You are on page 1of 6

Khotbah Jum’at – Memilih pemimpin yang baik

banghen

June 6, 2014

Artikel Khutbah Jumat, Jalan Kebenaran


Memilih pemimpin yang baik

ُ‫ت أ َ ْع َما ِل َنا َم ْن يَ ْه ِد ِه هللاُ َفالَ ُم ِض ّل لَه‬ ِ ‫سيّئَا‬َ ‫س َنا َو‬ ِ ُ‫ست َ ْغ ِف ُرهُ َونَعُ ْوذُ ِباللِ ِم ْن ش ُُر ْو ِر أ َ ْنف‬ ْ َ‫ست َ ِع ْينُهُ َون‬ْ َ‫ِإنّ ا ْل َح ْم َد ِ هّلِلِ نَحْ َم ُدهُ َون‬
ُ‫س ْولُه‬
ُ ‫ع ْب ُدهُ َو َر‬ َ
َ ‫ش َه ُد أنّ ُم َح ّمدًا‬ َ َ
ْ ‫ش َه ُد أ ْن الَ ِإلهَ إِالّ هللاُ َوأ‬ َ
ْ ‫ِي لَهُ أ‬ َ ‫ض ِل ْل َفالَ َهاد‬ ْ ُ‫َو َم ْن ي‬
ْ ‫يَاأَيّ َها الّذ ْينَ آ َمن ْوا اتّقوا هللاَ َحقّ تُقاتِ ِه َوال ت َ ُم ْوت ُنّ إِال َوأنت ُ ْم ُم‬
َ‫س ِل ُم ْون‬ ْ َ ّ َ َ ُ ُ َ
َ ‫سا ًء َواتّقُوا‬
‫هللا‬ َ ‫ث ِم ْن ُه َما ِر َجاالً َك ِثي ًْرا َو ِن‬ ّ ‫اح َد ٍة َو َخلَقَ ِم ْن َها َز ْو َج َها َو َب‬ ِ ‫اس اتّقُ ْوا َر ّب ُك ُم الّذِي َخلَقَ ُك ْم ِم ْن َن ْف ٍس َو‬ ُ ‫َياأَ ّي َها ال َن‬
َ َ‫سا َءلُ ْونَ ِب ِه َواْأل َ ْر َحا َم ِإنّ هللاَ كَان‬
‫علَ ْي ُك ْم َرقِ ْيبًا‬ َ َ ‫الَذِي ت‬
‫از‬ َ َ
َ ‫س ْولَهُ فقَ ْد ف‬ َ
ُ ‫ص ِلحْ لَ ُك ْم أ ْع َمالَ ُك ْم َويَ ْغ ِف ْرلَ ُك ْم نُ ْوبَ ُك ْم َو َم ْن يُ ِط ِع هللاَ َو َر‬ْ ُ‫س ِد ْيدًا ي‬ َ ً‫يَاأَيّ َها الّ ِذ ْينَ آ َمنُ ْوا اتّقُوا هللاَ َوق ْولُ ْوا ق ْوال‬
َ ُ
ُ‫ ذ‬،‫فَ ْو ًزا ع َِظ ْي ًما‬
‫… أ َ ّما َب ْع ُد‬
‫ع ٍة‬ ٌ
َ ‫ َو ُك ُّل ُمحْ َدث َ ٍة ِب ْدعَة َو ُك ُّل ِب ْد‬،‫ور ُمحْ َدثَات ُ َها‬ ِ ‫ َوش َُّر ْاأل ُ ُم‬،ٍ‫ْي ُم َح همد‬ ُ ‫سنَ ا ْل َه ْدي ِ َهد‬ َ ْ‫ َوأَح‬،ِ‫َّللا‬
‫اب ه‬ ُ َ ‫ث ِكت‬ ِ ‫صدَقَ ا ْل َحدِي‬ ْ َ ‫فَ ِإنه أ‬
‫ َو ُك ُّل ض ََالل ٍة فِي النه ِار‬،ٌ‫ض ََاللَة‬
َ

Ma’asyiral Muslimin, jamaah jum’at yang dirahmati Allah

Salah satu topik yang banyak dibicarakan masyarakat saat ini adalah siapakah yang akan
menjadi pemimpin kita selama lima tahun mendatang. Siapakah nantinya yang akan menjadi
presiden bagi bangsa Indonesia.

Sebagai orang yang beriman, tentu kita berharap, manusia yang memimpin kita adalah
manusia yang baik, menjaga amanah, adil terhadap rakyatnya, dan berpihak kepada kaum
muslimin.

Jamaah jumah yang dimuliakan Allah,

Dalam al-Quran, Allah telah menjelaskan di beberapa ayat, siapakah sosok pemimpin yang
ideal dalam islam.

Ketika Allah menceritakan proses pengangkatan Nabi Yusuf, sebagai bendahara Mesir, Allah
menyebutkan bagaimana al-Aziz, pemuka mesir memuji Yusuf,

‫إِنهكَ ا ْليَ ْو َم لَ َد ْينَا َم ِكينٌ أَمِ ي ٌن‬

“Sesungguhnya kamu (mulai) hari ini menjadi seorang yang berkedudukan tinggi lagi amanah
pada sisi kami”.

Kemudian dilanjutan ayat, Yusuf alaihis salam menyatakan,

‫علِي ٌم‬ ِ ‫علَى َخ َزائ ِِن ْاأل َ ْر‬


ٌ ‫ض ِإنِّي َحفِي‬
َ ‫ظ‬ َ ‫قَا َل اجْ عَ ْلنِي‬

Berkata Yusuf: “Jadikanlah aku bendaharawan negara (Mesir); Sesungguhnya aku adalah
orang yang pandai menjaga, lagi berpengetahuan”. (QS. Yusuf: 54 – 55)

Di sinilah kesempurnaan Yusuf ‘alaihis salam, beliau memiliki 4 kriteria yang mencerminkan
pemimpin ideal,

‫علِي ٌم‬ ٌ ‫َم ِكينٌ – أَمِ ينٌ – َحفِي‬


َ –‫ظ‬

o ٌ ِ‫ َمك‬: memiliki kedudukan, sehingga beliau dihormati dan bisa melaksanakan tugasnya tanpa
‫ين‬
ada yang menghalangi.
o ٌ ‫أَ ِم‬: beliau orang yang amanah, yang memiliki rasa takut kepada Allah, sehingga tidak
‫ين‬
mungkin mengkhianati rakyatnya.
o ٌ‫ح ِفيظ‬ َ : beliau orang yang mampu menjaga, teliti, bukan orang yang teledor, dan bukan orang
yang menggampangkan masalah.
o ٌ‫ َعلِيم‬: beliau orang yang berilmu, paham bagaimana cara mengatur pemerintahan dengan
benar. Mengetahui skala prioritas bagi negaranya.

Sehingga dengan 4 karakter ini, beliau menjadi pemimpin yang ideal

Kaum muslimin yang kami hormati,

Bagian dari sunatullah, Allah menunjuk dan mengangkat seorang


pemimpin, sesuai dengan karakter rakyatnya. Allah berfirman,

ِ ‫ضا ِب َما كَانُوا يَ ْك‬


َ ُ ‫سب‬
‫ون‬ ً ‫ين بَ ْع‬ َ ‫َو َكذَ ِل َك نُ َو ِلّي بَ ْع‬
َ ‫ض ال هظا ِل ِم‬
Demikianlah Kami jadikan sebagian orang-orang yang zalim itu menjadi
pemimpin bagi sebagian yang lain disebabkan apa yang mereka
usahakan. (QS. Al-An’am: 129)

Sebagai rakyat, kita sering menuntut para pejabat pemerintah, agar menjadi pemimpin yang
amanah, harus jujur, bijak, adil, membela kepentingan rakyat, bertaqwa, dan berbagai tuntutan
lainnya.

Namun pernahkah kita berfirkir sebaliknya, menuntut diri kita sebagai rakyat. Jika kita
menerapkan sistem keseimbangan, di saat kita menuntut pemimpin harus baik, kita juga
seharusnya menuntut rakyat untuk menjadi baik pula.

Ayat dia atas menjelaskan kepada kita bahwa diantara hukuman yang
Allah berikan kepada orang zalim adalah dengan Allah tunjuk orang
zalim yang lain menguasainya. Dengan itu, orang zalim pertama, akan
mendapatkan bentuk kezaliman dari orang zalim kedua.

Ketika masyarakat berusaha memperbaiki dirinya, istiqamah dalam


menjalankan kebaikan, Allah akan perbaiki mereka dengan Allah tunjuk
para pemimpin yang memperhatikan kepentingan mereka. Sebagai
ganjaran atas kebaikan yang telah mereka lakukan.

Sebaliknya, ketika masyarakat banyak melakukan kezaliman,


kerusakan, tidak menunaikan kewajibannya, maka Allah akan tunjuk
pemimpin yang zalim di tengah mereka. Pemimpin yang tidak memihak
kepentingan mereka. Bahkan bisa jadi akan menindas mereka. Sebagai
hukuman atas kezaliman yang dilakukan masyarakat. (Taisir al-Karim
ar-Rahman, hlm. 273)

Para ulama mengatakan dalam sebuah ungkapan,

‫أعمالكم عمالكم كما تكونوا يولى عليكم‬


Amal perbuatan kalian, sejenis dengan pemimpin kalian. Sebagaimana
karakter kalian, seperti itu pula bentuk kepemimpinan yang akan
mengendalikan kalian.

Karena pemimpin cermin bagi rakyatnya. Pemimpin yang berkuasa di


tengah masyarakat, tidak jauh berbeda dengan karakter masyakatnya.

Demikian khutbah kami yang pertama, semoga bermanfaat,

ْ ‫س ِل ِم ْي َن فَا‬
ُ‫ست َ ْغ ِف ُر ْوه‬ ْ َ ‫أَقُ ْو ُل قَ ْو ِل ْي َهذَا أ‬
َ ‫ست َ ْغ ِف ُر هللاَ ِل ْي َولَ ُك ْم َو ِل‬
ْ ‫سائِ ِر ال ُم‬
َ ‫ِإنههُ ُه َو الغَفُ ْو ُر‬
‫الر ِح ْي ُم‬
Khutbah Kedua

Sejenak kita merenung perjalanan kehidupan umat Islam di bumi nusantara ini. Saat abad pertama
hijriyah atau abad tujuh masehi, para pedagang Arab yang terkenal dengan istilah Gujarat memasuki bumi
nusantara ini untuk berdagang dan menyebarkan agama Islam. Agama Islam dibawa mereka dengan cara

Sejenak kita merenung perjalanan kehidupan umat Islam di bumi nusantara ini. Saat abad pertama
hijriyah atau abad tujuh masehi, para pedagang Arab yang terkenal dengan istilah Gujarat memasuki bumi
nusantara ini untuk berdagang dan menyebarkan agama Islam. Agama Islam dibawa mereka dengan cara
damai dan terbuka, Islam rahmatan lilalamin. Masyarakat pribumi terpesona dengan akhlak para
pedagang yang sekaligus Dai ilallah. Mereka masuk Islam dengan suka rela, padahal sebelumnya mereka
tidak mengenal Tuhan, menyembah roh, bebatuan, pepohonan. Agama nenek moyang kita dahulu
dinamakan animisme dan dinamisme.
Dakwah Islam itu dilanjutkan oleh para auliyaaullah atau Wali Songo. Terutama di kawasan Jawa.
Perlahan Islam dianut oleh masyarakat di seluruh nusantara. Sampai akhirnya Islam menjadi agama
mayoritas di negeri ini. Bahkan saat kolonialisme Barat menyerbu bumi nusantara, para pahlawan
muslim-lah yang membebaskan negeri ini dari penjajahan dengan pekikan lantang Takbir, Allaaahu
Akbar.
Islam masuk bumi nusantara ini berkat sentuhan para Dai ilallah, dilanjutkan oleh para Wali Songo,
dimerdekakan oleh para pahlawan muslim. Sampai hari ini faktanya Indonesia menjadi Negara
berpenduduk Muslim terbesar di seluruh dunia.
Melanjutkan Perjuangan Pendahulu
Hadirin sidang jum’ah -rahimakumullah-
Alhamdulillah, Indonesia sudah merdeka secara fisik. Hampir 68 tahun kita sudah memperingati
kemerdekaan tersebut. Namun, jika kita mau terbuka, ternyata kita belum merdeka secara hakiki. Kita
belum merdeka secara ekonomi, pendidikan, politik, sosial, dan budaya. Ekonomi kita masih dikuasai
pihak Asing, kekayaan alam kita masih dinikmati pihak Asing. Pendidikan kita masih tambal sulam dan
mahal, bahkan ada lembaga pendidikan Asing yang tidak bisa disentuh oleh pemerintahan kita meski
terjadi banyak pelecehan seksual terhadap anak-anak. Secara politik, Indonesia masih belum mandiri dan
masih disetir pihak Asing (lihatlah bagaimana kepentingan Asing itu mendekati capres sekarang ini).
Secara sosial di negeri ini masih terjadi ketimpangan juga tindak pidana narkoba, sangat mengerikan.
Keamanan sekarang ini pada titik nadir, banyak kriminalitas di sekitar kita. Secara budaya, kita di jajah
oleh budaya Barat yang mempertontonkan kehidupan materialisme dan hedonisme atau serba boleh.
Tanggung jawab kita sebagai Muslim sekarang ini adalah melanjutkan dakwah para pendahulu kita, agar
negeri ini menjadi merdeka secara hakiki. Merdeka secara hakiki itu berarti masyarakatnya mampu
melaksanakan ibadah secara baik, mengenyam kesejahteraan dan kemakmuran, dan mendapatkan jaminan
stabilitas keamanan.
Itulah yang dirasakan oleh bangsa Arab sampai saat ini. Allah swt berfirman:
َ ‫ِل‬
ٌِ ‫يَل‬
‫ف‬ ِ ِ ٌ‫﴿ ُق َر ْيش‬١﴾ ‫م‬ ٌْ ‫يَلفِ ِه‬ ٌَ َ‫حل‬
َ ِ‫ة إ‬ ْ ِ‫شتَا ٌِء ر‬ِ ِّ ‫ف ال‬ َّ ‫﴿ وَال‬٢﴾ ‫َب َف ْلي َْع ُب ُدوا‬
ٌِ ‫ص ْي‬ َ ٌِ‫﴿ ْالبَ ْيت‬٣﴾
ٌَّ ‫هـٰ َذا ر‬
‫م ُهم ال َّ ِذي‬
َ ‫ط َع‬ ْ َ‫جوعٌ ِ ِّمن أ‬ ُ ‫ن وَآ َم َن ُهم‬
ٌْ ‫خ ْوفٌ ِ ِّم‬ َ ﴿٤﴾
“Karena kebiasaan orang-orang Quraisy. (yaitu) kebiasaan mereka bepergian pada musim dingin dan
musim panas. Maka hendaklah mereka menyembah Tuhan Pemilik rumah ini (Ka’bah). Yang telah
memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari
ketakutan.” (QS. Quraisy:1-4)
Pengalaman khatib saat studi di Mekah selama satu tahun. Di sana pendidikan gratis, fasilitas dipenuhi,
bahkan mendapatkan beasiswa bulanan dalam jumlah lumayan besar. Itu bagi mahasiswa asing,
bagaimana dengan mahasiswa pribumi, tentu mereka sekolah dan kuliah mendapatkan beasiswa yang
besar. Kesehatan di sana gratis dengan fasilitas maju. Infrastruktur bagus; jalanan lebar dan bagus., seperti
jalan tol-nya kita bahkan lebih bagus mereka, tapi tak berbayar. Masyarakat mereka sejahtera. Padahal
kekayaan mereka hanya minyak. Gunung mereka bebatuan. Tanah mereka tandus. Lautan mereka tidak
seberapa.
Menuju Indonesia Berkah
Hadirin sidang jum’ah -rahimakumullah-
Kita bangsa Indonesia ini kaya raya, memiliki segalanya. Tanah kita subur makmur; tongkat dilempar
menjadi tanaman. Gunung kita emas, dieksploitasi sampai anak cucu kita tidak akan habis, seperti yang
berada di Papua. Gunung kita pepohonan lebat menjulang, itu berarti kertas dan kayu. Itu semua adalah
duit. Lautan kita banyak titik minyak juga jutaan spesies ikan. Minyak kita ada sekitar 150 titik dan yang
baru dieksplorasi 60-an titik. Jutaan spesies ikan mestinya menjadikan para nelayan sejahtera, bukan
setiap hari ikan-ikan kita dicuri oleh Asing dengan kapal-kapal canggih. Indonesia lebih kaya
dibandingkan Negara-negara Timur Tengah, karena Allah sengaja menyiapkan bumi ini untuk hamba-
hamba-Nya yang beriman. Allah swt. berfirman:
ٌَّ ِ‫ِل األَرْضٌَ إ‬
‫ن‬ ٌِ ِّ ِ ‫َشاء مَن ُيورٌِثُهَا‬ ٌْ ‫عبَا ِد ٌِه ِم‬
َ ‫ني‬ ْ ‫م َّت ِقينٌَ و‬
ٌُ ‫َال َعاقِب‬
ِ ‫َة‬ ُ ‫لِ ْل‬
“Sesungguhnya bumi (ini) kepunyaan Allah; diwariskannya kepada siapa yang dihendaki-Nya dari
hamba-hamba-Nya. Dan kesudahan yang baik adalah bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al-
A’raf:128)
ٌ‫ور فِي َك َت ْبنَا وَلَ َق ْد‬ ٌِ ‫ذ ْك ٌِر ب َْع‬
ٌِ ‫د ِمن ال َّز ُب‬ ٌَّ َ‫ي ي َِرثُهَا ْاألَرْضٌَ أ‬
ِِّ ‫ن ال‬ ٌَ ‫عبَا ِد‬ ٌَ ‫ح‬
ِ ‫ون‬ َّ ‫ال‬
ُ ِ‫صال‬
“Dan sungguh telah Kami tulis di dalam Zabur sesudah (kami tulis dalam) Lauh Mahfuzh, bahwasanya
bumi ini diwarisi hamba-hamba-Ku yang saleh.” (QS. Al-Ambiya’:105)
Bumi nusantara ini dari Sabang sampai Merauke adalah milik Allah, diwariskan bagi hamba-hamba-Nya
yang Beriman, Shalih, dan Bertaqwa. Menuju Indonesia yang baldathun thayyibatun wa Rabbun
Ghafuur. Rakyat bisa sekolah dengan gratis sampai perguruan tinggi. Rakyat bisa berobat tanpa dipungut
biasa sepeserpun. Rakyat kita menikmati pembangunan fisik dan infrastruktur dengan nyaman. Rakyat
kita mendapatkan kesejahteraan dan kemakmuran. Rakyat kita merasakan keamanan.
Memilih Pemimpin
Hadirin sidang jum’ah -rahimakumullah-
Dalam waktu dekat bangsa Indonesia akan menyelengarakan pemilu presiden, tanggal 9 Juli 2014, saat
umat Islam menjalankan ibadah puasa Ramadhan. Saat itulah umat Islam wajib menentukan pilihannya
sebagai bentuk tanggung jawab dan peran melanjutkan dakwah yang sudah dilakukan oleh para
pendahulu kita. Sebab, presiden dengan pemerintahannya akan menentukan nasib umat Islam dan bangsa
ini. BBM naik itu tergantung presiden, cabai naik itu tergantung presiden, narkoba dibasmi itu tergantung
presiden, perzinahan dibasmi itu tergantung presiden. Pendidikan gratis itu tergantung presiden, kesehatan
gratis itu tergantung presiden, infrastruktur bagus itu tergantung presiden. Indonesia maju makmur
sejahtera itu tergantung presiden dan tentu pemerintahannya serta didukung parlemen.
Umat Islam harus memilih pemimpin yang baik agamanya, jelas keberpihakannya pada umat Islam, dan
didukung oleh ormas dan parpol Islam. Bukan memilih pemimpin yang tidak jelas agamanya, atau
kelompok yang jelas-jelas memusuhi umat Islam, seperti mereka yang telah menolak UU Pendidikan, UU
Pornografi, UU Jaminan Halal, UU Perbankan Islam dst. umat Islam harus memilih pemimpin yang lebih
mendekati pada kriteria kepemimpinan dalam Islam, yaitu Muslim, Mukmin, Shalih, dan Bertaqwa.
Allah swt berfirman:
‫ن وَلَ ٌْو‬ٌَّ َ‫ل أ‬ ْ َ‫َى أ‬
ٌَ ‫ه‬ ٌٰ ‫َحنَا وَات َّ َق ْوا آ َم ُنوا ْال ُقر‬
ْ ‫م لَ َفت‬
ٌْ ‫السمَا ٌِء ِمنٌَ بَر ََكاتٌ َعلَ ْي ِه‬
َّ ٌِ‫َاألَرْض‬
ْ ‫ن و‬ ِ َ‫م َك َّذ ُبوا و َٰل‬
ٌْ ‫ك‬ َ َ‫َكانُوا بِمَا َفأ‬
ُ ‫خ ْذنَا‬
ٌْ ‫ه‬
ٌَ ‫س ُب‬
‫ون‬ ِ ‫ي َْك‬
“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan
kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka
Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (QS. Al-A’raf:96)
Memilih pemimpin tidak sekedar yang Muslim secara KTP saja, karena sepanjang perjalanan
kepemimpinan bangsa Indonesia ini selalu dipimpin oleh Muslim, tapi sampai saat ini bangsa ini masih
belum sesuai yang diharapkan bersama seperti yang saya uraikan di atas. Karena itu, kita tidak sekedar
memilih pemimpin yang Muslim, karena Allah swt pernah menolak klaim orang Arab badui yang
mengaku beriman. Allah swt berfirman:
ٌِ َ‫َاب َقال‬
‫ت‬ ٌُ ‫ل ۖ آ َم َّنا ْاأل َ ْعر‬ ٌْ ‫م ُق‬ ٌْ َ‫ن تُ ْؤ ِم ُنوا ل‬ ٌْ ‫ك‬ ْ َ‫ما أ‬
ِ َ‫سلَ ْمنَا ُقولُوا و َٰل‬ َّ َ‫ل وَل‬
ٌِ ‫خ‬ ٌُ ‫اِليم‬
ُ ‫َان ي َْد‬ ٌْ ‫ن ۖ ُقلُوبِ ُك‬
ِ ْ ‫م فِي‬ ٌْ ِ‫طي ُعوا وَإ‬ ٌَ َّ ‫ه‬
ِ ُ‫ّللا ت‬ ٌُ َ ‫َسول‬
ُ ‫َور‬
ٌْ ‫ن يَ ِل ْت ُك‬
ٌَ ‫م‬
‫ل‬ ٌْ ‫ش ْي ًئا أَ ْعمَالِ ُك‬
ٌْ ‫م ِم‬ َ ۖ‫ن‬ ٌَّ ِ‫ّللا إ‬
ٌَ َّ ٌ‫حيمٌ َغ ُفور‬ ِ ‫َر‬
“Orang-orang Arab Badui itu berkata: “Kami telah beriman”. Katakanlah: “Kamu belum beriman, tapi
katakanlah ´kami telah tunduk´, karena iman itu belum masuk ke dalam hatimu. Dan jika kamu taat
kepada Allah dan Rasul-Nya, Dia tak akan mengurangi sedikitpun pahala amalanmu. Sesungguhnya
Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Hujurat:14)
Semoga umat Islam di Indonesia melek politik. Politik adalah bagian dari agama. Politik bagian dari
kehidupan umat Islam, satu kesatuan tidak terpisahkan. Jangankan memilih presiden, makan saja Islam
mengaturnya. Jangankan politik, ke WC saja Islam mengaturnya. Jika yang remeh-temeh saja Islam
memberi bimbingan, maka hal yang besar dan menentukan nasib jutaan umat manusia, Islam jauh lebih
memperhatikan dan memberikan arahannya.
Semoga negeri yang kita cintai ini menjadi negeri “baldatun thoyyibatun wa Rabbun Ghafuur; negeri
yang gemah ripah loh jinawi toto tentrem karto raharjo.” Aamiin
‫العظيم القرأن في ولكم لي هللا بارك‬, ‫الحكيم والذكر األيات من فيه بما وإياكم ونفعني‬, ‫ومنكم مني وتقبل‬
‫العليم السميع هو إنه تَلوته‬

Sumber: http://www.dakwatuna.com/2014/05/23/51766/khutbah-jumat-tanggung-jawab-muslim-
memilih-pemimpin/#ixzz5klgQXfDR
Follow us: @dakwatuna on Twitter | dakwatunacom on Facebook

You might also like