You are on page 1of 15

LAPORAN PENDAHULUAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA DENGAN

GANGGUAN ISTIRAHAT TIDUR

DISUSUN OLEH :

SALMA ADILANISA

P1337420616035

POLITEKNIK KEMENTRIAN KESEHATAN SEMARANG

PRODI D IV KEPERAWATAN SEMARANG

JURUSAN KEPERAWATAN SEMARANG

2017
II. KONSEP DASAR
A. PENGERTIAN
Menurut Potter & Perry (2005), tidur merupakan proses fisiologis yang
bersiklus bergantian dengan periode yang lebih lama dari keterjagaan. Tidur
adalah keadaan gangguan kesadaran yang dapat bangun dikarakterisasikan
dengan minimnya aktivitas (Keperawatan Dasar, 2011:203). Tidur adalah suatu
keadaan relative tanpa sadar yang penuh ketenangan tanpa kegiatan yang
merupakan urutan siklus yang berulang-ulang dan masing-masing menyatakan
fase kegiatan otak dan badaniah yang berbeda (Tarwoto, 2006). Sedangkan
Istirahat adalah relaksasi seluruh tubuh atau mungkin hanya melibatkan istirahat
untuk bagian tubuh tertentu (Keperawatan, Dasar, 2011:203). Istirahat adalah
suatu keadaan di mana kegiatan jasmaniah menurun yang berakibat badan
menjadi lebih segar (Tarwoto, 2006).
Gangguan pola tidur merupakan gangguan kualitas dan kuantitas waktu tidur
akibat faktor eksternal (NANDA NIC-NOC, 2015:273). Gangguan pola tidur
adalah keadaan dimana individu mengalami atau berisiko mengalami suatu
perubahan dalam kuantitas dan kualitas pola istirahatnya yang menyebabkan rasa
tidak nyaman atau mengganggu gaya hidup yang diinginkan.
B. FISIOLOGI TIDUR
Setiap makhluk memiliki irama kehidupan yang sesuai dengan masa rotasi
bola dunia yang dikenal dengan nama irama sirkadian. Irama sirkadian bersiklus
24 jam antara lain diperlihatkan oleh menyingsing dan terbenamnya matahari,
layu dan segarnya tanam-tanaman pada malam dan siang hari, awas waspadanya
manusia dan bintang pada siang hari dan tidurnya mereka pada malam hari
(Harsono, 1996).
Tidur merupakan kegiatan susunan saraf pusat, dimana ketika seseorang
sedang tidur bukan berarti bahwa susunan saraf pusatnya tidak aktif melainkan
sedang bekerja (Harsono, 1996). Sistem yang mengatur siklus atau perubahan
dalam tidur adalah reticular activating system (RAS) dan bulbar synchronizing
regional (BSR) yang terletak pada batang otak (Potter & Perry, 2005). RAS
merupakan sistem yang mengatur seluruh tingkatan kegiatan susunan saraf pusat
termasuk kewaspadaan dan tidur. RAS ini terletak dalam mesenfalon dan bagian
atas pons. Selain itu RAS dapat memberi rangsangan visual, pendengaran, nyeri
dan perabaan juga dapat menerima stimulasi dari korteks serebri termasuk
rangsangan emosi dan proses pikir. Dalam keadaan sadar, neuron dalam RAS
akan melepaskan katekolamin seperti norepineprin. Demikian juga pada saat
tidur, disebabkan adanya pelepasan serum serotonin dari sel khusus yang berada
di pons dan batang otak tengah, yaitu BSR (Potter & Perry, 2005).
C. TAHAPAN TIDUR
Tidur terjadi dalam siklus yang diselingi periode terjaga. Siklus tidur/terjaga
umumnya mengikuti irama circadian atau 24 jam dalam siklus siang/malam.
Selain siklus tidur/terjaga, tidur terjadi dalam tahapan yang berlangsung dalam
suatu kondisi siklis. Ada lima tahapan tidur. Tahap 1 hingga tahap 4 mengacu
pada tidur dengan gerakan mata tidak cepat (NREM- Non Rapid Eye Movement)
dan berkisar dari kedaan tidur sangat ringan di tahap 1 hingga keadaan tidur
nyenyak di tahap 3 dan 4. Selama tidur NREM, seseorang biasanya mengalami
penurunan suhu, denyut, tekanan darah, pernapasan, dan ketegangan otot.
Penurunan tuntutan fungsi tubuh dianggap melakukan tindakan responsif, baik
secara fisiologi maupun psikologi. Tahap 5 disebut tidur dengan gerak mata cepat
(REM- Rapid Eye Movement). Tahap tidur REM dikarakterisasikan dengan
meningkatnya level aktivitas dibandingkan pada tahap NREM. Manfaat tidur
REM berkaitan dengan perbaikan dalam proses mental dan kesehatan emosi.
1. Non Rapid Eye Movement (NREM)
Terjadi kurang lebih 90 menit pertama setelah tertidur. Terbagi menjadi
empat tahapan yaitu:
a. Tahap I
Merupakan tahap transisi dari keadaan sadar menjadi tidur. Berlangsung
beberapa menit saja, dan gelombang otak menjadi lambat. Tahap I ini
ditandai dengan :
1) Mata menjadi kabur dan rileks.
2) Seluruh otot menjadi lemas.
3) Kedua bola mata bergerak ke kiri dan ke kanan.
4) Tanda-tanda vital dan metabolisme menurun.
5) EEG: penurunan Voltasi gelombang-gelombang Alfa.
6) Dapat terbangun dengan mudah.
7) Bila terbangun terasa sedang bermimpi.
b. Tahap II
Merupakan tahap tidur ringan dan proses tubuh terus menurun.
Berlangsung 10-20 menit, semakin rileks, mudah terjaga, dan gelombang
otak menjadi lebih lambat. Tahap II ini ditandai dengan :
1) Kedua Bola mata berhenti bergerak.
2) Suhu tubuh menurun.
3) Tonus otot perlahan-lahan berkurang.
4) Tanda-tanda vital turun dengan jelas.
5) EEG: Timbul gelombang beta Frekuensi 15-18 siklus / detik yang
disebut gelombang tidur.
c. Tahap III
Merupakan awal tahap tidur nyenyak. Tahap ini berlangsung 15-30
menit.Tahap III ini ditandai dengan:
1) Relaksasi otot menyeluruh.
2) Tanda-tanda vital menurun tetapi tetap teratur.
3) EEG: perubahan gelombang Beta menjadi 1-2 siklus / detik.
4) Sulit dibangunkan dan digerakkan.
d. Tahap IV
Tahap Tidur Nyenyak, berlangsung sekitar 15-30 menit. Tahap ini
ditandai dengan :
1) Jarang bergerak dan sangat sulit dibangunkan.
2) Tanda-tanda vital secara signifikan lebih rendah dari pada jam
bangun pagi.
3) Tonus Otot menurun (relaksasi total).
4) Denyut jantung dan pernapasan menurun sekitar 20-30 %.
5) EEG: hanya terlihat gelombang delta yang lambat dengan frekwensi
1-2 siklus/detik.
6) Gerak bola mata mulai meningkat.
7) Terjadi mimpi dan terkadang tidur sambil berjalan serta enuresis
(mengompol).
2. Rapid Eye Movement (REM)
Tahap tidur yang sangat nyenyak. Pada orang dewasa REM terjadi 20-25 %
dari tidurnya. Tahap REM ditandai dengan:
a. Bola mata bergerak dengan kecepatan lebih tinggi dari tahap-tahap
sebelumnya.
b. Mimpi yang berwarna dan nyata muncul.
c. Tahap ini biasanya dimulai sekitar 90 menit setelah tidur dimulai.
d. Terjadi kejang otot kecil, otot besar imobilisasi.
e. Ditandai oleh respons otonom yaitu denyut jantung dan pernapasan yang
berfluktuasi, serta peningkatan tekanan darah yang berfluktuasi.
f. Metabolisme meningkat.
g. Lebih sulit dibangunkan.
h. Sekresi lambung meningkat.
i. Durasi tidur REM meningkat dengan setiap siklus dan rata-rata 20 menit.

Karakteristik tidur REM

a. Mata : Cepat tertutup dan terbuka.


b. Otot-otot : Kejang otot kecil, otot besar immobilisasi.
c. Pernapasan : tidur teratur, kadang dengan apnea.
d. Nadi : Cepat dan ireguler.
e. Tekanan darah : Meningkat atau fluktuasi.
f. Sekresi gaster : Meningkat.
g. Metabolisme : Meningkat, temperatur tubuh naik.
h. Gelombang otak : EEG aktif.
i. Siklus tidur : Sulit dibangunkan.
D. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
1. Penyakit
Seseorang yang mengalami sakit memerlukan waktu tidur lebih banyak dari
normal. Namun demikian keadaan sakit menjadikan pasien kurang tidur atau
tidak dapat tidur. Misalnya pada pasien dengan gangguan pernapasan seperti
asma, bronkhitis, penyakit kardiovaskuler, dan penyakit persarafan.
2. Lingkungan
Pasien yang biasa tidur pada lingkungan yang tenang dan nyaman,
kemungkinan terjadi perubahan suasana seperti gaduhmaka akan
menghambat tidurnya.
3. Motivasi
Motivasi dapat mempengaruhi tidur dan dapat menimbulkan keinginan untuk
tetap bangun dan waspada menahan kantuk.
4. Kelelahan
Dapat memperpendek periode pertama dari tahap REM.
5. Kecemasan
Pada keadaan cemas seseorang mungkin meningkatkan saraf simpatis
sehingga mengganggu tidurnya.
6. Alkohol
Alkohol menekan REM secara normal, seseorang yang tahan minum alkohol
dapat mengakibatkan insomnia dan cepat marah.
7. Obat-obatan
Beberapa obat yang dapat menimbulkan gangguan tidur antara lain Diuretik
(menyebabkan insomnia), Anti depresan (supresi REM), Kaffein
(Meningkatkan saraf simpatis), Beta Bloker (Menimbulkan insomnia), dan
Narkotika (Mensupresi REM).

Selain itu, menurut Hidayat (2006), kualitas tidur seseorang dikatakan baik
apabila tidak menunjukkan tanda-tanda kekurangan tidur dan tidak mengalami
masalah dalam tidurnya. Tanda-tanda kekurangan tidur dapat dibagi menjadi
tanda fisik dan tanda psikologis. Di bawah ini akan dijelaskan apa saja tanda fisik
dan psikologis yang dialami.

1. Tanda fisik
Ekspresi wajah (area gelap di sekitar mata, bengkak di kelopak mata,
konjungtiva kemerahan dan mata terlihat cekung), kantuk yang berlebihan
(sering menguap), tidak mampu untuk berkonsentrasi (kurang perhatian),
terlihat tanda-tanda keletihan seperti penglihatan kabur, mual dan pusing.
2. Tanda psikologis
Menarik diri, apatis dan respons menurun, merasa tidak enak badan, malas
berbicara, daya ingat berkurang, bingung, timbul halusinasi, dan ilusi
penglihatan atau pendengaran, kemampuan memberikan pertimbangan atau
keputusan menurun.
E. GANGGUAN TIDUR
Ganguan tidur adalah suatu kondisi yang jika tidak diobati, umunya
menyebabkan tidur terganggu yang menghasilkan salah satu dari tiga masalah
insomnia yaitu : gerakan abnormal atau sensasi saat tidur atau ketika terbangun di
malam hari, atau kantuk yang berlebihan di siang hari ( Maslow, 2005).
1. Insomnia
Insomnia adalah gejala yang dialami klien ketika mereka mengalami
kesulitan tidur kronis, sering terbangun dari tidur, dan atau tidur pendek atau
tidur non retoratif (Edinger dan Sarana, 2005). Ketidakmampuan memenuhi
kebutuhan tidur, baik secara kualitas maupun kuantitas. Umumnya ditemui
pada individu dewasa. Penyebabnya bisa karena gangguan fisik atau karena
faktor mental seperti perasaan gundah dan gelisah. Ada tiga jenis insomnia
yaitu Initial insomnia adalah kesulitan untuk memulai tidur, Intermitten
insomnia adalah kesulitan untuk tetap tertidur karena seringnya terjaga,
terminal insomnia adalah bangun terlalu dini dan sulit untuk tidur kembali.
2. Parasomnia
Adalah perilaku yang dapat mengganggu tidur atau muncul saat seseorang
tidur, dan bisanya terjadi pada anak-anak daripada orang dewasa. Misalnya
tidur berjalan, mengigau, teror malam, mimpi buruk, nokturnal, enuresis
(mengompol), badan goyang, dan bruksisme (gigi bergemeretak).
3. Hipersomnia
Adalah kebalikan dari insomnia, yaitu tidur yang berlebihan terutama pada
siang hari.
4. Narkolepsi
Gelombang kantuk yang tak tertahankan yang muncul secara tiba-tiba pada
siang hari. Seseorang dengan narkolepsi sering mengalami mimpi seperti
nyatayang terjadi ketika seseorang tertidur. Mimpi-mimpi ini sulit dibedakan
dari kenyataan. Kelumpuhan tidur, perasaan tidak mampu bergerak, atau
berbicara sesaat sebelum bagun atau tidur adalah gejala lainnya
(Guilleminaultt dan Fromberz, 2005).
5. Apnea saat Tidur dan Mendengkur
Merupakan gangguan yang ditandai oleh kurangnya aliran udara melalui
hidung dan mulut untuk periode 10 detik atau lebih pada saat tidur. Ada tiga
jenis tidur apnea yaitu : apnea sentral, obstruktif, dan campuran. Bentuk yang
paling umum adalah apnea obstruktif atau Obstruktif Sleep Apnea (OSA).
OSA mempengaruhi 10-15% dari dewasa menengah (Groth, 2005), Namun
sering terjadi juga pada wanita menopause, serta wanita muda dan anak-anak
(Mendez, dan Olson, 2006). OSA terjadi ketika otot atau struktur dari rongga
mulut atau tenggorakan mengalami relaksasi saat tidur. Saluran napas
tersumbat sebagian atau seluruhnya, mengurangi aliran udara hidung
(hiponea) atau menghentikannya (apnea) selama 30 detik (Guilleminault dan
Bassiri, 2005). Seseorang masih mencoba untuk bernapas karena dada dan
perut terus bergerak, sehingga sering menghasilkan dengkuran keras dan
suara mendengus atau mendengkur. Ketika pernapasan menjadi sebagian
atau seluruhnya berkurang, setiap gerakan diafragma berturut-turut menjadi
kuat sampai penyumbatan terbuka. Mendengkur bukan dianggap sebagai
gangguan tidur, namun bila disertai apnea maka bisa menjadi masalah.
6. Mengigau
Hampir semua orang pernah mengigau, hal itu terjadi sebelum tidur REM.
F. TANDA DAN GEJALA
1. Dewasa
a. Data Mayor : Kesulitan untuk tertidur atau tetap tidur
b. Data Minor
1) Keletihan saat bangun atau letih sepanjang hari
2) Perubahan mood
3) Agitasi
4) Mengantuk sepanjang hari
2. Anak
a. Gangguan pada anak sering kali dihubungkan dengan ketakutan,
enuresis, atau respons tidak konsisten dari orang tua terhadap permintaan
anak untuk mengubah peraturan dalam tidur seperti permintaan untuk
tidur larut malam.
b. Keengganan untuk istirahat, keinginan untuk tidur bersama orang tua.
c. Sering bangun saat malam hari.
G. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Terapi Non Farmakologi
Merupakan pilihan utama sebelum menggunakan obat-obatan karena
penggunaan obat-obatan dapat memberikan efek ketergantungan. Ada pun
cara yang dapat dilakukan antara lain :
a. Terapi relaksasi
Terapi ini ditujukan untuk mengurangi ketegangan atau stress yang dapat
mengganggu tidur. Bisa dilakukan dengan tidak membawa pekerjaan
kantor ke rumah, teknik pengaturan pernapasan, aromaterapi,
peningkatan spiritual dan pengendalian emosi.
b. Terapi tidur yang bersih
Terapi ini ditujukan untuk menciptakan suasana tidur bersih dan
nyaman. Dimulai dari kebersihan penderita diikuti kebersihan tempat
tidur dan suasana kamar yang dibuat nyaman untuk tidur.
c. Terapi pengaturan tidur
Terapi ini ditujukan untuk mengatur waktu tidur perderita mengikuti
irama sirkardian tidur normal penderita. Jadi penderita harus disiplin
menjalankan waktu-waktu tidurnya.
d. Terapi psikologi/psikiatri
Terapi ini ditujukan untuk mengatasi gangguan jiwa atau stress berat
yang menyebabkan penderita sulit tidur. Terapi ini dilakukan oleh tenaga
ahli atau dokter psikiatri.
e. CBT (Cognitive Behavioral Therapy)
CBT digunakan untuk memperbaiki distorsi kognitif si penderita dalam
memandang dirinya, lingkungannya, masa depannya, dan untuk
meningkatkan rasa percaya dirinya sehingga si penderita merasa berdaya
atau merasa bahwa dirinya masih berharga.
f. Sleep Restriction Therapy
Sleep restriction therapy digunakan untuk memperbaiki efisiensi tidur si
penderita gangguan tidur.
g. Stimulus Control Therapy
Stimulus control therapy berguna untuk mempertahankan waktu bangun
pagi si penderita secara reguler dengan memperhatikan waktu tidur
malam dan melarang si penderita untuk tidur pada siang hari meski
hanya sesaat.
h. Cognitive Therapy
Cognitive Therapy berguna untuk mengidentifikasi sikap dan
kepercayaan si penderita yang salah mengenai tidur.
i. Imagery Training
Imagery Training berguna untuk mengganti pikiran-pikiran si penderita
yang tidak menyenangkan menjadi pikiran-pikiran yang menyenangkan.
j. Mengubah gaya hidup
Bisa dilakukan dengan berolah raga secara teratur, menghindari rokok
dan alkohol, mengontrol berat badan dan meluangkan waktu untuk
berekreasi ke tempat-tempat terbuka seperti pantai dan gunung.
2. Terapi Farmakologi
Mengingat banyaknya efek samping yang ditimbulkan dari obat-obatan
seperti ketergantungan, maka terapi ini hanya boleh dilakukan oleh dokter
yang kompeten di bidangnya. Obat-obatan untuk penanganan gangguan tidur
antara lain:
a. Golongan obat hipnotik
b. Golongan obat antidepresan
c. Terapi hormone melatonin dan agonis melatonin.
d. Golongan obat antihistamin.

Menurut Remelda (2008) untuk tindakan medis pada pasien gangguan tidur
yaitu dengan cara pemberian obat golongan hipnotik-sedatif misalnya:
Benzodiazepin (Diazepam, Lorazepam, Triazolam, Klordiazepoksid) tetapi
efek samping dari obat tersebut mengakibatkan Inkoordinsi motorik,
gangguan fungsi mental dan psikomotor, gangguan koordinasi berpikir,
mulut kering, dsb.
III. PATHWAYS
III. PENGKAJIAN
I. IDENTITAS PASIEN
1. Nama :
2. No. Registrasi :
3. Umur :
4. Alamat :
5. Pendidikan :
6. Pekerjaan :
7. Jenis Kelamin :
8. Agama :
9. Suku/Bangsa :

II. CATATAN MASUK


1. Tanggal Masuk :
2. Waktu Masuk :
3. Ruang :
4. Diagnosa Medis :
5. Penanggung Jawab

III. RIWAYAT KEPERAWATAN


1. Keluhan Utama :
2. Riwayat Kesehatan Sekarang :
3. Riwayat Kesehatan Dahulu :
4. Riwayat Kesehatan Keluarga :
5. Riwayat Alergi :
6. Genogram :

IV. PEMERIKSAAN FISIK


Keadaan umum
Kesadaran
Tanda-tanda vital
Kepala (Mata, Hidung, Telinga, Mulut, Leher)
Thorak
Jantung
Paru-paru
Abdomen
Genetalia
Ekstremitas
Kulit

V. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Laboratorium (Kimia Klinik)
VI. ANALISIS DAN SINTESIS DATA
Data Subjektif
Data Objektif
Etiologi
Masalah
V. RUMUSAN DIAGNOSA KEPERAWATAN (DAFTAR MASALAH)
1. Gangguan pola tidur b.d kelembaban lingkungan sekitar
2. Gangguan pola tidur b.d suhu lingkungan sekitar
3. Gangguan pola tidur b.d tanggung jawab memberi asuhan
4. Gangguan pola tidur b.d gangguan
5. Gangguan pola tidur b.d kurang kontrol tidur
6. Gangguan pola tidur b.d kurang privasi, pencahayaan
7. Gangguan pola tidur b.d bising, bau gas
8. Gangguan pola tidur b.d restrain fisik, teman tidur
9. Gangguan pola tidur b.d tidak familier dengan prabot tidur
10. Gangguan pola tidur b.d peningkatan suhu tubuh
VI. PERENCANAAN (NCP)
1. RUMUSAN PRIORITAS MASALAH
Menyusun prioritas masalah hendaknya diurutkan sesuai keadaan dan kebutuhan
utama klien, dengan kategori :
a. Berdasarkan tingkat kegawatan
b. Berdasarkan kebutuhan maslow
c. Berdasarkan sarana/sumber yang tersedia
2. TUJUAN DAN HASIL YANG DIHARAPKAN
a. Jumlah jam tidur dalam batas normal 6-8 jam/hari
b. Pola tidur, kualitas dalam batas normal
c. Perasaan segar sesudah tidur atau istirahat
d. Mampu mengidentifikasi hal – hal yang meningkatkan tidur
3. INTERVENSI
a. Determinasi efek medikasi terhadap pola tidur
b. Jelaskan pentingnya tidur yang adekuat
c. Fasilitas untuk mempertahankan aktivitas sebelum tidur
d. Ciptakan lingkungan yang nyaman
e. Kolaborasi pemberian obat tidur
f. Diskusikan dengan pasien dan keluarga tentang teknik tidur pasien
g. Monitor waktu makan dan minum dengan waktu tidur
h. Monitor/catat kebutuhan tidur pasien setiap hari dan jam
DAFTAR PUSTAKA

Ambar. (2012). Konsep Istirahat Tidur. Diakses dari

https://www.academia.edu/34532369/KONSEP_ISTIRAHAT_TIDUR

Amin, H.N & Hardhi, K. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa

Medis dan Nanda Nic-Noc. Yogyakarta : Mediaction

Carpenito-Moyet,Lynda Juall.2012.BukuSaku Diagnosa Keperawatan Edisi 13.Jakarta:EGC

Huda,Amin.,Kusuma,Hardhi.2013.Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa

Medis & NANDA NIC-NOC.Yogyakarta: MediAction

Kusuma. H, & Nurafif. A.H. (2011). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan NANDA

(North Amerikan Nursing Diagnosis Association) NIC-NOC. Yogyakarta : Media

Hardy

Mubarak, Wahid Iqbal. (2007). Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: EGC

NANDA International. 2012.Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2012-

2014.Jakarta: EGC

Potter, Patricia A., Perry, Anne G.2009.Fundamental Keperawatan, Edisi 7 Buku 3.Jakarta:

Salemba Medika

Rismawati, Ria. (2015). Laporan Pendahuluan Istirahat Tidur. Diakses dari

https://www.academia.edu/17064033/Laporan_pendahuluan_istirahat_tidur

Vaughans, Bennita W. 2011. Keperawatan Dasar. Yogyakarta : Rapha Publishing.

You might also like