You are on page 1of 7

AEDES AEGYPTI SEBAGAI VEKTOR PENYAKIT DEMAM BERDARAH

DENGUE
Bagus Uda Palgunadi, Asih Rahayu
Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya
Abstrak : Aedes aegypti merupakan nyamuk yang dapat berperan sebagai vektor Demam Berdarah
Dengue (DBD). Nyamuk ini dapat mengandung virus DBD bila menghisap darah penderita DBD.
Virus tersebut akan masuk ke dalam intestinum nyamuk dan bereplikasi dalam hemocoelum.
Selanjutnya virus akan menuju ke dalam kelenjar air liur nyamuk ini dan siap ditularkan. Dengan
mengendalikan vektor maka Kejadian Luar Biasa suatu penyakit yang ditularkan melalui vektor dapat
dicegah.
Kata – kata kunci : Aedes aegypti, Demam Berdarah Dengue, Vektor

AEDES AEGYPTI AS DENGUE HAEMORRHAGIC FEVER VECTOR


Bagus Uda Palgunadi, Asih Rahayu
Lecturer Faculty of Medicine, University of Wijaya Kusuma Surabaya
Abstract : Aedes aegypti is mosquito that take role as Dengue Haemorrhagic Fever vector (DHF).
This mosquito has DHF virus inside its body when it sucked the blood of DHF patient. This Virus will
enter the intestinum of the mosquito and replicate inside the hemocoelum. The virus will then go to the
saliva gland of the mosquito and so it is ready to be transmitted. By controlling the vector, the special
case of a disease transmitted by the vector can be avoided.
Keywords :Aedes aegypti, Dengue Haemorrhagic Fever, Vector

Pendahuluan : Demam Berdarah Dengue (Dengue


Pemberantasan penyakit menular Haemorrhagic Fever):
dilaksanakan dengan upaya penyuluhan, Kejadian Luar Biasa Demam
penyelidikan, pengebalan, menghilangkan Berdarah Dengue pertama di Asia
sumber dan perantara penyakit, tindakan ditemukan di Manila pada tahun 1954 dan
karantina serta upaya lain yang diperlukan. di Bangkok –Thonburi serta sekitarnya
Upaya untuk menghilangkan perantara pada tahun 1958. Di Singapura ditemukan
penyakit adalah dengan cara pengendalian kasus Demam Berdarah Dengue pada usia
vektor penyakit. Dengan mengendalikan dewasa muda dengan hasil isolasi virusnya
vektor maka Kejadian Luar Biasa ( KLB ) adalah tipe DEN1 dan tipe DEN 2. Pada
suatu penyakit yang ditularkan melalui tahun 1961 di Kamboja telah diisolasi
vektor dapat dicegah. virus Dengue tipe DEN 1 dan tipe DEN 4.
Aedes aegypti merupakan nyamuk Di Penang , Malaysia Barat penyakit ini
yang dapat berperan sebagai vektor ditemukan pertamakali pada tahun 1962.
berbagai macam penyakit diantaranya Sedangkan di Calcuta pada tahun 1963
Demam Berdarah Dengue (DBD). dan 1964 serta di Srilangka pada tahun
Walaupun beberapa spesies dari Aedes sp. 1966. Di Indonesia Demam Berdarah
dapat pula berperan sebagai vektor tetapi Dengue pertamakali ditemukan tahun
Aedes aegypti tetap merupakan vektor 1968. (Soegijanto S,2003)
utama dalam penyebaran penyakit Demam Virion Dengue merupakan virus
Berdarah Dengue. (Lawuyan S, 1996 ; dengan genome RNA dari family
Yotopranoto S dkk., 1998 ; Soegijanto S, Flaviviridae, genus Flavivirus. Virion ini
2003) berbentuk spheris dengan diameter
Keberhasilan dalam upaya nucleocapsidnya 30 nm dan ketebalan
pemberantasan vektor penular penyakit envelopenya 10 nm. Envelopenya terdiri
ditentukan oleh berbagai faktor , antara dari lipid yang mengandung dua protein
lain sarana, prasarana maupun sumber yaitu envelope protein (E) dan protein
daya manusia. Dalam hal upaya membrane (M). Envelope berperan dalam
pengendalian Aedes aegypti , perlu kiranya haemaglutinasi / menginduksi uji
pemahaman ilmu entomologi diantaranya hambatan aglutinasi, neutralisasi dan
adalah taksonomi, morfologi, ekologi dan interaksi antara virus dengan sel host pada
siklus hidup dari vektor. saat awal infeksi / menarik sel (cell
tropism). Virus Dengue mampu walaupun Aedes albopictus dan Aedes
bereplikasi dalam tubuh manusia, hewan scutellaris dapat juga menjadi vektornya.
sebangsa monyet, simpanse, kelinci, Aedes aegypti :
mencit, marmot, tikus, hamster dan Taxonomi : nyamuk Aedes
nyamuk. Pada manusia , masa viraemia aegypti merupakan anggota dari phylum
berkisar dua sampai duabelas hari arthropoda , class insecta atau hexapoda
sedangkan pada hewan primate masa (mempunyai enam kaki) , subclass
viraemia berkisar antara satu sampai dua pterygota (mempunyai sayap), divisi
hari, tetapi titer virus dalam darah manusia endopterygota atau holometabola (
dapat mencapai lebih dari seratus kali mempunyai sayap di bagian dalam dengan
dibandingkan dengan pada darah hewan metamorfosanya lengkap) , ordo diptera (
primata. Virus bereplikasi dengan baik hanya mempunyai sepasang sayap depan
pada nyamuk genus Aedes. Virus Dengue sedangkan sepasang sayap bagian
diklasifikasikan menjadi empat serotipe belakang rudimenter dan berubah fungsi
yaitu DEN 1, DEN 2, DEN 3 dan DEN 4. sebagai alat keseimbangan atau halter),
Virus Dengue termasuk virus yang labil subordo nematocera, family culicidae,
terhadap suhu dan faktor kimiawi lain subfamily culicinae dan genus Aedes.
serta mempunyai masa viraemia yang Breeding Place ( Tempat
pendek, oleh karena itu keberhasilan Perindukan ) : Aedes sp. termasuk
isolasi dan identifikasi virus ini sangat nyamuk yang aktif pada siang hari dan
tergantung kepada kecepatan dan biasanya akan berbiak dan meletakkan
ketepatan pengambilan sampel . Virus telurnya pada tempat – tempat
Dengue juga mempunyai manifestasi penampungan air bersih atau genangan air
klinik yang sangat bervariasi. Virus hujan misalnya bak mandi, tangki
Dengue mempunyai dua macam protein penampungan air, vas bunga ( baik di
yaitu protein struktural dan protein non- lingkungan dalam rumah, sekolah,
struktural. Protein struktural terdiri dari perkantoran maupun pekuburan) , kaleng
protein E, protein M, dan protein C, bekas, kantung plastik bekas, di atas lantai
sedangkan protein non struktural terdiri gedung terbuka, talang rumah , pagar
dari tujuh protein yaitu NS1, NS2A, bambo, kulit buah (rambutan, tempurung
NS2B, NS3, NS4A, NS4B, dan NS5. kelapa ), ban bekas ataupun semua bentuk
Protein nonstrukutral tidak mempunyai kontainer yang dapat menampung air
kaitan dengan berat ringannya manifestasi bersih . (Sembel DT, 2009)
klinis Demam Berdarah Dengue. Aedes aegypti dewasa terutama hidup dan
Patofisiologi primer pada Demam mencari mangsa di dalam lingkungan
Berdarah Dengue dengan Dengue Shock rumah atau bangunan sedangkan Aedes
Syndrome adalah peningkatan akut albopictus lebih menyukai hidup dan
permeabilitas vaskuler yang mengarah ke mencari mangsa di luar lingkungan rumah
kebocoran plasma ke dalam ruang atau bangunan yaitu di kebun yang rimbun
ekstravaskuler sehingga menimbulkan dengan pepohonan. (Soedarto,2008) .
hemokonsentrasi dan penurunan tekanan Jarak terbang maksimum antara breding
darah . Perubahan hemostasis pada place dengan sumber makanan pada Aedes
Demam Berdarah Dengue dan Dengue sp. antara 50 sampai 100 mil. Umumnya
Shock Syndrome melibatkan tiga faktor nyamuk tertarik oleh cahaya terang ,
utama yaitu perubahan vaskuler, pakaian berwarna gelap dan oleh adanya
trombositopenia dan kelainan koagulasi. manusia atau hewan. Daya penarik jarak
Hampir semua penderita Demam Berdarah jauh disebabkan karena perangsangan bau
Dengue mengalami peningkatan fragilitas dari zat – zat yang dikeluarkan dari hewan
vaskuler dan trombositopenia. (Joklik ataupun manusia , CO2 dan beberapa
WK et al,1992 ; Soegijanto S,2003 ; Asam Amino serta lokasi yang dekat
Brooks GF et al, 2007 ) dengan temperature hangat serta lembab. (
Vektor Demam Berdarah Dengue : Neva FA and Brown HW, 1994)
Di Indonesia, vektor penyakit Morfologi : Nyamuk ini dikenal
Demam Berdarah Dengue adalah nyamuk juga sebagai Tiger mosquito atau Black
Aedes sp. terutama adalah Aedes aegypti White Mosquito karena tubuhnya
mempunyai ciri khas berupa adanya garis berupa corong untuk masuknya
– garis dan bercak bercak putih keperakan spermatozoa. Telur Aedes aegypti dalam
di atas dasar warna hitam. Dua garis keadaan kering dapat tahan bertahun –
melengkung berwarna putih keperakan di tahun lamanya. Telur berbentuk elips dan
kedua sisi lateral serta dua buah garis mempunyai permukaan yang polygonal.
putih sejajar di garis median dari Telurnya tidak akan menetas sebelum
punggungnya yang berwarna dasar hitam. tanah digenangi air dan telur akan
(James MT and Harwood RF, 1969) menetas dalam waktu satu sampai tiga hari
Nyamuk dewasa Aedes albopictus mudah pada suhu 30°C tetapi membutuhkan tujuh
dibedakan dengan Aedes aegypti karena hari pada suhu 16°C. ( Neva FA and
garis thorax hanya berupa dua garis lurus Brown HW, 1994 )
di tengah thorax. (Soedarto, 2008)
Mulut nyamuk termasuk tipe menusuk dan Larva memiliki kepala yang cukup
mengisap ( rasping – sucking) , besar serta thorax dan abdomen yang
mempunyai enam stilet yaitu gabungan cukup jelas. Larva menggantungkan
antara mandibula, maxilla yang bergerak dirinya pada permukaan air untuk
naik turun menusuk jaringan sampai mendapatkan oksigen dari udara. Larva
menemukan pembuluh darah kapiler dan menyaring mikroorganisme dan partikel-
mengeluarkan ludah yang berfungsi partikel lainnya dalam air. Larva biasanya
sebagai cairan racun dan antikoagulan. ( melakukan pergantian kulit sebanyak
Sembel DT, 2009) empat kali dan berubah menjadi pupa
Pada keadaan istirahat nyamuk dewasa sesudah tujuh hari. (Harwood RF and
hinggap dalam keadaan sejajar dengan James MT, 1979)
permukaan. Nyamuk Aedes betina
mempunyai abdomen yang berujung Pupa berbentuk agak pendek,
lancip dan mempunyai cerci yang panjang. tidak makan tetapi tetap aktif bergerak
Hanya nyamuk betina yang mengisap dalam air terutama bila terganggu. Pupa
darah dan kebiasaan mengisap darah pada akan berenang naik turun dari bagian dasar
Aedes aegypti umumnya pada waktu siang ke permukaan air. Dalam waktu dua atau
hari sampai sore hari. Lazimnya yang tiga hari perkembangan pupa sudah
betina tidak dapat membuat telur yang sempurna, maka kulit pupa pecah dan
dibuahi tanpa makan darah yang nyamuk dewasa muda segera keluar dan
diperlukan untuk membentuk hormone terbang. ( Sembel DT, 2009)
gonadotropik yang diperlukan untuk Siklus Hidup : Aedes aegypti
ovulasi. Hormon ini berasal dari corpora mengalami metamorfosis lengkap /
allata yaitu pituitary pada otak insecta, metamorfosis sempurna (holometabola)
dapat dirangsang oleh serotonin dan yaitu dengan bentuk siklus hidup berupa
adrenalin dari darah korbannya. Kegiatan Telur, Larva (beberapa instar), Pupa dan
menggigit berbeda menurut umur, waktu Dewasa (James MT and Harwood
dan lingkungan. Demikian pula irama RF, 1969)
serangan sehari-hari dapat berubah
menurut musim dan suhu. Kopulasi Peran Aedes aegypti sebagai vector
didahului oleh pengeriapan nyamuk jantan penyakit Demam Berdarah Dengue :
yang terbang bergerombol mengerumuni Nyamuk dapat mengandung virus Demam
nyamuk betina. Aedes memilih tanah Berdarah Dengue bila menghisap darah
teduh yang secara periodik di genangi air. penderita. Virus tersebut akan masuk ke
Jumlah telur yang diletakkan satu kali dalam intestinum nyamuk. Replikasi virus
maksimum berjumlah seratus sampai terjadi dalam hemocoelum dan akhirnya
empat ratus butir.(Neva FA and Brown akan menuju ke dalam kelenjar air liur
HW, 1994) serta siap ditularkan. Fase ini disebut
Telur Aedes sp. tidak mempunyai sebagai extrinsic incubation periode yang
pelampung dan diletakkan satu persatu di memerlukan waktu selama tujuh sampai
atas permukaan air. Ukuran panjangnya empatbelas hari. ( Soewondo ES, 1998)
0,7 mm, dibungkus dalam kulit yang
berlapis tiga dan mempunyai saluran Pada biakan sel mamalia, virus
Dengue dapat menimbulkan Cyto pengendalian vektor yakni secara kimiawi,
Pathogenic Effect (CPE) yang tergantung biologik, radiasi dan mekanik atau
pada jenis sel yang digunakan. Pada sel pengelolaan lingkungan. Pengendalian
vertebrata dapat terjadi vacuolisasi dan secara kimiawi dengan menggunakan
proliferasi membrane intraseluler insektisida dapat ditujukan terhadap
sedangkan pada sel nyamuk sering CPE nyamuk dewasa maupun larva. Insektisida
tidak terjadi sehingga infeksinya bersifat untuk nyamuk dewasa Aedes aegypti
persisten. Dengan demikian hal ini dapat antara lain dari golongan organochlorine,
dianalogikan dengan keberadaan virus organophosphor, carbamate dan
pada tubuh nyamuk Aedes di alam, pyrethroid. Insektisida tersebut dapat
dimana virus ini dapat berada dalam tubuh diaplikasikan dalam bentuk spray terhadap
nyamuk dan bereplikasi tanpa rumah-rumah penduduk. Sedangkan
menimbulkan kematian pada nyamuk insektisida untuk larva Aedes aegypti yaitu
karena tidak terbentuknya CPE ( dari golongan organophosphor
Soegijanto S, 2003) (Temephos) dalam bentuk sand granules
yang dilarutkan dalam air di tempat
Pengaruh lingkungan yaitu suhu perindukannya ( tindakan abatisasi).
udara dan kelembaban nisbi udara juga Pengendalian scara radiasi dilakukan
berpengaruh bagi viabilitas nyamuk Aedes dengan bahan radioaktif dosis tertentu
maupun virus Dengue. Suhu yang relatif terhadap nyamuk dewsa jantan sehingga
rendah atau relatif tinggi, serta menjadi mandul, meskipun nantinya akan
kelembaban nisbi udara yang rendah dapat berkopulasi dengan nyamuk betina tetapi
mengurangi viabilitas virus Dengue yang tidak akan menghasilkan telur yang fertile.
hidup dalam tubuh nyamuk maupun juga Pengendalian lingkungan dilakukan
mengurangi viabilitas nyamuk itu sendiri. dengan cara mencegah nyamuk kontak
Sehingga pada waktu musim kemarau dengan manusia misalnya memasang
penularan penyakit Demam Berdarah kawat kasa pada lubang ventilasi rumah
Dengue sangat rendah dibandingkan serta menggalakkan gerakan 3 M yaitu
dengan pada waktu musim hujan. menguras tempat-tempat penampungan air
(Yotopranoto S dkk.,1998) dengan menyikat dinding bagian dalam
paling sedikit seminggu sekali, menutup
Banyak peneliti telah melaporkan rapat tempat penampungan air sehingga
adanya transovarial transmission virus tidak dapat diterobos oleh nyamuk
Dengue yang ada di dalam tubuh nyamuk dewasa, menanam atau menimbun dalam
betina Aedes aegypti ke dalam telur – tanah barang-barang bekas yang dapat
telurnya. Dengan dibuktikannya adanya menampung air hujan. Cara lain lagi yang
transovarial transmission virus Dengue disebut autocidal ovitrap menggunakan
dalam tubuh nyamuk Aedes aegypti maka suatu tabung silinder warna gelap dengan
diduga kuat bahwa nyamuk ini di alam diameter 10 cm dengan salah satu ujung
memegang peranan penting yang tertutup rapat dan ujung lainnya terbuka.
bermakna dalam mempertahankan virus Tabung tersebut diisi air tawar kemudian
Dengue, khususnya pada keadaaan dimana ditutup dengan kasa nylon. Secara
tidak ada hospes susceptible atau kondisi periodik air dalam tabung ditambah untuk
iklim yang tidak menguntungkan bagi mengganti peguapan yang terjadi.
nyamuk. (Soegijanto S, 2003) Nyamuk yang bertelur disini dan telurnya
menetas menjadi larva dalam air tadi ,
Pengendalian Aedes aegypti : tujuan maka akan menjadi nyamuk dewasa yang
utama pengendalian vektor adalah untuk tetap terperangkap di dalam tabung tadi.
menurunkan kepadatan populasi nyamuk Dari cara pengendalian tersebut diatas
Aedes aegypti sampai serendah – tidak ada satupun yang paling unggul.
rendahnya sehingga kemampuan sebagai Untuk menghasilkan cara yang efektif
vektor akan menghilang. maka perlu dilakukan kombinasi dari
beberapa cara - cara tersebut diatas.
Menurut Soegijanto S (2003)
secara garis besar terdapat empat cara Sedangkan menurut Agoes R
(2009) pengendalian nyamuk Aedes 100 wadah yang diperiksa; indeks breteau
aegypti dapat dilakukan dengan cara (breteau index) ialah jumlah tempat
perlindungan perseorangan, mencegah perindukan yang positif dengan larva
nyamuk meletakkan telurnya, mencegah Aedes aegypti dalam tiap 100 rumah.
pertumbuhan jentik dan membunuh telur,
pemberian larvisida, melakukan fogging Penutup :
dan pendidikan kesehatan masyarakat.
Perlindungan perseorangan untuk Virus Dengue merupakan virus
mencegah terjadinya gigitan nyamuk ini RNA yang menyebabkan penyakit dengan
yaitu dengan memasang kawat kasa di manifestasi klinis berupa Demam Dengue,
lubang angin; tidur dengan menggunakan Demam Berdarah Dengue dan Dengue
kelambu; penyemprotan dinding rumah Shock Syndrome. Penyakit ini termasuk
dengan insektisida malathion dan penyakit yang ditularkan atau disebarkan
penggunaan repellent pada kulit saat melalui nyamuk genus Aedes sp. terutama
berkebun. Mencegah nyamuk meletakkan Aedes aegypti yang sering disebut sebagai
telurnya dengan cara membuang, Tiger Mosquito melalui gigitannya karena
membakar atau mengubur benda-benda di nyamuk ini akan mengandung virus
pekarangan atau di kebun yang dapat Dengue pada kelenjar ludahnya setelah
menampung air hujan seperti kaleng, menghisap darah penderita Dengue.
botol, ban mobil dan tempat-tempat lain Nyamuk ini mempunyai siklus hidup
yang menjadi tempat perindukan Aedes metamorfosis sempurna dengan bentuk
aegypti. Mencegah pertumbuhan jentik siklus hidup berupa tingkatan telur, larva,
dan membunuh telur dengan cara pupa dan dewasa. Berbagai upaya dapat
mengganti air atau membersihkan tempat- dilakukan untuk mengontrol populasi
tempat air secara teratur tiap minggu nyamuk ini dengan tujuan utama adalah
sekali, pot bunga, tempayan dan bak air menurunkan kepadatan populasi nyamuk
mandi. Pemberian larvisida ( abate ) ke Aedes aegypti sampai serendah –
dalam tempat penampungan rendahnya sehingga kemampuan sebagai
air/penyimpanan air bersih (abatisasi ). vektor akan menghilang dengan cara
Melakukan fogging dengan malathion kimiawi, biologik, radiasi, mekanik
untuk membunuh nyamuk dewasa terhadap telur, larva, pupa, dewasa
sekurangnya dua kali dengan jarak waktu maupun terhadap tempat perindukannya.
sepuluh hari misalnya di daerah yang
terkena wabah dan daerah endemic yang Kepustakaan :
indeks kepadatan nyamuknya relatif BROOKS,GF., BUTEL,JS and
tinggi. Pendidikan kesehatan masyarakat MORSE,SA. 2007. Jawetz, Melnick &
melalui ceramah agar masyarakat dapat Adelberg : Mikrobiologi Kedokteran.
memelihara kebersihan lingkungan dan Edisi 23. EGC.hal 536-537.
turut secara perseorangan memusnahkan BROWN,HW. and NEVA,FA. 1994. Basic
tempat perindukan Aedes aegypti disekitar Clinical Parasitology. 6th Ed. Prentice Hall
rumahnya masing-masing. Disamping itu International Edition
pemantauan kepadatan populasi nyamuk
dapat meningkatkan pengendalian vektor. HARWOOD, RF and JAMES, MT. 1979.
Pengukuran kepadatan populasi larva Entomology in Human and Animal Health.
dilakukan dengan cara pemeriksaan 7th Ed. Mc Millan Pub. Co.p. 548
tempat perindukan di dalam dan di luar
rumah dari 100 rumah yang terdapat di JAMES,MT. and HARWOOD,RF. 1969.
daerah pemeriksaan. Ada tiga angka Herm’s Medical Entomology. 6th Ed.The
indeks yang perlu diketahui yaitu indeks Macmillan Company USA.
rumah (house index) yaitu suatu
persentase rumah yang positif dengan JOKLIK, WK.,WILLETT, HP., AOS ,DB.
larva Aedes aegypti dari 100 rumah yang And WILFERT,CM. 1992. Zinsser
diperiksa; indeks wadah (container index) Microbiology. 20th Ed.Aplleton &
yaitu persentase tempat perindukan yang Lange.pp.
positif dengan larva Aedes aegypti dari
LAWUYAN,S. 1996. Demam Berdarah
Dengue di Kotamadya Surabaya. Seminar
Sehari Demam Berdarah Dengue. Tropical
Disease Center, Universitas Airlangga
,Surabaya 28 Oktober 1996.

NATADISASTRA, D dan AGOES, R.


2009. Parasitologi Kedokteran. Ditinjau
dari Organ Tubuh yang Diserang.EGC.
hal. 315-318.

SCHLESINGER, S and SCHLESINGER,


MJ.1986. The Togaviridae and
Flaviviridae.Plenum Press, New York and
London.

SEMBEL DT. 2009. Entomologi


Kedokteran. Penerbit ANDI Yogyakarta.

SOEDARTO. 2008. Parasitologi Klinik.


Airlangga University Press Surabaya.

SOEGIJANTO,S. 2003. Demam Berdarah


Dengue, Tinjauan dan Temuan Baru di Era
2003.

SOEWONDO, ES. 1998. Demam


Berdarah Dengue pada Orang Dewasa,
Gejala Klinik dan Penatalaksanaannya.
Seminar Demam Berdarah Dengue. TDC-
UNAIR, Surabaya, 19 September
1998.hal.23-38.

YOTOPRANOTO,S.,SUBEKTI,S.,
ROSMANIDA, SALAMUN. 1998.
Analisis Dinamika Populasi Vektor pada
Lokasi dengan Kasus Demam Berdarah
Dengue yang Tinggi di Kotamadya
Surabaya.Majalah Kedokteran Tropis
Indonesia, 9 (1-2) : 23-31.

You might also like