You are on page 1of 38

PENGENDALIAN PENYAKIT HAWAR DAUN

(Helminthosporium turcicum) pada JAGUNG MANIS DENGAN


BAKTERI PEMACU PERTUMBUHAN TANAMAN

Oleh:
Maria Benedikta Prematirosari
A44102052

PROGRAM STUDI HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN


FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2006
ABSTRAK

MARIA BENEDIKTA PREMATIROSARI Pengendalian Penyakit Hawar Daun


(Helminthosporium turcicum) pada Jagung Manis Dengan Bakteri Pemacu
Pertumbuhan Tanaman. Dibimbing oleh SURYO WIYONO dan WIDODO.
Tujuan penelitian ini adalah menguji keefektifan penggunaan bakteri
perakaran pemacu pertumbuhan tanaman Bacillus polymyxa BG25, B. subtilis
SB3, dan Pseudomonas fluorescens ES32 dalam pengendalian penyakit hawar
daun (H. turcicum) jagung manis.
Bakteri yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pseudomonas
fluorescens ES32, Bacillus polymyxa BG25, dan B. subtilis SB3. Metode yang
dilakukan pada percobaan rumah kaca terdiri dari pembuatan suspensi BPPT,
inokulasi BPPT dengan perendaman benih, penanaman, penyiraman suspensi
BPPT (pada setengah jumlah tanaman percobaan), pembuatan suspensi patogen,
inokulasi patogen, dan pemanenan. Pengamatan gejala dilakukan selama 6
minggu dengan frekuensi satu kali dalam satu minggu dengan 12 hari pertama
setelah inokulasi dilakukan pengamatan setiap ha ri. Uji laboratorium dilakukan
dengan membiakan isolat H. turcicum pada medium PDA yang dilanjutkan
dengan uji sporulasi pada medium CaCO3 . Uji antagonisme dilakukan dengan dua
cara yakni uji koloni ganda dan uji perkecambahan konidia. Data hasil penelitia n
dianalisis dengan anova yang dilanjutkan dengan uji perbandingan nilai tengah
DMRT. Pengolahan data dilakukan dengan program paket SAS dengan selang
kepercayaan 95%.
Perlakuan bakteri Pseudomonas fluorescens ES32 melalui perendaman
benih + penyiraman bakteri di lapang memberikan pengaruh nyata pada minggu
pertama dan kedua setelah inokulasi patogen. Namun, pada pengamatan
berikutnya tidak nyata. Uji antibiosis in vitro baik uji koloni ganda dan uji
perkecambahan konidia menunjukkan bahwa B. polymyxa BG25 dan B. subtilis
SB3 mempunyai aktivitas antibiosis yang kuat terhadap H. turcicum.
Judul Skripsi : PENGENDALIAN PENYAKIT HAWAR DAUN
(Helminthosporium turcicum) pada JAGUNG MANIS
DENGAN BAKTERI PEMACU PERTUMBUHAN
TANAMAN
Nama : Maria Benedikta Prematirosari
NRP : A44102052

Menyetujui,
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Dr. Ir. Suryo Wiyono, MSc.Agr Dr. Ir. Widodo, MS


NIP.132 002 572 NIP.131 476 605

Mengetahui,
Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Supiandi Sabiham, M.Agr


NIP. 130 422 698

Tanggal Lulus: 9 Juni 2006


RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta, pada tanggal 6 Oktober 1984, sebagai anak


kedua dari tiga bersaudara pasangan (alm.) Antonius Mahardono dan Katarina
Widyastuti. Penulis menyelesaikan pendidikan SMU di SMU Budhaya II Santo
Agustinus Jakarta Timur pada tahun 2002. Pada tahun yang sama penulis diterima
di Institut Pertanian Bogor, Fakultas Pertanian, Program Studi Hama dan Penyakit
Tumbuhan, melalui jalur SPMB.
Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah menjadi anggota Biro Fund
Rising Himasita 2003-2004, anggota Departemen Luar Negeri Himasita 2004-
2005, Sekretaris II Kemaki 2004-2005, dan Koordinator (RW) Darmaga Kemaki
2005-2006. Pada tahun ajaran 2004/2005 penulis menjadi asisten mata kuliah
Metode Statistika dan Nematologi Tumbuhan.
PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan YME karena atas
berkat dan kehendak-Nyalah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. KuasaMu
yang besar tak terelakkan begitu terasa selama penulis hidup, pun selama
menyelesaikan tugas akhir ini. Terima kasih Tuhan.
Tugas akhir ini dilakukan sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan
gelar Sarjana Pertanian pada Program Studi Hama dan Penyakit Tumbuhan,
Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberikan informasi mengenai pengendalian penyakit hawar daun
(Helminthosporium turcicum) dengan menggunakan bakteri pemacu pertumbuhan
tanaman sehingga dapat menambah informasi akademik pengendalian pertanian
terutama untuk jagung manis.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Ir. Suryo Wiyono, MSc.Agr
dan Dr. Ir. Widodo, MS yang telah membimbing penulis dalam menyelesaikan
tugas akhir ini. Terima kasih kepada Dra. Dewi Sartiami, MSi sebagai dosen
penguji sarjana dan kepada Dr. Ir. Swastiko Priyambodo, MSi atas peminjaman
ovennya serta untuk semua dosen HPT yang telah memberi banyak ilmu baik
akademik maupun kehidupan pada penulis. Terima kasih yang setulusnya kepada
keluarga yang sangat penulis sayangi (Mami Mahar, Ci’ Dewi, Cecil, Rani, Mas
Anggit) atas semua pengorbanan, kasih dan sayang hingga saat ini, Bu’lek Mus
dan Bu’lek Ning. Terima kasih pula penulis ucapkan kepada Yayasan Perguruan
Budhaya, all team Lab cendawan dan klintan, kawan-kawan seperjuangan
angkatan 39, HPT’ers, Kemaki’ers, IPB’ers, teman hidup di kosan Wisma Sas,
dan semua teman yang pernah singgah dalam hidup penulis yang telah
memberikan dukungan baik materi maupun saran, doa, senyuman dan semangat
kepada penulis. Semoga Tuhan memberkati Anda sekalian.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangannya, oleh
karena itu penulis mengharapkan kemakluman pembaca. Semoga tugas akhir ini
dapat bermanfaat bagi para pembaca. Atas perhatiannya penulis mengucap terima
kasih. Tuhan memberkati.

Bogor, Juni 2006

Maria Benedikta Prematirosari


DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ..................................................................................................... (i)


DAFTAR TABEL ............................................................................................ (iii)
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... (iv)
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... (v)
PENDAHULUAN ............................................................................................. 1
Latar Belakang ......................................................................................... 1
Tujuan ...................................................................................................... 2
Manfaat .................................................................................................... 2
TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................... 3
Penyakit Hawar Daun ............................................................................... 3
Arti penting penyakit........................................................................ 3
Gejala ............................................................................................. 3
Patogen ........................................................................................... 4
Epidemiologi penyakit .................................................................... 4
Faktor yang mempengaruhi penyakit ............................................... 5
Pengendalian penyakit...................................................................... 6
Pengendalian Hayati dengan BPPT (bakteri pemacu
pertumbuhan tanaman) ............................................................................. 6
Peranan agens biokontrol ............................................................... 6
Bakteri pemacu pertumbuhan tanaman............................................ 7
Pseudomonas fluorescens .............................................................. 8
Bacillus ............................................................................................. 8
BAHAN DAN METODE ................................................................................. 10
Tempat dan Waktu Penelitian .................................................................. 10
Bahan ........................................................................................................ 10
Metode Penelitian .................................................................................... 10
Percobaan di Rumah Kaca ......................................................................... 10
Pembuatan suspensi bakteri pemacu pertumbuhan tanaman BPPT. 10
Perendaman benih .......................................................................... 10
Penanaman benih ............................................................................ 11
Penyiraman suspensi bakteri ............................................................ 11
Pembuatan suspensi cendawan........................................................ 11
Inokulasi patogen ......................................................................... 11
Pengamatan .................................................................................... 11
Pemindahan tanaman........................................................................ 12
Pemanenan ....................................................................................... 12
Pengeringan batang, daun, dan akar ................................................. 12
Percobaan di Laboratorium........................................................................ 13
Isolasi cendawan patogen................................................................. 13
Teknik sporulasi Helminthosporium turcicum ................................. 13
Uji antibiosis .................................................................................... 13
Uji koloni ganda ...................................................................... 13
Uji perkecambahan konidia..................................................... 13

Rancangan Percobaan .............................................................................. 14


Pengolahan data .............................................................................. 14
HASIL dan PEMBAHASAN .............................................................................. 16
KESIMPULAN dan SARAN ............................................................................. 22
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 23
LAMPIRAN ...................................................................................................... 25
DAFTAR TABEL

Nomor Teks Halaman

1. Pengaruh perlakuan bakteri terhadap persen keparahan penyakit hawar


daun .......................................................................................................... 16
2. Pengaruh perlakuan bakteri terhadap jumlah daun jagung manis ............. 17
3. Pengaruh perlakuan bakteri terhadap tinggi tanaman jagung manis.......... 18

4. Pengaruh perlakuan bakteri terhadap produksi jagung manis.................... 19

5. Pengaruh perlakuan bakteri terhadap bobot kering brangkasan jagung


manis .......................................................................................................... 20
6. Pengaruh antibiosis bakteri uji terhadap H. turcicum secara in vitro......... 21
DAFTAR GAMBAR

Nomor Teks Halaman

1. Persentase perkecambahan konidia H. turcicum ........................................ 21


DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Teks Halaman

1. Tabel Lampiran 1 Pengaruh perlakuan bakteri terhadap persentase


perkecambahan konidia H. turcicum ........................ 25
2. Gambar Lampiran 1 Skala keparahan penyakit hawar daun
jagung dari James 1971 ....................................... 26
3. Gambar Lampiran 2 a.)Biakan H. turcicum pada PDA b.) gejala
hawar daun H. turcicum di lapang ...................... 26
4. Gambar Lampiran 3 Hasil uji antibiosis koloni ganda pada
medium PDA dan TSA ....................................... 26
5. Gambar Lampiran 4 Konidia dan konidiofor H. turcicum pada
medium CaCO3 ........................................................................... . 27
6. Gambar Lampiran 5 Bentuk perkecambahan konidia H. turcicum
dengan perlakuan bakteri pemacu
pertumbuhan tanaman dan kontrol ..................... 27
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Jagung manis merupakan tanaman pangan yang diminati oleh masyarakat
Indonesia. Tanaman ini biasa dikonsumsi sebagai makanan ringan karena
mengandung kadar gula yang relatif tinggi dan biasanya dipanen muda untuk
direbus atau dibakar sehingga masyarakat menyukainya (Anonim 1992).
Permintaan pasar yang meningkat, harga yang baik, umur yang relatif pendek dan
iklim Indonesia yang sesuai untuk budidaya jagung manis mendorong petani
untuk mengembangkan usahatani tanaman ini (Mukhlis & Widajati 2002).
Ekspor jagung manis pada tahun 2003 mencapai angka 807.737 kg dengan
nilai sebesar 170.841 US$. Sedangkan jumlah impor jagung manis pada tahun
2003 adalah 1.245.045 kg dengan nilai sebesar 779.604 US$ (Deptan 2004). Hal
ini menunjukkan besarnya konsumsi masyarakat Indonesia maupun dunia pada
produksi jagung manis. Data di atas menunjukkan bahwa permintaan konsumen
akan jagung manis tersebut belum dapat terpenuhi oleh produksi dalam negeri.
Hal tersebut salah satunya diakibatkan oleh adanya beberapa faktor kendala
produksi tanaman jagung manis. Salah satu hal yang dapat menyebabkan
penurunan produksi jagung manis adalah penyakit hawar daun.
Salah satu penyebab penyakit hawar daun adalah Helminthosporium
turcicum. Penyakit hawar daun (H. turcicum) ini mampu menyebabkan
kehilangan hasil hingga 50% bahkan dapat menyebabkan bencana besar bila
serangan patogen terjadi sebelum pemunculan bunga jantan (Robert 1953). Hasil
pengamatan di Kebun Percobaan IPB Cikarawang, luas serangan penyakit ini rata-
rata mencapai 100% (Dharma 1993). Beberapa cara pengendalian penyakit hawar
daun yang sudah umum dilakukan oleh petani jagung manis adalah dengan
menghindari menanam jagung manis secara terus menerus, penggunaan fungisida,
penggunaan tanaman yang resisten, dan sanitasi lapang (Semangun 1991;
Suprapto 1998).
Pengendalian hayati merupakan salah satu cara untuk mengendalikan
penyakit tanaman. Penggunaan bakteri pemacu pertumbuhan merupakan salah
satu pengendalian hayati baru yang akhir-akhir ini banyak diteliti untuk
pengendalian patogen yang menyerang bagian tanaman di atas permukaan tanah.
Contoh penggunaan bakteri pemacu pertumbuhan tanaman adalah penggunaan
Bacillus polymyxa secara signifikan menaikkan hasil produksi, kandungan
nitrogen, dan kandungan fosfor secara cepat pada tanaman shorgum, B. subtilis
mampu mengendalikan cendawan Alternaria spp., dan Pseudomonas fluorescens
mampu menekan Rhizoctonia solani dan Pythium ultimum (Glick et al 1999).
Penggunaan bakteri pemacu pertumbuhan tanaman ini diharapkan dapat
mengurangi keparahan penyakit tanaman jagung manis yang disebabkan oleh H.
turcicum.

Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk menguji keefektifan penggunaan bakteri
perakaran pemacu pertumbuhan tanaman Bacillus polymyxa BG25, B. subtilis
SB3, dan Pseudomonas fluorescens ES32 dalam pengendalian penyakit hawar
daun (H. turcicum) pada jagung manis.

Manfaat
Penelitian penyakit hawar daun (H. turcicum) dengan bakteri pemacu
pertumbuhan tanaman ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai ada
atau tidaknya pengaruh pemberian bakteri pemacu pertumbuhan tanaman pada
tanaman jagung manis di lapang.
TINJAUAN PUSTAKA

Penyakit Hawar Daun


Arti penting penyakit
Penyakit hawar daun yang disebabkan oleh Helminthosporium turcicum
atau yang sering disebut northern corn leaf blight ini merupakan penyakit yang
sangat penting pada tanaman jagung manis. Bila infeksi terjadi sebelum
pembungaan kerugian yang ditimbulkan dapat mencapai 50%, akan tetapi bila
infeksi terjadi 6 minggu setelah pembungaan, kerugian yang ditimbulkan sangat
kecil (Semangun 1991).
Pada musim kering, penyakit ini jarang menyebabkan kehilangan hasil
yang berarti. Pada saat musim hujan, penyakit ini dapat menyebabkan kehilangan
hasil lebih dari 30% terutama bila serangan pertama terjadi sebelum bunga jantan
muncul (White 1999).
Di Indonesia rata-rata luas serangan patogen H. turcicum pada semua sub
petak tanaman contoh yang diamati di kebun percobaan IPB Cikarawang,
Kabupaten Bogor mencapai 100% (Dharma 1993). Namun, di Indonesia penyakit
hawar daun belum pernah diatasi secara serius, hanya dicegah dengan penggunaan
varietas tahan (Anonim 1992). Hal tersebut terjadi karena populasi tanaman
jagung yang tidak ditanam secara terus menerus tiap musim sehingga
memutuskan siklus hidup patogen. Jika daun jagung manis banyak yang terserang
penyakit ini maka biji jagung dapat tidak terisi. Hal ini dapat terjadi karena nutrisi
tanaman menjadi berkurang. Pada fase pematangan awal, tanaman lebih rentan
terhadap penyakit ini dibandingkan dengan fase pematangan berikutnya (Robert
1953).

Gejala penyakit
Gejala penyakit pertama kali tampak pada tanaman yang berumur sekitar
dua minggu. Mula- mula daun yang diserang H. turcicum adalah daun bagian
bawah (White 1999). Gejala awal adanya penyakit ini adalah terjadinya bercak
bercak kecil, jorong, hijau tua atau hijau kelabu kebasahan. Gejala tersebut
berkembang menjadi bercak yang membesar dan mempunyai bentuk yang khas
yaitu berbentuk kumparan atau perahu. Di tengah-tengah bercak sering terdapat
tepung berwarna hitam yang terdiri dari konidia dan konidiofor cendawan
patogen. Gejala tersebut bermula pada permukaan ujung daun kemudian meluas
sampai ke pangkal daun. Bercak-bercak tersebut sebagian besar terdapat pada
daun pertama dan kedua terutama pada bagian ujung daun. Beberapa bercak dapat
bersatu membentuk bercak yang sangat besar yang dapat membunuh seluruh daun
(Semangun 1991).
Cendawan H. turcicum telah menyebar luas ke selur uh dunia dan biasanya
tidak pernah menyerang tongkol jagung. Gejala dapat timbul pada bunga jantan di
ujung batang tanaman sehingga bunga tersebut akan tampak hitam berbulu.
Ukuran bercak yang timbul pada daun dapat mencapai 3-15 cm (White 1999).

Patogen

Penyakit hawar daun pada jagung manis disebabkan oleh


Helminthosporium turcicum Pass. H. turcicum mempunyai konidia berwarna hijau
kelabu pudar, ramping dan biasanya melengkung, berukuran 20 x 105 µm dengan
3-8 sekat dan dengan hilum yang menonjol keluar (White 1999). Namun
Semangun (1991) mengatakan, konidianya terdiri dari 4-9 septa palsu dan
berukuran 50-144 x 18-33 µm yang kebanyakan 20-24 µm.
Cendawan H. turcicum dapat bertahan sebagai miselium dan konidia
dalam bagian tanaman yang terserang atau dalam bentuk klamidospora. Konidia
dihasilkan dalam jumlah banyak di atas bercak dan disebarkan oleh angin.
Penyakit berkembang biak baik pada kelembaban tinggi. Infeksi pada
inang terjadi bila terdapat lapisan tipis air pada permukaan daun. Infeksi tersebut
memerlukan waktu 6-18 jam pada suhu 18-27°C. Gejala lesio berkembang 7-12
hari setelah inokulasi. Sporulasi dapat terjadi bila keadaan lembab (Lipps & Mills
2002). Musim kering tidak mendukung terjadinya infeksi (Anonim 1992).
Epidemiologi penyakit
Serangan H. turcicum dapat menjadi berat dan sangat merugikan bila terjadi
pada musim hujan dan bila jagung ditanam pada tanah yang mengandung banyak
nitrogen dan kekurangan kalium. Semangun (1991) menyatakan bahwa
pertanaman yang terserang berat tampak kering seperti terbakar. Daun yang
terserang biasanya hampir setengahnya menjadi kering dan pada jenis tanaman
jagung manis yang rentan serta adanya cuaca yang membantu, pada daun atas pun
banyak terdapat gejala hawar (Semangun 1991).
Meluasnya serangan patogen ini dapat disebabkan penyebaran inokulum
dengan bantuan angin. Angin yang cukup kencang akan cepat menyebarkan
spora-spora yang dihasilkan patogen. Patogen dari penyakit hawar daun ini dapat
terbawa benih (Neergaard 1977). Oleh sebab itu pemilihan benih bervarietas tahan
dan perlakuan benih merupakan salah satu pengendalian yang dapat dilakukan.

Faktor yang mempengaruhi penyakit


Beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan patogen penyebab
penyakit hawar daun tersebut adalah kurangnya sanitasi lapang, adanya
pertanaman jagung manis sepanjang musim serta adanya faktor lingkungan yang
menguntungkan perkembangan patogen. Faktor lingkungan tersebut adalah cuaca
yang lembab karena curah hujan cukup tinggi. Konidia tersebut dapat tersebar
dan berkembang pada tanaman lain dengan bantuan angin dan percikan air
(Semangun 1991).
Perkembangan penyakit yang disebabkan H. turcicum dipengaruhi oleh
curah hujan, suhu, dan intensitas penyinaran matahari yang kurang. Intensitas
serangan patogen cenderung semakin me ningkat dengan bertambahnya umur
tanaman. Intensitas serangan penyakit pada saat tanam jagung berumur 66 hari
mencapai 78,72% (Dharma 1993).
Pada pengamatan Dharma (1993) gejala penyakit tampak lebih berat pada
daun bagian bawah dibanding daun bagian atas. Hal ini disebabkan oleh keadaan
iklim mikro pada bagian bawah lebih lembab dibandingkan keadaan di bagian atas
tanaman. Kemungkinan penyebab lain adalah konidia sebagai sumber inokulum,
konidia yang telah jatuh ke tanah lebih dahulu dapat mencapai daun bagian bawah
dengan bantuan percikan air hujan. Keparahan penyakit hawar daun (H. turcicum)
sangat rendah dan tidak menimbulkan kerugian di daerah Pengalengan pada tahun
1992 karena jagung tidak ditanam secara terus menerus tiap musim sehingga
memutuskan sik lus hidup patogen (Anonim 1992).

Pengendalian penyakit
Usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk menekan luas serangan patogen
di lapang antara lain melakukan pengolahan tanah yang baik karena patogen dapat
bertahan pada permukaan tanah, sanitasi lapang dengan membersihkan gulma dan
membuang sisa-sisa tanaman jagung manis yang terserang karena patogen dapat
bertahan pada sisa tanaman sakit yang terdapat di permukaan tanah tetapi tidak
pada sisa tanaman sakit yang dipendam dalam tanah (Semangun 1991). Pergiliran
tanaman, penyemprotan fungisida berbahan aktif mankozeb pada awal musim
hujan, karena pada saat itu kemungkinan penyebaran dan perkembangan patogen
lebih cepat dapat pula dilakukan dalam usaha mengendalikan penyakit ini
(Suprapto 1998).
Aplikasi fungisida sejak awal gejala timbul dan menghindari penanaman
terus- menerus serta perlakuan benih dapat mengurangi gejala penyakit pada
pertanaman jagung manis dengan thiram dan karboxin atau dengan perawatan
udara panas selama 17 menit dengan suhu 54-55 ºC (Anonim 1992). Penggunaan
varietas yang resistan seperti tanaman yang bukan hibrida menunjukkan hasil
yang nyata (Robert 1953).

Pengendalian Hayati dengan BPKT (Bakteri Penginduksi Ketahanan


Tanaman)

Peranan agens biokontrol


Menurut Baker & Cook (1974) pengendalian hayati adalah usaha
memanipulasi lingkungan yang dapat menguntungkan tanaman inang dan agens
biokontrol, atau dengan cara mengintroduksi agens biokontrol sehingga kepadatan
inokulum patogen berkurang. Tujuan dari pengendalian hayati pada patoge n
tanaman adalah 1) mengurangi penyakit dengan cara mengurangi inokulum
patogen dengan meningkatkan ketahanan tanaman, 2) mengurangi terjadinya
infeksi patogen pada tanaman inang, 3) menurunkan daya serang patogen (Baker
& Cook 1974).
Pemanfaatan agens biokontrol sebagai agens pengendalian nampaknya
masih perlu dikembangkan. Pengembangan penggunaan agens biokontrol tersebut
perlu dilandasi pengetahuan jenis-jenisnya, jenis-jenis penyakit dan juga
mekanisme pengendalian penyakit tanaman dengan menggunakan agens
biokontrol. Pemanfaatan ini diharapkan dapat membantu pengendalian penyakit
tanpa mengganggu kondisi lingkungan (Baker & Cook 1974).
Ada beberapa keuntungan penggunaan agens biokontrol sebagai
pengendali penyakit tanaman. Beberapa keuntungan tersebut adalah:
a. ramah lingkungan, tidak menyebabkan banyak residu kimia yang berbahaya
bagi makhluk hidup lainnya (Glick et al 1999);
b. dapat dipelajari sehingga dapat dimodifikasi dengan mekanisme yang lebih
baik untuk mendapatkan hasil yang baik (Handelsman & Stabb 1996); dan
c. satu strain bakteri antibiosis dapat digunakan untuk memproduksi lebih dari
satu antibiotik (Glick et al 1999).

Bakteri pemacu pertumbuhan tanaman


Bakteri pemacu pertumbuhan tanaman merupakan PGPR (Plant Growth
Promoting Rhizobacteria) (Glick et al 1999). Bakteri tersebut berada di tanah
rizosfer dan memiliki kemampuan meningkatkan pertumbuhan tanaman terutama
tanaman pangan yang penting (Burdman et al 2000).
Bakteri pemacu pertumbuhan tanaman yang sudah sering diujicobakan
baik di rumah kaca maupun lapangan adalah Pseudomonas fluorescens, Bacillus
subtilis, B. pumilus, B. pasteurii, B. mycoides, B. amyloliquefaciens, B. cereus dan
B. sphaercus (Kloepper 2004). Bakteri-bakteri tersebut juga memiliki kemampuan
menginduksi ketahanan tanaman sehingga dapat menekan keparahan penyakit
yang disebabkan cendawan dan bakteri lain. Bakteri pemacu pertumbuhan
tanaman tersebut membawa hasil yang sama baik di rumah kaca maupun di
lapang (Glick et al 1999).
Pseudomonas fluorescens

Peranan Pseudomonas spp. sangat penting dalam agroekosistem, karena


kelompok tersebut banyak yang berguna bagi tanaman. Beberapa strain
Pseudomonas spp. kelompok fluorescens yang terdapat pada rizosfer kentang
dilaporkan dapat membantu pertumbuhan tanaman kentang. Oleh karena itu strain
bakteri tersebut dapat digolongkan sebagai rizobakteri pemacu pertumbuhan
tanaman (Plant growth Promoting Rhizobacteria). P. fluorescens yang tergolong
sebagai PGPR mampu memproduksi zat pengatur tumbuhan (ZPT). Beberapa
ZPT yang dihasilkan diantaranya adalah auksin dan giberelin (Mazzola 1998).
Selain dapat memicu pertumbuhan tanaman, beberapa Pseudomonas
kelompok fluorescens juga ada yang berperan sebagai agens antagonis. Beberapa
strain bakteri P. fluorescens yang diisolasi dari rizosfer beberapa jenis tanaman
ternyata mampu menekan pertumbuhan beberapa jenis cendawan patogen tular
tanah seperti Rhizoctonia solani dan Pythium ultimum (Glick et al 1999). Selain
pada bagian rizosfer, bakteri P. fluorescens juga terdapat pada bagian tajuk
tanaman (filosfir), terutama pada fase awal dari pertumbuhan tanaman. Dalam
beberapa kasus, bakteri penghuni filosfir tersebut mampu menekan perkembangan
infeksi penyakit yang disebabkan oleh cendawan. Hal tersebut di atas dapat
dijelaskan karena P. fluorescens memiliki beberapa cara untuk hidup di tanah
yakni, berkompetisi, ber-antagonisme dengan mikroba lain, dan sebagai
pertahanan tanaman. Untuk pertahanan tanaman sendiri bakteri ini memiliki tiga
mekanisme, yaitu dengan memproduksi siderofor, hidrogen sianida dan antibiotik
(Mazzola 1998).

Bacillus
Struktur Bacillus sangat berlimpah di dalam tanah. Bakteri ini mampu
membentuk dorman yang disebut spora (endospora). Kelebihan dari genus ini
adalah bentuk dormannya merupakan suatu ketahanan hidupnya dalam tanah
sehingga dapat hidup di berbagai situasi bahkan yang tidak menguntungkan bagi
bakteri tersebut (Driks 2004).
Pengujian mengenai sistem penginduksi ketahanan tanaman yang dimiliki
Bacillus sudah banyak diteliti (Kloepper et al 2004). Hasil proteksi dari
mekanis me penginduksi ketahanan tanaman yang ditimbulkan Bacillus spp. telah
dilaporkan dapat melawan cendawan dan bakteri penyebab bercak daun, virus
sistemik, nematoda perusak akar, cendawan penyebab busuk mahkota, dan
cendawan penyebab hawar pada batang seperti damping off, blue mold, dan
penyakit late blight (Kloepper et al 2004).
Dalam banyak kasus, Bacillus spp. pemacu pertumbuhan tanaman juga
menimbulkan efek pertumbuhan yang baik pada tanaman. Studi yang mempelajari
mekanisme Bacillus spp mengindikasikan bahwa sistem penginduksi ketahanan
tanaman dari bakteri ini berasosiasi dengan ultrastruktur tanaman yang berubah
pada waktu patogen menyerang dengan mengubah sitokimia tanaman. Lebih
dijelaskan lagi bahwa Bacillus PGPR memiliki keuntungan lebih dari
pseudomonad PGPR. Keuntungan tersebut adalah saat mekanisme penginduksi
ketahanan tanaman mulai muncul pada tanaman, tanaman pun mulai lebih
bertambah tinggi (Kloepper et al 2004).
BAHAN dan METODE

Tempat dan Waktu


Penelitian dilakukan di Rumah Kaca Cikabayan, Lapangan Rumah Kaca
Cikabayan, dan Laboratorium Mikologi Tumbuhan Departemen Proteksi
Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, mulai pertengahan
September 2005 sampai pertengahan April 2006.

Bahan
Bahan tanaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih jagung
manis varietas SD II yang didapat dari Darmaga Tani. Tanah yang dipergunakan
adalah tanah rumput yang diambil dari Kebun Percobaan Cikabayan.
Medium yang digunakan adalah media agar air, potato dextrose agar
(PDA), TSA, agar CaCO3 dan King’s B. Cendawan patogen yang digunakan
diambil langsung dari lapang yang ada di Bubulak dan Sawah Baru. Sedangkan
bakteri pemacu pertumbuhan tanaman yang akan diuji didapat dari koleksi
laboratorium Klinik Tanaman. Bakteri yang digunakan adalah Pseudomonas
fluorescens ES32, Bacillus polymyxa BG25, dan B. subtilis SB3.

Metode
Percobaan di Rumah Kaca
Pembuatan suspensi bakteri pemacu pertumbuhan tanaman (BPPT)
Masing- masing bakteri uji dari isolat koleksi Klinik Tanaman digores
sebanyak 15 loop dengan diameter 5 mm, lalu dikocok perlahan dengan larutan
NaCl 0,85% sebanyak 100 ml, kemudian dilakukan pengenceran berseri sehingga
ketiga suspensi bakteri tersebut memiliki konsentrasi 109 cfu/ml.

Inokulasi BPPT dengan perendaman benih


Benih jagung direndam dalam suspensi bakteri yang diuji dengan
konsentrasi 109 cfu/ml selama 10 jam dalam wadah tertutup.
Penanaman
Benih jagung manis yang digunakan adalah varietas SD II. Setelah
perlakuan perendaman, benih secara bersamaan ditanam di dalam polybag yang
berisi ±3 kg tanah yang dicampur dengan pupuk kandang dengan perbandingan
2:1. Masing- masing polybag ditanam 2 benih jagung manis. Kemudian dilakukan
penjarangan yakni pencabutan satu tanaman jagung manis pada polybag bila
kedua benih yang ditanam tumbuh.

Penyiraman suspensi BPPT


Perlakuan penyiraman ini tidak untuk semua tanaman yang diteliti.
Penyiraman dilakukan dengan menyiram suspensi bakteri dengan konsentrasi 109
cfu/ml atau sebanyak 3 ml per 3 kg tanah yang disiram. Perlakuan dilakukan 1
minggu sebelum inokulasi patogen yakni 10 HST.

Pembuatan suspensi cendawan H. turcicum


Dua puluh lima daun jagung manis dengan panjang 70-90 cm yang
terserang penyakit hawar daun dengan tingkat keparahan >70% dikerok dengan
gelas penutup dan disuspensikan ke dalam 800 ml air steril sampai diperoleh
kepadatan konidia dalam suspensi 104 spora/ml.

Inokulasi patogen
Pada daun tanaman yang sudah berumur 18 HST disemprotkan suspensi
patogen tersebut dengan menggunakan alat semprot yang tangan bervolume 100
ml. Aplikasi dilakukan pada sore menjelang malam hari dengan kelembaban
relatif 92%, kemudian tanaman yang telah diinokulasi patogen ditutup dengan
kantong hitam selama satu malam (±11 jam).

Pengamatan
Pengamatan dimulai dari hari pertama setelah inokulasi patogen sampai
gejala pertama muncul. Setelah muncul gejala, pengamatan dilakukan satu kali
setiap minggu di rumah kaca Cikabayan untuk melihat perkembangan keparahan
penyakit dan pertumbuhan tanaman.
Skala keparahan penyakit ditentukan berdasarkan metode yang
dikemukakan oleh James (1971) (gambar lampiran 1) dengan modifikasi. Semua
daun pada tanaman percobaan di lapang diamati keparahan penyakitnya.
Penghitungan keparahan penyakit sesuai dengan persentase keparahan penyakit
semua daun tanaman ya ng diamati di lapang kemudian dijumlahkan lalu dirata-
rata untuk mendapatkan nilai keparahan penyakit per tanaman.
Pengamatan pertumbuhan tanaman yang dilakukan adalah mengukur
ketinggian dan jumlah daun tanaman. Pada saat setelah panen (70 HST),
dilakukan penimbangan bobot basah tongkol yang masih berkelobot dan setelah
kelobotnya dibuang, berat kering brangkasan (batang+daun dan akar).

Pemindahan tanaman
Penyakit tidak dapat berkembang dengan baik di dalam rumah kaca hingga
29 HST, maka tanaman dipindahkan ke luar yakni sepetak lahan berumput yang
terletak di antara dua rumah kaca Cikabayan. Hal ini dimaksudkan agar penyakit
dapat berkembang dengan baik karena terkena hujan dan udara lebih lembab
dibanding di dalam rumah kaca.

Pemanenan
Panen jagung manis dilakukan 70 HST. Jagung manis yang dipanen
adalah jagung manis yang berbuah sempurna maupun belum (sama hari panen
untuk semua perlakuan). Jagung dikemas per perlakuan kemudian ditimbang
dengan neraca timbangan.

Pengeringan batang, daun, dan akar


Brangkasan dipanas- mataharikan selama empat minggu di dalam rumah
kaca. Kemudian akar dan batang-daun dipisah dan dipotong-potong kecil. Setiap
potongan brangkasan tanaman tersebut dibungkus dengan kertas kemudian
dikeringkan dalam oven dengan suhu 100ºC selama 14 jam sebelum dilakukan
penimbangan.
Percobaan di Laboratorium

Isolasi cendawan patogen

Isolasi Helminthosporium turcicum terhadap sampel tanaman sakit dari


Sawah Baru, Darmaga, Bogor dilakukan dengan metode penanaman jaringan.
Isolasi H. turcicum dengan metode ini dilakukan dengan cara menanam empat
potongan kecil daun jagung manis yang terinfeksi cendawan tersebut pada media
agar.

Teknik sporulasi Helminthosporium turcicum


Cendawan H. turcicum hanya dapat sedikit bersporulasi di medium PDA
biasa dan agak lama yakni 3 minggu setelah penanaman (Dhingra 1985). Untuk
merangsang sporulasi H. turcicum dilakukan dengan menggunakan S-Medium
(Sporulation Medium) yang terdiri dari 3g CaCO3 , 15g agar dan 1 l air destilata
serta menggunakan daun jagung manis yang sehat. Daun jagung manis dipotong
kecil dengan ukuran 1cmx4cm, kemudian dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer
yang berisi air aquades dan disterilkan. Inokulum yang digunakan berasal dari
biakan murni yang berumur 15 hari. Biakan dilubangi dengan pelubang gabus
berdiameter 4 mm. Biakan tersebut diletakkan di atas daun jagung manis
kemudian diinkubasikan selama 4-9 hari pada suhu ruang laboratorium di bawah
sinar NUV (near ultra violet). Untuk mengetahui adanya konidia, diambil
cendawan di sekitar daun jagung manis dan dilihat di kaca preparat.

Uji antibiosis
Uji koloni ganda. Uji antibiosis bakteri perlakuan menggunakan metode
koloni ganda. Bakteri P. fluorescens ES32, B. polymyxa BG25, dan B. subtilis
SB3 dibiakkan dari biakan murni selama dua hari. Bacillus dibiakkan pada
medium TSA. Pseudomonas fluorescens dibiakkan pada medium King’s B.
Potongan koloni H. turcicum diambil dengan pengebor gabus berdiameter 4 mm
ditumbuhkan pada medium TSA dan PDA. Sementara itu bakteri uji digoreskan
pada cawan petri yang sama tepat di tengah cawan petri sehingga jarak goresan
bakteri dengan cendawan H. turcicum ± 3 cm. Setiap bakteri uji dilakukan
pengulangan 10 kali pada medium TSA dan PDA. Pengamatan zona
penghambatan dilakukan 4-6 hari setelah perlakuan.
Uji perkecambahan konidia. Daun jagung manis yang terserang penyakit
hawar daun dilembabkan selama satu malam di dalam ruang inkubasi yang
dilengkapi dengan lampu near ultra violet (NUV). Kemudian cendawan H.
turcicum yang ada di permukaan daun jagung manis dimasukkan ke dalam 15 ml
suspensi bakteri yang konsentrasinya 109 cfu/ml baik P. fluorescens ES32, B.
polymyxa BG25, B. subtilis SB3, dan campuran dari ketiga bakteri tersebut lalu
dikocok pelan. Lalu dari campuran suspensi cendawan dan bakteri tersebut
diambil masing- masing 0,3 ml dan diletakkan di atas kaca praparat kemudian
ditutup dengan gelas penutup. Kaca-kaca preparat perlakuan tersebut dilembabkan
semalam dalam cawan petri berdiameter 18 cm yang diberi tisu basah kemudian
dilakukan pengamatan perkecambahan konidia. Penghitungan persentase
perkecambahan konidia dilakukan dengan rumus:

% Perkecambahan konidia = S konidia berkecambah x 100%.


S konidia yang diamati

Rancangan Percobaan dan Analisis Data


Setiap percobaan baik uji in vitro mau pun in vivo disusun dalam
Rancangan Acak Lengkap. Uji bakteri pemacu pertumbuhan tanaman ini
menggunakan perlakuan bakteri.

Pengolahan Data
Setelah terkumpul semua data yang diamati, maka pengolahan data
dilakukan dengan analisis ragam dilanjutkan dengan uji perbandingan nilai tengah
DMRT (Duncan Multiple Range Test) dengan selang kepercayaan 95%.
Pengolahan data dilakukan dengan program paket SAS versi 6.12. Rancangan
percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan
perlakuan adalah sebagai berikut:
1. Perendaman benih dengan bakteri Bacillus polymyxa BG25
2. Perendaman benih dengan bakteri Bacillus subtilis SB3
3. Perendaman benih dengan bakteri Pseudomonas fluorescens ES32
4. Perendaman benih dengan kombinasi tiga bakteri yang diuji (B. polymyxa
BG25, B. subtilis SB3, dan P. fluorescens ES32)
5. Perendaman benih dengan bakteri Bacillus polymyxa BG25 + penyiraman
B. polymyxa BG25.
6. Perendaman benih dengan bakteri Bacillus subtilis SB3 + penyiraman B.
subtilis SB3
7. Perendaman benih dengan bakteri Pseudomonas fluorescens ES32 +
penyiraman P. fluorescens ES32
8. Perendaman benih dengan kombinasi tiga bakteri yang diuji (B. polymyxa
BG25, B. subtilis SB3, dan P. fluorescens ES32) + penyiraman dengan
kombinasi tiga bakteri yang diuji (B. polymyxa BG25, B. subtilis SB3, dan
P. fluorescens ES32)
9. Tanpa perlakuan bakteri penginduksi ketahanan tanaman.
Setiap perlakuan diulang 5 kali dan masing- masing ulangan 5 tanaman.
HASIL dan PEMBAHASAN

Uji Lapang
Pengujian perlakuan bakteri pemacu pertumbuhan tanaman terhadap
intensitas penyakit hawar daun (H. turcicum) menunjukkan hasil yang berbeda
nyata pada minggu keempat dan kelima. Perlakuan ES32+siram mampu
mengendalikan penyakit hingga 52,17% bila dibandingkan dengan kontrol (tabel
1).
Tabel 1 Pengaruh perlakuan bakteri terhadap persen keparaha n penyakit hawar
daun
Keparahan Penyakit (%) pada pengamatan minggu ke- 1)
Perlakuan 4 5 6 7 8 9
BG25+siram 0,17abc 0,17abc 0,39a 0,46a 6,11a 5,23a
BG25 0,18abc 0,18abc 0,34a 0,39a 5,47a 6,78a
SB3 + siram 0,16abc 0,16abc 0,45a 0,52a 4,89a 5,16a
SB3 0,15abc 0,15abc 0,38a 0,44a 4,91a 4,62a
ES32+siram 0,11c 0,11c 0,38a 0,46a 6,25a 4,63a
ES32 0,21ab 0,21ab 0,42a 0,49a 4,81a 5,02a
BG25+SB3+ES32+siram 0,16abc 0,16abc 0,34a 0,38a 5,09a 5,78a
BG25+SB3+ES32 0,16abc 0,16abc 0,35a 0,42a 3,99a 4,25a
Kontrol 0,23a 0,23a 0,35a 0,43a 4,17a 5,95a
1)
angka yang diikuti huruf yang sama pada satu kolom tidak berbeda nyata berdasarkan uji
Duncan pada selang kepercayaan 95%

Namun, pengujian perlakuan bakteri pemacu pertumbuhan tanaman terhadap


intensitas penyakit hawar daun (H. turcicum) menunjukkan hasil yang tidak beda
nyata (P>0,05) sejak minggu ke-6 hingga 9 pengamatan. Hasil pengamatan
minggu ke-4 dan 5 yang sama menunjukkan tidak adanya peningkatan penyakit
dari minggu ke-4 ke minggu ke-5. Adanya penurunan ragam pengaruh perlakuan
bakteri terlihat sejak minggu ke-5 ke 6-9. Dua hal tersebut dapat terjadi karena
adanya faktor yang menyebabkan penyakit kurang dapat berkembang.
Peningkatan intensitas penyakit mulai signifikan terjadi sejak minggu ke-8 dan 9.
Hal terjadi karena sejak minggu ke-7 hujan yang turun intensitasnya lebih sering
dibanding minggu sebelumnya. Hal ini menyebabkan penyakit dapat menyebar
cukup luas.
Hal yang menyebabkan penyakit kurang dapat berkembang dengan baik
adalah keadaan lingkungan yang kurang kondusif untuk perkembangan cendawan
dataran tinggi ini. Kondisi lapang yang kurang baik tersebut adalah saat awal
penanaman kurang hujan (hujan 2 hari dalam seminggu hingga penanaman 6
MST), rumah kaca sangat panas sehingga diperlukan pemindahan tanaman ke
lapang pada 29 MST.
Tabel 2 Pengaruh perlakuan bakteri terhadap jumlah daun jagung manis
Jumlah daun tanaman pada pengamatan minggu ke- 1)
Perlakuan 3 4 5 6 7 8 9
BG25+siram 7,15a 9,28a 8,84a 10,96ab 9,71a 10,12a 9,48a
BG25 6,96a 8,89a 9,24a 11,24ab 9,58a 9,42b 8,65b
SB3 + siram 7,61a 9,52a 8,64a 10,96ab 9,73a 9,88 ab 9,42a
SB3 7,32a 9,19a 9,20a 11,64a 9,92a 9,83 ab 9,33a
ES32+siram 7,26a 9,05a 9,16a 11,37ab 9,56a 9,68 ab 9,10 ab
ES32 7,20a 8,80a 8,92a 10,97ab 9,66a 9,88 ab 9,57a
BG25+SB3+ES32+siram 7,41a 9,52a 8,93a 10,62b 9,56a 9,82 ab 9,16 ab
BG25+SB3+ES32 7,32a 8,94a 9,24a 11,02ab 9,43a 9,63 ab 9,10 ab
Kontrol 7,06a 8,73a 8,82a 11,02ab 9,51a 9,67 ab 8,93 ab

1)
angka yang diikuti huruf yang sama pada satu kolom tidak berbeda nyata berdasarkan uji
Duncan pada selang kepercayaan 95%

Hasil pengamatan lapang menunjukkan adanya pengaruh perlakuan bakteri


pemacu pertumbuhan tanaman terhadap jumlah daun tanaman jagung manis
terutama pada pengamatan minggu ke-6, 8, dan 9. Jumlah daun pada minggu ke-6
menunjukkan jumlah daun maksimal tanaman jagung manis dari setiap perlakuan.
Bakteri yang menunjukkan pengaruh terluas terhadap jumlah daun berfluktuasi
setiap minggunya kecuali pada perlakuan P. fluorescens ES32 baik perlakuan
perendaman benih maupun perlakuan perendaman benih disertai penyiraman
bakteri.
Tabel 3 Pengaruh perlakuan bakteri terhadap tinggi tanaman jagung manis
Tinggi tanaman (cm)1) pada pengamatan minggu ke-
Perlakuan 3 4 5 6 7 8 9
BG25+siram 80,38a 110,74a 123,08a 134,46a 138,95a 154,14a 154,14a
BG25 80,32a 108,76a 122,93a 134,89a 140,00a 149,82a 150,33a
SB3 + siram 81,67a 109,74a 124,72a 135,78a 138,96a 148,66a 149,27a
SB3 77,33a 106,82a 125,63a 136,14a 139,70a 158,86a 159,32a
a a a a a a
ES32+siram 79,52 109,20 122,66 135,97 138,47 151,23 152,39a
ES32 79,46a 107,78a 121,28a 133,58a 139,23a 151,86a 152,42a
BG25+SB3+ES32 81,78a 109,32a 123,27a 133,23a 136,74a 150,48a 150,49a
+siram
BG25+SB3+ES32 80,72a 109,35a 125,04a 136,81a 140,55a 152,16a 152,90a
Kontrol 75,10a 104,43a 121,78a 135,04a 137,48a 151,22a 152,06a

1)
angka yang diikuti huruf yang sama pada satu kolom tidak berbeda nyata berdasarkan uji
Duncan pada selang kepercayaan 95%

Hal ini menunjukkan bahwa bakteri Bacillus polymyxa BG25, Bacillus


subtilis SB3, dan kombinasi Bacillus polymyxa BG25, B. subtilis SB3, dan
Pseudomonas fluorescens ES32 memiliki zat yang memicu pertumbuhan tanaman
dalam hal jumlah daun.

Tabel 3 menunjukkan bahwa pengujian bakteri pemacu pertumbuhan


tanaman terhadap tinggi tanaman tidak berbeda nyata. Demikian pula pada
pengujian bobot produksi jagung manis (tabel 4) dan bobot kering brangkasan
(tabel 5) Hal ini menunjukkan bahwa bakteri pemacu pertumbuhan tanaman yang
diaplikasikan tidak berpengaruh terhadap tinggi dan berat kering tanaman serta
hasil produksi. Namun, secara umum bila dilihat dari rata-rata bobot tongkol
berkelobot dan tanpa kelobot serta bobot kering batang+daun, perlakuan
ES32+siram lebih tinggi hasilnya dibanding perlakuan lain. Sedangkan untuk
bobot kering akar, hasil perlakuan SB3 menunjukkan hasil yang paling tinggi dari
perlakuan lainnya. Hal ini dimungkinkan karena bakteri ES32 dan SB3 berasal
dari tanaman sorgum sehingga dapat berpengaruh pada pertumbuhan jagung
manis karena masih satu famili graminae.

Bobot tongkol yang ringan dapat disebabkan oleh penyakit hawar daun (H.
turcicum) (Robert 1953) ataupun karena faktor kekurangan air akibat kelembaban
rendah dan cuaca panas, sehingga pembentukan fotosintat akan berkurang dan
hasilnya rendah (Anonim 1992). Bobot kering brangkasan baik batang+daun
maupun akar perlakuan bakteri yang dihasilkan rata-rata mendekati kontrol
menunjukkan bahwa bakteri pemacu pertumbuhan tanaman tersebut kurang dapat
berkembang dengan baik.

Keadaan tersebut dapat dimungkinkan oleh adanya tiga sebab yakni, faktor
tanaman, lingkungan, dan bakteri perlakuan (Sigee 1993). Faktor tanaman yang
tidak kompatibel dengan bakteri perlakuan menyebabkan bakteri tidak dapat
melakukan aktivitasnya pada tanaman.

Tabel 4 Pengaruh perlakuan bakteri terhadap produksi jagung manis


Perlakuan Bobot tongkol berkelobot Bobot tongkol tanpa
1)
(g) kelobot (g) 1)
BG25 + siram 78,7 a 47,94 a
BG25 84,22a 55,00a
SB3 + siram 80,25a 50,03a
SB3 81,14a 53,32a
ES32 + siram 88,20a 59,48a
ES32 72,06a 58,30a
BG25+SB3+ES32+siram 82,87a 54,15a
BG25+SB3+ES32 83,72a 53,34a
Kontrol 82,92a 52,62a
1)
angka yang diikuti huruf yang sama pada satu kolom tidak berbeda nyata berdasarkan uji
Duncan pada selang kepercayaan 95%

Faktor bakteri perlakuan tergantung dari kemampuan hidup dari jenis dan
strain bakteri perlakuan tersebut. Faktor lingkungan merupakan faktor yang sangat
memungkinkan terjadinya hasil penelitian ini. Faktor lingkungan yang paling
berpengaruh adalah keadaan tanah baik suhu, kelembaban, jenis, dan kandungan
nutrisi tanah (Sigee 1993).
Tabel 5 Pengaruh perlakuan bakteri terhadap bobot kering berangkasan jagung
manis

Perlakuan Batang + Daun (g) 1) Akar (g) 1)


BG25 + siram 16,04a 3,82a
BG25 16,84a 4,34a
SB3 + siram 16,83a 4,34a
SB3 19,82a 4,65a
ES32 + siram 20,45a 4,04a
ES32 17,46a 4,53a
BG25+SB3+ES32+siram 17,97a 4,48a
BG25+SB3+ES32 17,08a 4,29a
Kontrol 17,07a 4,56a
1)
angka yang diikuti huruf yang sama pada satu kolom tidak berbeda nyata berdasarkan uji
Duncan pada selang kepercayaan 95%

Keadaan tanah di lapang saat penelitian berlangsung dimungkinkan terlalu


kering dan terlalu dangkal (kedalaman tanah ±20 cm) untuk penanaman jagung
manis sehingga bakteri perlakuan tidak dapat hidup dan berkembang di akar
ataupun mampu hidup di perakaran namun tidak dapat melakukan aktivitas
antagonis dan pemacu pertumbuhannya dengan baik.

Antagonisme Bakteri In Vitro


Pada uji laboratorum (in vitro) secara umum bakteri pemacu pertumbuhan
yang menunjukkan sifat antagonis yang kuat adalah B. polymyxa BG25. Hal
tersebut dapat dilihat pada gambar 1 dan tabel 6 yang menunjukkan panjangnya
perkecambahan yang dihasilkan bakteri tersebut serta persen hasil perkecambahan
konidia patogen. Demikian halnya Bacillus subtillis SB3 dan Pseudomonas
fluorescens ES32 hanya saja tingkat antagonis dari P. fluorescens ES32 lebih
rendah dibandingkan dengan Bacillus polymyxa BG25 dan B. subtillis SB3 dilihat
dari hasil pengujian antibiosis pada medium TSA. Namun, hasil pengujian
perkecambahan konidia dengan perlakuan Pseudomonas fluorescens ES32
menunjukkan hasil yang lebih baik dalam menghambat perkecambahan konidia
H. turcicum dibanding Bacillus subtillis SB3. Ini menunjukkan P. fluorescens
baik digunakan dalam suspensi bakteri 109 cfu/ml untuk menghambat
perkecambahan konidia patogen. Perlakuan suspensi bakteri yang paling efektif
menghambat perkecambahan konidia H. turcicum adalah kombinasi ketiga bakteri
perlakuan.
Perkecambahan Spora (%)

90
80
70
60
% 50
40
30
20
10
0

ix
M
ril

5
5%

3
G2
ste

32
SB
0,8

S
aB
air

lis

sE
Cl

bti
ol

yx

en
ntr

Na

su
lym

sc
Ko

B.
ol

po

ore
ntr

B.

flu
Ko

P.
Gambar 1 Persentase perkecambahan konidia H. turcicum
Tabel 6 Pengaruh antibiosis bakteri uji terhadap H. turcicum secara in vitro
Perlakuan Zona penghambatan Zona penghambatan
1)
(mm) pada PDA (mm) pada TSA1)
BG25 1,78a 5,45a
SB3 1,95a 4,00b
ES32 1,62ab 0,20c
Kontrol 0,00b 0,00c
1)
angka yang diikuti huruf yang sama pada satu kolom tidak berbeda nyata berdasarkan uji
Duncan pada selang kepercayaan 95%

Pengujian teknik sporulasi pada medium agar CaCO3 menunjukkan bahwa


agar CaCO3 mampu menumbuhkan konidia H.turcicum pada hari ke-9 secara
sempurna. Data lain yang didapat dari penelitian ini adalah H. turcicum dapat
tumbuh baik di media PDA dan TSA dan memenuhi satu cawan petri ukuran
normal 10-15 hari. NUV dapat berperan dalam mengganggu laju pertumbuhan
cendawan H. turcicum pada medium PDA dalam cawan petri.
KESIMPULAN

Perlakuan bakteri pemacu pertumbuhan tanaman (BPPT) khususnya


Pseudomonas fluorescens ES32+penyiraman berpengaruh nyata dalam menekan
keparahan penyakit hawar daun (Helminthoporium tucicum) pada minggu pertama
dan kedua setelah inokulasi patogen. Namun, pada minggu berikutnya perlakuan
BPPT tidak berpengaruh nyata. Perlakuan BPPT tidak berpengaruh nyata terhadap
ketinggian tanaman, jumlah daun tanaman, bobot kering brangkasan batang+daun,
bobot kering akar, dan produksi jagung manis. Perlakuan perendaman benih +
penyiraman bakteri menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata dengan
perlakuan perendaman benih dengan bakteri.
Berdasarkan hasil pengujian in vitro dapat disimpulkan bahwa uji
antibiosis baik uji koloni ganda dan uji perkecambahan konidia menunjukkan
bahwa B. polymyxa BG25 dan B. subtilis SB3 mempunyai aktivitas antibiosis
yang kuat terhadap H. turcicum.

SARAN

Perlu dilakukan penelitian lanjut saat kondisi lingkungan dapat membuat


patogen maupun bakteri yang diuji berkembang dengan baik sehingga dapat
terlihat korelasi yang lebih nyata.
DAFTAR PUSTAKA

[Anonim]. 1992. Sweet Corn Baby Corn. Jakarta: PT Penebar Swadaya.


Baker KF & Cook RJ. 1974. Biological Control of Plant Pathogens. San
Francisco: WH Freeman and Company.
Burdman S, Jurkevitch E, & Okon Y. 2000. Microbial Interactions in
Agriculture and Forestry. Vol 2. USA: Science Publishers Inc.
Deptan. 2004. Informasi Hortikultura Tahun 1999-2003 Tanaman Sayuran.
Jakarta: Dirjend. Bina Produksi Hortikultura. hal 97-99.
Dharma A. 1993. Pengamatan penyakit penting pada tanaman kacang tanah
(Arachis hypogaea L.), jagung manis (Zea mays saccharata Sturt.) dan
kedelai (Glycine max L.) di kebun percobaan IPB Cikarawang, Kabupaten
Bogor[skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Dhingra OD & Sinclair JB. 1985. Basic Plant Pathology Methods. Boca Raton,
Florida: CRC Press Inc.
Driks A. 2004. The Bacillus spore coat. Phytopathology. 94:1249-1251.
Glick BR, Patten CL, Holguin G, & Penrose DM. 1999. Biochemical and
Genetic Mechanisms Used by Plant Growth Promotion Bacteria. Ontario:
Imperial College Press.
Handelsman J & Stabb EV. 1996. Biocontrol of soilborne plant pathogens. Di
dalam: Glick BR, CL Patten, G. Holguin, dan DM Penrose. 1999.
Biochemical and Genetic Mechanisms Used by Plant Growth Promotion
Bacteria. Ontario: Imperial College Press.
James C. 1971. A Manual of Assessment Keys for Plant Diseases. St. Paul: APS
Press.
Kloepper JW, Ryu CM, & Zhang S. 2004. Induced systemic resistance and
promotion of plant growth by Bacillus spp. Phytopathology. 94:1259-
1266.
Leach CM, Fullerton RA, & Young K. 1977. Northern leaf blight of maize in
New England:relationship of Drechslera turcica airspora to factors
influencing sporulation, conidium development, and chlamydospore
formation. Phytopathology. 67:629-636.
Lipps PE & Mills D. 2002. Northern corn leaf blight. www.ohioline.osu.edu/ac-
fact/0020.html-7k.[17 April 2005].
Mazzola M. 1998. Microbial Interactions in Agriculture and Forestry. Vol 1.
USA: Science Publishers Inc.
Mukhlis A & Widajati E. 2002. Pengaruh tingkat kadar air Benih dan metode
perontokan terhadap viabilitas benih jagung manis. Di dalam: Akademik
Tanaman Pangan vol.1. BDP-Faperta. Bogor: IPB Press.
Neergaard P. 1977. Seed Pathology. Vol 1. New York: John Wileys and Sons.
hal 55-56; 149; 199; 282.
Robert AL. 1953. Some of the leaf blights of corn. Di dalam: Stefferud A,
editor. Plant Diseases The Year Book of Agriculture. Washington DC:
United State of Agriculture. 381-382.
Semangun S. 1991. Penyakit-Penyakit Tanaman Pangan di Indonesia.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Sigee DC. 1993. Bacterial Plant Pathology: Cell and Molecular Aspects. New
York: Cambridge University Press. 84-88; 126.
Sleesman JP & Leben C. 1976. Microbial antagonist of Bipolaris maydis.
Phytopathology. 66:1214-1218.
Suprapto. 1998. Bertanam Jagung. Jakarta: PT Penebar Swadaya.
White DG. ed. 1999. A Compendium of Corn Diseases. St. Paul: APS Press.
LAMPIRAN

Tabel Lampiran 1 Pengaruh perlakuan bakteri terhadap persentase


perkecambahan konidia H. turcicum
Perlakuan Perkecambahan konidia (%)1)
Kontrol air steril 80,89a
Kontrol NaCl 0,85% 60,71ab
B. polymyxa BG25 24,21bc
B. subtilis SB3 48,89abc
P. fluorescens ES32 34,13bc
Campuran2) 5,94c
1)
angka yang diikuti huruf yang sama pada satu kolom tidak berbeda nyata
berdasarkan uji Duncan pada selang kepercayaan 95%
2)
kombinasi (mix) bakteri Bacillus polymyxa BG25, B. subtilis SB3, dan
Pseudomonas fluorescens ES32
Gambar Lampiran 1 Skala keparahan penyakit hawar daun jagung (Clive 1971)

a. b.
Gambar Lampiran 2 a.) Biakan H. turcicum pada PDA b.) gejala hawar daun H.
turcicum di lapang

Gambar Lampiran 3 Hasil uji antibiosis koloni ganda pada medium PDA dan
TSA
Gambar Lampiran 4 Konidia dan konidiofor H. turcicum pada medium CaCO3

Gambar Lampiran 5 Bentuk perkecambahan konidia H. turcicum dengan


perlakuan bakteri pemacu pertumbuhan tanaman dan
kontrol.

You might also like