Professional Documents
Culture Documents
Benih kedelai hitam (Glycine max (L) Merrit) varietas Cikuray dan Malika
ditanam dalam ember plastik ukuran 5 kg yang berisi campuran tanah, kompos, dan
pupuk NPK secukupnya dan dipelihara di rumah kaca. Untuk penyediaan eksplan
yang cukup dan kontinyu dilakukan penanaman ditanam sebanyak 10 ember per
varietas. Setelah tnaman mulai berbunga, yaitu sekitar umur 35-40 hari setelah tanam
dilakukan penandaan bunga, yaitu dengan cara mengikatkan sehelai benang berwarna
pada tangkai bunga yang sedang mekar (anthesis). Polong kedelai dipanen pada saat
berumur 14-15 hari setelah penandaan. Polong muda selanjutnya dicuci dengan air
sabun dan dibilas air leding hingga bersih. Selanjutnya direndam dalam larutan
Clorox 20% selama 25-30 menit, lalu dibilas aquadest steril dan biji muda
dikeluarkan. Biji dibuka kulitnya dengan scalpel, lalu kotiledon dan embrio aksisnya
dipotong.
Uji eksresi gen gus pada eksplan kotiledon dan embrio muda hasil inokulasi
Agrobacterium dilakukan setelah tiga dan lima hari inkubasi. Uji GUS mengikuti
prosedur Jeferson (1987). Eksplan yang telah ditransformasi diambil dari botol/petri
kultur, lalu diletakkan ke dalam tabung reaksi. Selanjutnya eksplan diberi larutan
aseton secukupnya dan dibiarkan selama 1 jam (sesekali tabung digoyang-
goyangkan). Kemudian aseton dibuang dan diganti dengan larutan X-Gluc hingga
sampel terendam. Sampel disimpan dalam inkubator dengan suhu 37ºC selama
semalam. Sampel lalu diamati dengan mikroskop binokuler. Uji GUS positif jika
terjadi spot biru pada jaringan eksplan. Semakin tebal dan banyak warna birunya,
maka semakin tinggi ekspresi gen gus.
Penelitian ini bertujuan untu mentransfer gen pin II kentang ke dalam tanaman
kedelai melalui Agrobacterium. Eksplan kotiledon muda varietas Cikuray dan Malika
digunakan sebagai target transformasi.
Reaksi PCR dilakukan dalam total buffer PCR, yang terdiri atas 5 ng DNA
dari tanaman sampel dan kontrol: 100 nM masing-masing primer; 200 µM Dntp DAN
1,5 µl enzim Taq DNA polymerase, menggunakan mesin PCR (Programable Thermal
Controller) dalam 35 siklus yang terdiri 94ºC 1 menit, 55 ºC selama 2 menit dan 72
ºC selama 1 menit. Hasil amplifikasi PCR ini kemudian dipisahkan dengan 0,85 (w/v)
elektroforesis agorase gel dan pewarnaan dengan ethidium bromide. Parameter
pengamatan dilakukan berdasarkan ada tidaknya pita DNA untuk gen pinII pada
fotoge hasil elektroforesis.