 0,15abc 0,38a 0,44a 4,91a 4,62a
ES32+siram 0,11c 0,11c 0,38a 0,46a 6,25a 4,63a
ES32 0,21ab 0,21ab 0,42a 0,49a 4,81a 5,02a
BG25+SB3+ES32+siram 0,16abc 0,16abc 0,34a 0,38a 5,09a 5,78a
BG25+SB3+ES32 0,16abc 0,16abc 0,35a 0,42a 3,99a 4,25a
Kontrol 0,23a 0,23a 0,35a 0,43a 4,17a 5,95a
1)
angka yang diikuti huruf yang sama pada satu kolom tidak berbeda nyata berdasarkan uji
Duncan pada selang kepercayaan 95%
1)
angka yang diikuti huruf yang sama pada satu kolom tidak berbeda nyata berdasarkan uji
Duncan pada selang kepercayaan 95%
1)
angka yang diikuti huruf yang sama pada satu kolom tidak berbeda nyata berdasarkan uji
Duncan pada selang kepercayaan 95%
Bobot tongkol yang ringan dapat disebabkan oleh penyakit hawar daun (H.
turcicum) (Robert 1953) ataupun karena faktor kekurangan air akibat kelembaban
rendah dan cuaca panas, sehingga pembentukan fotosintat akan berkurang dan
hasilnya rendah (Anonim 1992). Bobot kering brangkasan baik batang+daun
maupun akar perlakuan bakteri yang dihasilkan rata-rata mendekati kontrol
menunjukkan bahwa bakteri pemacu pertumbuhan tanaman tersebut kurang dapat
berkembang dengan baik.
Keadaan tersebut dapat dimungkinkan oleh adanya tiga sebab yakni, faktor
tanaman, lingkungan, dan bakteri perlakuan (Sigee 1993). Faktor tanaman yang
tidak kompatibel dengan bakteri perlakuan menyebabkan bakteri tidak dapat
melakukan aktivitasnya pada tanaman.
Faktor bakteri perlakuan tergantung dari kemampuan hidup dari jenis dan
strain bakteri perlakuan tersebut. Faktor lingkungan merupakan faktor yang sangat
memungkinkan terjadinya hasil penelitian ini. Faktor lingkungan yang paling
berpengaruh adalah keadaan tanah baik suhu, kelembaban, jenis, dan kandungan
nutrisi tanah (Sigee 1993).
Tabel 5 Pengaruh perlakuan bakteri terhadap bobot kering berangkasan jagung
manis
90
80
70
60
% 50
40
30
20
10
0
ix
M
ril
5
5%
3
G2
ste
32
SB
0,8
S
aB
air
lis
sE
Cl
bti
ol
yx
en
ntr
Na
su
lym
sc
Ko
B.
ol
po
ore
ntr
B.
flu
Ko
P.
Gambar 1 Persentase perkecambahan konidia H. turcicum
Tabel 6 Pengaruh antibiosis bakteri uji terhadap H. turcicum secara in vitro
Perlakuan Zona penghambatan Zona penghambatan
1)
(mm) pada PDA (mm) pada TSA1)
BG25 1,78a 5,45a
SB3 1,95a 4,00b
ES32 1,62ab 0,20c
Kontrol 0,00b 0,00c
1)
angka yang diikuti huruf yang sama pada satu kolom tidak berbeda nyata berdasarkan uji
Duncan pada selang kepercayaan 95%
SARAN
a. b.
Gambar Lampiran 2 a.) Biakan H. turcicum pada PDA b.) gejala hawar daun H.
turcicum di lapang
Gambar Lampiran 3 Hasil uji antibiosis koloni ganda pada medium PDA dan
TSA
Gambar Lampiran 4 Konidia dan konidiofor H. turcicum pada medium CaCO3