Professional Documents
Culture Documents
PEMBANGUNAN KESEHATAN
Siswanto
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Kemenkes RI
Cakupan pelayanan ↑
Pengeluaran OOP ↓
4
MENGAPA PERLU EVALUASI CAPAIAN KINERJA?
Diukur di masyarakat:
MASALAH
OUTCOME • AKI, AKB, AKN; Status Gizi; Status Serologis PD3I; Prevalensi Penyakit;
7
DALYs= kombinasi dari tahun yg hilang
(DALYs) akibat disabilitas dan kematian dini
YLD
DALY
YLL
GAIN (LE, HALE)
Tsunami Aceh
9
LE (UHH) DAN HALE DI ASIA TENGGARA
90 84,79
80
78,11
10,57 75,35 74,72 74,53
9,65 71,48 69,73 69,88 68,50
70 9,18 8,25 8,76 67,58
8,83 8,74 9,14 8,6 8,1
60
50
40
74,22
68,46 66,17 65,97 65,77
30 62,65 60,99 60,74 59,9 59,48
20
10
0
Singapore Thailand Brunei Malaysia Vietnam Indonesia Philipina Kamboja Myanmar Laos
HALE ∆ (LE ─ HALE)
11
Transisi Epidemiologi Berdasarkan DALYs Lost Menurut 3 Kelompok Penyakit
1997 – 2017, (Indonesian BOD Study)
39,81
23,60
51,32
69,91
12
1990 2017
01 Stroke Stroke 01 +122,8%
10 Peringkat
03 Lower Respiratory Infect Diabetes 03 +162,6%
teratas
Penyebab 04 Diarrheal disease Tuberculosis 04 -29,6%
Kematian
05 Ischemic Heart Disease Cirrhosis 05 +39,6%
Tahun 1990
dan 2017 di 06 Neonatal disorders Diarrheal disease 06 -35,3%
0
0-6 7-27 28-364 1-4 5-9 10-14 15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44 45-49 50-54 55-59 60-64 65-69 70-74 75-79 80-84 85-89 90-94 95+
days days days years years years years years years years years years years years years years years years years years
17
DALYs Lost IHD per 100.000, Indonesia 2017
18
DALYs Lost Tuberculosis per 100.000, Indonesia 2017
19
DALYs Lost Malaria per 100.000, Indonesia 2017
20
1990 2017
01 Low Back Pain Low Back Pain 01 +84,1%
dengan
05 Age-related hearing loss Age-related hearing loss 05 +77,1%
Menderita
Penyakit) Tahun 06 Diabetes Other musculoskeletal 06 +87,8%
1990 dan 2017
di Indonesia 07 Vit A deficiency Depressive disorders 07 64,1%
23
TREND ANGKA KEMATIAN IBU (AKI), 1990 - 2019
500 Lap.WHO
446
450 SDKI
390 SP 2010
400 SDKI
334 346 SUPAS
350 Estimasi
305
300 271
250
200
150
100
50
0
1990 1994 1997 2010 2015 2019
Tren AKN, AKB & AKBA
Tren Angka Kematian Anak (AKN, AKB dan AKBA)
Kematian per 1000 kelahiran hidup periode 5 tahun sebelum survei, CI 95%
Lower
46 AKBA
44
Upper
40
Lower
35 34 32
AKB
32
Upper
24
20 19 19 Lower
15 AKN
Upper
58
49 52
46
40 36 31 28 33 29 31 32
27 26 22 23 26 23 24 24 27 24
20
Tidak sekolah
Terkaya
Tamat SD
Termiskin
Menengah bawah
Tamat SLTA
Menengah atas
INDONESIA
Perguruan tinggi
Menengah
Tidak sekolah
INDONESIA
Termiskin
Tamat SD
Tamat SLTA
Tidak tamat SLTA
Menengah bawah
Menengah
Menengah atas
Terkaya
Perguruan tinggi
Tidak tamat SD
Tidak tamat SD
Ibu dengan pendidikan rendah (tidak sekolah/tidak tamat SD) dari rumah tangga termiskin merupakan kelompok
pendudukan yang tidak beruntung. Hal ini terlihat sebagai kelompok populasi dengan AKB dan AKBA paling tinggi
dibanding kelompok yang lain.
Penyebab Kematian Ibu menurut Studi Lanjut SP 2010,
SRS 2014 dan Laporan Rutin 2015
40 37,2
35
30,8
30
25
19,6
20 17,7
%
15 12,1 11,9
10,2
10 8
5
0
Gizi kurang dan buruk Pendek dan sangat pendek Kurus dan sangat kurus Gemuk
RKD 2013 RKD 2018
28
Program Target
No. Indikator Pencapaian
Kesmas 2018 2019
1 KIA Persentase persalinan di fasilitas pelayanan 82% 85% PF: 79,3% (R 2018) (86% : Rutin)
kesehatan (PF) Linakes: 93,1% (R 2018)
Persentase ibu hamil Kurang Energi Kronik (KEK) 19,7% 18,2% 17,3% (R 2018)
2 Perbaikan Gizi Persentase ibu hamil KEK yang mendapat makanan 80% 95% Ibu hamil dapat PMT: 25,2%
Masyarakat tambahan Bumil KEK dapat PMT: 21,4%
(Sirkesnas 2016)
Persentase bumil yang mendapat TTD 95% 98% 87,6%
Persentase bayi usia kurang dari 6 bulan yang 47% 50% 37,3% (ASI saja dlm 24 jam
mendapat ASI eksklusif terakhir) (R2018)
Persentase bayi baru lahir mendapat Inisiasi 47% 50% 58,2% (R 2018)
Menyusui Dini (IMD)
Persentase balita kurus yang mendapat makanan 85% 90% 28,5% (Sirkesnas 2016)
tambahan
Persentase remaja puteri yang mendapat Tablet 25% 30% 76,2%; lebih 52 butir = 1,4%
Tambah Darah (TTD)
3 Pembinaan Persentase kunjungan neonatal pertama (KN1) 85% 90% 84,1% (R 2018)
Kesehatan Bayi,
Anak dan
Remaja
Persentase Puskesmas yang melaksanakan 65% 70% 56,5% (Sirkesnas 2016)
penjaringan kesehatan untuk peserta didik kelas 1 29
Program Target
No. Kesmas Indikator Pencapaian
2018 2019
Persentase Puskesmas yang melaksanakan penjaringan 55% 60% 34% (Sirkenas 2016)
kesehatan untuk peserta didik kelas 7 dan 10
Persentase Puskesmas yang menyelenggarakan kegiatan 40% 45% 43,5% (Konseling)
kesehatan remaja (Sirkesnas 2016)
4 Pembinaan Persentase Puskesmas yang melaksanakan kelas ibu 87% 90% 97 % (data rutin)
Kesehatan Ibu hamil
dan Reproduksi
Persentase Puskesmas yang melakukan orientasi 95% 100% 94% (Sirkesnas 2016)
Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan
Komplikasi (P4K)
Persentase ibu hamil yang mendapatkan pelayanan 78% 80% 74,1% (R 2018)
antenatal minimal 4 kali (K4) 77% (SDKI)
5 Pembinaan Persentase Puskesmas yang menyelenggarakan 70% 80% 43,3% (Sirkesnas 2016)
Upaya kesehatan kerja dasar
Kesehatan Kerja
dan Olahraga
Persentase Puskesmas yang melaksanakan kegiatan 50% 60% 32,3% (Sirkesnas 2016)
kesehatan olah raga pada kelompok masyarakat di
wilayah kerjanya
Persentase Puskesmas yang menyelenggarakan 60% 75% 39,8% (Sirkesnas 2016)
kesehatan tradisional
30
Versi e-PPGBM
SURVEILANS GIZI Versi Android
Kata kunci: ppgbm
BERBASIS
TEKNOLOGI INFORMASI
Versi Offline
http://localhost:8088
Versi online
sigiziterpadu.gizi.kemkes.go.id
Penggabungan data
offline ke online:
1. Backup data di offline
2. Login online
3. Restore data di online
Tenaga kesehatan di Puskesmas memiliki Username dan Password setelah registrasi ke Dinas Kesehatan Kab/Kota.
Dashboard data gizi dari PPGBM diakses di : http//www.gizi.kemkes.go.id
INOVASI DAERAH PENANGGULANGAN STUNTING
Posyandu Prakonsepsi
di Kab. Banggai-
Sulawesi Tengah
Intervensi
Terintegrasi di Kab.
Gorontalo-Gorontalo
PAUD HI di Kab.
Sijunjung-Sumatera
Barat
Pelayanan Kesehatan
PKH Prestasi di Kab. Baby Café di Kab. Komitmen Pimpinan di Integrasi Pencatatan Sipil di Berbasis Elektronik di
Brebes-Jateng Klaten-Jawa Tengah Kab. Kulon Progo-DIY Kota Pasuruan-Jawa Timur Kab. Lombok Barat-NTB
MATRIKS MASALAH, DIAGNOSIS DAN ALTERNATIF SOLUSI
No. Permasalahan Diagnosis Penyebab Strategi Solusi / Intergasi
1 • Kematian Maternal Cakupan pelayanan KIA membaik, • Perbaikan mutu pelayanan KIA (Remaja,
(AKI) masih tinggi tapi kualitas belum optimal Bumil, Nifas)
• Kematian Neonatus Penyebab kematian ibu: Eclampsia, • Perbaikan mutu pelayanan neonatus
merupakan proporsi perdarahan, infeksi, abortus (KN1,2,3)
terbesar dari kematian • Penguatan Implementasi SPM dengan
bayi pendekatan keluarga (PIS-PK)
• Perlu keterlibatan dokter
2 Status gizi balita • Mutu intervensi gizi belum optimal • Perbaikan ketepatan dan mutu pelayanan
membaik, tetapi masih di (ketepatan sasaran PMT, tingkat gizi
atas cut-off WHO (masih kecukupan TTD, kualitas IMD, • Revitalisasi Posyandu (Posyandu sbg ujung
menjadi public health kualitas ASI eklusif belum optimal) tombak penanggulangan stunting)
problem) • Konvergensi intervensi spesifik dan • Penguatan Implementasi SPM dengan
sensitif belum optimal pendekatan keluarga (PIS-PK)
3 Kesehatan Kerja Pos UKK baru pada nelayan dan • Untuk penanggulangan PTM → perlu
petani “Posbindu di Perusahaan” (Pusat edukasi,
skrining, dan pengobatan dini)
• Integrasi dengan Kemenakertrans untuk
menangkap “the missing NCD suspect”
(WHO: the missing men)
33
CAPAIAN DAN PERMASALAHAN
PROGRAM P2P
34
TREND PM DAN UPAYA PENCEGAHAN
20
18,5 100
18 88,2
90 82,6
16 80
13,8 ABJ < 95%
14 70
12,3
12 60
47 49,8
10 50
8 40
31,2
6 30
4,4
20
4
1,6 2 10
2 1,4
0,4 0,4 0,4 0
0 PSN di Rumah Tangga Cuci Tangan Dengan BAB Dengan Benar
ISPA Pneumonia TB Malaria Diare Balita Benar
2013 2018 2013 2018
35
ANGKA BEBAS JENTIK (RIKHUS VEKTORA 2017)
MENCAKUP SAMPEL 66 KAB/KOTA
95
Ember
Bak Mandi ABJ < 95%
Drum
36
Estimation and distribution of TB incidence
Strategi: TOSS
1. Pengobatan standar (DOTS) pada yang sudah
masuk SITT (442.172 kasus)
2. Dorong Missing Cases (Under-Reporting)
masuk dalam SITT (244.867 kasus)
3. Temukan Undetected Cases (154.611 kasus)
4. Temukan MDR TB baik kasus baru maupun
lama dan obati dengan benar
37
Belum Mencapai
842.000
600000
500000
400000
300000
514773
446732
360565
200000
331441
330729
327103
324539
321308
302861
298329
294730
277589
275193
259969
100000
0
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
No. Provinsi 2016 2017 2018 No. Provinsi 2016 2017 2018
21 Kaltara 37% 54% 48%
1 Aceh 25% 30% 35%
2 Sumut 31% 36% 46% 22 Sulut 48% 66% 64%
3 Sumbar 28% 36% 43% 23 Gorontalo 31% 36% 68%
4 Riau 19% 32% 38% 24 Sulteng 29% 40% 55%
5 Kepri 30% 37% 47% 25 Sulsel 34% 45% 64%
6 Jambi 21% 25% 28% 26 Sulbar 28% 34% 37%
7 Sumsel 25% 38% 49% 27 Sultra 34% 35% 37%
8 Babel 21% 30% 34%
28 Bali 23% 27% 32%
9 Bengkulu 20% 28% 38%
10 Lampung 25% 28% 44% 29 NTB 25% 30% 29%
11 Banten 36% 43% 73% 30 NTT 26% 30% 29%
12 DKI Jakarta 75% 105% 104% 31 Maluku 50% 60% 49%
13 Jabar 45% 55% 65% 32 Malut 34% 42% 37%
14 Jateng 35% 50% 67% 33 Papua 60% 79% 74%
15 DIY 26% 31% 34% 34 Papua Barat 50% 52% 36%
16 Jatim 40% 46% 49%
Indonesia 43% 53% 61%
17 Kalbar 23% 27% 31%
18 Kalteng 25% 30% 31%
19 Kalsel 30% 41% 46%
20 Kaltim 30% 38% 40%
39
Angka Keberhasilan Pengobatan TB per provinsi Tahun 2017
40
CAKUPAN IMUNISASI DASAR LENGKAP PADA ANAK
UMUR 12-23 BULAN, 2007-2018
42
Trend PTM dan Faktor Risiko (RKD 2018)
Merokok pada Remaja
8,8 9,1
40 7,2 RKD 2013
34,1 100 93,5 95,5
35
Tren Penyakit Tidak Menular meningkat 90
SIRKESNAS
2016
30
dari tahun 2013 hinga 2018 25,8 80 RKD 2018
25
70
20
60
15
10,9 50
10
Faktor Risiko PTM juga meningkat
7
3,8 40 33,5
5 2 1,5 2 31 28,8 29,3
30 26,6 26,1
0 21,8
20 14,8
Stroke* Ginjal kronis* Diabetes Hipertensi**
10
2013 2018 0
*: Permil Obesitas Obesitas Merokok Aktivitas fisik Kurang
**: hasil pengukuran pada dewasa sentral kurang makan sayur
dan buah
2013 2018
43
THE MISSING NCD SUSPECTS (WHO: THE MISSING MEN)
15
10,9
10
5 8,4 8.9
0 2
Hipertensi DM
Pemeriksaan Dx Nakes
44
Target
No. Program P2P Indikator Pencapaian
2018 2019
1 Menurunnya Persentase penurunan kasus Penyakit 30% 40% Studi BOD, Riskesdas menunjukkan telah
penyakit menular, yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi terjadi penurunan PM
penyakit tidak (PD3I) tertentu Ada ketimpangan secara geografis
menular dan (Indonesia Timur perlu perhatian khusus)
peningkatan kualitas Persentase penurunan prevalensi 5.6% 5.4% Prevalensi Merokok Remaja (10-18 tahun):
lingkungan merokok pada usia ≤ 18 tahun 9.1%
Persentase anak usia 0 sampai 11 bulan 92.5% 93% Riskesdas 2018: Bayi Mendapat IDL: 57.9%
yang mendapat imunisasi dasar lengkap Imunisasi Campak: 77.3% (Cakupan
Program 92%)
Persentase kabupaten/kota yang 50% 50% 60% Sirkesnas 2016: 67%
puskesmasnya melakukan pemeriksaan
dan tatalaksana Pneumonia melalui
program MTBS
Presentase kabupaten/ kota yang 70% 80% DBD: Terpadu 30,7%; Tidak Terpadu 61%
melakukan pengendalian vektor terpadu ABJ < 95%
(fisik, biologis, kimia) Chik: Terpadu 13,6%; Tidak Terpadu 21,2%
Filariasis: Terpadu 3,8%; Tidak Terpadu
15,5%
Malaria: Terpadu 13,3%; Tidak Terpadu
56,2%
45
MATRIKS MASALAH, DIAGNOSIS DAN ALTERNATIF SOLUSI
47
Persentase Responsiveness 2017 VS Riskesdas 2007
Pelayanan Rawat Jalan
94
92
92
91,7 PA = PROMPT ATTENTION
PA
90,4 100 (Kecepatan pelayanan)
90,2
90
96 DIG = DIGNITY
89,2 92
88,3 88,3 88 (Sikap Sopan & ramah )
ENV DIG
88 87,5 84 COM = COMMUNICATION
87,2 80
86,8
76 (Komunikasi petugas)
86,1 86
86 72 AUT = AUTONOMY
85,1 68
64 (Kemandirian)
84 60 CI = CONFIDENTIALITY
82,4
CH COM
(Kerahasiaan)
82 CH = CHOICE OF
PROVIDER
80 (Pemilihan)
ENV = ENVIRONMENT
78 CI AUT (Kualitas lingkungan)
76
PA DIG COM AUT CI CH ENV
Rawat Jalan Tahun 2007
Tahun 2007 Tahun 2017 Rawat Jalan Tahun 2017
48
Persentase Responsiveness 2017 VS Riskesdas 2007
Pelayanan Rawat Inap
Level Responsiveness
20,0
40,0
60,0
80,0
Papua
Sulawesi Barat
Nusa Tenggara Timur
Sumatera Selatan
Jambi
Lampung
Maluku
Nusa Tenggara Barat
Sulawesi Tenggara
Kalimantan Tengah
Kalimantan Barat
Aceh
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tengah
Mudah
Maluku Utara
Jawa Barat
Gorontalo
Bengkulu
Sulit
Papua Barat
Sumatera Barat
RISKESDAS 2018
Sulawesi Utara
Riau
INDONESIA
37,1
36,9
26,0
Banten
Sangat Sulit
Sumatera Utara
Kalimantan Utara
Kalimantan Selatan
pembentuk: jarak tempat tinggal ke fasyankes, tranportasi, dan biaya transportasi ke fasilitas kesehatan
Jawa Tengah
Analisis indeks akses ke pelayanan kesehatan menggunakan Principal Component Analysis (PCA) dengan dimensi
Jawa Timur
Kalimantan Timur
Kep.Bangka Belitung
KEMUDAHAN AKSES KE RUMAH SAKIT BERDASARKAN PROVINSI,
DKI Jakarta
Kepulauan Riau
Bali
DI Yogyakarta
51
AKREDITASI PUSKESMAS
12000
9983
10000
8000 7508
Paripurna1%
Utama 10%
Dasar 36%
6000
75,20 %
4000
2475
2000 24,8 %
Madya 53%
0
Total Puskesmas
52
AKREDITASI RUMAH SAKIT
3000
2818
2500
2004
2000 Perdana
47%
Paripurna
1500 36%
28,90 %
500
Utama
0 Dasar Madya 9%
Total Rumah Sakit 2% 7%
53
MATRIKS MASALAH, DIAGNOSIS DAN ALTERNATIF SOLUSI
54
PERMASALAHAN SDM KESEHATAN
55
PROPORSI PUSKESMAS TIDAK ADA DOKTER BERDASARKAN PROVINSI (%),
RISNAKES 2017, (N=9699)
50 44,9
40
30
20
10 7,7
0
50 44,9 44,9
40
40
32 29,5
30
20,5 19,7
20 16,3 14,9
7,7 9,3 9,4
10 4,2 4,6
0
Indonesia Papua Maluku Papua Barat Sulawesi Tenggara NTT Maluku Utara
Rifaskes 2011 Risnakes 2017
KESESUAIAN KETENAGAAN PUSKESMAS BERDASARKAN
PERMENKES 75/2014, RISNAKES 2017 (N=9699)
PERKOTAAN PERDESAAN
100
100
90
90
80
80
70
70
60
60
50
50
40
40
30
30
20
20
10
10
0
0
Dokter Dokter Perawat Bidan Kesmas Kesling Lab Tenaga Tenaga
Dokter Dokter Perawat Bidan Kesmas Kesling Lab Tenaga Tenaga
Umum Gigi Gizi Farmasi
Umum Gigi Gizi Farmasi
Rawat Inap Non Rawat Inap
Rawat Inap Non Rawat Inap
120
100
80
60
40
20
0,3
0
dr drg Sp. Dasar Apoteker Teknis Gizi Terapi Fisik Radiografer Fis Med TEM Teknisi Medis Rekam Medik
Kefarmasian
PERSENTASE KEBERADAAN DOKTER SPESIALIS PENYAKIT RATA-RATA DOKTER SPESIALIS PENYAKIT DALAM DI RUMAH
DALAM DI RS INDONESIA BERDASARKAN KELAS,
RISNAKES 2017 SAKIT BERDASARKAN KELAS, RISNAKES 2017
120 18 17,1
100 100 16
100 95,3
89,8 14
80 12
66
10
60
8
40 6
4,3
4
20 2,1
2 0,9
0 0
INDONESIA Kelas A Kelas B Kelas C Kelas D Kelas A Kelas B Kelas C Kelas D
DOKTER SPESIALIS BEDAH DI RS PEMERINTAH, RISNAKES 2017
100 100 6
100 95,3 6
86,9
5
80
4
60 54,2 3,2
3
40
2 1,8
20
1 0,7
0 0
TOTAL Kelas A Kelas B Kelas C Kelas D Kelas A Kelas B Kelas C Kelas D
DOKTER SPESIALIS ANESTESI DI RS PEMERINTAH, RISNAKES 2017
100 100
100 10
80,1
80 75,8 8
60 6
39,2
40 4
2,5
20 2
1,1
0,4
0 0
Total Kelas A Kelas B Kelas C Kelas D Kelas A Kelas B Kelas C Kelas D
MATRIKS MASALAH, DIAGNOSIS DAN ALTERNATIF SOLUSI
No. Masalah Diagnosis Penyebab Strategi Solusi / Intergasi
1 • Jumlah Nakes per Puskesmas • Kemampuan kapasitas fiskal • Perluasan dan penguatan NS Tim untuk DTPK
semakin naik, namun Pemerintah Daerah sangat bervariasi, • Perluasan dan Penguatan NS Individu untuk
ketimpangan antar wilayah sehingga terjadi ketimpangan memenuhi kekurangan tenaga dokter, kesmas,
semakin tinggi (Indonesia pemerataan Nakes di daerah kesling, analisis lab, dan gizi
Timur semakin timpang) • Hasil Risnakes menunjukkan banyak • Harus ada “skema khusus” yang mampu
• Kecukupan Nakes sesuai Nakes honorer dan tenaga suka rela di mendorong nakes bekerja di daerah, khususnya
dengan PMK 75/2014, masih Puskesmas dokter (insentf finansial dan non-finansial)
belum terpenuhi, khususnya • Perlu penambahan tenaga disesuaikan dengan
tenaga kesmas, kesling, analis strategi pembangunan kesehatan (Implementasi
lab, dan gizi SPM, Germas, PIS-PK, Edukasi Faktor Risiko)
2 • Kecukupan tenaga dokter • Kemampuan kapasitas fiskal • Harus ada “skema khusus” yang mampu
spesialis dasar sesuai PMK Pemerintah Daerah sangat bervariasi, mendorong Dokter Spesialis untuk mau
56/2014 belum terpenuhi, sehingga terjadi ketimpangan ditempatkan di RS Daerah, baik skema insentif
khususnya di RS Klas C dan D pemerataan Nakes di daerah finansial maupun non-finansial
• Daerah tidak mampu (belum)
membuat skema yang menarik untuk
dokter spesialis
62
PERMASALAHAN FARMALKES
63
% Puskesmas perawatan dan non perawatan menurut Ketersediaan Obat dan
Vaksin Indikator, Tahun 2015 dan 2016 (Sirkesnas 2016)
66
MATRIKS MASALAH, DIAGNOSIS DAN ALTERNATIF SOLUSI
No. Masalah Diagnosis Penyebab Strategi Solusi / Intergasi
1 • Ketersediaan 20 obat esensial • Belum optimalnya manajemen • Penguatan manajemen logistik obat
puskesmas belum mencapai 95% logistik obat publik di Tingkat publik di Tingkat Kab/Kota
(Vaksin wajib IDL, Obat Kab/Kota dikaitkan dengan • Penguatan Rumah Sakit (Vertikal,
Eclampsia: Magnesium Sulfas distribusinya ke Puskesmas Pemerintah Daerah, dan Swasta)
Injeksi, Diazepam Injeksi; SABU, • Belum semua Dinkes dan Rumah untuk menyusun Rencana Kebutuhan
ATS, Vaksin Rabies Sakit membuat Rencana Obat (RKO)
• Kelangkaan obat tertentu di E- Kebutuhan Obat (RKO), padahal • Penguatan Manajemen Rantai Dingin
Catalog (?) RKO penting untuk kebutuhan untuk menjaga kualitas vaksin
obat yang akan dilelang dalam
oleh LKPP (E-Catalog)
67
PERMASALAHAN PEMBIAYAAN KESEHATAN
68
Gambaran Skema Pembiayaan Belanja Kesehatan Indonesia, 2010-2016
450 414,0
IDR Trillions
400 369,4
341,9
350 35.0%
298,4
300 38.1%
261,0
240,9 41.0%
250
211,2 46.7%
200 50.9%
54.7% 17.3%
150 54.8%
16.7%
100 13.8% Skema Pemerintah
8.1%
6.7% 23.7%
5.5% 6.1% 20.1% Daerah juga mengalami
50 19.4% 19.8% 17.8%
16.3% 17.4% kenaikan dan memiliki
- kontribusi yang cukup
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 besar terhadap total
Skema Pemerintah Pusat Skema Pemerintah Daerah Skema Ausransi Kesehatan Sosial
Skema Perusahaan Skema Swasta Lainnya Skema Pembiayaan dari Kantong RT
Total
Terlihat adanya Indikator Keberhasilan dari Program Jaminan Kesehatan dimana Skema Pembiayaan yang berasal dari kantong
Rumah Tangga mengalami penurunan dari tahun ke tahun , sedangkan Skema Asuransi Kesehatan Sosial dari tahun ke tahun
69
mengalami peningkatan ,
Distribusi Anggaran Kemenkes Berdasarkan
3 Pilar Pembangunan Kesehatan 2014 - 2019
2014 2018
2015
0%
0% Distribusi anggaran
12% 16% 14% Kemenkes
41%
44% 43%
dikelompokan ke dalam
44% 43% 42% 3 Pilar Pembangunan
Kesehatan
kecenderungan dari
2016 2019
2017 tahun ke tahun relatif
14% 13%
sama.
12%
42% 44%
46%
Porsi terbesar anggaran
44% 43% 42%
Program Indonesia
Sehat adalah JKN,
Penguatan Yankes dan
paradigma sehat
70
Ditjen Kesmas, P2P, dan Farmalkes memiliki share fungsi layanan
promotif preventif lebih besar dibanding fungsi lainnya, 2016
100% 1,0% 0,4% 1,4% 2,8% 1,9%
8,6% 8,0% 5,6% 12,4% • Fungsi kuratif (rawat jalan dan rawat inap)
90%
2,0% sebagian besar diselenggarakan oleh unit-unit
80% 38,2% Yankes (belanja RS), Farmalkes (obat program),
28,9%
70%
49,8% Setjen (gaji dokter dan bidan PTT), dan BPPSDM
46,0%
66,3% Kes (gaji internship tenaga kesehatan).
60%
0,8%
4,5% 0,02% • Kegiatan promotif preventif dilaksanakan oleh
50% 97,2% unit-unit P2P, Kesmas, Farmalkes, Setjen, dan
2,3% 93,0%
40%
85,6%
17,4%
BPPSDM.
• Ditjen Kesmas, P2P, dan Farmalkes memiliki
30% 62,5%
56,5% share fungsi promotif preventif lebih besar
17,8%
20% 43,3% dibanding fungsi dan eselon lainnya.
30,8%
10%
4,7% • Pada farmalkes, fungsi promotif preventif
10,3% merupakan hasil estimasi untuk beberapa
0%
Balitbangkes BPPSDM Kes Farmalkes Kesmas Yankes P2P Itjen Setjen
obat program dan vaksin.
• Pada BBPSDM Kes mayoritas merupakan belanja
Investasi lainnya
terkait Pendidikan dan Pelatihan SDM Kesehatan.
Diklat
Litbangkes
Tata Kelola Administrasi, Sistem & Pembiayaan Kesehatan
Layanan Promotif Preventif
Layanan Penunjang
Kuratif
71
Rincian Belanja Kesehatan, 2016
72
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI STUDI DANA DEKONSENTRASI
Evaluasi
• Belum ada evaluasi • Perlu ada evaluasi terhadap menu dan anggaran
• Belum ada tools/instrumen yg • Perlu adanya standart tools/instrumen monev
standart • Perlunya feedback laporan dari daerah
• Belum ada feedback • Perlu rewards dari Pusat kepada daerah yang realisasi
• Belum ada rewards dan pencapaian kinerja tinggi
Sumber : (Studi Dana Dekon, Analisis hasil Pertemuan RTD 28 sept 2018) 73
JKN TERBUKTI MENINGKATKAN EKUITI
SAMPEL UMUR ≥ 40 THN
ANALISIS KURVA KONSENTRASI
JKN
Rawat Inap (RS Pemerintah atau RS Swasta)
1
.8
.6
.4
SAMPEL UMUR ≥ 15 THN
.2
0
0 .2 .4 .6 .8 1
2007
2014
Garis equality
75
REKOMENDASI
76
REKOMENDASI (1)
1. Penyebab DALY Lost Tahun 2017: PTM (70%); PM/KIA/Gizi (23,5%); Cedera
(6,5%) → Sudahkah merubah pola pikir kita?
2. Faktor Risiko penyebab DALY Lost mencakup (1) faktor metabolik: tekanan
darah tinggi, gangguan gula darah, body mass index, dyslipidemia, (2) perilaku:
diet, rokok, alcohol, malnutrisi ibu dan anak, hygiene/ sanitasi, alkohol, kurang
aktivitas fisik (3) lingkungan: polusi → Sudahkah tergambar dalam upaya?
3. Strategi menurunkan kematian maternal dan neonatal adalah melalui
peningkatan cakupan dan mutu pelayanan remaja, bumil, bulin, dan bufas,
dengan “memperkuat sistem rujukan posyandu, puskesmas, dan rumah sakit”,
terdapat faktor risiko → ditangani dokter
4. Untuk penurunan stunting perlu implementasi konvergensi intervensi spesifik
dan intervensi sensitif di setiap level pemerintahan (pusat, provinsi, kab/kota,
kecamatan, desa, posyandu)→ revitalisasi posyandu, perbaikan survailans gizi,
pemenuhan kebutuhan gizi pada 1000 HPK (Pangan Lokal)
77
REKOMENDASI (2)
78
REKOMENDASI (3)
79
REKOMENDASI (4)
14. Untuk menghindari kekosongan obat, perlu penguatan manajemen obat publik
di Dinas Kesehatan dan Rumah Sakit, mencakup penyusunan RKO, pengelolaan
satu pintu, penetapan multi-winner di LKPP (Pusat)
15. Untuk menjaga mutu vaksin, perlu dipertahankan “manajemen rantai dingin”
yang sesuai standar
16. Agar alokasi anggaran sesuai dengan besaran beban penyakit (DALY Lost), perlu
dipikirkan re-alokasi anggaran yang cost-effective untuk setiap rupiah yang
dibelanjakan (value for money utk setiap DALY saved)
17. Alokasi anggaran untuk promotif-preventif: edukasi faktor risiko, skrining,
pengobatan dini, melalui penguatan pelayanan kesehatan primer (SPM, PIS-PK,
Posbindu), harus mendapatkan porsi yang reasonable
18. Pada intervensi promotif-preventif maka harus bersifat integrasi, tidak per
penyakit → perlu strategi integrasi (SPM, PIS-PK, UKBM, Penguatan PHC)
80
81